Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia kognitif masa anak anak awal adalah kreatif, bebas, dan penuh
imajinasi. Di dalam seni mereka, matahari kadang kadang berwarna hijau, dan
langit berwarna kuning. Mobil mengambang di awan, dan manusia seperti
kecebong. Imajinasi anak terus bekerja, dan daya serap mental mereka tentang
dunia semakin meningkat.
Pada tahap masa awal anak, seorang anak telah memasuki perkembangan
kognitif tahap praoperasional. Menurut piaget, tahap ini terjadi pada usia anak
mencapai 2 hingga 7 tahun. Pada tahap inilah konsep yang stabil dibentuk,
penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta
keyakinan pada hal hal yang magis terbentuk.
Imajinasi anak berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan ia
berbicara dan berbahasa. Seperti bermain, dunia imajinasi juga merupakan dunia
yang sangat dekat dengan dunia anak. Imajinasi anak merupakan sarana untuk
mereka berselancar dan belajar memahami realitas keberadaan dirinya juga
lingkungannya. Karena itu, orang tua dapat mengembangkan imajinasi anak
dengan menstimulasi tumbuh kembangnya potensi dan kemampuan imajinatif
anak untuk diekspresikan dengan efektif.
Berimajinasi akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kecerdasan
kreatif anak, serta membuat anak lebih produktif karena potensi dan kemampuan
imajinatif anak merupakan proses awal tumbuhkembang daya cipta dalam diri
anak yang bisa jadi menghasilkan sebuah kreasi yang menarik dan bermanfaat
untuk perkembangan kepribadiannya. Oleh karena itu, kajian mengenai imajinasi
pada anak diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat akan
pentingnya imajinasi dalam perkembangan kognitif seorang anak.
1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Imajinasi anak merupakan sarana untuk mereka berselancar dan belajar
memahami realitas keberadaan dirinya juga lingkungannya. Sebuah imajinasi lahir
dari proses mental yang manusiawi. Proses ini mendorong semua kekuatan yang
bersifat emosi untuk terlibat dan berperan aktif dalam merangsang pemikiran dan
gagasan kreatif, serta memberikan energi pada tindakan kreatif. Kemampuan
imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang bermanfaat
untuk kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas
perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu,
mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya
kepada orang lain.
Masalah yang dikaji dalam makalah ini dirumuskan dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah karakteristik usia anak?
2. Apakah definisi dari imajinasi?
3. Bagaimana perkembangan imajinasi pada anak?
4. Apakah manfaat dari imajinasi yang dimiliki oleh anak?
5. Bagaimana cara mengembangankan imajinasi pada anak?
C. Tujuan Pembahasan
Secara umum makalah dibuat untuk mengetahui gambaran umum
mengenai perkembangan imajinasi pada anak. Secara khusus tujuan penulisan
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Mengetahui tentang karakteristik usia anak
2. Mengetahui definisi dari imajinasi
3. Mengetahui perkembangan imajinasi pada anak
4. Mengetahui manfaat imajinasi pada anak
5. Mengetahui cara mengembangkan imajinasi pada anak
D. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam penyusunan makalah
ialah studi literatur. Dalam studi literatur tersebut diungkapkan konsep-konsep
baru dengan cara membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan
dengan kebutuhan pembahasan. Bahan bacaan mencakup buku-buku teks dan
hasil-hasil penelitian. Selain itu data diperoleh secara online dengan bantuan
search engine.
3
BAB II
PERKEMBANGAN IMAJINASI PADA ANAK
5
memperoleh asupan ASI secara teratur akan memiliki dasar kepercayaan diri yang
kuat. Perasaan (afektif) percaya diri anak akan melemah, jika si anak sering
mendapati kekecewaan, misalnya kebutuhan ASI yang tidak terpenuhi. Jika krisis
ini tidak mampu dilewati akan tumbuh perilaku-perilaku sepeti sinis, tidak
percaya diri, pesimistis, selalu kecewa, tidak terbuka, dan selalu merasa gagal atau
bersalah.
