Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
ROMADHANI
NIM : 9941510102
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Jurusan Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala, sejauh yang saya ketahui bukan
merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau
dipakai untuk mendapatkan gelar Sarjana di lingkungan Universitas Syiah Kuala
maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Romadhani
NIM: 9941510102
iii
PENGESAHAN
Mengesahkan,
iv
“… ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku
dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai,
berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri. (Qs: Al-Ahqaaf-15)”
Romadhani
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini, serta shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya ke alam yang terang benderang
seperti saat sekarang ini.
Tugas Akhir dengan judul “Pengontrolan Peralatan Listrik Melalui
Jalur Telepon Berbasis Komputer” ini ditulis untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademik guna mencapai derajat Strata-1 Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya, penghormatan dan kebanggaan untuk Ayahanda Salikin dan Ibunda
Sani. Terimakasih untuk Kakanda Subagiar, Sukino, Saliyem, Misriati, Sano Edi,
Muryuwati, dan tak lupa untuk Adinda Sarni yang turut memberikan dukungan
moril dan materiil sehingga Tugas Akhir ini dapat terlaksana dengan baik.
Dalam pelaksanaan dan penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Hubbul Walidainy, ST., M.T. selaku pembimbing
utama dan Alm. Bapak Iskandar A. Harsadi, ST selaku Co-pembimbing, serta
Bapak Ir. Syahrizal, M.T selaku Co-pembimbing pengganti.
Terimakasih penulis haturkan kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Tugas
Akhir ini.
1. Bapak Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen penguji.
2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen pembimbing.
3. Bapak Zulhelmi, ST, selaku Kepala Laboratorium Elektronika Fakultas
Teknik Unsyiah yang merangkap sebagai dosen penguji.
4. Bapak Ismahadi, selaku Laboran Lab. Elektronika Fakultas Teknik
Unsyiah.
vi
5. Dosen-dosen dan karyawan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Unsyiah.
6. Rekan-rekan mahasiswa angkatan ’98; Azis Maulana (Thanks for your
device), Cut ampon, Irwanda. ST, Roni, Iswandi. ST, Mutia. Angkatan ’99;
Maulida (thanks for your catridge), Asmalya (Thanks for your computer),
Rijalulfikri (for your book), Khairuman, M. Nasir, Budi Amri. Angkatan ’00;
Ahmad Fauzi (thanks for making my PCB), Nurul Afdal, Rahmad Sadli, Sri
Marlina S, Cut Marlia S & Haidi Alfitrah (thanks for making my device
picture). Angkatan ’01; Amalia, Rosna Gunadum, Nuriar Rosa (thanks all for
your support, I’ll never forget it). Alm. M. Taufiq Hidayat dan Alm. Sona
Sagita yang telah menjadi korban Tsunami tanggal 26 Desember 2004.
Teman-teman yang turut membantu; Ray C Ayadhi, Cut KIS, Mursada, Mulia
Rahman, Eko Ferdian, such and the gank in TP FAPERTA.
7. Seluruh teman-teman yang telah membantu terlaksananya penulisan Tugas
akhir ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan.
Romadhani
NIM. 9941510102
vii
ABSTRAK
Mengontrol peralatan listrik dapat dilakukan dari jarak dekat maupun jarak jauh
dengan memanfaatkan suatu media transmisi. Peralatan listrik yang umum
digunakan adalah lampu listrik. Pengontrolan berupa menghidupkan dan
mematikan lampu dapat menggunakan media transmisi jalur telepon. Tugas Akhir
ini membahas perancangan sistem yang dapat digunakan untuk mengontrol
delapan buah lampu listrik dengan memanfaatkan nada DTMF. Sistem yang
dirancang terdiri dari pendeteksi nada dering, pengangkat telepon, dekoder nada
DTMF, dan rangkaian penggerak untuk menghidupkan lampu. Sistem ini juga
dilengkapi dengan program perekam telepon. Pendeteksi nada dering digunakan
untuk mendeteksi adanya panggilan pada pesawat telepon penerima. Pengangkat
telepon digunakan untuk menerima panggilan yang sedang berlangsung dan
memutuskan panggilan jika telepon pengirim telah ditutup. Dekoder DTMF
digunakan untuk mengubah nada DTMF menjadi data 4 bit. Sedangkan rangkaian
penggerak digunakan sebagai saklar untuk menghubungkan lampu listrik dengan
jaringan PLN. Mematikan dan menghidupkan lampu dilakukan dengan menekan
nomor lampu yang dituju pada keypad pesawat telepon pengirim pada saat
panggilan telah diterima. Perekam pesan dan program penggerak dibuat dengan
menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK …….............................................................................................. vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
x
2.5.3 Dioda Persambungan .................................................... 16
2.5.4 Forward Bias dan Reverse Bias .................................... 17
2.5.5 Light Emiting Diode (LED) ......................................... 18
2.6 Transistor dan Phototransistor ................................................ 19
2.6.1 Transistor ...................................................................... 19
2.6.2 Phototransistor............................................................... 21
2.7 Switching................................................................................. 21
2.8 Microsoft Visual Basic 6.0....................................................... 22
2.8.1 Lingkungan Visual Basic .............................................. 23
2.8.2 Teknologi ActiveX........................................................ 26
xi
BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 52
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 52
5.2 Saran ....................................................................................... 52
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Spektrum frekuensi nada DTMF ................................................ 5
Gambar 2.2. Susunan kombinasi nada DTMF pada tombol ........................... 6
Gambar 2.3. Sinyal paduan 697 Hz dan 1209 Hz untuk tombol ‘1’ ............... 7
Gambar 2.4. Pencatuan daya pesawat telepon sederhana ................................ 8
Gambar 2.5. Skema pesawat telepon DTMF ................................................... 9
Gambar 2.6. Duplex Coil ................................................................................. 9
Gambar 2.7. Konfigurasi pin IC MT8870 ....................................................... 10
Gambar 2.8. Diagram Fungsional MT8870 ..................................................... 11
Gambar 2.9. Diagram konektor DB-25 untuk LPT1........................................ 14
Gambar 2.10. Simbol dioda persambungan ..................................................... 16
Gambar 2.11. Bias pada dioda.......................................................................... 17
Gambar 2.12. Simbol LED............................................................................... 18
Gambar 2.13. Skema dan simbol transistor...................................................... 19
Gambar 2.14. Simbol Phototransistor............................................................... 21
Gambar 2.15. Rangkaian Switching ................................................................ 22
Gambar 3.1. Diagram blok sistem ................................................................... 28
Gambar 3.2. Rangkaian pengkondisi sinyal dering ......................................... 30
Gambar 3.3. Rangkaian dekoder DTMF MT8870 .......................................... 31
Gambar 3.4. Rangkaian penghubung jalur telepon ......................................... 32
Gambar 3.5. Pengawatan saklar gagang pada telepon Panaphone .................. 32
Gambar 3.6. Pemasangan relay untuk sistem pengangkatan telepon .............. 33
Gambar 3.7. Rangkaian penggerak dan relay beban lampu ............................ 34
Gambar 3.8. Pengawatan untuk jalur suara ..................................................... 35
Gambar 3.9. Diagram alir program penggerak ................................................ 37
Gambar 3.10. Tampilan Program .................................................................... 39
Gambar 3.11. Tampilan form About ............................................................... 40
Gambar 4.1. Rangkaian penguji sinyal dering ................................................. 42
Gambar 4.2. Pengujian rangkaian pengkondisi sinyal dering ......................... 43
xiii
Gambar 4.3. Pengujian dekoder DTMF .......................................................... 44
Gambar 4.4. Pengujian Data Dekoder ............................................................. 44
Gambar 4.5. Pengujian sinyal suara ................................................................ 45
Gambar 4.6. Pengaturan Volume Control pada proses pengujian suara ......... 46
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kode yang dihasilkan MT8870 terhadap nada tombol ................... 12
Tabel 2.2. Konfigurasi Pin Konektor port paralel ........................................... 14
Tabel 4.1. Tegangan keluaran penguji sinyal dering terhadap
posisi saklar pilih ............................................................................ 42
Tabel 4.2. Hasil pengujian dekoder DTMF ..................................................... 45
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Listrik merupakan salah satu kebutuhan utama di saat ini. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya alat bantu pekerjaan manusia yang menggunakan listrik,
sehingga hampir semua kegiatan manusia bergantung kepada listrik. Peralatan
listrik itu sendiri sangat beragam bentuk dan fungsinya. Salah satu faktor yang
menyebabkan semakin beragamnya peralatan listrik yang ada saat ini diakibatkan
oleh kemajuan elektronika yang sangat pesat. Hampir semua peralatan listrik
mempunyai sistem elektronika di dalamnya, sehingga dapat dikatakan listrik
hampir tidak dapat dipisahkan dari elektronika. Sistem elektronika ini antara lain
berfungsi sebagai pengontrol.
