Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
Andi Riyanto
3450401056
Hari : .........
Tanggal : .........
Mengetahui:
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Hari : Selasa
Penguji Skripsi
Anggota I Anggota II
Mengetahui:
Dekan,
Drs. Sunardi, MM
NIP. 130367998
iii
PERNYATAAN
Semarang,................... 2006
Andi Riyanto
NIM: 3450401056
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
(John F. Kennedy)
- Kita berhasil sebab kita tidak berkecil hati karena kegagalan-kegagalan kita.
(Andi Riyanto)
Persembahan:
3. Saudara-saudaraku.
4. Sahabat-sahabatku.
5. Almamaterku.
v
PRAKATA
Puji syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
baik. Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik dari para pembaca sudilah kiranya menjadi masukan dalam perbaikan.
Penulis menyadari bahwa dari penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
tingginya kepada:
2. Drs. Sunardi, M.M., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan izin pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Martitah, M.Hum, Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan sekaligus
5. Drs. Abdul Rasyid Wasyim, M.Ag, sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah
kepada penulis.
Klaten, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dan perolehan
vi
8. Sri Harmanto, S.H., sebagai sekertaris Desa Karanglo yang telah membantu
skripsi ini.
11. Bapak ibuku dan adikku serta Asihku yang selalu mendoakan dan
Kembar, rental mas Tio, dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
kepada pihak-pihak yang terkait tersebut dan membalasnya dengan lebih baik.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat berguna untuk menjadi
Semarang,................2006
Penulis
vii
SARI
Andi Riyanto, 2006. Integrasi Narapidana dalam Masyarakat Setelah Bebas dari
Rumah Tahanan di Desa Karanglo Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.
Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Abdul
Rasyid Wasyim M. Ag dan Pembimbing II: Dra. Martitah M. Hum.
viii
Pemerintah desa Karanglo dan tokoh-tokoh masyarakatnya juga mendukung
usaha dalam mengintegrasikan narapidana dalam masyarakat setelah bebas dari
Rumah Tahanan dengan melalui pendekatan dan penyuluhan baik secara langsung
ataupun tidak langsung terhadap narapidana itu sendiri dan masyarakat. Faktor
yang menghambat dalam mengintegrasikan narapidana dengan masyarakat setelah
bebas dari Rumah Tahanan di Desa Karanglo adalah faktor yang berasal dari
narapidana itu sendiri, yaitu dilihat dari segi keturunan, dari sifat dan tindakan,
faktor hukuman ringan yang tidak menimbulkan efek jera dan kejahatan yang
dilakukan merupakan sebuah profesi. Faktor dari masyarakat, yaitu rasa kurang
percaya masyarakat atau berbagai anggapan yang negatif terhadap narapidana
dan faktor dari Pemerintah yang kurang memperhatikan keberadaan narapidana.
Solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan kerjasama yang baik antara
pihak pemerintah, masyarakat dan dari narapidana itu sendiri dalam usaha
membangun semangat baru guna menghilangkan berbagai persepsi masyarakat
yang negatif serta lebih memperhatikan keberadaan narapidana dalam masyarakat
setelah bebas dari Rumah Tahanan dalam masyarakat agar mereka tidak merasa
dikucilkan dari lingkungannya. Dari pihak narapidana itu sendiri sebaiknya lebih
mengembangkan ketrampilan yang didapat selama di Rumah Tahanan, sehingga
tercapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN............................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
SARI................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ..................................... 5
C. Perumusan Masalah ................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
E. Kegunaan Penelitian................................................................ 7
F. Sistematika .............................................................................. 8
x
B. Lokasi Penelitian..................................................................... 40
C. Fokus atau Variabel Penelitian................................................ 40
D. Sumber Data Penelitian........................................................... 42
E. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ....................................... 44
F. Objektivitas dan Keabsahan Data ........................................... 45
G. Model Analisis Data................................................................ 46
H. Prosedur Penelitian.................................................................. 49
BAB V PENUTUP..................................................................................... 70
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran........................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Program Studi Ilmu Hukum, Jurusan
Negeri Semarang.
