Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
alam yang tinggi. Sebagaimana disampaikan dalam hasil penelitian Worldbank Tahun
2005, tentang sebaran income negara, sektor berbasis kelautan hanya menghasilkan
kurang dari 5% dari keseluruhan pendapatan negara.
Jika kita berpegangan kepada faktor sejarah, budaya maritim dan proporsi luasan darat –
laut Indonesia, seharusnya, pembangunan kita lebih ditumpukan pada pembangunan yang
berbasis kelautan.
Indonesia yang secara laten terus menerus mengalami penjarahan oleh negara tetangga.
Selain itu mulai berkurangnya pemasukan negara dari sektor hasil hutan dan tambang
juga mejadi pemicu.
Secara fisik, kota pesisir di Indonesia merupakan pusat pelayanan aktivitas sosial-
ekonomi, dimana didalamnya terkandung berbagai aset sosial dan ekonomi yang
memiliki nilai ekonomi dan finansial yang sangat besar. Akan tetapi pembangunan kota
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
pesisir berpotensi memberikan dampak lingkungan yang merupakan akibat dari dampak
yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di daratan, seperti
pertanian, perkebunan, kehutanan, industri, permukiman dan sebagainya.
Demikian pula dengan berbagai kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti
kegiatan pengeboran minyak lepas pantai dan perhubungan laut. Pencemaran akibat
kegiatan industri, rumah tangga dan pertanian di darat (land-based pollution sources)
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Secara ekonomi, kota pesisir memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
PDB nasional. Selain itu, pada wilayah ini juga terdapat berbagai sumber daya masa
depan dengan potensi yang belum dikembangkan secara optimal, misalnya potensi
perikanan sekaligus investasi yang dapat berperan di dalamnya. Akan tetapi kemiskinan
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Secara politik dan hankam, sebagian kota pesisir juga merupakan kawasan
perbatasan antar-negara maupun antar-daerah yang sensitif dan memiliki implikasi
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Fakta menunjukkan, bahwa sekitar 60% dari populasi dunia berdiam di kawasan
selebar 60 km dari pantai dan diperkirakan akan meningkat menjadi 75% pada tahun
2025, dan 85% pada 2050. Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil sendiri menyebutkan
bahwa sejumlah 166 kota di Indonesia berada ditepi air .
Wua-wua, dan lain-lain. Sehingga dari hal tersebut mulai dampak sosial baik berkaitan
dengan lingkungan pemukiman, penanganan masalah sampah, regulasi pembuangan
limbah industri serta masalah sosial yang menyangkut kondisi nelayan dan kondisi
kesehatan masyarakat di sekitar pantai atau sungai.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
B. Rumusan Masaalah
Adapun rumusan masaalah yang akan kami bahas pada Bab pembahasan adalah:
2. Bagaimana perencanaan dan desain kawasan pemukiman di sekitar sungai lasolo yang
berkaitan dengan konsep Waterfront?
b. Sasaran Penelitian
Sasaran yang hendak ingin di capai dalam penelitian ini adalah berupa
perencanaan program ruang luar kawasan bantara sungai lasolo dan penerapan konsep
waterfront yang di sesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar sungai.
D. Maksud Penelitian
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
2. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah kota kendari untuk mengelolah kembali
kawasan bantaran sungai Lasolo.
b. Secara subjektif
1. Sebagai landasan dalam merencanakan dan mendesain kembali kawasan sekitar
Sungai Lasolo dengan menerapkan konsep waterfront yang sesuia dengan disiplin
ilmu Arsitektur.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
2. Sebagai salah satu tugas kelompok yang harus di penuhi untuk memperoleh nilai
pada mata kuliah Perancangan Ruang Luar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Haluoleo.
Arsitektur dan Hal-hal di luar ilmu arsitektur akan dibahas seperlunya sepanjang masih
berkaitan dan mendukung masalah utama.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Pengertian Waterfront yaitu bagian dari suatu area hunian atau kota yang berbatasan
dengan air, khususnya daerah dermaga dimana kapal-kapal berlabuh (Dictionary of the English
Language, 2000)
Waterfront juga berarti area dari suatu kota (seperti pelabuhan atau galangan kapal) sepanjang
wilayah perairan kota (thefreedictionary.com, 2005 ).
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Pengertian waterfront dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi laut,
bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003). Sedangkan, urban
waterfront mempunyai arti suatu lingkungan perkotaan yang berada di tepi atau dekat wilayah
perairan, misalnya lokasi di area pelabuhan besar di kota metropolitan (Wrenn, 1983). Dari
kedua pengertian tersebut maka definisi waterfront adalah suatu daerah atau area yang terletak di
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
dekat/berbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat satu atau beberapa kegiatan dan
aktivitas pada area pertemuan tersebut.
