Professional Documents
Culture Documents
KERTAS KEBIJAKAN
Republik Federal Jerman, Theodor-Heuss. Ia menamakan lembaga ini sesuai dengan
nama seorang pemikir Jerman, Friedrich-Naumann (1860-1919), yang
memperkenalkan pendidikan kewarganegaraan di Jerman untuk mewujudkan
warga yang sadar dan terdidik secara politik.
FNS mengawali kegiatannya di Indonesia pada 1969 dan memulai kerja sama
resminya dengan pemerintah Indonesia sejak 26 April 1971. FNS membagi
pengetahuan dan nasihat kepada para politisi, pembuat keputusan, masyarakat
sipil, dan masyarakat secara umum. Lembaga ini bekerja sama dengan
lembaga-lembaga pemerintahan, organisasi masyarakat dan institusi-institusi
pendidikan untuk berbagi pengetahuan dan membantu menciptakan perubahan
yang positif dan damai pada masyarakat di negara-negara itu.
Di tengah kesadaran yang makin deras tersebut, pengembangan sains dan kebijakan
untuk menangani masalah perubahan iklim perlu terus ditingkatkan. Perubahan iklim
membutuhkan basis ilmiah yang kuat yang kemudian diterjemahkan ke dalam produk-
produk kebijakan baik di tingkat nasional maupun daerah. Baik kajian ilmiah mau-
pun produk kebijakan yang sudah dibuat oleh berbagai kalangan di Indonesia belum
banyak diketahui oleh legislatif dan masyarakat luas. Dengan latar belakang inilah
saya menilai tulisanini menjadi penting untuk dibaca dan disebarluaskan. Tulisanini
merangkum permasalahan mendasar perubahan iklim di Indonesia dimana kebutuhan
untuk beradaptasi sama pentingnya dengan kebutuhan untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca atau yang disebut mitigasi perubahan iklim. Tulisanini juga dengan cermat
memaparkan kajian dan langkah kebijakan yang telah dibuat oleh berbagai lembaga
pemerintah dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Kesadaran dan pengetahuan yang baik mengenai perubahan iklim tentu tidak serta
merta menyelesaikan masalah. Keduanya harus diikuti dengan kerjasama yang man-
tap antarlembaga dan kelompok terkait, khususnya antara lembaga pemerintah dan
legislatif¸ sehingga kebijakan yang dibuat akan mencapai sasaran secara efektif, yaitu
masyarakat Indonesia yang memiliki daya tahan terhadap dampak negatif perubahan
iklim dan yang menjalankan kegiatan ekonomi dengan emisi gas rumah kaca serendah
mungkin.
Besar harapan saya bahwa tulisanini dapat menjadi dasar untuk tindak lanjut dialog
kebijakan baik antara pemerintah dan legislatif maupun antara pemerintah dengan
pemangku kepentingan yang lain. Kontribusi positif dan aktif dari semua pihak akan
membuat kita mampu memetik peluang dari berbagai tantangan yang dihadirkan oleh
perubahan iklim.
Rachmat Witoelar
Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim
Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim
PERUBAHAN Iklim telah menjadi salah satu masalah global yang terpenting saat ini.
Indonesia tidak hanya merupakan salah satu penyumbang gas emisi rumah kaca,
terutama dari penebangan hutan dan pengalihan lahan gambut, dengan keberadaan
18.000 lebih pulau dan sektor pertaniannya yang kuat ia juga sangat terpengaruh oleh
dampak-dampak perubahan iklim.
Sebagai suatu Negara dengan ekonomi yang tumbuh, Indonesia harus me-
nyesuaikan kebijakan lingkungan dengan kepentingan bisnis vital untuk membentuk
kerangka “pro-pertumbuhan, pro-orang miskin, pro-lingkungan” yang berkelanjutan. Ini
jelas bukan pekerjaan gampang. Desentralisasi dan kewenangan yang saling tumpang
tindih membutuhkan adanya pendekatan-pendekatan yang inovatif seperti mekanisme
anggaran dan insentif yang efektif yang didasarkan pada realita di lapangan. Di lain
pihak, sektor usaha seperti green technology dan energi yang terbarukan tumbuh per-
lahan, menciptakan peluang bagi Indonesia dan perusahaan-perusahaan asing untuk
mengintensifkan perdagangan bilateral mereka.