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Kantor Wilayah Departemen Hukum dan
Surakarta.
Surakarta.
Lampiran 8. Surat Lepas tahun 2001 dari Departemen Kehakiman dan Hak
xii
Lampiran 9. Surat Lepas tahun 2005 dari Departemen Hukum dan Hak Asasi
Klaten.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menuju masyarakat yang adil dan makmur. Setiap warga negara mempunyai
tujuan ingin mencapai kehidupan yang adil, maka setiap negara mengadakan
maksud agar pelaku kejahatan itu menjadi jera dan juga mencegah masyarakat
agar tidak melakukan tindak kejahatan, selain itu juga membuat pelaku
mereka atau warga negara yang melakukan tindak kejahatan atau tindak
pidana diatur dalam KUHP Pasal 10 yaitu Pidana Pokok dan Pidana
Tambahan. Pidana pokok terdiri dari pidana mati, pidana penjara, kurungan
1
2
kejahatan yang dilakukan karena kealpaan (lihat Pasal 188). Untuk beberapa
kejahatan kulpos tetap hanya ada pidana kurungan (lihat Pasal 231 ayat 4, 232
yat 3 dan 334 KUHP). Denda diberikan untuk pelanggaran dan beberapa pada
menjatuhkan hanya satu diantara Pidana pokok, menurut KUHP tidak ada
kumulatif dengan denda kecuali dalam perkara tindak pidana ekonomi (TPE).
berikut:
Telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulanginya, salah satu cara yang
hukum pidana yang sanksinya berupa pemidanaan yang tegas bagi para
pelanggar hukum.
3
bebas dari Rumah Tahanan kurang begitu diterima dengan baik keberadaanya
tersebut akan berbuat jahat atau dengan gagasan praduga bersalah yang
setelah bebas dari rumah tahanan, karena mereka merasa tertekan dan
mempunyai beban moral yang berat, sehingga mereka akan cenderung untuk
penting untuk kembali membentuk jiwa dan rasa kepercayaan pada diri para
lingkungan sekitar juga sangat penting dalam membentuk jiwa dan moral para
narapidana setelah bebas dari Rumah Tahanan agar dapat kembali menjadi
warga masyarakat yang baik, sehingga mereka memiliki jiwa dan moral yang
setelah bebas dari Rumah Tahanan dalam hal mencari pekerjaan tidak
masyarakat terhadap narapidana setelah bebas dari Rumah Tahanan, hal ini
kejahatan lagi.
1. Identifikasi Masalah
dampak yang kurang baik bagi para narapidana setelah bebas dari Rumah
2. Pembatasan Masalah
Klaten. Batasan ini penulis lakukan agar isi karya tulis ini tidak
Klaten sebagai tempat penelitian, karena di tempat tersebut masih ada para
cenderung meningkat.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam karya tulis ini sangat penting, sebab untuk
D. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
setelah bebas dari Rumah Tahanan, agar dapat diterima kembali dengan
Kabupaten Klaten.
E. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Toeritis
Rumah Tahanan.
8
2. Manfaat praktis
F. Sistematika
Penulisan skripsi ini terbagi atas tiga bagian yaitu: bagian pendahuluan
pengesahan, sari, motto dan persembahan, prakata, daftar isi. Bagian isi skripsi
terdiri dari lima bab, yang berisi: pendahuluan, merupakan bagian awal skripsi
landasan teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian skripsi yang
penelitian, alat dan teknik pengumpulan data, objektivitas dan keabsahan data,
model analisis data, dan prosedur penelitian. Selanjutnya berisi tentang hasil
saran. Selanjutnya dalam bagian akhir skripsi berisi tentang daftar pustaka
BAB II
tersebut adalah faktor wilayah tempat kediaman dan hubungan daerah, baik
secara terpisah ataupun selain wujud kerjasama antara kedua faktor tersebut.
utuh.
tujuan menjadi satu kesatuan utuh (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:437)
terkait oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. (Kamus Besar
10
11
sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Disamping itu
dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma yang timbul
atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua,
sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk bersama manusia, maka
1. Manusia yang hidup bersama. Di dalam Ilmu sosial tak ada ukuran yang
mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah
manusia yang harus ada, akan tetapi secara teoritis angka minimumnya ada
dua orang yang hidup bersama.
