Professional Documents
Culture Documents
Mekanika Fluida
Suprayitno, Tenaga Pengajar, Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Jl. Surabaya no 6 Malang 65145
Jawa Timur Indonesia, phone 0341-588528, HP.
e-mail:
BAB I
Pendahuluan
Mekanika Fluida adalah bagian dari ilmu mekanika terapan yang
mempelajari statika dan dinamika dari zat cair dan gas.
Tidak ada tegangan geser pada fluida diam karena tidak pergerakan
relatif antar partikel partikel fluida. Tegangan geser pada fluida
timbul jika ada gerakan dalam fluida tersebut sehingga partikel
partikelnya bergerak relatif satu sama lainnya. Namun jika fluida
tersebut bergerak dengan kecepatan yang sama pada setiap titiknya,
maka tidak ada tegangan geser yang terjadi dalam fluida tersebut,
karena partikel partikelnya relatif diam satu dengan lainnya.
Gas relatif lebih mudah dikompresi dari pada zat cair. Perubahan
volume akibat perubahan tekanan adalah sangat besar. Sejumlah
massa suatu gas akan menempati seluruh ruangan yang
melingkupinya.
Fluida Newtonian:
τ = µ . dv/dy
dengan τ = tegangan geser (shear stress)
µ = viskositas fluida
Semua gas dan kebanyakan zat cair yang memiliki rumus molekul
sederhana dan berat molekul yang kecil seperti air, benzena, etil
alkohol, CCl4, heksana dan kebanyakan larutan dengan molekul
molekul sederhana adalah fluida Newtonian.
Fluida Non-Newtonian:
Sifat-sifat Fisik
Viskositas
ν = µ /ρ ,
ln µ = a - b ln T
Viskositas gas:
µ = µ o(T/To)n
Viskositas dari gas ideal tidak bergantung dari tekanan, tapi viskositas
gas riil dan zat cair biasanya meningkat seiring meningkatnya tekanan.
Viskositas zat cair sekitar seratus kali lebih besar dari viskositas gas
pada tekanan atmosfer. Sebagai contoh, pada 25oC, µ air = 1 centipoise
dan µ udara = 1 x 10-2centipoise.
-δ V/V = δ p/K
K = -V dp/dV (1)
didifferensialkan,
Vdρ + ρ dV = 0
K = - V dp / (-(V/ρ )dρ )
K = ρ dp/dρ
Fluida gas juga dapat dipandang sebagi fluida inkompresibel juga, jika
perubahan tekanan adalah kecil sekali, tapi biasanya kompresibilitas
tidak dapat diabaikan. Umumnya, kompresibilitas menjadi penting
ketika kecepatan gerak fluida mencapai seperlima kecepatan suara
dalam fluida tersebut.
Tegangan Permukaan
sebuah molekul I dalam interior suatu fluida cair berada dibawah aksi
gaya gaya yang bekerja pada setiap arah dan jumlah vektor gaya gaya
tersebut adalah nol. Tetapi sebuah molekul S pada permukaan cairan
bekerja sebuah resultan gaya kohesif yang bekerja tegak lurus
permukaannya. Sehingga disini memerlukan kerja lebih untuk
menggerakkan molekul molekul pada permukaan melawan gaya gaya
pelawan ini, dan molekul molekul fluida pada permukaan memiliki
energi lebih besar daripada molekul yang ada di interior fluida
tersebut.
Sehingga, ∆ p π r2 = 2π rσ
∆ p = 2σ /r
Keseimbangan gaya gaya yang serupa dapat dilakukan pada jet fluida
cair berbentuk silindris.
∆ p 2r= 2σ
∆ p = σ /r
∆ p π r2 = 2 x 2π rσ
∆ p = 4σ /r
Surface Tension
Fluida cair
σ dyne/cm
Benzena 23.70
Etanol 22.75
Gliserol 63.40
Air raksa 435.50
Metanol 22.61
n-Oktana 21.78
Air 72.75
Kapilaritas:
Naik atau turunnya suatu fluida cair dalam suatu tabung kapiler
disebabkan oleh tegangan permukaan dan bergantung pada besaran
relatif antara gaya kohesi dalam cairan dan adesi cairan tersebut
dengan dinding tabung.
Cairan akan naik dalam tabung kapiler jika membasahi (adesi >
kohesi) dan jatuh jika tidak membasahi (kohesi > adesi).