Kedua, krisis anal maskular (dubur) yang berlangsung pada usia 2 hingga
3 tahun. Pada masa ini anak belajar mengontrol tubuh mereka, khususnya
kebersihan dan mobilitas. Latihan membuang ''hajat'' dan membersihkannya
merupakan aktivitas yang sering ditemui. Namun lebih dari itu anak belajar
berlari, memeluk orang tua, dan mempertahankan mainannya. Kegagalan
melewati krisis ini hanya akan menjadikan seorang anak yang memiliki
kepribadian seperti robot, malu-malu, peragu, penakut, selalu merasa salah, dan
setiap kali itu pula meminta maaf.
Ketiga, krisis genital lokomotor yang berlangsung antara usia 3 hingga 6
tahun. Pada tahapan ini, anak mulai memahami fisiknya, anak mulai bertanya
mengapa mereka berbeda dengan lawan jenisnya. Kegagalan dalam melewati fase
ini bisa berakibat fatal dalam pertumbuhan psikologisnya terutama yang terkait
dengan kehidupan seksual. Seorang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak
peka pada bidang seks, takut impoten, memikirkan yang bukan-bukan, dan kadang
banyak omong namun tidak berisi. Kegagalan dalam melewati krisis ini bisa jadi
gagal dalam melewati krisis berikutnya, yakni krisis atensi, keremajaan, dan
kedewasaan muda di usia 18 tahun.
Ketiga krisis ini mau tidak mau, suka tidak suka, harus dilewati oleh
seorang anak manusia secara alami. Dengan demikian, seorang anak akan tumbuh
menjadi pribadi dengan kemampuan mental yang luar biasa, pribadi yang
memiliki inisiatif, penuh ide baru, optimistis, dinamis, ambisius, senang dengan
hal-hal baru, produktif, dan segala predikat positif lainnya. Dengan kata lain,
krisis ini menjadi sunatullah yang harus dilewati dengan baik, yang akan
mengantarkan seorang anak menjadi pribadi yang paripurna.
B. Definisi Imajinasi
Imajinasi secara umum, adalah kekuatan atau proses menghasilkan citra
mental dan ide. Istilah ini secara teknis dipakai dalam psikologi sebagai proses
membangun kembali persepsi dari suatu benda yang terlebih dahulu diberi
persepsi pengertian. Sejak penggunaan istilah ini bertentangan dengan yang
dipunyai bahasa biasa, beberapa psikolog lebih menyebut proses ini sebagai
menggambarkan atau gambaran atau sebagai suatu reproduksi yang bertentangan
dengan imajinasi produktif atau konstruktif.
Gambaran citra dimengerti sebagai sesuatu yang dilihat oleh mata pikiran.
Suatu hipotesis untuk evolusi imajinasi manusia ialah bahwa hal itu
memperbolehkan setiap makhluk yang sadar untuk memecahkan masalah
perseorangan oleh penggunaan simulasi jiwa.
7
membuat anak merasa nyaman berada di dalam imajinasinya.
Bagi anak-anak, berimajinasi merupakan kebutuhan alaminya dan bukan
bentuk kemalasan. Imajinasi anak bisa saja lahir sebagai hasil imitasi, meniru dari
tayangan yang ditontonnya atau pengaruh dari dongeng dan cerita yang
didengarnya. Namun, imajinasi juga dapat muncul secara murni dan orisinil dari
dalam benaknya. Jika kita mampu mengasah, mengembangkan dan mengelola
imajinasi anak, maka berimajinasi akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan
kecerdasan kreatifnya, membuatnya lebih produktif karena potensi dan
kemampuan imajinatif anak merupakan proses awal tumbuh kembangnya daya
cipta dalam diri anak yang dapat menghasilkan sebuah kreasi yang menarik dan
bermanfaat untuk perkembangan kepribadiannya.