Salah satu jenis waterfront berdasarkan keberadaannya adalah kawasan tepian sungai atau
kanal. Sebuah sungai atau kanal di dalam kota disamping berfungsi sebagai saluran utama
pengendali banjir dan saluran pembuangan limbah air kotor bagi penduduknya, juga memiliki
fungsi sebagai ruang publk.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
pertemuan tersebut. Perairan yang dimaksud bisa berupa unsur air alami (laut, sungai, kanal,
danau) atau unsur air buatan (kolam, danau buatan). Sedangkan muatan kegiatan bisa berupa
aktivitas perairan seperti berperahu (dayung atau layar) atau aktivitas pantai (pesisir, promenade,
atau esplanade) yang memanfaatkan pemandangan perairan. Pengertian waterforn development
telah demikian berkembang, sehingga mencakup pengembangan kawasan yang sama sekali jauh
dari sumber air alami. Sebagai contoh, dalam rangka Expo '82 di Knoxville, Tennessee (USA),
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
suatu kawasan bekas stasiun kereta api telah dirombak menjadi sebuah taman air aktif yang dapat
dikategorikan sebagai sebuah waterfront development.
Jenis Waterfront
Berdasarkan tipe proyeknya, waterfront dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
1. Konservasi
Konservasi adalah penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini
dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat.
2. Pembangunan kembali (redevelopment)
Redevelopment adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront lama yang
sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau
membangun kembali fasilitasfasilitas yang ada.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
3. Pengembangan (development).
Development adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat
ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.
Residential waterfront adalah perumahan, apartemen, dan resort yang dibangun di pinggir
perairan.
4. Working waterfront (breen, 1996)
Working waterfront adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial, reparasi kapal
pesiar, industry berat, dan fungsi-fungsi pelabuhan.
Kriteria Waterfront
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Kriteria umum dari penataan dan pendesainan waterfront adalah (Prabudiantoro, 1997):
Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau, sungai, dan
sebagainya).
Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau pariwisata.
Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau
pelabuhan.
Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
1. Aspek arsitektural
Aspek arsitektural berkaitan dengan pembentukan citra (image) dari kawasan waterfront
dan bagaimana menciptakan kawasan waterfront yang memenuhi nilai-nilai estetika.
2. Aspek keteknikan
Aspek keteknikan berkaitan terutama dalam perencanaan struktur dan teknologi konstruksi
yang dapat mengatasi kendala-kendala dalam mewujudkan rancangan waterfront, seperti
stabilisasi perairan, banjir, korosi, erosi, kondisi alam setempat, dan sebagainya.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Menurut Pendapat Bahwa Dalam perancangan kawasan tepian air, terdapat dua aspek
penting yang mendasari keputusan-keputusan serta solusi rancangan yang dihasilkan. Kedua
aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks perkotaan (Wren, 1983 dan Toree, 1989).
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
a. Faktor Geografis
Merupakan hal-hal yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan jenis serta
pola penggunaannya. Termasuk di dalam aspek ini adalah
Kondisi perairan, yaitu jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan
konfigurasi, pasang-surut, serta kualaitas airnya.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang perlu ditentukan
arah pengembangannya (misalnya restorasi, renovasi atau penggunaan adaptif) serta
bagian tradisi yang perlu dilestarikan.
Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta
pengaturan sirkulasi didalamnya.
Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan
satu kawasan waterfront dengan lainnya. Ciri ini dapat dibentuk dengan
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Awalnya berkembang dari arah perairan, yaitu dengan dibangunnya beberapa sarana
yang menunjang fungsi utama dari area waterfront.
Ketika area waterfront mulai ramai dikunjungi dan ditempati orang maka terjadilah
perluasan lokasi dan penyebaran ke arah daratan.
Pertambahan penduduk yang tinggal mendorong munculnya beberapa sarana penunjang
lainnya, seperti dermaga kecil, jalur sirkulasi tambahan, dan sebagainya.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Seiring pertambahan penduduk dan aktivitas yang semakin banyak maka dibuatlah
beberapa saluran kanal di area waterfront. Hal ini bertujuan untuk tetap mempertahankan
ikatan visual dan karakter pada area waterfront, dan membuat pemisah buatan yang
memisahkan secara jelas fungsifungsi yang ada pada site.