Fs = π . d.σ . cos(θ )
Fg = (π /4).d2.h.g.ρ ,
Data:
Persamaan:
∆ p = 2σ /r
Perhitungan:
Yakni bahwa, tekanan udara ujung nozzle harus lebih besar dari
tekanan air sekelilingnya yakni sebesar 145.4 N/m2
Data:
Persamaan:
Data:
Persamaan:
Perhitungan:
Statika Fluida
Hukum Pascal untuk Tekanan pada Suatu Titik:
Sifat dasar dari fluida statis adalah tekanan. Tekanan sering dipahami
sebagai sebuah gaya permukaan yang dilakukan oleh fluida terhadap
dinding wadah yang ditempatinya. Tekanan ada pada setiap titik
dalam suatu volume fluida. Untuk sebuah fluida statis, seperti yang
akan ditunjukkan oleh analisa berikut ini, tekanan tidak terpengaruh
arahnya (tekanan sama ke semua arah).
Jika tidak ada tegangan geser pada fluida diam, dan tidak ada gaya
akibat percepatan, maka jumlah gaya gaya yang bekerja pada
sembarang arah haruslah nol. Gaya gaya yang bekerja pada elemen
kecil ersebut adalah gaya gaya akibat tekanan fluida sekitarnya dan
gaya grafitasi (gaya berat).
Pxδ yδ z + ( -Psδ yδ z) = 0
Atau Px = Ps
Py = Ps
sehingga, Px = Py = Ps
P2 - P1 = - ρ g(z2 - z1)
Tekanan pada level ketinggian yang sama akan sama besar pada
suatu fluida yang kontinyu, walaupun tidak ada bagian horisontal
fluida yang menghubungkan P dan Q, namun P dan Q berada pada
suatu fluida kontinyu yang sama.
PR = PP + ρ gh (1)
PS = PQ + ρ gh (2)
δ p = - ρ gδ s cos(θ )
dp/ds = - ρ gcos(θ )
sehingga,
dp/dz = -ρ g
1 atm
760 mmHg
29,92 inHg
10,34 mH2O
33,91 ftH2O
101,325 kPa
14,7 psi
2116 lb/ft2
Pengukuran Tekanan
Tekanan Fluida
Dalam fluida statis, tekanan di suatu titik sama ke semua arah, dan
tekanan ini disebut tekanan statis. Pada fluida bergerak, tekanan
fluida tidak sama ada sembarang arah. Tekanan statis fluida bergerak
bekerja pada bidang yang sejajar dengan arah aliran. Bidang yang
menghadap aliran akan memiliki tekanan yang lebih besar dari
tekanan statisnya, ini karena sebagian energi kinetis aliran berubah
menjadi energi tekanan. Perubahan energi kinetis ini menjadi
tekanan idak dapat diukur secara terpisah dari tekanan statis.
• Barometers
• Piezometer
Untuk mengukur tekanan fluida dalam suatu bejana atau pipa dapat
digunakan sebuah tabung yang dihubungkan dengan bejana atau
pipa tersebut. Tabung tersebut diletakkan vertikal ke atas sehingga
cairan yang ada dalam bejana atau pipa tersebut naik pada
ketinggian tertentu dalam tabung tersebut. Dengan mengu8kur
ketinggian cairan yang naik pada tabung terbut dapat dihitung
tekanan dalam bejana atau pipa tersebut. Pengukur tekanan
semacam ini dikenal dengan piezometer. Untuk menghindari efek
kapilar, tabung piezometer hendaknya dibuat dengan diameter 1/2
inch atau lebih.
• Manometers
Pengukur tekanan yang lebih rumit terdiri atas tabung yang di
bengkokkan dan diisi suatu atau beberapa fluida dengan grafitasi
spesifik yang berbeda. Pengukur tekanan seperti ini disebut
manometer.
Px = P1 + ρ g(a+h)
Px' = P2 + ρ ga + ρ gh
m
P1 + ρ g(a+h) = P2 + ρ ga + ρ gh
m
P1 - P2 = ρ gh - ρ gh
m
sehingga P1 - P2 = (ρ m - ρ ) gh.
Px = P1 - ρ g(h+a)
Px' = P2 - (ρ ga + ρ m gh)
Jika Px = Px'
P1 - ρ g(h+a) = P2 - (ρ ga + ρ m gh)
P1 - P2 = (ρ - ρ )gh
m
P1 - P2 = ρ gh.
= h(π / 4)d2
Px = P1 + ρ g(h+a) + ρ g h(d/D)2
Sehingga P1 - P2 = (ρ m - ρ )gh.
Jika densitas fluida yang diukur jauh lebih kecil dari fluida manometer
(udara dengan air misalnya), maka P1 - P2 = ρ m gh.
Pressure Gauge -
Gaya Apung
Gaya ke atas pada suatu benda = berat fluida yang dipindahkan
Prinsip ini dikenal dengan Prinsip Archimedes.
Sistem Satuan :
Sistem SI:
Besaran satuan
Besaran Satuan
Besaran Satuan
Satuan fps:
Besaran satuan
Massa:
1 lb = 0.454 kg
Panjang:
1 ft = 12 inch = 0.3048 m
Energi:
1 BTU = 1055 J
Gaya:
1 kgf = 9.812 N
1 lbf = 4.448 N
1 dyn = 1 g.cm/s2
Daya:
1 HP = 736 W
Tekanan:
1 Pa = 1 N/m2
1 psi = 1 lbf/inch2
Viscositas:
1 poise = 1 g/(cm.s)
Viscositas Kinematik:
1 Stoke = 1 St = 1 cm2/s
Volume:
Temperatur:
ToF = 32 + 1.8oC
ToR = 1.8K
R = 8314 J / (kmol.K)
Dimension:
Panjang L
Massa M
Waktu t
Temperatur T
Luasan A L2
Densitas ρ M/L3
Gaya F ML/t2
Viskositas
Kinematik
ν L2/t
Daya P ML2/t3
Tekanan p M/Lt2
Tegangan
permukaan
σ M/t2
Viskositas µ M/Lt
Volume V L3
Similaritas
Dimensional Analysis:
Dimensionless
Symbol Formula Numerator Denominator Importance
Number
Fluid flow
Reynolds Inertial involving
NRe Dvρ /µ Viscous force
number force viscous and
inertial forces
Fluid flow
Froude Inertial Gravitational
NFr u2/gD with free
number force force
surface
Fluid flow
Weber Inertial with
NWe u ρ D/σ
2
Surface force
number force interfacial
forces
Flow though
τ w/
Friction factor f Shear force Inertial force closed
(ρ u2/2)
conduits
Flow though
closed
Pressure ∆ p/ Pressure
CP Inertial force conduits.
coefficient (ρ u2/2) force
Pressure drop
estimation
Streamline
Suatu aliran fluida dikatakan steady flow jika kecepatan aliran pada
setiap lokasi dalam fluida tersebut tetap dan tidak berubah terhadap
waktu.
Uniform flow:
Fluida ideal:
Persamaan Kontinuitas
Perhatikan kesetimbangan massa untuk sebuah elemen fluida seperti
yang ditunjukkan oleh gambar berikut:
Kesetimbangan massa:
Laju akumulasi massa dalam kubus tersebut = total laju aliran massa
masuk – total laju aliran massa masuk ............................(1)
Bernoulli Equation:
.....................................................(2)
...........................................(3)
1. Steady flow.
2. Incompressible flow – masih dapat diterima jika bilangan
Mach aliran kurang 0.3.
3. Frictionless flow – Aliran tanpa gesekan karena
viskositasnya nol.
4. Valid untuk aliran pada satu streamline yang sama,
sehingga dengan streamlines yang berbeda akan memiliki heat
total berbeda.
5. Tidak ada kerja poros.
6. Tidak ada perpindahan panas.
Kesetimbangan massa:
- mout = dm/dt
=ρ dV/dt
dan, dV = ATdh
sehingga,
Ao v2 ρ = AT ρ dh/dt (1)
p1 = 0 atm (g)
p2 = 0 atm (g)
z2 = 0
v22 = 2gz1
v2 = √ (2gz1)
v2 = √ (2gh) (2)
ρ Av dv = -Aδ p - ρ gAδ z
dibagi dengan ρ Aδ s,
Voy = Vo sinθ
x = Vox t
y = Voy t – gt2/2
eliminating t gives,
y = x Voy/Vox – gx2/(2Vox2)
i.e,
---------------
Vo2/(2g) = Vox2/(2g) + ym
we get,
ym = Voy2/(2g)
One the jet is left the orifice, it is acted upon by gravitational forces.
This makes the vertical component of velocity to equal ‘-gt’.
The horizontal and vertical distances covered in time ‘t’ are, obtained
from integrating the above equations.
x = (2gh)0.5 t
and z = -gt2/2
z = -g [x2/(2gh)] / 2
i.e,
z = - x2/(4h)
x = 2 (hz)0.5
Water Hammer
Whenever a valve is closed in a pipe, a positive pressure wave is
created upstream of the valve and travels up the pipe at the speed of
sound. In this context a positive pressure wave is defined as one for
which the pressure is greater than the steady state pressure. This
pressure wave may be great enough to cause pipe failure. This
phenomena is called as Water Hammer