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia
tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, seperti umpamanya
kursi, meja, dan sebagainya. Oleh karena itu dengan berkumpulnya
manusia, maka timbul manusia-manusia yang baru. Manusia itu juga dapat
bercakap-cakap, merasa dan mengerti. Mereka juga mempunyai keinginan
untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai
akibat bersama itu timbulah sistem komunikasi dan peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan antara kelompok.
12
sosial tidak cukup dapat diukur dengan kriteria berkumpul atau bersatu dalam
berbaur atau bergabung dalam suatu wadah dan wilayah dari kehidupan
sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial dan terkait oleh
tingkah laku warga suatu kelompok yang bersangkutan dengan tujuan menjadi
tersebut terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi diantara berbagai individu
yang tumbuh dan berkembang tidak secara kebetulan, melainkan tumbuh dan
berkembang diatas standar penilaian umum yang disepakati bersama oleh para
anggota masyarakat.
komplementer dan saling tergantung satu sama lain. Baik solidaritas mekanis,
yang diikat oleh kesadaran kolektif maupun solidaritas organis, yang diikat
bersifat majemuk. Hal yang demikian juga berarti bahwa jawaban para
Suatu sistem sosial senantiasa terintegrasi diatas landasan dua hal yaitu
sebagai berikut: pertama, suatu masyarakat senantiasa terintegrasi diatas
tumbuhnya konsensus sebagian besar anggota masyarakat akan nilai-nilai
kemasyarakatan yang bersifat fundamental. Kedua, masyarakat senantiasa
terintegrasi juga oleh karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi
anggota dari berbagai kesatuan sosial (Nasikun, 2003:62-63).
dalam hidupnya mereka tidak lepas dari bantuan orang lain, hal tersebut
yang lain.
masyarakat yang satu dengan yang lain dalam suatu tingkat integrasi
sosial.
B. Pengertian Narapidana
karena melanggar norma hukum yang ada, maka dipisahkan oleh hakim untuk
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap Tuhan dan masyarakat serta tidak
induknya dan selama masa waktu tetentu itu diproses dalam lingkungan
suatu saat narapidana itu kembali menjadi anggota masyarakat yang baik dan
adalah seseorang yang telah melanggar kaidah atau norma hukum yang ada di
pertahanan terakhir. Hal itu merupakan akhir dan puncak keseluruhan sistem
yang lebih keras sifatnya sama, yaitu sebagai upaya menekan. Suatu perbuatan
kerugian terhadap orang yang dirugikan, hal ini merupakan sanksi perdata. Di
samping sanksi perdata ada sanksi-sanksi lain seperti sanksi administrasi dan
sanksi pidana. Suatu pidana sebagai sanksi dapat menjadi keras sekali
seseorang beberapa bulan atau bahkan sampai beberapa tahun lamanya dan
ada kalanya kemerdekaan yang dirampas itu mempunyai arti sangat besar
dan kemerdekaan anggota masyarakat lainnya. Ada beberapa hal yang dapat
ditentukan hakim dalam putusannya, artinya ada beberapa tujuan yang harus
Pertama, yaitu apa yang disebut orang dengan koreksi adalah terhadap
orang yang melanggar terhadap suatu norma pidana yang dijatuhkan berlaku
sebagai suatu peringatan, bahwa hal itu tidak boleh terulang lagi. Pidana yang
bersifat koreksi diarahkan pada manusia yang pada dasarnya mempunyai rasa
tanggungjawab, dan dalam kejadian tertentu itu melakukan kesalahan. Hal ini
kelalaian terpidana.
terpidana akan kembali ke dalam masyarakat dengan daya tahan, dalam arti
bahwa ia dapat hidup dalam masyarakat dan tidak melakukan tindak kejahatan
lagi. Jadi pidana yang bersifat resosialisasi adalah untuk mereka yang masih
bersama-sama dengan orang lain hidup rukun dan damai dalam masyarakat.
