Professional Documents
Culture Documents
A. Pengertian
Hematoma epudural suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak bagian
dalam dan lapisan meninges paling luar, dura. ( Carolyn M. Hudak, RN, PHD dan
Barbara M. Gallo, RN, MS, CNAA, 1995 )
B. Etiologi
Epidural hematom terjadi karena laserasi pembuluh darah yang ada di antara
tengkorak dan durameter akibat benturan yang menyebabkan fraktur tengkorak seperti
kecelakaan kendaraan, atau tertimpa sesuatu, dan terjatuh. Sumber perdarahan
biasanya dari laserasi cabang arteri meningen, sinus duramatis, dan diploe (Japardi,
2004)
C. Patoflow
D. Manifestasi klinis
E. Pemeriksaan penunjang
patologis
Sina X: mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran
struktur dari garis tengah (karena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang
BAER (Brain auditory Evoked Respons): menentukan fungsi korteks dan
batang otak
PET (Positron Emission Tomogrhapy): menunjukkan metabolisme pada otak
AGD: mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat
meningkatkan TIK
F. Penatalaksanaan
Penanganandarurat :
• Dekompresi dengan trepanasi sederhana
• Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
Terapi medikamentosa
Elevasi kepala 300 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal atau
gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial dan
meningkakan drainase vena.(9)
Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan dexametason
(dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam), mannitol 20%
(dosis 1-3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri yang terjadi
akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik. Dianjurkan
untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin (24 jam pertama)
untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk penggunaan jangka panjang
dapat dilanjutkan dengan karbamazepin. Tri-hidroksimetil-amino-metana (THAM)
merupakan suatu buffer yang dapat masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis
lebih superior dari natrium bikarbonat, dalam hal ini untuk mengurangi tekanan
intracranial. Barbiturat dapat dipakai unuk mengatasi tekanan inrakranial yang
meninggi dan mempunyai efek protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis
yang biasa diterapkan adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan
kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam
unuk mencapai kadar serum 3-4mg%.(8)
Terapi Operatif
Operasidi lakukan bila terdapat : (15)
• Volume hamatom > 30 ml ( kepustakaan lain > 44 ml)
• Keadaan pasien memburuk
• Pendorongan garis tengah > 3 mm
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk fungsional
saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi
emergenci. Biasanya keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak ruang.(8)
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :
• > 25 cc = desak ruang supra tentorial
• > 10 cc = desak ruang infratentorial
• > 5 cc = desak ruang thalamus
Sedangakan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :
•Penurunan klinis
•Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan
klinis yang progresif.
•Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan penurunan
klinis yang progresif.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparase, tetraplegia, kehilangan
tonus otot
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi), perubahan frekuensi jantung
(bradikardi, takikardi yang diselengi bradikardi)
3. Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, bingung, depresi
4. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus
5. Neurosensosir
Gejala : kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkop kehilangan pendengaran, baal pada ekstremitas, gangguan penglihatan,
7. Makanan/cairan
- Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
- Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan
8. Nyeri
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah tidak bisa istirahat, merintih
9. Pernafasan
Tanda: perubahan pola nafas, nafas berbunyi ronki, mengi positif
Interaksi sosial
Gejala: afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
intervensi :
Kolaborasi
Intervemsi :
5. Berikan perawatan mata, air mata buatan, tutup mata sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
www. Google.com
Hudak, carolyn M, RN, PHD dan Gallo, Barbara M, RN, MS, CNAA. ( 1995 ).
Keperawatan kritis. Edisi VI volume II. Jakarta : EGC