Pola susunan massa dan ruang pada zona-zona yang berada di area waterfront harus
mengacu dan berorientasi ke arah perairan. Apabila hal ini tidak diterapkan maka area tersebut
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
akan kehilangan cirri khas dan karakternya sebagai area waterfront. Zona-zona yang ada di area
waterfront tercipta karena area waterfront merupakan suatu area yang menjadi tempat bertemu
dan berintegrasinya beberapa fungsi kegiatan menjadi satu.
Pada umumnya, zona yang berada langsung berbatasan dengan daerah perairan utama
mempunyai fungsi-fungsi kegiatan utama yang bersifat publik sehingga dapat diakses dari segala
arah oleh semua orang. Setelah zona utama terbentuk barulah kemudian di sekitarnya dibangun
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
zona-zona ruang yang lebih kecil yang berisi fungsi-fungsi penunjang kawasan utama tersebut
atau berisi daerah permukiman penduduk. Sirkulasi atau jaringan jalan merupakan elemen
kawasan yang penting. Sirkulasi adalah lahan yang digunakan sebagai prasarana penghubung
antara zona-zona di dalam kawasan dan akses dengan kawasan lainnya.
Sirkulasi pada area waterfront ada dua jenis, yaitu sirkulasi darat dan sirkulasi air.
Idealnya kedua sirkulasi tersebut mempunyai jumlah dan luas yang sama besarnya. Selain itu,
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
penataan sirkulasi pada area waterfront dikatakan baik apabila jaringan jalannya berpola lurus
dan sejajar dengan sisi perairannya. Penataan ini memudahkan semua orang untuk menikmati
view ke arah perairan. Sedangkan penataan sirkulasi darat yang tidak berdekatan dengan area
perairan mengakibatkan salah orientasi dan hilangnya citra dari waterfront itu sendiri. Ruang-
ruang pada suatu area waterfront terbentuk sesuai dengan bentuk dan morfologi dari
kawasannya. Pola morfologi yang umum pada area waterfront adalah linear, radial, konsentrik
dan brach seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
A. Pola linear biasanya menyebar dan memanjang sepanjang garis tepi air seperti pantai
dan sungai.
B. Pola radial adalah pola susunan ruang dan massanya mengelilingi suatu wilayah
perairan seperti danau dan teluk.
C. Pola konsentrik merupakan pengembangan dari bentuk radial yang menyebar secara
linear ke arah belakang dari pusat radial.
D. Pola branch terbentuk jika ada anak-anak sungai dan kanal-kanal
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Selain itu dalam mengolah kawasan tepian air, beberapa elemen dapat diberikan
penekanan dengan memberikan solusi disain yang spesifik, yang membedakan dengan olahan
kawasan lainnya atau yang dapat memberikan kesan mendalam sehingga selalu dikenang oleh
pengungjungnya. Di antara elemen-elemen penting dalam waterfront development adalah:
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
a. Pesisir
Kawasan tanah atau pesisir yang landai/datar dan langsung bertasan dengan air.
Merupakan tempat berjemur atau duduk-duduk dibawah keteduhan pohon (kelapa atau
jenis pohon pantai lainnya) sambil menikmati pemandangan perairan.
b. Promenade/Esplanade
Perkerasan di Kawasan tepian air untuk berjalan-jalan atau berkendara
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
c. Dermaga
Tempat bersandar kapal/perahu yang sekaligus berfungsi sebagai jalan di atas air untuk
menghubungkan daratan dengan kapal atau perahu. Pada masa kini dermaga dapat diolah
sebagai elemen arsitektural dalam penataan kawasan tepian air, dan diperluas fungsinya
antara lain sebagai tempat berjemur.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
d. Jembatan
Penghubung antara dua bagian daratan yang terpotong oleh sungai atau kanal. Jembatan
adalah elemen yang sangat populer guna mengekspresikan misi arsitektural tertentu,
misalnya tradisional atau hightech, sehingga sering tampil sebagai sebuah scuilpture.
Banyak jembatan yang kemudian menjadi Lengaran (landmark) bagi kawasannya,
misalnya Golden Gate di San Francisco atau Tower Bridge di London.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
e. Pulau buatan/bangunan air Bangunan atau pulau yang dibuat/dibangun di atas air di
sekitar daratan, untuk menguatkan kehadiran unsur air di kawasan tersebut. Bangunan
atau pulau ini bisa terpisah sama sekali dari daarata, bisa juga dihubungkan dengan
jembatan yang merupakan satu kesatuan perancangan.