18
terhadap berbagai kemungkinan yang besar resikonya. Hal ini berarti bahwa
kejahatan itu ingin dicapai oleh pidana dengan mempengaruhi tingkah laku si
terpidana untuk tidak melakukan tindak pidana lagi. Ini berarti tujuan si
19
terpidana itu berubah menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi
umumnya untuk tidak melakukan tindak pidana (Muladi dan Barda Nawawi
tetapi juga harus dihubungkan dengan segala sesuatu yang mendahului dan
melaksanakan peradilan secara baik dan efisien. Salah satu fungsi yang
20
dan untuk mencegah orang-orang yang sudah dihukum dan calon petindak
D. Sistem Permasyarakatan
penjara, akibatnya setelah keluar dari penjara mereka tidak terdorong untuk
pelaksanaan pidana penjara dan perlakuan cara baru terhadap narapidana yang
adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan
dan seluruh penduduk mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti
terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27, 30, 31 (1) yang
mengatur hak dan kewajiban setiap warga negara, sedangkan Pasal 28, 29 (2)
dan Pasal 34 yang mengatur hak dan kewajiban penduduk. Dari seluruh pasal
dan negara Indonesia yang bersifat demokratis dan berkeadilan sosial bagi
bertujuan pada pembinaan serta bimbingan pribadi setiap orang yang menjadi
tertentu”.
diterima dan lebih langsung meresap pada rasa masyarakat dari perlakuan
terhadap narapidana dalam sistem yang diikuti pada masa yang sudah berlalu.
pengasingan dari masyarakat luar. Pidana penjara ini sudah tidak dapat kita
terapkan lagi, karena ternyata tidak membuat seorang narapidana menjadi baik
dan tobat.
narapidana saja, tetapi perlu diketahui juga sedikit banyak masih memakai
sudah tidak sesuai lagi dengan Pasal dan Undang-Undang Dasar 1945.
narapidana agar dapat kembali menjadi anggota masyarakat yang baik dan
2. Menjatuhkan pidana bukan tindakan balas dendam oleh negara, ini berarti
bahwa tidak boleh ada penyiksaan terhadap narapidana dan anak didik,
masyarakat bebas.
4. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau lebih jahat
6. Pekerjaan yang diberikan pada narapidana dan anak didik tidak boleh
bersifat sekedar pengisi waktu. Juga tidak boleh diberikan pekerjaan untuk
tertentu saja. Pekerjaan yang diberikan harus satu dengan pekerjaan yang
pangan.
7. Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik
dan tertuju sejak masuk dalam Rumah Tahanan Negara sampai dengan mereka
bebas dari Rumah Tahanan, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.
memiliki potensi dan memiliki harga diri dengan hak-hak dan kewajiban
1990:cetakan I).
yang perlu dilakukan oleh petugas adalah memperbaiki tingkah laku warga
Bentuk pendidikan non formal yang paling mudah dan paling murah
2. Pembinaan Kemandirian
sebagai berikut:
masing. Dalam hal ini bagi mereka yang memiliki bakat tertentu
3. Pembinaan Kerohanian
4. Pembinaan Jasmani
5. Asimilasi
bagi pembangunan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui
penyelenggaraan pemasyarakatan.
31
asimilasi ini.
bimbingannya diserahkan kepasa orang tua asuh atau badan sosial; dan Anak
dalam masyarakat dapat berjalan sesuai dengan ketentuan dari sisa masa
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. yang semuanya dibawah
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I., kemudian dilakukan perubahan lagi
3. Rumah Tahanan Kelas IIB, meliputi: Sub Seksi Pelayanan Tahanan, Sub
Usaha.
aspirasi materiil tinggi;dan sering disertai oleh ambisi-ambisi sosial yang tidak
individu untuk melakukan tindak kriminal (kejahatan). Dengan kata lain bisa
masyarakat, dalam arti luas termasuk terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman,
tidak dapat dilepaskan dari sifat manusia yang hidup dalam suatu masyarakat,
adakalanya kejahatan seseorang muncul apabila dia dalam situasi yang sangat
kejahatan itu sudah dapat dipidanakan atau belum dan kejahatan itu sendiri
1. Klasik
pola yang dikehendaki, hal ini berarti bahwa manusia mengontrol nasibnya
melakukan kejahatan.