Seri Kertas Kebijakan tentang perubahan iklim ini menyediakan jawaban atas
tantangan-tantangan yang dimaksud di atas. Masing-masing menggambarkan ham-
batan yang terbentang di depan kita dan apa yang harus dilakukan oleh Indonesia
dalam rangka mitigasi emisi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah.
Dengan bekerjasama dengan beberapa pakar terkemuka Kertas-kertas Kebijakan ini
disusun dalam beberapa bulan belakangan agar Anda pun menjadi ahli di bidang pe-
rubahan iklim.
Selamat membaca.
Salam hangat,
Pengantar . .............................................................................................. 9
Pendahuluan ........................................................................................... 79
1. Pembangunan Indonesia Sebagai Gerakan Menuju
Ekonomi Rendah Karbon . ........................................................ 81
2. Tantangan dan Kesempatan untuk Berbagai Sektor
di Indonesia ................................................................................ 95
3. Tantangan Penerapan Kebijakan dalam Program
Adaptasi, Kehutanan dan Energi . .......................................... 105
Kesimpulan ............................................................................................. 116
Rekomendasi Kebijakan ....................................................................... 118
KERTAS KEBIJAKAN
CM
MY
CY
CMY
Fabby Tumiwa
Dicetak di Indonesia.
Penerbit: Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit, Indonesia
Indeks
ISBN: 978-979-1157-29-2
Copyright © 2010.
10
11
12
13
14
15
16
kadang mengalir dari Utara ke Selatan antara pelabuhan Paita dan Pacasmayo di
daerah Peru yang terjadi pada bulan Desember. Kejadian ini kemudian semakin
sering muncul yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun serta dapat mempengaruhi
iklim dunia selama lebih dari satu tahun.
17
3 Pembahasan tentang hal ini dapat dibaca secara lebih lengkap pada naskah:
ICCSR (2010): Basis Saintifik: Analisa Proyeksi Suhu dan Curah Hujan,
Bappenas, Jakarta.
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Gambar 2. Pilihan aksi dan biaya penurunan emisi dari sektor LULUCF
Proyeksi emisi GRK dari sektor energi tahun 2020 dan 2030
menunjukan adanya potensi kenaikan yang signifikan. Emisi sektor
27
28
6 Hingga saat ini aplikasi PLTU batubara dengan CCS belum dilaksanakan secara
komersial dan diperkirakan baru matang dan layak secara komersial setelah
2020. Perhitungan dan analisis yang dilakukan dalam studi DNPI (2010) untuk
PLTU batubara dengan CCS menggunakan estimasi investasi, sementara untuk
PLTN berdasarkan investasi saat ini.
29
30
31
Emisi Semen
32
Emisi Bangunan
33
34
35
36
37
38
39
40
41
7 http://www.thejakartapost.com/news/2010/09/24/kuntoro-mangkusubroto-
chairs-redd-task-force.html
8 Draft pertama Naskah Stranas REDD tertanggal 23 September 2010. Naskah
ini disusun oleh Bappenas, bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan,
Kementerian Pertanian.
42
9 Kajian ini berjudul Adaptation Science and Policy Studies, yang dilakukan oleh
43
DNPI dan LAPI ITB, atas dukungan UK Aid dan British Council. Kajian ini dimulai
pada Maret 2010 dan diselesaikan pada Juli 2010.
44
45
10 Hingga saat ini terdapat 138 negara, yang mewakili sekitar 86 persen emisi global
tahun 2005, yang telah menyampaikan dukungannya terhadap Copenhagen
Accord dan menyampaikan target penurunan emisi GRK.
46
47
buku-1-pruf-4.indd 48
Sektor Profil Emisi Target Target Profil Emisi 2020
Penurunan tambahan
emisi 26% penurunan emisi
15%
Emisi BAU Emisi % dari Emisi % dari Skenario Skenario 41%
2005 2020 BAU BAU 26%
Lahan Gambut 0,83 1,09 0,280 9,5 0,057 2,03 0,81 0,75
48
Sampah 0,17 0,25 0,048 1,6 0,03 1,07 0,20 0,17
Kehutanan 0,65 0.49 0,392 13,3 0,31 11,02 0,10 (0,21)
Pertanian 0,05 0,06 0,008 0,3 0,003 0,11 0,05 0,05
Industri 0,05 0,06 0,001 0,0 0,004 0,14 0,06 0,06
Transportasi - - 0,008 0,3 0,008 0,28 (0,01) (0,02)
Energi 0,37 1,00 0,030 1,0 0,01 0,38 0,97 0,96
Total 2,12 2,95 0,767 26 0,422 15,01 2,18 1,76
3/6/2011 11:36:33 PM
5 Strategi Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca
26 dan 41 persen
49
50
buku-1-pruf-4.indd 51
clean development mechanisms) yang merupakan bagian dari pasar karbon (carbon market).
Tabel 3. Target Penurunan Emisi GRK per Bidang 2010 – 2020 (Draft)
51
26% 41%
3/6/2011 11:36:33 PM
Pertanian 0,008 0,011 Introduksi varitas pada rendah emisi, Kementerian
efisiensi air irigasi, penggunaan Pertanian, KLH
buku-1-pruf-4.indd 52
pupuk organic
52
Industri 0,001 0,005 Efisiensi energi, penggunaan Kementerian
renewable energi Perindustrian
Sumber: Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (Draft, 3 Oktober 2010)
3/6/2011 11:36:33 PM
Satu hal yang perlu dipahami adalah pelaksanaan upaya
penurunan emisi bagi negara berkembang seperti Indonesia dapat
dilaksanakan secara paralel antara satu jenis NAMA dengan jenis
NAMA yang lain selama kegiatannya tidak dilakukan di dua kategori
yang berbeda. Oleh karena itu penting untuk dapat segera disusun
dan disepakati kegiatan atau aksi di tiap sektor yang masuk ke
dalam kategori pencapaian target 26% dan juga yang masuk
dalam kategori pencapaian target hingga 41% dengan pendanaan
internasional. Dengan tersusunnya daftar ini maka upaya penurunan
emisi dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien.
53
54
55
Sumber pendanaan
56
57
58
59
60
61
62
63
13 Sesuai dengan Pasal 3, Peraturan Presiden No. 46/2008, dua dari empat
tugas DNPI adalah: (a) Merumuskan kebijakan nasional, strategi, program
dan kegiatan pengendalian perubahan iklim; (b) Mengkoordinasikan kegiatan
dalam pelaksanaan tugas pengendalian perubahan iklim yang meliputi kegiatan
adaptasi, mitigasi, alih teknologi dan pendanaan.
64
65
66
14 Laporan Indonesia GHGs Abatement Cost Curve oleh DNPI dan McKinsey
menghitung abatement cost untuk pemanfaatan bio-diesel dari minyak sawit
mencapai 100 USD per tCO2e (exhibit 21, hal. 30).
67
68
69
70
71
72
73
KERTAS KEBIJAKAN
CM
MY
CY
CMY
Kebijakan berbasis
Lingkungan Hidup dan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia:
Tantangan dan Kesempatan
Kurnya Roesad
buku-2-pruf-4.indd 76 3/6/2011 11:41:14 PM
Kebijakan Berbasis
Lingkungan Hidup
&
Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia:
Tantangan dan Kesempatan
Kurnya Roesad
Supervised by Mubariq Ahmad
Dicetak di Indonesia.
Penerbit: Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit, Indonesia
Indeks
Copyright © 2010.
Pendahuluan
79
80
“Kenaikan suhu dalam sistem iklim adalah hal yang tidak dapat
dipungkiri lagi. Observasi telah membuktikan adanya peningkatan
temperatur atmosfer dan laut di seluruh dunia, mencairnya salju dan
es dalam spektrum luas, dan naiknya rata-rata suhu dan permukaan
81
82
83
Australia 5-25% di bawah emisi pada 20% pada tahun 2020, dari 8% di
tahun 2000 tahun 2007
China 40-45% di bawah emisi 2005 15% pada tahun 2020, dari 8% di
dalam intensitas emisi tahun 2006
Indonesia 26-41% di bawah BAU 15% pada tahun 2025 (termasuk
(business as usual) nuklir)
84
85
Dunia
86
Non-OECD
87
88
89
• Agriculture: pertanian
• Industry: Industri
• Energy: Energi
90
Kita akan melihat lebih jauh lagi kenapa hal ini terjadi. Tabel 3
menunjukkan bahwa meningkatnya intensitas karbon dari produksi
dan konsumsi listrik disebabkan meningkatnya penggunaan
bahan bakar batubara. Sektor industri dan listrik berperan paling
besar dalam menyebabkan tingginya emisi karena penggunaan
batubara.