Berupa taman atau plaza yang dirangkaikan dalam satu jalinan ruang dengan kawasan
tepian air. Contoh klasik dari rangkaian urbaan space di kawasan tepian air adalah Piazza
de La Signoria yang dihubungkan dengan Ponte Veccnio, di Firenze, serta Piazza San
MMarco dengan Grand Canal, di Venezia.
g. Aktivitas
Guna mendukung penataan fisik yang ada, perlu dirancang kegiatan untuk meramaikan
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
atau memberi ciri khas pada kawasan pertemuan antara daratan dan perairan. "Floating
market" misalnya, adalah kegiatan tradisional yang dapat ditampilkan untuk menambah
daya taarik suatu kawasan waterfront, sedang festival market place adalah contoh paduan
aktivitas (hiburan dan perbelanjaan) dengan tata ruang waterfront (plaza atau urban
space). Selain itu juga terdapat jenis kegiatan yang bisa ditampilkan secara berkala,
misalnya festival perahu/gondola atau layang-layang.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Mengingat bahwa salah satu sebab maraknya pembangunan di kawasna tepian air
disebabkan oleh langkahnya lahan perkotaan, maka fungsi-fungsi yang diberikan pada proyek-
proyek waterfront juga mencerminkan kebutuhan perkotaan pada masa kini. Meski bisa
dibedakan adanya berbagaai fungsi, namun pada suatu kawasan tepian air bisa dihadirkan
beberapa fungsi sekaligus. Sedangkan fungsi-fungsi dimaksud antara lain adalah:
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
a. Hunian
Salah satu kelebihan hunian di kawasan tepian air adalah dimungkinkannya untuk
menambatkan kapal-kapal pribadi (boat/yacht) di sekitar rumah. Bentuk hunian dapat
berupa rumah-rumah tunggal atau berupa kondominium. Jenis waterfront housing ini
diperkenalkan di Port Grimaud, Prancis (1966), kemudian di contoh diberbagai tempat,
antara lain Port Louis, Lousiana AS (1986) dan Pantai Mutiara, Jakarta (1987).
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Keberhasilan proyek perumahan tepi air Pantai Mutiara telah mendorong pengembangan
proyek serupa di Pantai Indah Kaapuk dan perluasan Ancol.
b. Bisnis
Pembangunan kawasan bisnis berskala besar di kawasan tepian air, dipelopori oleh
proyek Battery City Park di New York, telah melambungkan citra waterfront
development sebagai urban project yaang menggejala di kota-kota besar dunia sejak awal
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
tahun 80-an. Menara-menara kantor dan hotel merupakan unsur yang dominan dalam
membentuk wajah kawasan tepian air. Wajah seperti inilah yang kemudian bisa
disaksikan antara lain di Canary Wharf - salah
satu bagian kawasan London Docklands atau CBD (Central Business District) di kawasan
Olympic Village, Barcelona. Sedangkan yang masih dalam tahap konstruksi adalah
kompleks Watertad di Rotterdam serta Dowtown Core Portview di Marina Bay,
Singapura.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
keramaian lainnya. Solusi gaya Amerika ini banyak mewarnai penataan kawasan tepian
air kota-kota besar lain diseluruh dunia.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
STUDI KASUS
JAKARTA WATERFRONT CITY
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
oleh
Dameria Panjaitan, Rahmat Yananda, Adipati Rahmat
Jakarta Waterfront City, pada dasarnya merupakan pembangunan pantai terpadu yang
meliputi pembenahan, penataan dan pembangunan pantai, sebagai proses menangani masalah
perkotaan yang jauh lebih besar. Seperti, penataan permukiman dipesisir pantai, penanganan
masalah sampah, regulasi masalah pembuangan limbah serta masalah sosial yang menyangkut
kondisi nelayan dan kondisi kesehatan masyarakat di sekitar pantai.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Sebagai kota pesisir yang merupakan kawasan strategis, Jakarta Utara perlu
dikembangkan sebagai Jakarta Waterfront City yang mempunyai tujuan utama merevitalisasi,
memperbaiki kehidupan masyarakat pantai, termasuk nelayannya. Pantai juga ditata kembali
bagi kesejahteraan masyarakat, dengan memberdayakan keunggulan ekonomis dari pantai
tersebut, seperti pariwisata, industri, pelabuhan, pantai untuk publik dan juga perumahan.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
bantaran sungai penuh dengan hunian tanpa izin. Kecuali itu sarana transportasi, air bersih, kota
tua yang sangat berpotensi untuk wisata, semua dalam keadaan yang memprihatinkan.