Mengontrol suatu peralatan listrik dapat dilakukan dari jarak dekat atau
jarak jauh, tergantung dari tujuan dan fungsinya. Pengontrolan jarak dekat yang
paling sederhana adalah dengan mematikan atau menghidupkan peralatan listrik
menggunakan saklar mekanik, hal ini telah umum digunakan dalam instalasi
listrik.
Lampu merupakan alat listrik yang sudah sangat umum, akan tetapi tidak
umum bila lampu menyala atau mati di saat yang tidak tepat. Misalnya lampu
masih menyala pada siang hari atau belum menyala pada malam hari. Mematikan
dan menghidupkan lampu cukup dengan menggunakan saklar biasa, tetapi lain
halnya jika seseorang tidak berada di tempat, misalnya ketika sedang bepergian.
Untuk itu diperlukan suatu sistem yang dapat digunakan untuk mematikan dan
menghidupkan lampu listrik dari jarak jauh.
Pengontrolan jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai media
perambatan, misalnya melalui kabel, gelombang radio, cahaya, suara, dan
sebagainya. Jalur telepon merupakan media alternatif yang cukup baik untuk
pengontrolan jarak jauh, karena luas wilayah kontrol meliputi daerah yang
tersedia jalur telepon.
1
Dengan alasan tersebut, penulis hendak merancang suatu alat kontrol
lampu listrik jarak jauh melalui jalur telepon berbasis komputer, sistem ini juga
akan dilengkapi dengan program penjawab telepon yang akan merekam setiap
pesan masuk yang tidak terjawab.
1.3 Tujuan
2
1. Studi literatur
Tahapan ini mempelajari dasar teori yang menunjang, yaitu dasar teori
tentang nada DTMF, dekoder nada DTMF, pesawat telepon, port LPT1, serta
teori dasar komponen-komponen yang digunakan.
2. Perancangan perangkat keras dan perangkat lunak
Pada tahapan ini dirancang masing-masing blok pembangun sistem,
pengujian pada project board. Perangkat lunak dirancang dengan
menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0.
3. Pembuatan alat
Tahapan ini meliputi tata letak komponen, dilanjutkan dengan membangun
sistem secara keseluruhan pada Printed Circuit Board (PCB), setelah
sebelumnya diuji pada papan project board.
4. Pengujian alat
Pengujian dilakukan per sub sistem, meliputi pengujian pendeteksi nada
dering, dekoder DTMF, serta penggerak relay beban lampu. Kemudian
dilanjutkan dengan menguji sistem secara keseluruhan dengan menggunakan
perangkat lunak yang telah dibuat.
Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini terdiri atas beberapa bagian
yang terangkum ke dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan.
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Berisi tinjauan pustaka dari berbagai sumber yang mencakup teori dasar
nada DTMF, pesawat penerima telepon, dekoder nada DTMF, komunikasi
data paralel dengan terminal LPT1, teori dasar komponen yang digunakan,
dan pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.
3
BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT
Bagian ini membahas perancangan sistem yang dibuat secara umum,
terdiri atas diagram blok sistem, perancangan hardware (perangkat keras),
dan perancangan software (perangkat lunak).
BAB 4 PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah pengujian sistem yang
telah selesai dibuat, baik pengujian per bagian maupun pengujian secara
keseluruhan.
BAB 5 PENUTUP
Penutup berisikan kesimpulan dari hasil perancangan ini serta saran-saran
yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem yang telah dibuat.
4
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Amplitudo
Group nada tinggi
Group nada rendah
2 dB a b c d
5
697 Hz akan mempunyai pita frekuensi dari 685 Hz sampai 709 Hz. Pita frekuensi
a, b, c, dan d pada Gambar 2.1 merupakan frekuensi harmonik kedua dari
kelompok nada rendah yang mungkin timbul, pita frekuensi a, b, c, dan d tidak
akan mengganggu pita frekuensi kelompok nada tinggi karena letaknya di luar
pita frekuensi nada tinggi.
Kelompok nada tinggi mempunyai penguatan sebesar 2 dB dari kelompok
nada rendah. Hal ini disebabkan kelompok nada tinggi lebih mudah mengalami
pelemahan di sepanjang jalur telepon dibandingkan dengan kelompok nada
rendah, sehingga penguatan ini akan mengimbangi pelemahan yang terjadi.
Penjumlahan dari dua kelompok nada DTMF menghasilkan 16 kombinasi
nada. Kombinasi ini mewakili karakter 0-9, *, #, serta karakter tambahan A, B, C,
dan D seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2 berikut ini (MITEL 1997).
Grup Nada
Frekuensi Tinggi (Hz)
1209 1336 1477 1633
697 1 2 3 A
Frekuensi Rendah (Hz)
Grup Nada
770 4 5 6 B
852 7 8 9 C
941 * 0 # D
Gambar 2.2. Susunan kombinasi nada DTMF pada tombol (MITEL 1997)
6
Amplitudo
Waktu
Gambar 2.3. Sinyal paduan 697 Hz dan 1209 Hz untuk tombol ‘1’
(Paul 2004)
7
5H
Hook Switch
Jalur
Audio MIC Speaker
Telepon
-48VDC 5H
Saat on-hook (gagang tertutup), antara TIP dan RING terdapat beda
tegangan sebesar 48V. Pada saat off-hook (gagang diangkat), terjadi hubungan
tertutup dan arus akan mengalir. Adanya pembebanan pada pesawat telepon
mengakibatkan tegangan jatuh. Beda tegangan antara TIP dan RING saat off-hook
berkisar 4-8 volt, ini merupakan tegangan normal agar pesawat telepon dapat
bekerja (Engdahl 1998).
8
tertutup pada jalur telepon, sentral mendeteksi loop tertutup ini dan mematikan
sinyal dering serta menghubungkan telepon ke telepon pemanggil (Brain 2002).
a
Phone line MIC c Speaker
b
9
melewati belitan a dan b dengan seragam tetapi berbeda fase 1800 satu sama lain
terhadap tap tengah, belitan c menerima induksi arus mikrofon dari belitan a dan
b, tetapi karena a dan b berbeda fase 1800 induksi pada c akan saling meniadakan,
sehingga tidak ada arus yang mengalir pada belitan c.
Jika sinyal suara dari telepon pengirim masuk, sinyal ini melewati belitan
a dan b dengan seragam, tetapi pada tap tengah sinyal ini berbeda fase 1800 satu
sama lain sehingga tidak ada arus yang masuk ke mikrofon. Sedangkan pada
belitan c timbul arus induksi akibat sinyal yang mengalir melalui belitan a dan b.
Duplex coil saat ini banyak digantikan dengan penggeser fase elektronik yang
berfungsi sama (Simanjuntak 1993).
IN- 1 18 VDD
IN+ 2 17 St/GT
GS 3 16 ESt
VRef 4 15 StD
INH 5 14 Q4
PWDN 6 13 Q3
OSC1 7 12 Q2
OSC2 8 11 Q1
VSS 9 10 TOE
10
Secara umum, prinsip dekoder nada DTMF adalah memecahkan nada
menjadi komponen nada tunggalnya dan kemudian diubah menjadi kode logika.
Pemecahan nada gabungan menjadi nada tunggal dapat memakai sekumpulan
Band Pass Filter (BPF), yaitu filter yang hanya melewatkan frekuensi-frekuensi
tertentu. Dekoder DTMF generasi awal memakai filter LC , filter aktif, serta
teknik Phase Locked Loop (PLL) untuk mendekodekan nada DTMF ini.
Dekoder DTMF Generasi kedua menggunakan teknologi CMOS
(Common Metal Oxide Semiconductor) untuk mengkodekan masing-masing nada
yang sebelumnya telah dipisahkan oleh BPF analog. Dekoder DTMF generasi
ketiga menggunakan teknologi Thick Film Hybrid yang menempatkan BPF analog
aktif dan CMOS dalam satu kemasan. Dekoder generasi keempat ditandai dengan
diterapkannya teknologi filter switched capacitor, teknologi inilah yang masih
dipakai hingga sekarang.