91
Total Pertumbuhan
Kelompok Total Persentase Emisi 1990-
Konsumsi Batubara BBM Gas Emisi (%) 2006 (%)
Diantaranya;
Residensial 0.06 25.76 0.04 25.86 8 41
92
93
buku-2-pruf-4.indd 94
Target Target
Reduksi Reduksi Skenario
Emisi (Gt) (26%) (15%) Emisi
2005 BAU 2020 Giga ton % dari BAU Giga ton % dari BAU 26% 41%
94
Pertanian 0.05 0.06 0.008 0.3 0.003 0.11 0.05 0.05
Source: Ahmad
(2010a)
3/6/2011 11:41:20 PM
2 Tantangan dan
Kesempatan untuk
Berbagai Sektor
di Indonesia
YANG menjadi pertanyaan besar sekarang adalah; Apakah reduksi
emisi ini bisa dilakukan tanpa mengganggu perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat? Berapa biaya yang harus dikeluarkan
dan apa keuntungan menggunakan strategi pertumbuhan rendah
karbon bagi perekonomian Indonesia?
95
96
97
98
3 Penjelasan berikut ini sangat tergantung pada (validitas) data Ahmad (2010b)
99
100
Skenario Ekonomi
Rendah Karbon 2010
(Dynamic Inter-Regional
CGE Model)
101
102
4 Estimasi biaya ini tidak termasuk biaya implementasi dan transaksi, di mana untuk
beberapa upaya pengurangan emisi, perhitungannya akan sangat signifikan (DNPI 2009,
hal. 13).
103
MtCO2e/tahun EUR/MtCO2 e
Kehutananan 1100 7
L. Gambut 700 6
Pembangkit 220 19
Pertanian 105 5
Bangunan 50 -38
Semen 10 -5
104
105
106
Dari profil emisi dan skenario proyeksi emisi yang telah dibahas
di atas, jelas terlihat bahwa masalah-masalah sektor kehutanan
dan mitigasi energi harus menjadi prioritas bagi Indonesia.
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
ADB and ADBI, 2009. “ Infrastructure for a Seamless Asia.” Asian Development
Bank, Manila, and Asian Development Bank Institute, Tokyo.
Ahmad, Mubariq (2010a). “Ekonomi Perubahan Iklim.” In: Prisma Vol.29, No.2,
April 2010
123
IMF. 2008. “The Fiscal Policy Implications of Climate Change.” Paper prepared
by the Fiscal Affairs Department, February 22, 2008. IMF: Washington D.C.
www.imf.org/external/np/pp/eng/2008/022208.pdf
124
Stern, Nicholas Herbert (2007). “ The Economics of Climate Change: The Stern
Review.” Great Britain Treasury, 2007.
World Bank. 2007. “Spending for Development: Making the Most of Indonesia’s
New Opportunities.” World Bank Office Jakarta.
World Bank (2009). “ Low Carbon Growth Country Studies – Getting started.
Experience From Six Countries.” ESMAP Brief.
World Bank (2009a). “ Climate Change and the World Bank Group. Phase 1: an
Evaluation of World Bank Win-Win Energy Policy Reforms.” The World
Bank: Washington D.C.
World Bank (2010a). Indonesia: Climate Change Policy Loan. World Bank Jakarta
Memorandum Document. April 2010
125
KERTAS KEBIJAKAN
CM
MY
CY
CMY
Pengantar
Perubahan Iklim
IGG Maha Adi
buku-3-pruf-4.indd 128 3/6/2011 11:32:08 PM
Pengantar
Perubahan Iklim
Dicetak di Indonesia.
Penerbit: Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit, Indonesia
Indeks
Copyright © 2010.
131
132
133
134
135
136
A. Deforestasi
137
1 http://www.antaranews.com/berita/1264315996/menhut-42-juta-ha-hutan-indonesia-
gundul
2 Food and Agriculture Organization of the United Nations.2007. State of the World’s Forest
2007. Rome,Italy.
138
3 Singleton, Ian. 2008. Dampak Lingkungan Akibat Pembangunan Kelapa Sawit. PanEco/
Yayasan Ekosistem Lestari.
4 Forest Watch Indonesia. 2009. Perkembangan Tutupan Hutan Indonesia. http://fwi.
or.id/.
5 WWF Indonesia. 2008. Perubahan Iklim, Bisakah Dicegah? Bandung.
139
140
8 http://www.antaranews.com/berita/1281445152/menhut-tegaskan-moratorium-hutan-
mulai-2011.