.
Pada dasarnya, pengelolaan pesisir secara empirik tidak harus dilakukan dengan basis
akar teori yang kuat, seperti halnya ilmu-ilmu dasar.Pengelolaan pesisir harus
mengkombinasikan berbagai pendekatan mulai dari teoritis sampai pragmatis untuk mencapai
tujuan pengelolaan itu sendiri. Pengelolaan pesisir memiliki fungsi utama untuk mengelola
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
seluruh keiatan dan apa yang ada dalam wilayah pesisir dalam satu kerangka pengelolaan yang
telah didesain sebelumnya (Kay dan Adler, 1999) [12].
Dibatasi oleh air, Jakarta Waterfront City ditantang untuk menggunakan lahan terbatas
sekaligus melindungi sumber daya alam kritis dari efek berpotensi merusak lingkungan. Jakarta
Waterfront City harus mempertimbangkan keseluruhan masalah ketika mengelola sumberdaya
daratan dan lautan. Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam Jakarta Waterfront City adalah :
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Ketahanan terhadap bencana alam, seperti kenaikan permukaan laut, adalah terkait erat
dengan penentuan tapak dan desain pembangunan, serta hijau yang dibangun dan infrastruktur
yang mendukung. Well-planned and well-maintained natural systems dapat membantu
melindungi Jakarta Waterfront City dalam banyak cara. Misalnya, dataran banjir alami dapat
bertindak sebagai pelindung penyangga yang menyerap air banjir, mengurangi kecepatan dan
jumlah banjir, mengendalikan erosi, melindungi pasokan air minum dan kualitas air, dan isolasi
bangunan dan jalan-jalan dari kerusakan.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
dampak pesisir sekunder, seperti mengurangi aliran air tawar ke daerah pantai, degradasi kualitas
air muara, dan peningkatan polusi udara dari peningkatan lalu lintas.
Dampak dari setiap proyek pengembangan tunggal mungkin kecil, tetapi ketika
dikombinasikan dengan semua dampak pembangunan lainnya ke daerah aliran sungai sepanjang
waktu, mereka bisa mengancam pesisir dan pantai rapuh sumber daya dan kualitas kehidupan.
Karena itu kebijakan Jakarta Waterfront City harus diutamakan mengatur pertumbuhan dan
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
perkembangan di sepanjang jalur air yang peka terhadap kerentanan lingkungan dan dapat
melindungi aset-aset perkotaan yang berharga.
Masyarakat harus memahami bahwa pesisir dan laut sebagai common property adalah hak
bersama. Paradigma ini harus dijadikan doktrin kepercayaan publik termasuk lewat penggalian
sejarah budaya dan kebanggaan bangsa, karena paradigma ini adalah faktor kunci yang
mempengaruhi partisipasi masyrakat secara aktif dalam mendorong dan menjaga pembangunan
pesisir dan pantai Jakarta Waterfront City.
Kebijakan dan program tidak akan bertahan tanpa dukungan UU dan peraturan daerah
yang mengatur dibawahnya. Masalah daratan dan pesisir merupakan isu yang sangat kompleks
karena itu perlu payung hukum yang fleksibel dan dinamis sekaligus kuat dalam menata
penggunaan lahan, melestarikan lingkungan, dan mendorong pembangunan infrastruktur untuk
pembangunan.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
3. Mitigasi dan Adaptasi terhadap naiknya muka air laut diselaraskan dengan fungsi-
fungsi.
4. Sosialisasi dan informasi pentingnya memahami Jakarta Waterfront City akan
diterapkan melalui program-program pemberdayaan masyarakat,
5. Jakarta Waterfront City akan mendukung seluas-luasnya upaya pelestarian fungsi
ekologis lingkungan dan biota lautnya.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
1. PENDAHULUAN
1.1. Paradigma Pembangunan
Pembangunan Indonesia sejauh ini telah menitikberatkan pembangunan pada bidang
ekonomi. Pendekatan dalam bidang ekonomi tersebut, dianggap mampu mengatasi masalah
pemenuhan kebutuhan hidup, penyediaan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja dan
menumbuhkan ekonomi bagi sektor riil. Namun, perlu diperhatikan bahwa, aspek pembangunan
tersebut lebih terfokus kepada upaya menumbuhkembangkan sektor-sektor unggulan yang
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
berbasis daratan. Hal ini mudah dimengerti mengingat sebagai zambrud khatulistiwa, Indonesia
dikaruniai daya dukung alam yang tinggi. Sebagaimana disampaikan dalam hasil penelitian
Worldbank Tahun 2005, tentang sebaran income negara, sektor berbasis kelautan hanya
menghasilkan kurang dari 5% dari keseluruhan pendapatan negara.
pembangunan berbasis kelautan (seaward oriented development) jauh dari nilai optimal. Jika kita
berpegangan kepada faktor sejarah, budaya maritim dan proporsi luasan darat –laut Indonesia,
seharusnya, pembangunan kita lebih ditumpukan pada pembangunan yang berbasis kelautan.
harus dilakukan secara simultan. Simultan dalam pengertian ini berarti serentak dan serempak.