Pada awalnya penerima DTMF memakai filter dan dekoder yang terpisah,
sehingga dua IC harus digunakan untuk mendekodekan nada DTMF menjadi kode
digital. MT8870 adalah penerima DTMF yang mengintegrasikan filter dan
dekoder dalam satu kemasan tunggal. Filter analog sudah sepenuhnya digantikan
oleh filter switched capacitor dari bahan silikon. Gambar 2.8 memperlihatkan
diagram fungsional dari MT8870.
VDD VSS
Bias
VRef Chip bias/Power
Circuit
Dial tone
filter 350/
Chip Ref./Voltage 440 Hz
Q1
Notches 3 rd
GS order Sw.
Dial tone Cap.
IN- - Anti Q2
filter 350/ Code
aliasing Digital
440 Hz converter
filter 2nd detect
Notches 3 rd and output
order cont. circuit
IN+ + order Sw. latches Q3
RC Dial tone
Cap.
filter 350/
440 Hz
Q4
Notches 3 rd
order Sw.
Cap.
St
Chip clock Steering logic
GT
11
Sinyal masukan diambil langsung dari jalur telepon setelah melewati
kapasitor coupling. Op-amp internal merupakan buffer bagi sinyal masukan,
selain alasan fleksibelitas karena penguatan dapat diatur. Tahapan selanjutnya
adalah mencegah frekuensi harmonik yang mungkin muncul dengan Low Pass
Filter (LPF). Frekuensi nada panggilan 350 dan 440 Hz ditolak pada tahapan ke
tiga. Dua buah BPF membagi nada komposit menjadi komponen kelompok nada
atas dan kelompok nada bawah. Komparator mengubah gelombang sinus menjadi
gelombang segi empat. Gelombang segi empat ini diteruskan ke rangkaian
pendeteksi digital yang akan menghitung periode rata-rata dari dua gelombang
segi empat yang masuk. Sebagai detak referensi, rangkaian ini memerlukan
osilator eksternal yang dapat diperoleh dengan sebuah kristal 3,579 MHz.
Konverter akan mengubah keluaran pendeteksi digital menjadi kode biner 4 bit
dari 0000 hingga 1111 yang mewakili keenambelas tombol. Data biner ini
dikeluarkan pada terminal Q1-Q4. Tabel 2.1 memperlihatkan kode biner yang
dihasilkan oleh MT8870 terhadap nada tombol.
697 1209 1 1 0 0 0 1
697 1336 2 1 0 0 1 0
697 1477 3 1 0 0 1 1
770 1209 4 1 0 1 0 0
770 1336 5 1 0 1 0 1
770 1477 6 1 0 1 1 0
852 1209 7 1 0 1 1 1
852 1336 8 1 1 0 0 0
852 1477 9 1 1 0 0 1
941 1209 0 1 1 0 1 0
941 1336 * 1 1 0 1 1
941 1477 # 1 1 1 0 0
697 1633 A 1 1 1 0 1
770 1633 B 1 1 1 1 0
852 1633 C 1 1 1 1 1
941 1633 D 1 0 0 0 0
- - Sembarang 0 Z Z Z Z
12
TOE mengizinkan Q1-Q4 untuk mengeluarkan data apabila TOE diberi
logika tinggi. Pemberian logika rendah pada TOE mengakibatkan Q1-Q4
memiliki impedansi tinggi (Z), ini artinya TOE merupakan Enabled keluaran.
Steering Logic diperlukan untuk mengatur pewaktuan dan pengendalian sinyal
yang dikodekan, seperti mendeteksi apakah sinyal sahih atau tidak. Lembaran data
pada lampiran menerangkan secara lengkap tentang hal ini (MITEL 1997).
13
Tabel 2.2. Konfigurasi Pin Konektor port paralel (Budiharto 2004)
Pin Pin
Signal Arah I/O Register Invert
DB25 Centronics
1 1 nStrobe In/Out Control Yes
2 2 Data 0 Out Data
3 3 Data 1 Out Data
4 4 Data 2 Out Data
5 5 Data 3 Out Data
6 6 Data 4 Out Data
7 7 Data 5 Out Data
8 8 Data 6 Out Data
9 9 Data 7 Out Data
10 10 nAck In Status
11 11 Busy In Status Yes
12 12 Paper-Out/End In Status
13 13 Select In Status
14 14 nAuto-Linefeed In/Out Control Yes
15 32 nError/nFault In Status
16 31 nInitialize In/Out Control
17 36 nSelect-Printer/In In/Out Control Yes
18-25 19-30 Ground Gnd -
D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0
13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14
S7 S6 S5 S4 S3
C3 C2 C1 C0
14
diperkenalkan sejak munculnya port paralel pada kartu video, namun kemudian
alamat ini tidak pernah digunakan lagi. Alamat yang umumnya digunakan saat ini
adalah 378H sebagai alamat port printer dan 278H untuk alamat port paralel
lainnya (Budiharto 2004).
15
semikonduktor mempunyai banyak elektron bebas pada suhu ruangan. Bahan
semikonduktor seperti ini disebut dengan semikonduktor tipe-N (tipe negatif).
Hole adalah suatu kekosongan elektron pada suatu lintasan atom. Hole
terjadi apabila sebuah elektron meninggalkan lintasannya menjadi elektron bebas.
Silikon murni pada suhu ruangan juga tidak menghasilkan banyak hole. Cara
untuk menambah jumlah hole adalah dengan membuat kekurangan pasangan
elektron valensi dalam ikatan kovalennya. Suatu atom donor dengan tiga elektron
valensi ditambahkan untuk membuat ikatan kovalen kekurangan satu elektron.
Hal ini membuat bahan semikonduktor memiliki banyak hole. Semikonduktor ini
disebut dengan semikonduktor tipe-P (tipe positif).
Lapisan
P Kosong N
+++- + - - -
+++- + - - -
+++- + - - -
(a) (b)
16
negatif. Satu elektron bebas yang berdifusi akan menciptakan sepasang ion. Pada
Gambar ion ditandai dengan lingkaran bermuatan.
Depletion layer (lapisan kosong) tercipta akibat ion positif dan negatif
memenuhi daerah persambungan. Lapisan ini mengosongkan daerah sekitar
persambungan dari elektron bebas dan hole. Beda potensial pada lapisan kosong
disebut potential barrier. Pada suhu kamar potential barrier adalah sekitar 0,7 V
untuk dioda silikon dan 0,3 V untuk dioda germanium (Malvino 1994).
Lapisan Lapisan
P Kosong N P Kosong N
+++- + - - - +++- + - - -
+++- + - - - +++- + - - -
+++- + - - - +++- + - - -
(a) (b)
Dioda dalam keadaan bias maju akan menghasilkan arus yang besar, sebab
elektron dari sumber menambahkan energi pada N untuk menembus lapisan
pengosongan dan mengisi elektron valensi pada P untuk kemudian kembali ke
sumber. Bias mundur pada dioda akan memaksa elektron bebas dalam daerah N
berpindah dari junction ke terminal positif sumber, hole dalam daerah P juga
17
bergerak menjauhi junction ke arah terminal negatif. Akibatnya lapisan kosong
menjadi semakin lebar. Pelebaran lapisan kosong akan terhenti saat potensial
lapisan kosong sama dengan potensial sumber. Akibat pelebaran lapisan kosong,
hampir tidak ada arus yang melewati dioda. Fungsi ini menjadikan dioda sebagai
penghantar satu arah, yaitu saat dioda dalam keadaan bias maju (Malvino 1994).
Anoda Katoda
18
2.6 Transistor dan Phototransistor
2.6.1 Transistor
Transistor dapat diandaikan suatu gabungan dari dua buah dioda dalam
satu kristal. Sebuah transistor NPN (negatif-positif-negatif) terdiri atas dua
semikonduktor tipe-N dan sebuah semikonduktor tipe-P berada diantaranya.
Gambar 2.13 (a )dan (b) masing-masing menunjukkan diagram transistor dan
simbol transistor. Transistor PNP (positif-negatif-positif) merupakan komplemen
dari transistor NPN, berfungsi sama tetapi dalam penggunaannya dibias terbalik.
e n p n c b
e
b
c
e p n p c b
e
b
(a) (b)
19
kolektor. Kolektor (c) mempunyai tingkat dopping menengah, diantara tingkat
dopping basis dan emitor.