2. Positivis
faktor biologis atau kultural. Manusia bukan makhluk yang bebas untuk
manusia ini termasuk makhluk yang dibatasi atau ditentukan oleh situasi
3. Kritis
perilaku ini bebas atau ditentukan, akan tetapi lebih mengarahkan pada
kejahatan yang dirumuskan sebagai perbuatan yang oleh negara diberi pidana.
yang terganggu akibat perbuatan itu. Keseimbangan yang terganggu itu adalah
1981:70).
G. KERANGKA TEORETIK
Narapidana
Sistem Pemasyarakatan
(RUTAN)
lanjutan (masa peralihan) dan tahap akhir. Dalam tahap awal seorang
narapidana itu masuk diadakan pengecekan tentang vonis dari hakim yang
38
Setelah pembinaan dari narapidana itu sudah berjalan kurang lebih sepertiga
(1/3) dari masa pidananya dan sudah menunjukkan sikap baik, berdisiplin,
Tahanan. Sebagian dari masyarakat yang lain ada yang sudah percaya dan
berhasil, sehingga dapat tercipta masyarakat yang aman dan tentram sesuai
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penulisan skripsi ini sebagai karya ilmiah, maka hal-hal yang
penelitian.
A. Dasar Penelitian
mengumpulkan data yang diperoleh dengan jelas. Menurut Bogdan dan Tylor
menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
39
40
hubungan antara peneliti dan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan
B. Lokasi Penelitian
karena sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, yaitu mengenai cara
adanya fokus seorang peneliti dapat membatasi studi. Selain itu, dengan
penetapan fokus yang jelas dan mantap peneliti dapat membuat keputusan
masyarakat.
masyarakat.
b. Dari masyarakat
c. Dari pemerintah
(Moleong, 1990: 112). Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini
1. Informan
Informan adalah orang dalam, pada latar penelitian atau orang yang
1990:90).
Subagyo sebagai Kepala Desa dan Bapak Sri Harmanto, SH. sebagai
2. Responden
(Pencurian).
44
berikut:
1. Wawancara
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang
1990:135).
2. Pengamatan (Observasi)
yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti
segi pandangan dan panutan para subjek pada keadaan waktu itu.
3. Dokumen
sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam
resmi, yaitu dokumen tentang data narapidana yang telah bebas dari
penelitian, oleh karena itu diperlukan suatu teknik pemeriksaan data. Teknik
luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap
data itu (Moleong, 1990:178). Dengan teknik tersebut maka peneliti dapat
diinginkan.
wawancara,
berkaitan.
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan
47
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data
(Moleong, 1990:103).
sebagai berikut:
dari objek dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di
data dan beragam bentuk data yang ada di lapangan, serta peneliti
2. Reduksi Data
3. Penyajian Data
tindakan.
48
4. Menarik Kesimpulan
Model analisis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu model
diskriptif analisis, yaitu yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau
lisan, juga tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai suatu
yang utuh kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk laporan penelitian
atau laporan skripsi ini. Dalam model ini berawal dari proses pengumpulan
data pada waktu peneliti berada dilokasi penelitian, peneliti membuat catatan
sesuai dengan tujuan penelitian dan kemudian menyusun sajian data yang
sebagai dukungan sajian data. Sajian ini disusun pada waktu didapatkan unit
data dan sejumlah unit yang diperlukan, setelah itu ditarik kesimpulan dengan
data dalam sajian data, maka dapat digali dalam catatan lapangan. Bila
ternyata dalam catatan lapangan juga tidak diperoleh data pendukung yang
H. Prosedur Penelitian
disajikan dalam bentuk skripsi, sehingga prosedur yang dipakai mengacu pada
Pembimbingnya.