9
Dengan berimajinasi, anak dapat menggali, mengangkat dan
memunculkan bakatnya yang mungkin saja terpendam. Bakat merupakan ciri
universal yang khusus, pembawaan yang luar biasa sejak lahir yang dapat
berkembang dengan adanya interaksi dari pengaruh lingkungan. Berimajinasi
bisa membuat anak menemukan arti kenyamanan yang bermuara pada
bakatnya, sehingga yang muncul dari imajinasinya tersebut adalah bakatnya
sendiri. Penting kita ketahui bahwa dalam imajinasi itu ada dua hal bermakan
yakni inovasi dan kreasi. Kedua hal bisa optimal dengan peran bakat, minat
serta dukungan lingkungan (suasana) yang menyenangkan.
BAB III
11
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Imajinasi anak merupakan sarana untuk anak berselancar dan belajar
memahami realitas keberadaan dirinya juga lingkungannya. Kemampuan
imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang bermanfaat
untuk kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas
perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu,
mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya
kepada orang lain, khususnya orang tuanya. Karena itu, berimajinasi mampu
membuat anak mengeluarkan ide-ide kreatifnya yang kadang kala
“mencengangkan”. Orang tua dapat mengembangkan imajinasi anak dengan
menstimulasi tumbuh kembang potensi dan kemampuan imajinatif anak untuk
diekspresikan dengan efektif.
Bermain, berimajinasi dan berkreasi merupakan dunia anak. Dalam
permainan, terdapat unsur pleasurable (menyenangkan), enjoyable (menikmati),
imajinatif dan aktif, sehingga tanpa bermain, imajinasi tidak akan berkembang
dengan baik, menjadi sebuah ide dan tindakan kreatif. Ketiga hal tersebut
merupakan rangkaian aktivitas yang melibatkan pikiran, perasaan dan gerak tubuh
anak yang sejatinya bermanfaat bagi perkembangan dan kepribadian anak. Pada
intinya, dalam perkembangan kognitif seorang anak imajinasi memiliki peranan
yang sangat penting. Tanpa imajinasi, seorang anak mustahil bisa menjadi
seseorang yang kreatif.
B. Rekomendasi
Imajinasi merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan
kognitif seorang anak. Oleh karena itu, imajinasi ini perlu ditumbuhkembangkan
pada diri anak sejak dini. Adapun beberapa upaya-upaya rekomendasi yang dapat
dilakukan oleh orang tua maupun guru untuk membantu anak dalam
mengembangkan imajinasinya.
1. Biarkan anak sedikit “berantakan”. Sifat kreatif harus dibiarkan untuk
berfokus pada kreasi, bukan diganggu dengan keinginan agar
semuanya rapi. Cara yang mudah adalah menyiapkan tempat mereka
berkreasi sehingga mereka bebas mengotori.
2. Berikan anak kebebasan. kreativitas membutuhkan sebanyak mungkin
kebebasan dalam berkarya. Tidak ada cara yang salah dalam mereka
menggambar, melukis atau mewarnai. Mengarahkan dan memberi
saran terlalu banyak pada anak saat ia berkreasi dapat menghambat
kreativitasnya.
3. Jangan mengkritik. Proses dan hasil karya anak hanya perlu
menyenangkan dirinya sendiri, bukan orang tua maupun orang lain.
4. Lihat lebih jauh dari cuma coretan saja. Temukan hal-hal yang bisa
dipuji dalam setiap karya kreatif anak.
5. Koleksi karya-karyanya. Tingkatkan rasa keberhasilan anak dengan
menggantungkan gambar-gambar atau karya-karyanya disekitar
rumah.
6. Bercerita. Jangan terlalu bergantung pada buku-buku cerita anak saja,
orang tua atau guru juga bisa bercerita padanya dengan menciptakan
karakter-karakter sendiri. Libatkan anak dengan meminta anak untuk
membantu menyelesaikan masalah dari karakter-karakter tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA