You are on page 1of 5

Pendapat Mengenai Pembangunan Jembatan Selat Sunda

Prestige vs Non-Sense
Proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) merupakan sebuah megaproject Indonesia untuk
membangun sebuah jembatan yang menghubungkan dua pulau besar di barat Indonesia yaitu Pulau
Sumatra dan Pulau Jawa yang melintas di atas Selat Sunda. Konstruksinya dipimpin oleh PT
Bangungraha Sejahtera Mulia. Panjang total jembatan ini sekitar 31 kilometer dengan rute yang
terbagi menjadi enam. Jembatan Selat Sunda menggunakan konstruksi suspension bridge dengan
bentangan utama yang terpanjang adalah 3 kilometer. Lebar ruas jembatan ini sekitar 60 meter
dengan rincian : 2x3 jalur jalan raya, 2x1 jalur rel kereta api, dan 2x1 jalur darurat. Agar tidak
menganggu lalu lintas perairan Selat
Sunda, bagian clearance jembatan
suspensinya dibuat lebih tinggi yaitu 65
meter dari permukaan laut. Posisi
Jembatan Selat Sunda cukup dekat
dengan Gunung Krakatau yaitu sekitar
40 kilometer. Jika konstruksi Jembatan
Selat Sunda dapat diselesaikan pada
tahun 2025, jembatan ini akan menjadi
jembatan terpanjang di dunia.
Proyek Jembatan Selat Sunda diprediksi menelan anggaran sekitar 100 triliun rupiah dengan
kurs dolar Amerika saat ini. Hal ini memunculkan pendapat kontra untuk membangun Jembatan Selat
Sunda. Beberapa pakar yang diwawancarai media-media ada yang mengemukakan agar dana yang
sangat besar itu digunakan untuk pelabuhan karena Indonesia merupakan negara maritim. Ada juga
yang berpendapat bahwa pembangunan Jembatan Selat Sunda tidak masuk akal karena posisinya
dekat dengan gunung aktif yang pernah membunuh ratusan ribu jiwa dan juga impian untuk
menjadikan jembatan terpanjang dunia. Pro dan kontra terus bermunculan.

Pendapat
Pertama-tama, kita akan mencoba melihat segi positif dari Jembatan Selat Sunda dengan
melihat kondisi saat ini dan beberapa pengalaman yang lalu.
 Jembatan Selat Sunda memberikan
keuntungan dari segi perekonomian. Seperti
yang kita tahu, Pulau Jawa merupakan pulau
yang terpadat dan terbanyak penduduknya,
serta menjadi pusat roda perekonomian
Indonesia. Pulau Sumatra sudah mulai
menggerakkan roda perekonomiannya dan
sedang berkembang. Selain itu, Pulau
Sumatra dekat dengan perbatasan Singapura dan Malaysia terutama di Pulau Batam.
Jika kedua pulau ini dihubungkan, perekonomian yang membutuhkan lalu lintas darat
akan menjadi lebih mudah, tidak perlu menunggu kapal ferry, dan juga jika pihak Asian
Highway Network (Trans Asia Highway dan Trans Asia Railway) mengusulkan
nantinya untuk membuat jalur darat dari Pulau Sumatra – Pulau Batam – Singapura –
Malaysia, Indonesia sudah siap karena Pulau Sumatra sudah terhubung dengan Pulau
Jawa.
 Efisiensi waktu perjalanan ke pedalaman Sumatra maupun Jawa. Jalur darat merupakan
satu-satunya jalur yang bisa merambat hingga pedalaman dari kota-kota besar dan
metropolitan. Dengan adanya Jembatan Selat Sunda, lalu lintas di darat akan menjadi
lebih cepat dibandingkan dengan lalu lintas
perairan. Jika menggunakan kapal perlu waktu
untuk bongkar muat dan juga transportasi ke
daratnya.
 Rencana konstruksi Jembatan Selat
Sunda adalah membagi menjadi beberapa segmen,
sehingga pembangunannya bisa dilakukan secara
bertahap. Dengan pembangunan yang bertahap,
dana yang digunakan bisa diatur terlebih dahulu
Ilustrasi Penataan dan Pembangunan di dan dievaluasi sebelum pembangunan segmen
daerah sekitar ujung Jembatan Selat Sunda. berikutnya.
 Penataan dan pembangunan di daerah sekitar ujung Jembatan Selat Sunda. Video
mengenai Jembatan Selat Sunda di Youtube menganimasikan rencana pembangunan
daerah-daerah tersebut dengan semacam kompleks perkantoran. Tentu saja bisa dipakai
untuk mempermudah perusahaan-perusahaan yang pendistribusian barang-barangnya
melewati Jembatan Selat Sunda.
 Jika konstruksi sudah selesai termasuk proses instalasi perlengkapan tambahan dan siap
digunakan, Jembatan Selat Sunda akan menjadi simbol kebanggaan bangsa Indonesia
bahwa Indonesia bisa membangun sebuah suspension bridge dengan main span
terpanjang di dunia.
Segi-segi positif yang telah disebutkan di atas masih banyak yang bersifat futuristik, artinya
masih menjadi angan-angan yang bisa saja lama atau tidak untuk direalisasikan, sehingga banyak
pakar-pakar infrastruktur serta media-media yang merasa pesimis konstruksi Jembatan Selat Sunda
akan menjadi sesuatu yang mubazir.
Selanjutnya kita akan coba tinjau segi negatif
dari konstruksi Jembatan Selat Sunda serta solusi
apakah yang cocok untuk mengalihkan tujuan dari
dana sebesar 100 triliun rupiah tersebut.
 Jembatan Selat Sunda berada di
daerah yang sangat riskan dengan
bencana alam. Pertama yang akan
terlintas ada Gunung Krakatau serta
dampak sampingannya adalah gempa bumi. Jarak linear terdekat Jembatan Selat Sunda
dengan Gunung Krakatau adalah sekitar 50 kilometer (pengukuran dengan Google
Earth). Kemungkinan kecil untuk material akibat erupsi Gunung Krakatau sampai di
Jembatan Selat Sunda, tetapi untuk gulungan abunya bisa saja mengganggu meskipun
skala kecil. Pastinya pengelola akan menetapkan status siaga dan menutup sementara
Jembatan Selat Sunda. Dampak buruknya yang perlu dikhawatirkan adalah gempa
vulkanik yang ditimbulkan. 50 km jarak horizontal bukanlah jarak yang jauh. Jika
struktur jembatannya tidak dihitung secara cermat, kemungkinan akan terjadi kolaps
atau hanya keretakkan (secara tidak langsung menyebabkan kolaps). Jika ada pengguna
yang berada di tengah-tengah ruas jembatan, tentunya akan menimbulkan kepanikkan
luar biasa dan menyebabkan kekacauan lalu lintas.
 Selat Sunda merupakan jalur penting untuk lalu lintas perairan. Tiang-tiang pancang
yang digunakan untuk pondasi tentunya akan mengganggu kapal yang akan lewat
bahkan bisa saja terjadi tabrakan yang bisa merubuhkan jembatan. Meskipun pada
bagian suspension bridge dibuat clearance yang tinggi (sekitar 65 meter), tetapi kapal
yang melintas menjadi tidak nyaman dan bahaya tabrakan dengan pondasi tetap ada.
 Pembangunannya memakan waktu yang lama, sedangkan kondisi Jalan Tol Jakarta-
Merak benar-benar membutuhkan solusi untuk mengurangi kemacetan yang sangat
parah. Tujuan akhir daripada Jembatan Selat Sunda tentunya untuk mengurangi
kemacetan, tetapi ditakutkan selama proses konstruksi akan menyebabkan kemacetan
yang bisa lebih panjang, terutama untuk penyambungan ruas jembatan dengan ruas
jalan utama Anyer. Meskipun mungkin tidak akan menggunakan waktu lama, tetapi
dampaknya sangat besar terutama untuk perekonomian.
 Biaya tambahan setelah proses kontruksi akan terus mengucur. Jembatan sepanjang
Jembatan Selat Sunda tentunya membutuhkan jadwal pengawasan dan perawatan yang
disiplin dan teratur. Agar pengawasan dan perawatan semacam itu dapat terjadi,
tentunya harus sebanding dengan jumlah dana yang dikeluarkan. Dana yang diperlukan
akan sangat besar terutama untuk perbaikan jalan rusak (biaya transportasi), kebersihan
Jembatan Selat Sunda, dan yang terpenting adalah pengawasan terhadap konstruksi.
Coba saja dihitung berapa jumlah tiang pancang yang digunakan, berapa panjang kabel
untuk jembatan, berapa panjang ruas Jembatan Selat Sunda, berapa panjang bagian
jembatan yang kotor dengan sampah dari ujung jembatan di Pulau Jawa hingga ujung
lainnya di Pulau Sumatra.
Sisi negatif pembangunan Jembatan Selat Sunda cukup realistis untuk dibayangkan, tidak
seperti kebanyakan sisi positifnya yang futuristik. Proses konstruksi direncanakan akan selesai tahun
2025 dan sudah siap digunakan serta akan menjadi jembatan terpanjang di dunia. Tetapi negara-
negara lain juga tidak mau kalah untuk membuat jembatan terpanjang di dunia. Faktanya sekarang
adalah banyak negara yang lebih maju dari Indonesia baik dari segi ilmu maupun segi finansial.
Bahkan bisa saja negara seperti Jepang, China, Amerika Serikat, dan lainnya yang baru
merencanakan akan lebih dahulu selesainya dibandingkan proses konstruksi Jembatan Selat Sunda,
atau setidaknya selesai tidak lama setelah proses konstruksi Jembatan Selat Sunda. Nampaknya
memang orientasi utama dari pembangunan Jembatan Selat Sunda adalah untuk sekedar kebanggaan.
Dari segi ekonomi nampaknya masih sedikit jika dilihat dari kondisi perekonomian Indonesia serta
sistem-sistem ekonomi dan korupsi yang terus membuntuti.
Dari perbandingan antara segi positif dan segi negatif Jembatan Selat Sunda, segi negatif lebih
kuat karena realistis dan koheren dengan kondisi yang ada sekarang ini dari berbagai sektor
kehidupan. Kemacetan di Merak membutuhkan penyelesaian masalah secepatnya, bukan
penyelesaian yang akan terjadi dalam kurun waktu 14 tahun lagi bahkan lebih. Indonesia juga
membutuhkan penyelesaian masalah dari lalu lintas perairan dengan segera. Mungkin dana sebesar
100 triliun rupiah bisa digunakan untuk membuat pelabuhan pada beberapa kota di pesisir yang
membutuhkan, perbaikan pelabuhan, perbaikan sistem lalu lintas perairan, dan sebagainya. Jembatan
Selat Sunda bisa jadi bukan pemecahan masalah yang ampuh, tetapi tetap diharapkan agar Jembatan
Selat Sunda nantinya dapat mematahkan berbagai keraguan dari berbagai pihak dan dapat menjawab
persoalan-persoalan yang ada.

You might also like