You are on page 1of 6

Karya Ilmiah

Pengaruh Polusi Udara Terhadap Kesehatan


Masyarakat Perkotaan
Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan polusi udara?
2. Bagaimana dampak polusi udara terhadap kesehatan manyarakat kota?
3. Zat apa saja yang menyebabkan polusi udara beracun bagi tubuh kita?
4. Bagaimana mekanisme gangguan kesehatan akibat polusi udara secara
umum?
5. Apa solusi terbaik untuk mangatasi masalah ini?
Tujuan Pembahasan
Menyadarkan masyarakat kota-kota besar Indonesia akan pentingnya udara
yang bersih dan sehat. Karena masyarakat kota kurang peduli terhadap lingkungan
sekitanya. Pada halnya polusi udara sendiri tercipta akibat kegiatan masyarakat
kota itu sendiri sehingga tidak ada pihak yang harus disalahkan atas polusi udara
melainkan mansyarakat kota itu sendiri. Jadi, tidak akan pernah berhasil
pengurangan dampak polusi udara jika kita tidak bersama-sama
menanggulanginya. Perlu diingatkan di sini bahwa kegiatan positif yang kita
lakukan juga untuk diri kita sendiri. Jadi mengapa kita tidak menyelamatkan
lingkungan kita kalau kita juga akan selamat?
Metode
Cara mendapatkan informasi:
Mencari di internet dengan alamat:
http://www.yahoo.com
http://www.google.co.id
http://www.images.google.com
http://www.bing.com
http://www.walhi.com

Kajian Pustaka
POLUSI udara kota di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya di Jakarta, telah
sangat memprihatinkan. Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan
segala risikonya telah dipublikasikan, termasuk risiko kanker darah. Namun, jarang
disadari, entah berapa ribu warga kota yang meninggal setiap tahunnya karena
infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru akibat polusi udara kota.

Meskipun sesekali telah mulai turun hujan, tetapi coba sempatkan menengok ke
langit saat udara cerah sejak pagi sampai sore hari. Langit di Jakarta dan kota-kota
besar di Indonesia sudah tidak biru lagi. Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan
gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Diperkirakan, dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah


penderita penyakit paru dan saluran pernapasan dengan sangat bermakna. Bukan
hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam
pola penyakit di berbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah
penderita penyakit asma dan kanker paru.
Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber
polusi udara mencapai 60-70 persen. Sedangkan kontribusi gas buang dari
cerobong asap industri hanya berkisar 10-15 persen, sisanya berasal dari sumber
pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutan, dan lain-lain.

Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu diwaspadai, tetapi Organisasi


Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan beberapa jenis polutan yang dianggap serius.
Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah
merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel (asap dan
jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida. Kesemuanya diemisikan
oleh kendaraan bermotor.

WHO memperkirakan bahwa 70 persen penduduk kota di dunia pernah menghirup


udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sedangkan 10 persen sisanya
menghirup udara yang bersifat "marjinal". Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak.
Orang dewasa yang berisiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang
yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun.
Celakanya, para penderita maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai
akibat negatif tersebut berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor
yang semakin memprihatinkan.

Kita perlu belajar melalui pengalaman dari negara lain dalam hal polusi udara kota
ini. Pada tahun 1990-an dilaporkan bahwa di Cubatao, Brasil, terjadi tragedi
lingkungan yang cukup fatal bagi bayi. Empat puluh dari setiap 1000 bayi yang lahir
di kota itu meninggal saat dilahirkan, sedangkan 40 yang lain kebanyakan cacat
atau meninggal pada minggu pertama hidupnya. Pada era tahun tersebut, dengan
80.000 penduduk, Cubatao mengalami sekitar 10.000 kasus kedaruratan medis,
yang meliputi penyakit tuberkulosis (TBC), pneumonia, bronkitis, emfisema, asma
bronchiale, serta beberapa penyakit pernapasan lain.