3. Izin Penelitian
izin tertulis melalui surat yang ditujukan kepada Kantor Kepolisian Sektor
50
dari Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I
diperlukan.
51
BAB IV
sehingga ia tidak bisa hidup selaras dengan masyarakat, oleh sebab itu
bantuan masyarakat yang paling utama adalah sikap positif untuk menerima
kembali narapidana yang baru bebas atau baru lepas dari pembinaan Rumah
menempuh hidup baru sesudah sekian lama terlepas dari ikatan hidup
sebagainya.
51
52
dari Rumah Tahanan pada masa sekarang ini sangat memerlukan dukungan
melalui sikap positif dari masyarakat dalam batas-batas yang diijinkan oleh
memberikan jasa dan dana secara tetap dalam proyek kerja ketrampilan, atau
biro bantuan hukum dan biro penyantunan yang didirikan khusus untuk
informasi tentang narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan bahwa
1. Tahap awal.
pengambilan sidik jari, pembuatan pas foto dan pembuatan berita acara serah
obat sampai narapidana itu sembuh, hal ini dilakukan sebelum narapidana itu
Untuk narapidana yang berstatus titipan, juga tetap mendapat hak yang sama
berjalan kurang lebih sepertiga (1/3) dari masa pidananya dan sudah
54
jawab atas perbuatannya, maka narapidana itu diberi ijin bergaul dengan
kemasyarakatan.
3. Tahap akhir
bersyarat. Hal tersebut dilaksanakan setelah 2/3 dari masa pidananya itu,
pidananya berakhir. Dalam hal ini narapidana ikut aktif dalam pekerjaan-
untuk mengembalikan atau membangkitkan harga diri pada diri sendiri dan
pada diri orang lain serta dirinya dengan Tuhan-nya (wawancara dengan
Januari 2006).
55
yang telah bebas dari Rumah Tahanan, namun hal tersebut tidak dapat
tanpa dukungan dari diri narapidana itu sendiri khususnya dan dari
pokok agar narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan mudah
ini, kepada mereka selama dalam Rumah Tahanan dibina terus untuk taat
masyarakat sebagai warga yang taat dan patuh terhadap hukum, mandiri serta
56
2006).
unit RT dan 5 unit RW dengan luas wilayah 114, 6860 ha. Batas wilayah
desa Karanglo meliputi, batas utara desa Wangen, selatan desa Jimus, barat
desa Ponggok dan batas wilayah sebelah timur desa Turus. Jumlah penduduk
di desa Karanglo terdiri dari laki-laki berjumlah 1184 orang dan perempuan
narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan dengan warga masyarakat.
masyarakat menyoroti dari sudut pandang yang negatif segala bentuk tingkah
laku dan aktifitas sehari-hari dari narapidana yang telah bebas dari Rumah
besar, hal ini sudah terlihat dengan adanya berbagai usaha yang telah
mereka yang menjadi lebih baik, misalnya adanya sifat solidaritas yang
Hal lain yang telah dilakukan oleh narapidana setelah bebas dari
Dalam hal mencari pekerjaan, dengan adanya faktor alam yang sangat
pada khususnya memiliki tanah yang subur, hal ini sangat mendukung bagi
pada dirinya. Hasil dari pekerjaan mereka meskipun pas-pasan tetapi mereka
halal. Meskipun harus mandi keringat setiap hari untuk menghidupi anggota
keluarganya, mereka merasa lebih puas dengan apa yang mereka peroleh.
untuk mendukung narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan dalam
kegiatan desa.
ikut serta secara aktif memberikan masukan pada narapidana yang telah
agar bangkit menjadi orang yang baik. Atas dasar pengertian tersebut,
sasaran utama yang perlu diarahkan adalah pribadi dan budi pekerti
sendiri dan pada diri orang lain, serta mengembangkan rasa tanggung
untuk hidup dengan teratur, serta belajar menaati peraturan yang ada
sosialnya adalah dari diri pribadi narapidana itu sendiri, mereka harus dapat
diperlukan oleh narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan adalah
kemauan untuk melangkah ke jalan yang benar. Perasaan serta niat yang
mencapai cita-cita yang akan datang. Dengan semangat baru dan percaya diri
optimis dan mempunyai motivasi tertentu untuk bekerja yang bersifat positif
yang berguna khususnya bagi dirinya dan bagi masyarakat pada umumnya.