Kolektor merupakan bagian terbesar dari tiga bagian tersebut, sebab
kolektor harus mendisipasikan panas lebih banyak dibanding emitor dan basis.
Dalam pemakaian, dioda e-b dibias maju dan dioda c-e dibias mundur.
Seharusnya tidak ada arus yang mengalir pada dioda c-e, tetapi emitor
menginjeksikan elektronnya ke basis. Basis yang penuh dengan elektron hasil
injeksi emitor terdifusi ke lapisan pengosongan kolektor. Pada lapisan ini,
elektron bebas didorong oleh medan lapisan pengosongan ke dalam daerah
kolektor. Akhirnya elektron ini dapat mengalir ke kawat luar kembali ke sumber
tegangan. Besarnya arus yang mengalir pada emitor kira-kira sama dengan besar
arus yang mengalir ke kolektor. Tepatnya, arus kolektor merupakan penjumlahan
arus emitor dengan arus basis.
Hampir semua transistor, kurang dari 5% dari elektron yang diinjeksikan
emitor berekombinasi dengan lubang basis untuk menghasilkan arus basis.
Hubungan antara arus basis (IB) dengan arus kolektor (IC) disebut dengan beta dc
(βdc). βdc merupakan hasil bagi arus kolektor dengan arus basis. Karena itu, βdc
transistor lebih besar dari 20, biasanya antara 50 sampai 100, beberapa transistor
mempunyai βdc = 1000. Notasi βdc sering ditulis hFE pada data-sheet. βdc
menunjukkan seberapa besar penguatan transistor tersebut.
Kenaikan arus pada basis menyebabkan kenaikan arus pada kolektor,
perbandingan arus basis dan kolektor telah dinyatakan di atas dengan β dc. Ini
berarti kenaikan arus basis yang kecil menyebabkan kenaikan arus yang besar
pada kolektor. Ada suatu saat arus kolektor tak lagi naik walau arus basis tetap
naik, hal ini dinamakan transistor dalam keadaan saturasi. Saat ini, arus kolektor
maksimal, sebab antara kolektor dan emitor seakan merupakan hubungan singkat.
Transistor pada saat saturasi sengaja digunakan untuk keperluan saklar elektronik
(Malvino 1994).
20
2.6.2 Phototransistor
Sebuah transistor dengan basis dibiarkan terbuka sementara kolektor
dibias mundur dan emitor dibias maju, mempunyai arus kolektor yang sangat
kecil. Arus ini dihasilkan oleh pembawa arus bocor permukaan dan pembawa
minoritas (hole pada tipe-P dan elektron pada tipe-N). Dengan membuka sedikit
sambungan (junction) kolektor untuk diberi cahaya, dapat dibuat sebuah
phototransistor. Gambar 2.14 merupakan simbol dari phototransistor.
(a) (b)
2.7 Switching
Switching atau pensaklaran diperlukan untuk menyesuaikan tegangan
logika TTL (Transistor Transistor Logic) yang berasal dari terminal LPT1 ke
21
tegangan jala-jala. Beban yang akan dikontrol bekerja pada tegangan jala-jala,
sebesar 220 volt, sedangkan tegangan logika TTL hanya berkisar dari 0-5 volt.
Untuk itu diperlukan relay, yaitu saklar yang digerakkan oleh tegangan. Relay
terdiri atas elektromagnetik dan saklar. Apabila elektromagnetik diaktifkan oleh
tegangan, saklar NO (normally open) akan terhubung dan saklar NC (normally
closed) akan terputus. Tegangan kerja relay berkisar pada 5-24 volt, tergantung
dari jenisnya.
Relay seharusnya tidak dihubungkan langsung dengan LPT1, sebab arus
keluaran dari TTL tidak akan cukup untuk menggerakkan elektromagnetik pada
relay. Untuk itu digunakan transistor sebagai buffer, transistor akan menghasilkan
arus kerja relay yang berkisar pada 100 mA, dibandingkan dengan arus keluaran
TTL yang hanya berkisar pada 3 mA pada logika high. Transistor juga
difungsikan sebagai saklar, yang beroperasi pada titik kerja saturasi. Gambar 2.15
memperlihatkan rangkaian switching (Engdahl 1996).
V cc
Fasa
NO NC
Relay Tegangan jala-jala
220V
22
All-purpose Simbolic Code). Berbeda dari BASIC yang berbasis DOS (Disk
Operating System), Visual Basic berjalan diatas Microsoft Windows. Tanpa
menghilangkan sintaks-sintaks yang umum dipakai pada BASIC, Visual Basic
disempurnakan dengan menambah kaidah-kaidah pemrograman yang cukup
handal.
Microsoft Visual Basic 6.0 mempunyai beberapa versi, versi yang berada
di pasaran saat ini diantaranya:
a. Standard Edition / Learning Edition
Ini adalah versi standar yang sudah mencakup berbagai dasar dari Visual Basic
6.0 untuk mengembangkan aplikasi.
b. Professional Edition
Versi ini memberikan berbagai sarana ekstra yang dibutuhkan oleh
programmer profesional. Seperti kontrol-kontrol tambahan, dukungan untuk
pemrograman internet, kompiler untuk membuat file Help, serta sarana untuk
mengembangkan database dengan lebih baik.
c. Enterprise Edition
Versi ini dikhususkan untuk para programmer yang ingin mengembangkan
aplikasi remote computing atau client/server. Versi ini biasanya digunakan
untuk membuat aplikasi pada jaringan.
23
2. Menu
Menu berisi semua perintah Visual Basic. Isi menu ini merupakan perintah
umum yang terdapat pada hampir semua aplikasi Windows.
3. Toolbar
Toolbar merupakan jendela yang berisi banyak icon yang masing-masing
mewakili perintah tertentu. Toolbar khusus untuk Visual Basic ini tidak
terdapat pada semua aplikasi Windows.
4. Form Windows
Forms merupakan daerah kerja utama tempat melaksanakan rancangan
program visual. Di sini tempat meletakkan semua objek interaktif, dan
merupakan interface visual pemrogram dengan komputer.
5. ToolBox
Toolbox merupakan jendela yang berisi semua objek atau kontrol yang
diperlukan dalam membangun sebuah aplikasi. Lewat toolbox inilah pengguna
berinteraksi dengan komputer, semua komponen kontrol nantinya diletakkan
pada form windows.
6. Project Explorer
Project Explorer mengandung semua file pada aplikasi Visual Basic. File ini
dalam bentuk proyek, yaitu keseluruhan file Visual Basic yang berisi
rancangan form, modul, class, dan lain sebagainya.
7. Properties Windows
Properties mengandung semua informasi mengenai objek yang terdapat pada
aplikasi Visual Basic yang sedang dibuat. Pengaturan objek dapat diperluas
melalui properties-nya, pengaturan objek seperti mengubah warna, nama,
ukuran, dan lain sebagainya dapat dilakukan di sini.
8. Layout Windows
Layout adalah tampilan yang menunjukkan preview suatu aplikasi yang sedang
dibuat. Seperti letak form, dan ukuran form terhadap layar komputer dapat
dilihat tanpa harus menjalankan (running) program yang sedang dibuat.
24
9. Code Windows
Code Windows merupakan salah satu bagian yang penting dalam pemrograman
Visual Basic, semua perintah yang diberikan ke objek ditulis pada jendela ini.
Tanpa ada perintah yang ditulis, suatu objek tidak akan melakukan apa-apa
pada saat dijalankan.
25
juga dapat bersifat variable (berubah), artinya daftar input dapat ditambah
pada saat program sedang berjalan tanpa menghilangkan daftar input yang
sudah ada. Fixed atau variable suatu Combobox diatur pada propertinya.
e. Timer
Timer digunakan apabila suatu perintah ingin dilaksanakan berulang-ulang.
Waktu tunda pengulangan perintah dapat diatur pada properti Timer. Perintah
yang ingin diulang dihubungkan dengan Timer, dimulai dengan pengaktifan
timer yang menandai pengulangan dimulai, aplikasi tersebut akan diulang
sampai Timer dinonaktifkan oleh satu perintah lain. Fungsi Timer sangat
penting untuk mengambil suatu data yang realtime atau data yang berubah
sepanjang waktu (Kurniadi 2000).