Polusi udara berasal dari berbagai sumber, dengan hasil pembakaran bahan bakar
fosil merupakan sumber utama. Contoh sederhana adalah pembakaran mesin diesel
yang dapat menghasilkan partikulat (PM), nitrogen oksida, dan precursor ozon yang
semuanya merupakan polutan berbahaya. Polutan yang ada diudara dapat berupa
gas (misal SO2, NOx, CO, Volatile Organic Compounds) ataupun partikulat. Polutan
berupa partikulat tersuspensi, disebut juga PM (Particulate Matter) merupakan salah
satu komponen penting terkait dengan pengaruhnya terhadap kesehatan. PM dapat
diklasifikasikan menjadi 3; yaitu coarse PM (PM kasar atau PM2,5-10) berukuran 2,5-10
ƒÊm, bersumber dari abrasi tanah, debu jalan (debu dari ban atau kampas rem),
ataupun akibat agregasi partikel sisa pembakaran. Partikel seukuran ini dapat
masuk dan terdeposit di saluran pernapasan utama pada paru (trakheobronkial);
sedangkan fine PM (<2,5 ƒÊm) dan ultrafine (<0,1 ƒÊm) berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil dan dapat dengan mudah terdeposit dalam unit terkecil saluran
napas (alveoli) bahkan dapat masuk ke sirkulasi darah sistemik. Klasifikasi berdasar
ukuran ini juga terkait dengan akibat buruk partikel tersebut terhadap kesehatan
sehingga WHO dan juga US Environmental Protection Agency menetapkan standar
PM dan polutan lain untuk digunakan sebagai dasar referensi (Tabel 1).

Tabel 1. Standar polutan udara menurut EPA


Pollutan Waktu
PM10 (ƒÊg/m3) 150 (/24jam) 50
(/tahun)
PM2,5 (ƒÊg/m3) 65 (/24 jam) 15
(/tahun)
Ozone (ppm) 0.12 (/1jam) 0.08 (/8
jam)
NO2 (ppm) 0.053
(/tahun)
SO2 (ppm) 0.14 (/24 jam) 0.03
(/tahun)
Efek yang ditimbulkan oleh polutan tergantung dari besarnya pajanan (terkait
dosis/kadarnya di udara dan lama/waktu pajanan) dan juga faktor kerentanan host
(individu) yang bersangkutan (misal: efek buruk lebih mudah terjadi pada anak,
individu pengidap penyakit jantung-pembuluh darah dan pernapasan, serta
penderita diabetes melitus). Pajanan polutan udara dapat mengenai bagian tubuh
manapun, dan tidak terbatas pada inhalasi ke saluran pernapasan saja. Sebagai
contoh, pengaruh polutan udara juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan
mata. Namun demikian, sebagian besar penelitian polusi udara terfokus pada efek
akibat inhalasi/terhirup melalui saluran pernapasan mengingat saluran napas
merupakan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh. Selain faktor zat
aktif yang dibawa oleh polutan tersebut, ukuran polutan juga menentukan lokasi
anatomis terjadinya deposit polutan dan juga efeknya terhadap jaringan sekitar.
Fine PM (<1 ƒÊm) dapat dengan mudah terserap masuk ke pembuluh darah
sistemik. Indikator akibat pajanan jangka pendek dan jangka panjang polutan
terhadap kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Berikut ini beberapa mekanisme biologis bagaimana polutan udara mencetuskan


gejala penyakit:

1. Timbulnya reaksi radang/inflamasi pada paru, misalnya akibat PM atau ozon.


2. Terbentuknya radikal bebas/stres oksidatif, misalnya PAH(polyaromatic
hydrocarbons).
3. Modifikasi ikatan kovalen terhadap protein penting intraselular seperti enzim-
enzim yang bekerja dalam tubuh.
4. Komponen biologis yang menginduksi inflamasi/peradangan dan gangguan
system imunitas tubuh, misalnya golongan glukan dan endotoksin.
5. Stimulasi sistem saraf otonom dan nosioreseptor yang mengatur kerja
jantung dan saluran napas.
6. Efek adjuvant (tidak secara langsung mengaktifkan sistem imun) terhadap
sistem imunitas tubuh, misalnya logam golongan transisi dan DEP/diesel
exhaust particulate.
7. Efek procoagulant yang dapat menggangu sirkulasi darah dan memudahkan
penyebaran polutan ke seluruh tubuh, misalnya ultrafine PM.
8. Menurunkan sistem pertahanan tubuh normal (misal: dengan menekan fungsi
alveolar makrofag pada paru).
Tabel 2. Pengaruh polusi udara terhadap kesehatan jangka pendek dan jangka
panjang

Pajanan jangka pendek


- Perawatan di rumah sakit, kunjungan ke Unit Gawat Darurat atau
kunjungan rutin dokter, akibat penyakit yang terkait dengan respirasi
(pernapasan) dan kardiovaskular.
- Berkurangnya aktivitas harian akibat sakit
- Jumlah absensi (pekerjaan ataupun sekolah)
- Gejala akut (batuk, sesak, infeksi saluran pernapasan)
- Perubahan fisiologis (seperti fungsi paru dan tekanan darah)
Pajanan jangka panjang
- Kematian akibat penyakit respirasi/pernapasan dan kardiovaskular
- Meningkatnya Insiden dan prevalensi penyakit paru kronik (asma,
penyakit paru osbtruktif kronis)
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin
- Kanker
Sumber: WHO dan ATS (American Thoracic Society) 2005

Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan
sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar
dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi udara
kota dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan karenanya.

* Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara
kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.

* Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu


dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan,
terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi
polutan udara.

* Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan
tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas
terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu
lintas dan mengurangi polusi udara.

* Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang


sering diistilahkan dengan "polisi tidur" justru merupakan biang polusi. Kendaraan
bermotor akan memperlambat laju

* Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi
meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan
adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di
samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.

* Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama


yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
Penutup

Polusi udara dan dampaknya terhadap kesehatan merupakan masalah nyata terkait
dengan urbanisasi/pembangunan. Untuk mengurangi pengaruh polusi udara
tergadap kesehatan, pengurangan sumber polutan sudah pasti harus merupakan
target utama jangka panjang baik dengan pemanfaatan teknologi maupun regulasi
pemerintah. Namun demikian, untuk jangka pendek, mengurangi pajanan
individual merupakan salah satu cara yang cost-effective. Pengurangan pajanan
secara makro dapat dilakukan misalnya dengan pemberlakuan zona khusus
kendaraan bermotor ataupun penentuan lokalisasi industri. Secara mikro misalnya
dengan memperbaiki ventilasi/sirkulasi udara di tempat tinggal/kerja ataupun
memberikan pendidikan/informasi bagi populasi yang rentan agar mengurangi
pajanan tersebut serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Kesimpulan
Untuk mengurangi dampak polusi udara terhadap kesehatan manyarakat perkotaan
dapat dilakukan dengan cara-cara yang sudah disebutkan dalam kajian pustaka.
Dalam pelaksanannya harus bersama dengan semua pihak yang terkait mulai dari
Pemerintah, LSM dan masyarakat secara umum.
Saran
Kita menyarankan kepada pemerintah agar membuat peraturan yang ketat terkait
pencemaran lingkungan udara, air ataupun tanah. Juga menyarankan kepada
kepolisian agar menjaga lalu lintas tetap lancar sehinnga mengurangi emisi gas
yang terbuang ke udara. Juga peran masyarakat terhadap lingkungan itu sendiri.
Daftar pustaka
http://www.yahoo.com
http://www.google.co.id
http://www.images.google.com
http://www.bing.com
http://www.wahli.com
http://www.wikipedia.com
http://www.freefoto.com

dan daftar pustaka dari sebuah situs yang kami kunjungi:

1. American Thoracic Society. What constitutes and adverse health effect of air pollution?
Am J Respir チ@Crit Care Med 2000;161:665–73.
2. Air Pollution and Cardiovascular Disease: A Statement for Healthcare Professionals
From the Expert Panel on Population and Prevention Science of American Heart Association.
Circulation 2004;109;2655-2671
3. Bhatnagar A. Environmental Cardiology: Studying Mechanistic Links Between Pollution
and Heart Disease. Circ. Res. 2006;99:692-705.
4. Holguin F. Traffic related exposures and lung function in adult. Thorax 2007;62:837-8.
5. Jerrett M. Does traffic-related air pollution contribute to respiratory diseases formation in
children? Eur Respir J 2007;29:825–6.
6. Lippmann M. Health Effects of Airborne Particulate Matter. N Engl J Med 2007;357:23.
7. Napitupulu L, Resosudarmo BP. Health and Economic Impact of Air Pollution in Jakarta.
Economic Record 2004;80:s1:s65-75
8. Nel A. Atmosphere. Air Pollution–Related Illness: Effects of Particles. Science
2005;308:804-6.
9. Ostro, B. 1994 Estimating Health Effects of Air Pollutants: A Methodology with an
Application to Jakarta. Policy Research Working Paper 1301. Washington, D.C. the World
Bank
10. WHO Regional Office for Europe. Air quality guidelines for Europe, 2nd ed. Copenhagen,
2005 (WHO Regional Publications, European Series).
11. www.who.int Accessed on February 19, 2008
12. www.epa.gov Accessed on February 19, 2008
13. www.worldbank.org Accessed on February 19, 2008

You might also like