Keduanya, landward dan seaward harus bersinergi satu sama lain.
laten terus menerus mengalami penjarahan oleh negara tetangga. Selain itu mulai berkurangnya
pemasukan negara dari sektor hasil hutan dan tambang juga mejadi pemicu.
Fakta menunjukkan, bahwa sekitar 60% dari populasi dunia berdiam di kawasan
selebar 60 km dari pantai dan diperkirakan akan meningkat menjadi 75% pada tahun 2025, dan
85% pada 2050. Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil sendiri menyebutkan bahwa sejumlah 166
kota di Indonesia berada ditepi air (Waterfront) [2].
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Paper ini merupakan upaya penggalian pra resolusi atas ancaman kenaikan muka air
laut bagi kawasan perkotaan di Indonesia, khususnya Kotamadya Jakarta Utara sebagai kawasan
pesisir dengan nilai ekonomi (baik secara potensi maupun ketersediaan infrastruktur) yang
terbesar di Indonesia.
Jakarta Utara adalah kota administrasi di sebelah utara Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
yang berbatasan dibagian Utara dengan Laut Jawa, dibagian Timur dengan Bekasi, dibagian
Selatan dengan Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur; dan dibagian barat dengan Kota
Tangerang. Secara administratif, wilayah Jakar ta Utara terdiri atas 7 Kecamatan, yaitu
kecamatan Pulau Seribu, Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Pademangan, Kecamatan Tanjung
Priok, Kecamatan Koja, Kecamatan Kelapa Gading dan Kecamatan Cilincing.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Berdasarkan Tabel dibawah ini, dapat diketahui bahwa dari jumlah penduduknya,
jumlah terbesar berada pada Kecamatan Tanjung Priok sebesar 312.349 jiwa, dan jumlah
penduduk terendah ada di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 107.557 jiwa.
Tanpa perlu diancam oleh kenaikan muka air laut pada Tahun 2050 nantipun, pada
dasarnya jumlah penduduk di Kota Jakarta Utara secara signifikan terus mengalami penurunan.
Tingkat pertumbuhan negatif ini secara logis diakibatkan oleh semakin tidak kondusifnya Kota
Jakarta Utara sebagai tempat tinggal, dikarenakan biaya hidup yang semakin tinggi, NJOP lahan
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
yang meroket, polusi udara, air dan suara yang melebihi batas hingga minimnya sarana dan
prasarana umum karena telah bertransformasi menjadi kawasan bisnis terpadu.
Secara geomorfologis, wilayah Pantai Utara (Pantura) Jakarta berada pada satuan
geomorfologi dataran aluvial. Wilayah ini terutama tersusun atas endapan aluvial lempung
hingga lanauan, yang sebagian besar berupa lempung rawa yang banyak mengandung sisa-sisa
tumbuhan, lembab, plastisitas rendah, dan kedap air. Karena didominasi oleh lapisan sedimen,
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
maka wilayah pantai utara Jakarta sangat berpotensi mengalami fenomena Land subsidence[4].
Fenomena penurunan tanah ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : pengambilan air tanah
yang berlebihan, penurunan karena beban bangunan, penurunan karena adanya konsolidasi
alamiah dari lapisan-lapisan tanah, serta penurunan karena gaya-gaya tektonik.
Land Subsidence telah cukup lama dilaporkan terjadi di wilayah Jakarta Utara.