26
ActiveX dibagi menjadi dua bagian, yaitu ActiveX yang memiliki user
interface dan yang tidak. ActiveX yang memiliki user interface memiliki kontrol-
kontrol seperti tombol, teks, dan lainnya. Contohnya seperti ActiveX Multi Media
Control yang memiliki tombol Play, Stop, Pause, Record, Save dan lain
sebagainya.
ActiveX dapat dikontrol melalui Visual Basic. Dengan mengambil kontrol
ActiveX yang dibutuhkan, Visual basic dapat digunakan untuk memainkan lagu,
memutar film, membuat aplikasi teks editor, grafik, dan lain sebagainya (Nalwan
2004)
27
BAB 3
PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT
PESAWAT
TELEPON
PENGIRIM
JALUR
TELEPON
RELAY PESAWAT
PENGKONDISI
PENGHUBUNG TELEPON
SINYAL DERING
JALUR PENERIMA
S3 LPT1
C0 LPT1
C3 LPT1 TAMPILAN
PROGRAM
S4...S7 LPT1 PENGONTROL
C1 LPT1
Line-in/Line-out Soundcard
D0...D7 LPT1
PENGGERAK
RELAY BEBAN
LAMPU
Speaker Aktif
28
tinggi ke terminal C3 untuk mengaktifkan relay penghubung jalur yang akan
menghubungkan dekoder DTMF dan relay tukar dengan jalur telepon, serta
meng-enable keluaran dekoder DTMF. Pada saat ini, program komputer akan
memberitahu penelepon bahwa ia terhubung ke perekam dan dapat segera
meninggalkan pesannya.
Untuk melakukan pengontrolan lampu, penelepon harus memasukkan
password pada keypad di pesawat teleponnya pada saat telepon penerima telah
diangkat. Jika password benar maka akan terdengar nada tertentu yang
menunjukkan penelepon telah terhubung ke sistem penggontrol lampu. Pada saat
ini penelepon dapat menghidupkan atau mematikan lampu tertentu. Jika ingin
menghidupkan lampu tertentu, penelepon harus menekan tombol bintang disertai
nomor lampu yang dituju. Jika ingin mematikan lampu tertentu, penelepon harus
menekan tombol pagar disertai nomor lampu yang dituju. Sebagai contoh jika
ingin menghidupkan lampu 2, penelepon harus menekan tombol * dan tombol 2.
Sinyal dari dekoder DTMF yang terdiri atas 4 bit data dimasukkan ke
terminal S4...S7. Sinyal untuk menghidupkan/mematikan lampu sebanyak 8 bit
dikeluarkan lewat terminal D0...D7. Sinyal data ini dihubungkan ke penggerak
relay sebelum dapat mengontrol lampu. Sinyal-sinyal suara, baik untuk dikirim
maupun diterima dihubungkan melalui line-out dan line-in pada terminal kartu
suara komputer. Sinyal suara ini diambil langsung dari jalur telepon. Untuk
menghindari feedback yang tidak diinginkan, sinyal suara yang masuk dan keluar
diatur bergantian melalui relay yang dikontrol komputer melalui terminal C1
LPT1. Speaker aktif digunakan untuk memonitor suara dan mendengarkan hasil
rekaman. Layout view merupakan tampilan dimana pengguna dapat berinteraksi
dengan sistem secara langsung, misalnya memutar rekaman, mematikan atau
menghidupkan lampu secara langsung. Program penggerak dibuat dengan
menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0
Pada bagian berikut ini akan dijelaskan secara terperinci tentang semua
bagian perangkat keras yang membangun sistem. Perangkat keras ini merupakan
29
bagian dari tiap-tiap blok diagram yang telah dijelaskan sebelumnya. Perancangan
tidak termasuk pesawat telepon dan komputer, kecuali bagian-bagian yang diubah
pada pesawat telepon akan dibahas pada bagian ini.
+5v
Penyearah
1uF/120V jembatan
10k
A
10k 470uF 3V optocoupler Ke
Dari jalur Terminal
S3 LPT1
telepon B
30
keadaan ini titik A terhubung ke tanah dan mempunyai logika rendah. Keluaran
pengkondisi sinyal ini langsung dihubungkan ke terminal S3 LPT1 pada
komputer.
+5v
0.1uF MT8870
100k
2
Dari IN - 18
jalur telepon VDD
3.3v 100k 0.1uF
17
3 SI/GT
3.3v GS
370k
4
Vref
1 16
IN + ESt
S4...S7 LP T1
11
D0 12
D1 13
D2 14
8 D3
OSC1 10
3.579545 MHz TOE C3 LP T1
7 9
OSC2 VSS
31
Hal ini untuk melindungi dua alat tersebut dari sinyal dering. Gambar 3.4 berikut
ini adalah rangkaian penghubung yang dimaksud.
+5V
Ke dekoder dan
kartu suara
Relay
Dari terminal
C9013
C3 LPT1
5,6k
Sakelar Rangkaian
On Hook Off Hook
gagang Telepon
32
Rangkaian elektronika telepon tidak dibahas dalam perancangan ini.
Dengan kedudukan saklar tersebut, dua buah relay jenis SPDT (Single Pole
Double Throw) atau relay satu kutub dua arah yang diaktifkan oleh satu sinyal
logika tinggi dapat dihubungkan paralel dengan saklar gagang seperti pada
Gambar 3.6.
+ 12V
Relay 1
C0 LPT1
Relay 2
Pada perancangan ini digunakan dua buah relay SPDT yang banyak
terdapat di pasaran, tetapi dapat juga digunakan satu buah relay DPST (Double
Pole Single Throw) atau satu buah relay DPDT (Double Pole Double Throw).
Port C0 LPT1 merupakan masukan dari transistor penggerak C9013
melalui R 5,6 kΩ. Dalam keadaan normal (C0 berlogika rendah), transistor dalam
keadaan cuttoff sehingga relay 1 dan 2 tidak aktif. Dengan masuknya sinyal
dering setelah beberapa saat, program mengirimkan logika tinggi ke port C0 dan
menyebabkan transistor saturasi, relay akan aktif dan menghubungkan kontak-
kontak NO-nya sehingga terjadi off-hook.
33
sehingga total relay yang digunakan sebanyak delapan buah. Penggerak dan relay
beban diperlihatkan pada Gambar 3.7.
+ 12V
Relay 1 Lampu 1
D0...D7 LPT1
R 4,7k
D0
C9013
+ 12V
Relay 8 Lampu 8
R 4,7k
D7
C9013
Jala-jala F F
PLN N N
Dalam Gambar 3.7 hanya diperlihatkan dua buah relay untuk menghemat
tempat, relay lainnya identik.
34
Jika berbicara pada pesawat telepon, suara yang diucapkan di depan
mikrofon akan terdengar juga pada speaker. Pemasangan secara langsung seperti
yang telah dijelaskan di atas dapat mengakibatkan umpan balik positif yang
menimbulkan osilasi yang tidak diinginkan berupa suara suing. Untuk
menghindari hal tersebut, jalur suara dihubungkan hanya pada saat diperlukan,
yaitu sinyal masuk dan sinyal keluar dihubungkan secara bergantian.
Sebuah relay dapat digunakan untuk keperluan itu, seperti yang diperlihat-
kan pada Gambar 3.8 berikut ini.
+ 12V
Ke line-out
Ke line-in
C1 LPT1
Relay
R 4,7k
C9013
Ke jalur
telepon
0.1uF
35
dapat langsung meninggalkan pesannya setelah terdengar nada mulai. Pada saat
inilah program segera mengirimkan logika tinggi ke terminal C1 LPT1 yang
membuat relay aktif memutuskan line-out dan menghubungkan line-in ke jalur
telepon.
36
M ulai
R eset C 0...C 3
LPT1
T am pilkan
status
lam pu ke
m onitor
ya
ya ya
Batalkan perekam an
R ekam an berhenti dan
dan ak tifkan T elepon ditutup
disim pan
pengontrolan
ya ya ya ya
Tekan salah satu tidak Tekan salah satu tidak T elepon ditutup
no. lam pu? no. lam pu?
ya ya
ya ya
ya ya
37
Program dalam keadaan standby menunggu masuknya sinyal dering. Saat
ada panggilan dan sinyal dering dikirim oleh sentral, program akan mengaktifkan
pengangkat telepon dan segera memperdengarkan suara penjawab ke penelepon.