9 Agus, Fahmudin dan I.G. Made Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian
dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Bogor.
141
10 Lihat http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=peat-and-repeat-rewetting-car-
bon-sinks, diunduh tanggal 17 Agustus 2010, pkl. 17.00 wib.
142
143
11 Wetlands International.2009. Global Peatland CO2 Picture: Peatland status and drainage
related emissions in all countries of the world (updated August, 2009). Wageningen,
Netherlands.
144
Gambar 2. Emisi dari sektor kehutanan manjadi sumber emisi ketiga terbesar
di dunia. Sepuluh negara menjadi penyumbang 80% emisi dari
sektor kehutanan, dan dua negara yaitu Brasil dan Indonesia
menyumbangkan lebih dari 50% emisi tersebut (Sumber: World
Resources Institute/CAIT, 2007).
145
146
12 http://dbm.djmbp.esdm.go.id/old/portal-dpmb/modules/_news/news_detail.php
13 Maritje, Hutapea. 2009. Energy and Climate Change in Indonesia. Paper presented at
Workshop on Climate Change and Energy, Bangkok, 26-27 March, 2009.
14 PEACE.2007. Indonesia and Climate Change: Working Paper on Currenct Status and
Policies. Jakarta, March 2007.
147
D. Penataan Ruang
15 Lestari, Gita. 2007. Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim di Sektor Energi. http://lead.
co.id/. Jakarta.
148
Gambar 4. Sumber-sumber utama emisi gas rumah kaca pada skenario
normal sampai tahun 2030
149
16 Laporan lengkap lihat, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup.2007. Rencana Aksi
Nasional Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta. Hal. 33-35.
17 Idem
150
151
152
153
18 Untuk CDM dan status proyek di seluruh dunia, lihat http://www.cdmpipeline.org / dan
http://cdm.unfccc.int/
19 Untuk sejarah lengkap IPCC, lihat http://www.ipcc.ch/, dan sejarah lengkap UNFCCC,
lihat, http://www.unfccc.int/
154
155
156
157
20 ADB. 2009. Ekonomi Perubahan Iklim di Asia Tenggara: Tinjauan Regional. Intisari.
Manila, Filipina, April, 2009.
158
21 Idem
159
160
22 Lihat, Bappenas. 2009. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR), Synthesis
Report. Jakarta, December,2009.
161
SALAH satu dokumen penting yang dihasilkan oleh Bali Road Map
adalah Bali Action Plan yang antara lain memuat NAMA (Nationally
Appropriate Mitigation Action), yang merujuk pada serangkaian
tindakan kebijakan dan aksi dari pemerintah untuk mengurangi
emisi gas-gas rumah kaca. Implementasi NAMA berbeda-
beda setiap negara, sesuai prinsip “common but differentiate
responsibilities and respective capabilities”. Fokus NAMA
Indonesia adalah mengintegrasikan kebijakan berbasis perubahan
iklim dengan aspek-aspek pembangunan ekonomi lainnya yang
berbasis pro growth, pro job, pro poor dan pro environment.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di bawah NAMA antara lain
pemantauan pengurangan emisi (pengurangan lahan kritis hingga
51% pada tahun 2012), menambah sumber-sumber energi ramah
lingkungan dalam bauran energi nasional seperti geothermal, untuk
mengurangi emisi sektor energi sebesar 17% pada tahun 2025, dan
konversi limbah menjadi energi. Program lain adalah meningkatkan
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
IGG Maha Adi, adalah salah satu pendiri dan sekarang menjabat sebagai Direktur
Eksekutif Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ). Setelah
menamatkan sarjana Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB, ia berkarir sebagai wartawan
di Majalah Tempo dan editor di majalah National Geographic-Indonesia.
FNS mengawali kegiatannya di Indonesia pada 1969 dan memulai kerja sama
resminya dengan pemerintah Indonesia sejak 26 April 1971. FNS membagi
pengetahuan dan nasihat kepada para politisi, pembuat keputusan, masyarakat
sipil, dan masyarakat secara umum. Lembaga ini bekerja sama dengan
lembaga-lembaga pemerintahan, organisasi masyarakat dan institusi-institusi
pendidikan untuk berbagi pengetahuan dan membantu menciptakan perubahan
yang positif dan damai pada masyarakat di negara-negara itu.