Menurut para peneliti selama ini ada empat tipe land subsidence yang mungkin terjadi di basin
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Jakarta, yaitu land subsidence karena pengambilan air tanah yang berlebihan, land subsidence
karena beban bangunan, land subsidence karena adanya konsolidasi alamiah dari lapisan-lapisan
tanah, serta land subsidence yang diakibatkan oleh timbulnya gaya tektonik. Terjadinya
penurunan tanah sebanyak 20 hingga 200 sentimeter telah terdeteksi dalam periode 1982 hingga
1997. Kecepatan penurunan tanah di Jakarta Utara berkisar sekitar satu hingga lima sentimeter
per tahun. Bahkan berdasarkan pengukuran terbaru pada Tahun 2007-2008, terjadi penurunan 17
hingga 26 sentimeter per tahun.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Dampak lain yang menimpa ekosistem pesisir bisa disebabkan oleh naiknya
permukaan air atau naiknya temperatur permukaan air, seperti memicu terjadinya coral bleaching
dan coral desease, terganggunya habitat mangrove dan ekologi rumput laut dan ganggang
(Windriani, 2009:12).
Dampak lain yang timbul akibat naiknya permukaan laut adalah mundurnya garis
pantai. Tidak hanya pantai utara Jawa, garis pantai utara dari Propinsi Jawa Tengah sampai
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Propinsi Banten juga akan berpotensi mengalami kemunduran. Jika di Marunda diperkirakan
garis pantai akan mundur sejauh 32,05 meter, maka di pantai Bedono Kabupaten Demak
kemundurannya mencapai hingga 175,60 meter (Windriani, 2009:22-23).
Ada empat jenis respon yang disampaikan dilakukan dalam perencanaan kota terhadap
naiknya permukaan air laut. Pertama, tidak melakukan tindakan apapun (doing nothing) kerena
tidak yakin dengan kenaikan permukaan air laut. Kedua, daerah garis pantai dimundurkan
(managed retreat) agar tersedia tempat untuk menampung luapan air akibat kenaikan permukaan.
Ketiga, beradaptasi secara struktural (structural protection) terhadap kenaikan permukaan air
laut. Misalnya, rumah dibuat bisa terapung. Keempat, respon yang dilakukan tidak hanya terkait
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
kenaikan permukaan air laut, tetapi lebih jauh mengarah kepada pendekatan regional. Respon
perencanaan ini melingkupi seluruh permasalahan terkait pesisir seperti ekosistem pesisir, area
rekreasi dan perikanan. Respon ini dinamakan dengan Integrated Coastal Zone Management
(ICM) (Antin, 2009:16-24).
Antin menjelaskan bahwa pendekatan ICM satu kota menghadapi masalah kenaikan
permukaan air laut bekerja sama dengan kota-kota lainnya secara nasional dan internasional.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Kota dan negara bersama-sama membuat kesepakatan, tentang informasi kenaikan muka air laut
di masing-masing wilayah misalnya. Kerja sama bentuk lain, misalnya satu kota mengalami
penurunan permukaan tanah. Kota yang mengalami sedimentasi dapat membantunya dengan
mengirimkan sedimen. Kota-kota tersebut tinggal mengatur pengangkutannya. Pendekatan
hybrid diyakini lebih efektif dalam mengatasi dan mengantisipasi naiknya permukaan air laut.
Dalam tulisan ini, pendekatan ICM menjadi platform membangun kota pesisir yakni Waterfront
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
City, dimana paradigma pembangunan akan menyelaraskan pendekatan dengan berbasis kepada
daratan dan lautan sebagai panduannya.
berkelanjutan (sustainable) yang sejajar dan bersaing dengan kota-kota lain di dunia seperti
Sidney, Singapura dan Hongkong.
Oleh karena itu, melalui Keppres Nomor 52 Tahun 1995, Presiden Soeharti kala itu
memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada Gubernur DKI Jakarta untuk
menyelenggarakan reklamasi kawasan Pantura Jakarta, yang ditindaklanjuti oleh Perda DKI No.
8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura
Jakarta. Sementara itu Perda DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang RTRW Jakarta 2010 juga
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Secara teknis, kawasan Pantura Jakarta yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara,
direncanakan sebagian merupakan kawasan hasil reklamasi dan sebagian lagi merupakan
kawasan daratan pantai lama. Areal hasil reklamasi akan meliputi bagian perairan laut yang
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
diukur dari garis pantai utara Jakarta secara tegak lurus ke arah laut, sehingga mencakup garis
yang menghubungkan titik-titik terluar dengan kedalaman laut – 8.00 m.
Panjang garis pantai Utara Jakarta adalah ± 32 km, meliputi garis pantai yang
berbatasan dengan Pantai Utara Tangerang di bagian Barat hingga perbatasan Pantai Utara
Bekasi di Bagian Timur. Areal daratan pantai lama termasuk kawasan Pantura Jakarta mencakup
Kecamatan Pademangan, Penjaringan, Koja, Tanjung Priok dan Cilincing. Di bagian selatan,
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
kawasan Pantura Jakarta berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Gading di Kodya Jakarta Utara,
Kodya Jakarta Barat, Kodya Jakarta Pusat dan Kodya Jakarta Timur
fungsional, visual maupun lingkungannya dan biaya dari dana pembangunan fisik reklamasi,
baik yang sifatnya langsung maupun tidak langsung.