Sesaat setelah suara penjawab selesai, penelepon dapat segera meninggalkan
pesan yang durasinya dibatasi hingga satu menit. Pada saat ini program juga
menunggu masukan password agar dapat terhubung ke sistem pengontrolan.
Apabila penelepon tidak memasukkan password pengontrolan, perekaman
akan terus berlangsung selama satu menit, walau penelepon telah selesai
meninggalkan pesan dan menutup teleponnya sebelum satu menit, atau bahkan
tidak meninggalkan pesan sama sekali. Hal ini dibuat karena IC MT8870 yang
digunakan sebagai dekoder tidak mempunyai fasilitas untuk mendeteksi
penutupan pesawat telepon pengirim. Setelah satu menit, program akan menutup
telepon penerima dan menghentikan rekaman serta menyimpan rekaman tersebut
dalam file berekstensi WAV.
Penelepon akan terhubung ke sistem pengontrolan jika saat penjawab
telepon aktif menekan password yang telah ditentukan, dalam perancangan ini
digunakan lima digit password, yaitu 12345. Password ini tidak dapat diganti
tanpa mengubah source program. Setelah terhubung ke sistem pengontrolan,
penelepon dapat mematikan atau menghidupkan kedelapan lampu yang
diinginkan. Untuk menghidupkan lampu tertentu, penelepon harus menekan tanda
bintang, diikuti nomor lampu yang dimaksud. Untuk mematikan lampu tertentu,
penelepon harus menekan tanda pagar, diikuti nomor lampu yang dimaksud.
Sebagai contoh jika ingin menghidupkan lampu nomor 3 maka penelepon harus
menekan tombol * lalu tombol 3. Jika kebetulan lampu nomor 3 memang sedang
hidup, program akan mengabaikan perintah menghidupkan lampu nomor 3 dan
menunggu perintah selanjutnya. Untuk menghidupkan semua lampu, tombol yang
harus ditekan penelepon adalah * dan 9, sedangkan untuk mematikan semua
lampu, penelepon harus menekan tombol # dan 9.
Setelah melaksanakan satu perintah di atas, program akan terus menunggu
perintah mematikan atau menghidupkan lampu yang lain dengan cara yang sama,
sampai penelepon menekan tombol 0 yang artinya penelepon mengakhiri
38
hubungan ke pengontrolan. Jika penelepon tidak menekan tombol 0 atau lupa
menekan tombol 0 sementara teleponnya telah ditutup, atau melakukan
pengontrolan lampu tidak dengan cara yang telah disebutkan, maka dalam waktu
10 detik sistem pengontrolan akan ditutup secara otomatis.
39
yaitu perintah memutar rekaman, berhenti memutar, dan menghapus rekaman.
Status rekaman menunjukkan apakah ada rekaman baru yang masuk atau tidak,
juga menunjukkan apakah rekaman telah dihapus.
Bingkai “Status Lampu” menunjukkan keadaan lampu saat itu, apakah
lampu hidup atau mati. Penunjukkan status ini tidak diambil dari kondisi lampu
yang sebenarnya, tetapi dari terminal yang mengontrol kedelapan lampu tersebut
yaitu port D0...D7 LPT1.
Bingkai “Kontrol Lampu” berisi tombol-tombol perintah menghidupkan
atau mematikan lampu melalui form. Kelompok tombol ‘Menghidupkan Lampu’
digunakan untuk menghidupkan lampu, demikian juga kelompok tombol
‘Mematikan Lampu’ digunakan untuk mematikan lampu sesuai dengan nomor
yang ditekan. Tombol ‘Menghidupkan Semua Lampu’ digunakan untuk menghi-
dupkan semua lampu. Tombol ‘Mematikan Semua Lampu’ digunakan untuk
mematikan semua lampu.
Suatu status tambahan yaitu ‘Mode’ pada bagian kiri bawah form
menampilkan status yang sedang dikerjakan oleh program, seperti mendeteksi
dering, terhubung ke perekam, telepon ditutup, dan lain-lain.
Command ‘About’ menampilkan copyright pembuat program seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 3.11 berikut ini.
40
BAB 4
PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
41
Sakelar
pilih
F 12V
9V
Dari jala-jala PLN 6V Ke Pengkondisi
220V 12V 110V
(220 VAC/50 Hz) 3V sinyal dering
N
Transformator Transformator
Step-Down Step-Up
42
rentang tegangan telah mencukupi untuk mewakili sinyal dering dengan level
paling rendah ke level paling tinggi.
Selanjutnya diadakan pengujian terhadap rangkaian pengkondisi sinyal
dering dengan menggunakan tegangan dering buatan ini. Terminal keluaran
rangkaian penguji dihubungkan dengan masukan rangkaian pengkondisi sinyal
dering seperti pada Gambar 4.2
Sakelar
pilih
F 12V
9V
Dari jala-jala PLN 6V
220V 110V
(220 VAC/50 Hz) 3V
N
Transformator Transformator
Step-Down Step-Up
+5v
Penyearah
1uF/120V jembatan
10k
A
10k 3V Optocoupler
B
470uF
43
Penyearah
jembatan
F
2200uF 1k
Tip
220V 12V
Pesawat
N telepon
Ring
1k
Dekoder
DTMF 4x LED
MT8870
Ketika diukur dalam keadaan on-hook, tegangan antara Tip dan Ring
sekitar 12 V, dan dalam keadaan off-hook sekitar 3 V. Tegangan 3 V pada saat
off-hook sudah mencukupi untuk membuat pesawat telepon bekerja dengan baik.
Masukan dekoder DTMF langsung diparalelkan dengan terminal TIP dan
RING, sedangkan data keluaran dihubungkan ke peraga LED seperti pada
Gambar 4.4 berikut.
LED1 LE D2 LED3 LE D4
Dekoder Q1
Dari TIP dan RING Q2
DTMF Q3
pesawat telepon
MT8870 Q4
44
tidak termasuk tombol A, B, C, dan D karena tombol tersebut hanya terdapat pada
telepon dengan fungsi khusus.
+ 12V C1 LPT1
Line-in
S4...S7
LPT1
Line-out
Relay
R 4,7k
C9013 Tip
Pesawat
0.1uF Telepon
Ring
Dekoder
Q1...Q4
DTMF
F
2200uF 1k
12V
N
220V
1k
45
Pengujian dimulai dengan memberikan logika rendah pada terminal S3
LPT1 sebagai sinyal dering yang sedang masuk. Lima detik kemudian komputer
mengangkat telepon secara otomatis dan memperdengarkan suara penjawab. Pada
saat ini suara dari speaker headset didengar. Pengaturan volume suara dapat
dilakukan pada Volume Control pada komputer. Pengaturan volume yang tepat
pada saat bar volume dan wave berada di posisi tengah, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.6.
Setelah penjawab selesai, perekaman dimulai. Saat ini perekaman diuji
dengan cara berbicara pada mikrofon headset telepon. Dengan pengaturan bar
volume line-in yang tepat, suara akan jelas terdengar pada saat rekaman diputar.
Pengaturan volume line-in yang tepat pada saat bar volume line-in berada pada
posisi tengah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6.
46
Pengujian dilakukan pada jaringan PABX di Fakultas Teknik Elektro
Universitas Syiah Kuala. Waktu tunda diatur selama lima detik pada form, dengan
kondisi nyala lampu di-set secara acak. Pengujian diawali dengan memanggil
telepon penerima menggunakan pesawat telepon di tempat lain. Nada dering yang
terdengar mempunyai durasi selama satu detik dengan waktu tunda tiap empat
detik. Status ‘Mode’ yang diamati baru mendeteksi adanya nada dering setelah
dua kali terdengar nada dering. Saat itu hitungan waktu angkat baru dimulai, yaitu
selama lima detik.
Pengujian juga dilakukan dengan memanggil pesawat telepon penerima
dengan menggunakan handphone (telepon selular). Pengujian dengan
menggunakan handphone tidak berbeda jauh dibanding pengujian dengan
menggunakan pesawat telepon biasa, kecuali respon penekanan tombol terasa
agak lambat.