yang aman, tentram, adil dan makmur, serta bebas dari segala gangguan-
serta Solusinya
narapidana itu sendiri, faktor yang berasal dari masyarakat dan dari
seseorang itu sampai menjadi jahat karena seseorang itu berasal dari
Oktober 2005).
kehidupan yang tentram dan sejahtera dalam masyarakat. Hal ini dapat
baik (Wawancara dengan Bpk Sri Harmanto, SH: sebagai sekertaris Desa
berikut:
menjalani kehidupan yang hitam, maka selamanya akan tetap hitam dan
dalam kehidupan masyarakat tidak lepas dari rasa khawatir dan harus
Oktober 2005).
yang rusak sampai kapanpun akan tetap rusak karena itu sudah
untuk menjadi baik dan menyadari akan kewajiban serta haknya sebagai
pidana itu sebagai profesi atau pilihan hidup, yaitu sebenarnya dari
narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan itu menjadi seoseorang
65
yang baik seperti masyarakat yang lainnya (Wawancara dengan Bapk Sri
2005).
bebas dari Rumah Tahanan itu telah melakukan kejahatan berat atau
terlebih lagi bila kejahatan itu dilakukan oleh seorang penjahat besar.
ringan juga akan tetap membekas dan akan sulit dihilangkan karena
para narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan untuk mendapat
66
kemasyarakat sebagai warga yang taat dan patuh terhadap hukum yang
dapat mandiri dan produktif untuk menjadi manusia yang berguna bagi
pembangunan masa sekarang dan yang akan datang bagi bangsa dan
negara.
2. Pihak masyarakat, sikap masyarakat yang acuh tak acuh, sikap masa
bodoh dan sikap tidak mau menerima terhadap narapidana yang telah
Masyarakat sedikit demi sedikit harus bisa menerima akan aktivitas dari
narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan untuk mengurangi rasa
3. Pihak keluarga dari narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan,
harus dapat menghilangkan sikap minder atau malu, masa bodoh, acuh
4. Pihak pribadi dari narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan,
harus segera dihilangkan dan dengan semangat baru, percaya diri sendiri
yang dimiliki oleh para narapidana setelah bebas dari rumah tahanan
maka akan berhasil guna mencapai cita-cita yang akan datang, oleh
yang bersifat positif itu akan segera tercapai.Hal lain yang diperlukan
oleh narapidana setelah bebas dari rumah tahanan adalah rasa jera
masyarakat yang aman, tentram, adil dan makmur bebas dari segala
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klaten, yaitu dari narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan itu
sendiri, dari masyarakat dan dari Pemerintah. Faktor dari narapidana yang
telah bebas dari Rumah Tahanan adalah mereka harus dapat menimbulkan
langsung terhadap narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan dan
70
71
hambatan tersebut adalah berasal dari faktor diri narapidana setelah bebas
dari Rumah Tahanan itu sendiri, faktor yang berasal dari masyarakat dan
narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan untuk bekerja guna
negatif atau rasa kurang percaya dan sikap tidak mau menerima terhadap
dihilangkan. Pihak keluarga dari narapidana yang telah bebas dari Rumah
kembali ke jalan yang baik. Pihak pribadi dari narapidana yang telah bebas
kemasyarakat lagi.
72
B. Saran
2. Pihak narapidana yang telah bebas dari Rumah Tahanan sebaiknya lebih
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Moeljanto. 2003. Kitab Undang Undang Hukum Pidana. Jakarta: Bumi Aksara.
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1998. Teori-teori dan Kebijakan Pidana.
Bandung: Alumni.
Nasikun. 2003. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syani, Abdul. 2002. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
73
74