2. Secara visi, pengembangan Pantura Jakarta memiliki nilai yang sangat positif yakni :
3. Terwujudnya kota Jakarta sejajar dengan kota besar lainnya di dunia dengan
bercirikan kota pantai,
4. Terwujudnya kota pantai Jakarta siap menghadapi persaingan global,
5. Sedangkan misi dari pengembangan Pantura Jakarta adalah :
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Berdasarkan penyampaian konsep, visi dan misi diatas, dapat kami simpulkan bahwa,
pada dasarnya konsep reklamasi yang menurut rencananya dilaksanakan pada tahun 1995 namun
hingga saat ini belum terlaksana adalah konsep pembangunan pantai terpadu, di antaranya terdiri
dari penataan dan pengelolaan pantai dan pesisir secara terpadu, yang merupakan pendekatan
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
lintas sector Namun pada dasarnya reklamasi bukanlah jawaban yang paling tepat dari upaya
penataan kawasan pesisir secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management). ICZM tidak
memandang upaya reklamasi sebagai suatu proses pengelolaan wilayah pesisir yang
berkelanjutan, karena reklamasi secara harafiah (reclaim) merupakan proses penambahan luas
daratan dan mengurangi luas lautan. Adalah benar bahwa ICZM bersifat dinamis demi
kesejateraan masyarakatnya, namun jika berpikir jangka panjang, dan juga untuk keseimbangan
lingkungan; maka tidak hanya faktor ekonomi yang diperhatikan, karen amasih ada faktor-faktor
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
lain seperti sosial, budaya dan terutama lingkungan, yang semuanya harus berada dalam batas-
batas yang ditentukan oleh dinamika alam.
Proses reklamasi juga secara nyata berdampak positif dan negatif, dengan kata lain
tidak langsung menyelesaikan masalah, namun juga menambah permasalahan baru, apalagi jika
menghitung dampak masif reklamasi secara jangka panjang, maka penataan dan pengelolaan
pantai dan pesisir secara terpadu dalam wujud reklamasi adalah sangat kurang tepat.
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
DAFTAR PUSTAKA
Cicin-Sain and Knecht. 1998. Integrated Coastal and Ocean Management. Island Press, 1718
Connecticut Avenue, N.W. Suite 300, Washington DC. 20009.
Dahuri. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2006. Pedoman Kota Pesisir. Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Google Earth, Retrieved from : Googleearth.com
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
Kay, R. and Alder, J. 1999. Coastal Planning and Management. London: EF&N Spoon. Articles
in Refereed Publications. Alder, J. and Lugten, G. (in press).
Pernetta, J. C. Milliman, J. D. 1995, Land- Ocean Interaction in the Coastal Zone (LOICZ)
Implementation Plan, IGBP, Stockholm. 20. N. N
Rencana Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta. 2007. Retrieved from :
www.panturajakarta.blogspot.com
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
United Nations Conference on Environment and Development, Earth Summit Retrieved from :
http://www.un.org/geninfo/bp/enviro.html.
Windriani, Umi et.al. 2009. Means of Adaption and Adaptation of Climate Change and Disaster
At Coastal Areas and Small Island. Direktorat Pesisir dan Lautan, Direktoral Jenderal
Kelautan,Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan
________________________________________
[1] Adisasmita, R. 2008. Ekonomi Archipelago
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
[2] Adisasmita, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2006. Pedoman Kota Pesisir
[3] Adisasmita, R. 2008. Ekonomi Archipelago
[4] Hasanuddin Z. Abidin, Laboratorium Teknik Geodesi ITB, Penelitian 2008.
[5] Google Earth, Googleearth.com.
[6] Dahuri, R. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
[7] United Nations Conference on Environment and Development, 1992
[8] Cicin-Sain and Knecht. 1998. Integrated Coastal and Ocean Management
Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”
[9] Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2006. Pedoman Kota Pesisir
[10] Pernetta dan Milliman, 1995 Land- Ocean Interaction in the Coastal Zone (LOICZ)
[11] Rencana Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta. 2007. www.panturajakarta.blogspot.com
[12] Kay dan Adler, 1999. Coastal Planning and Management