47
4.2.2 Pengujian Sistem Perekaman
Pada saat telepon telah diangkat dan terdengar suara jawaban, pesan
ditinggalkan setelah terdengar nada mulai berbicara. Pesan dapat ditinggalkan
dengan durasi selama 30 detik, setelah 30 detik telepon akan ditutup secara
otomatis. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali untuk mengetahui apakah
rekaman yang lama dihapus oleh rekaman yang baru, atau rekaman yang baru
ditambahkan ke rekaman yang lama tanpa menghapusnya. Untuk mendengarkan
hasil rekaman, tombol ‘Putar’ pada form ditekan dan suara dapat didengar melalui
speaker aktif. Pada percobaan ini rekaman-rekaman yang lama tidak dihapus oleh
rekaman yang baru, tetapi ditambahkan di depan sehingga program
memperdengarkan rekaman yang paling baru kemudian berurutan
memperdengarkan rekaman-rekaman yang lebih lama.
4.3 Pembahasan
48
Demikian juga saat proses dialling sedang dilaksanakan, satu-satunya
sinyal dari sentral yang dapat diteksi oleh sistem adalah sinyal dering. Sinyal
dering ini akan berhenti apabila telepon diangkat. Apabila telepon diangkat secara
manual pada saat sedang terjadi proses dialling, sistem seharusnya dapat
membatalkan pendeteksian sinyal dering dan menonaktifkan fungsi Timer
pengangkat telepon yang ada pada perangkat lunaknya. Ide yang diambil
sebelumnya adalah dengan mendeteksi matinya sinyal dering pada saat telepon
diangkat secara manual. Jika sinyal dering yang dikirim oleh sentral merupakan
sinyal kontinu, tidak ada kesulitan untuk menerapkan ide ini pada sistem. Tetapi
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sinyal dering yang dikirim oleh
sentral merupakan sinyal yang terputus dalam periode waktu tertentu. Apabila ide
di atas diterapkan pada sistem, kesulitan akan muncul karena sinyal dering yang
terputus diantara dua periode itu mempunyai efek yang sama dengan sinyal dering
yang terputus pada saat telepon diangkat. Sistem akan mengartikan bahwa telepon
telah diangkat secara manual pada saat dering terputus diantara dua periode, dan
hal ini tidak dikehendaki.
Penggunaan kapasitor juga tidak menyelesaikan masalah di atas, sebab
kapasitor berkapasitas besar memerlukan waktu pengisian yang lama dengan
waktu pembuangan yang lama. Artinya, disamping waktu tunda pengangkatan
telepon tidak akurat seperti yang telah dibahas sebelumnya, efek waktu
pembuangan pada kapasitor yang lama akan membuat sistem tetap mendeteksi
adanya sinyal dering, walaupun sinyal dering telah terputus karena telepon telah
diangkat.
Penggunaan kapasitor berkapasitas kecil juga tidak efektif diterapkan,
sebab pemilihan nilai kapasitor yang tepat untuk konstanta waktu yang tepat
merupakan pilihan yang kritis untuk menyelesaikan masalah ini. Kapasitor harus
dapat menyimpan tegangan yang cukup sampai periode dering selanjutnya, jika
tidak efeknya akan sama dengan putusnya sinyal dering akibat telepon telah
diangkat. Hal inilah yang menjadi masalah, sebab standarisasi periode pengiriman
sinyal dering berbeda-beda untuk tiap sentral .
49
Masalah di atas dapat diatasi jika sistem yang kita buat dapat mendeteksi
sinyal call progress yang dikirim dari sentral. Sistem yang dibuat sekarang tidak
dapat mendeteksi sinyal call progress tersebut. Oleh karena itu sistem tetap akan
mendeteksi sinyal dering walaupun telepon telah diangkat secara manual, dan
segala aktivitas yang berhubungan dengannya tidak akan dibatalkan.
Perangkat lunak yang dibuat mengandung beberapa sub-routin atau fungsi
yang selalu dipanggil oleh routin utamanya. List perangkat lunak selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran B pada halaman 54.
Fungsi BitStatus digunakan untuk mengambil data per bit pada port LPT1,
data yang diambil tidak dipengaruhi oleh keadaan bit lain pada port yang sama.
Misalnya dalam proses mendeteksi sinyal dering, data yang diambil adalah logika
rendah dari pengkondisi sinyal dering, data ini diambil lewat port S3 LPT1, data 1
bit ini tidak akan dipengaruhi oleh kondisi bit-bit yang lain pada port Status.
Fungsi OutPort merupakan kebalikan dari fungsi BitStatus, fungsi ini
mengeluarkan data per bit tanpa mempengaruhi keadaan bit lain pada port yang
sama. Misalnya mengeluarkan logika tinggi pada port D8 LPT1 untuk
menghidupkan lampu 8 tidak akan mempengaruhi keadaan bit yang lain pada port
Data.
Fungsi HidupLampu digunakan untuk mengirimkan logika tinggi ke port
D0...7 guna menghidupkan lampu 1 sampai 8 sesuai sesuai dengan data yang
dikirim. Pada fungsi HidupLampu terjadi pengecekan kondisi nyala lampu,
apabila lampu yang dituju memang sudah menyala, maka perintah menghidupkan
lampu akan diabaikan dan fungsi kembali memanggil routin utama.
Fungsi MatiLampu digunakan untuk mengirimkan logika rendah ke port
D0...7 guna mematikan lampu 1 sampai 8 sesuai sesuai dengan data yang dikirim.
Pada fungsi, seperti halnya fungsi HidupLampu, pada fungsi MatiLampu ini juga
terjadi pengecekan kondisi nyala lampu, apabila lampu yang dituju memang
sudah mati, maka perintah mematikan lampu akan diabaikan dan fungsi kembali
memanggil routin utama.
Fungsi KirimSuara digunakan untuk mengirimkan suara ke jalur telepon,
fungsi ini selalu dipanggil saat pengiriman status lampu yang sedang dikontrol
50
maupun saat pesawat telepon diangkat secara otomatis. Status lampu yang sedang
dikontrol dikirim dalam bentuk rekaman suara.
Sistem yang dibuat tidak dapat memberitahu status nyala lampu secara
keseluruhan. Cara yang dapat digunakan untuk mengetahuinya adalah dengan
mematikan atau menghidupkan semua lampu, untuk kemudian menghidupkan
atau mematikannya satu per satu sesuai dengan kebutuhan.
Sistem yang telah dibuat hanya berfungsi sebagai switching. Peralatan
yang akan dikontrol tidak hanya sebatas lampu listrik, tetapi semua peralatan
listrik yang dapat difungsikan dengan cara switching. Misalnya motor-motor
pompa air, kulkas, atau motor untuk menggerakkan pintu gerbang, dan lain
sebagainya.
51
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran-saran yang dapat digunakan untuk pengembangan sistem ini lebih
lanjut adalah sebagai berikut:
1. IC MT8870 yang digunakan sebagai dekoder DTMF tidak dapat mendeteksi
penutupan telepon pengirim dan dengan menggunakan IC jenis MT8888
masalah ini dapat diatasi.
2. Perancangan ini menggunakan port LPT1 sehingga terminal keluaran dan
masukan terbatas. Dengan keluaran dekoder DTMF sebanyak 4 bit, lampu
yang dapat dikontrol adalah sebanyak 24 = 16 buah. Dengan memanfaatkan
PPI (Programmable Pheripheral Interface) yang mempunyai terminal
masukan dan keluaran yang lebih banyak hal ini dapat dilaksanakan. Untuk
52
keperluan khusus, lampu yang dikontrol dapat lebih banyak lagi dengan
menggunakan multiplekser sesudah dekoder DTMF.
3. Perekaman akan menghasilkan sebuah file yang kontinu, hal ini kurang efektif
bila rekaman yang masuk sangat banyak. Dengan modifikasi program, file
yang dihasilkan dapat dibuat sebanyak rekaman yang masuk.
53
DAFTAR PUSTAKA
Engdahl, Tomi 1996, ‘Simple Circuit and Program to Show How to Use PC
Parallel Port Output Capabilities’, viewed 12 Mei 2004,
<http://www.hut.fi/misc/electronics/circuits>
Engdahl, Tomi 1998 'Telephone line audio interface circuits' viewed 23 Agustus
2004, <http://splat.foo.is/electronics/teleinterface.htm>
Harries, Ian 1998, ‘Interfacing to the IBM-PC Parallel Printer Port’, viewed 17
Mei 2004, <http://www.doc.ic.ac.uk/~ih/doc/par/doc/intro.htm>
Kurniadi, Adi 2000, Pemrograman Microsoft Visual Basic 6, Penerbit Elex Media
Komputindo, Jakarta
54
1 2 3 4
Jala-jala PLN
D Relay D
Grou nd C90 13
Relay
5,6 k
C 90 13
+12 V
5,6 k
1u F/2 5V
C C
0.1 uF MT88 70 +5 V
10 0k 2
IN- VDD
18 +12 V
0.1 uF
10 0k
17
St/GT
37 0k
+5 V 3
GS
R elay 4 LPT1 Ko mpu ter
1
Vref
IN+ 11
11 13 +12 V
25
11 12
C90 13 Q1
12 24
Q2
13 11
Q3
8 14 23
3,5 79 Mhz OSC 1 Q4
10
5,6 k 10 22
TOE
9 +12 V
7 9 21
OSC 2 VSS
8
B 20 B
7
19
6
18
+5 V 5 +12 V
17
1u F/1 20 V 4
10 k 16
47 0u F/2 5V 3
TIP 10 k 3,3 V PC8 17 15
2
14
RING 1 +12 V
DB25
A +12 V
Title SKEMATIK LENGKAP RANGKAIAN PENGONTROL LAMPU LISTRIK
A
55
LAMPIRAN B. FOTO ALAT
56
LAMPIRAN C. LIST PROGRAM PENGGERAK
57
Call PortOut(890, 11) ''reset port Control (out)
Timer1.Enabled = True
End Sub
Sub Delay()
''fungsi untuk menghitung delay angkat untuk timer 2
Dim IntervalDelay As Long
IntervalDelay = ComboDelay * 1000
Timer2.Interval = IntervalDelay
Timer2.Enabled = True
End Sub
58
MMControl2.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Rekaman.wav"
MMControl2.Command = "open"
MMControl2.Command = "record"
Label3.Caption = "Sedang merekam pembicaraan"
End Sub
Private Sub Timer5_Timer() ''timer pengontrolan lampu
Dim VarKontrol As Byte
VarKontrol = PortIn(889)
MMControl1.Command = "Stop"
MMControl1.Command = "close"
Label3.Caption = "Pengontrolan Aktif"
TimerTundaTutup.Interval = 10000
TimerTundaTutup.Enabled = True
If VarKontrol = 63 Then
''jika tekan tanda bintang menghidupkan lampu
TimerTundaTutup.Enabled = False
Timer7.Enabled = True
Timer5.Enabled = False
End If
If VarKontrol = 79 Then
''jika tekan tanda pagar mematikan lampu
TimerTundaTutup.Enabled = False
Timer8.Enabled = True
Timer5.Enabled = False
End If
If VarKontrol = 47 Then
''jika tekan 0 telepon ditutup
TimerTundaTutup.Enabled = False
TimerTundaTutup.Interval = 1
TimerTundaTutup.Enabled = True
End If
End Sub
59
If VariabelHidup = 159 Then
MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\Hidup1.wav"
Call HidupLampu(1, 1)
End If
60
If VariabelHidup = 79 Then
''jika tekan tanda pagar ke perintah mematikan
Timer8.Enabled = True
Timer7.Enabled = False
End If
End Sub
61
If VariabelMati = 15 Then
MMControl3.FileName = "C:\Tugas Akhir Romadhani\Program Tugas
Akhir\Mati8.wav"
Call MatiLampu(8, -128)
End If
If VariabelMati = 31 Then
MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\matisemua.wav"
Call PortOut(888, 0)
CommandSemuaHidup.Enabled = True
CommandSemuaMati.Enabled = False
Timer5.Enabled = True
Timer7.Enabled = False
End If
If VariabelMati = 63 Then
''jika tekan tanda bintang ke perintah menghidupkan
Timer7.Enabled = True
Timer8.Enabled = False
End If
End Sub
62
Timer4.Enabled = False
Timer5.Enabled = True
MMControl3.FileName = "C:\Romadhani\Program Tugas
Akhir\hubungkontrol.wav"
MMControl3.DeviceType = "WaveAudio"
MMControl3.Command = "Open"
MMControl3.Command = "Play"
MMControl1.Command = "Stop"
MMControl1.Command = "Close"
MMControl2.Command = "Stop"
MMControl2.Command = "Close"
TimerPass5.Enabled = False
End If
End Sub
63
If BitStatus(888, 4) = 1 Then
LabelD.ForeColor = &HFF0000
LabelD.Caption = "HIDUP"
CmdHidup4.Enabled = False
CmdMati4.Enabled = True
CommandSemuaMati.Enabled = True
Else
LabelD.ForeColor = &HFF&
LabelD.Caption = "MATI"
CmdHidup4.Enabled = True
CmdMati4.Enabled = False
CommandSemuaHidup.Enabled = True
End If
If BitStatus(888, 5) = 1 Then
LabelE.ForeColor = &HFF0000
LabelE.Caption = "HIDUP"
CmdHidup5.Enabled = False
CmdMati5.Enabled = True
CommandSemuaMati.Enabled = True
Else
LabelE.ForeColor = &HFF&
LabelE.Caption = "MATI"
CmdHidup5.Enabled = True
CmdMati5.Enabled = False
CommandSemuaHidup.Enabled = True
End If
If BitStatus(888, 6) = 1 Then
LabelF.ForeColor = &HFF0000
LabelF.Caption = "HIDUP"
CmdHidup6.Enabled = False
CmdMati6.Enabled = True
CommandSemuaMati.Enabled = True
Else
LabelF.ForeColor = &HFF&
LabelF.Caption = "MATI"
CmdHidup6.Enabled = True
CmdMati6.Enabled = False
CommandSemuaHidup.Enabled = True
End If
If BitStatus(888, 7) = 1 Then
LabelG.ForeColor = &HFF0000
LabelG.Caption = "HIDUP"
CmdHidup7.Enabled = False
CmdMati7.Enabled = True
CommandSemuaMati.Enabled = True
Else
LabelG.ForeColor = &HFF&
LabelG.Caption = "MATI"
CmdHidup7.Enabled = True
CmdMati7.Enabled = False
CommandSemuaHidup.Enabled = True
End If
If BitStatus(888, 8) = 1 Then
LabelH.ForeColor = &HFF0000
LabelH.Caption = "HIDUP"
CmdHidup8.Enabled = False
64
CmdMati8.Enabled = True
CommandSemuaMati.Enabled = True
Else
LabelH.ForeColor = &HFF&
LabelH.Caption = "MATI"
CmdHidup8.Enabled = True
CmdMati8.Enabled = False
CommandSemuaHidup.Enabled = True
End If
If PortIn(888) = 255 Then
CommandSemuaHidup.Enabled = False
End If
If PortIn(888) = 0 Then
CommandSemuaMati.Enabled = False
End If
End Sub
Sub KirimSuara()
MMControl3.Command = "Open"
MMControl3.DeviceType = "WaveAudio"
MMControl3.Command = "Play"
End Sub
65
Timer7.Enabled = False
Timer8.Enabled = False
Timer1.Enabled = True
Label3.Caption = "Telepon ditutup"
Call SimpanRekam
Call PortOut(890, 11)
TimerTundaTutup.Enabled = False
End Sub
Sub SimpanRekam()
MMControl2.Command = "stop"
MMControl2.Command = "save"
MMControl2.Command = "close"
Label5.ForeColor = &HFF0000
Label5.Caption = "Ada rekaman baru"
Label3.Caption = "Telepon ditutup"
End Sub
66
Hapus = MsgBox("Yakin ingin Menghapus Rekaman?", vbYesNo, "Hapus
Rekaman")
If Hapus = 6 Then
CommandStop.Enabled = False
CommandPlay.Enabled = False
CommandHapus.Enabled = False
X = DeleteFile("C:\Romadhani\Program Tugas Akhir\Rekaman.wav")
If X = 1 Then
MsgBox "File Rekaman.wav telah dihapus!", , "Hapus Rekaman"
Else
MsgBox "File tidak ada, penghapusan gagal.", , "Hapus Rekaman"
End If
Label5.ForeColor = &HFF&
Label5.Caption = "Rekaman telah dihapus"
End If
End Sub
67
Private Sub CmdHidup7_Click()
If BitStatus(888, 7) = 0 Then
Call OutPort(888, 64)
End If
End Sub
68
Private Sub CmdMati8_Click()
If BitStatus(888, 8) = 1 Then
Call OutPort(888, -128)
End If
End Sub
69