You are on page 1of 32

PENDAHULUAN

SISTEM PEMBUMIAN (PENTANAHAN)

A. DEFINISI – DEFINISI SISTEM PEMBUMIAN :

Sesuai dengan PUIL 2000 (Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000) terdapat
beberapa definisi yang perlu diperhatikan, yaitu :
- Bumi (Earth) adalah massa konduktif bumi yang potensial listriknya
di setiap titik manapun menurut konvensi, sama dengan nol.
- Elektrode Bumi (Earth Electrode) adalah bagian konduktif atau kelompok
bagian konduktif yang membuat kontak langsung dan memberikan hubungan
listrik dengan bumi.
- Gangguan Bumi (Earth Fault) merupakan :
1). Kegagalan isolasi antara penghantar dan bumi atau ke-rangka
2). Gangguan yang disebabkan oleh penghantar yang terhubung ke bumi atau
karena resistansi isolasi ke bumi menjadi lebih kecil dari pada nilai
tertentu.
- Isolasi (Insulation ) adalah :
1). (Sebagai bahan) merupakan segala jenis bahan yang dipakai untuk
menyekat sesuatu.
2). (Pada kabel) merupakan bahan yang dipakai untuk menyekat penghantar
dari penghantar lain dan dari selubungnya, jika ada.
- Elektrode Batang adalah elektrode dari pipa logam, baja profil atau batang
logam lainnya yang dipancangkan ke bumi.
- Pembumian (Earthing) adalah penghubungan suatu titik sirkit listrik atau
suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik dengan bumi menurut
cara tertentu.
- Penghantar pembumian (Earthing Conductor) adalah :
1). Penghantar berimpedasi rendah yang dihubungkan ke bumi.
2). Penghantar proteksi yang menghubungkan terminal pembumian utama atau
batang ke elektrode bumi.
- Rel pembumian adalah batang penghantar tempat menghubungkan
beberapa penghantar pembumian.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 1 dari 32
A-1. JENIS TANAH :
Jenis tanah menurut PUIL 2000 dibagi atas
1). Tanah rawa,
2). Tanah liat dan tanah ladang,
3). Pasir basah,
4). Krikil basah,
5). Pasir dan kerikil kering ,
6). Tanah berbatu.

A-2. TAHANAN JENIS (RHO) TANAH :

Masing – masing jenis tanah mempunyai nilai tahanan jenis tanah yang
berbeda-beda dan bergantung dari jenis tanahnya, dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini, merupakan nilai tipikal.

A-3. TAHANAN PEMBUMIAN :

Tahanan pembumian dari elektrode bumi, tergantung pada jenis tanah dan
keadaan tanah serta ukuran dan susunan elektrode.
Dari Tabel Tahanan Pembumian pada tahanan jenis (rho-1) = 100 ohm- meter
dibawah ini, menunjukkan nilai rata – rata tahanan elektrode bumi, untuk panjang
tertentu.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 2 dari 32
Untuk tahanan jenis pembumian yang lain (rho) , maka besar tahanan
pembumiannya merupakan perkalian nilai dalam tabel dengan : Rho / rho-1 atau
Rho / 100

B. PERENCANAAN PEMASANGAN SISTEM PEMBUMIAN :

B-1. TUJUAN PEMBUMIAN PERALATAN :

Pembumian peralatan adalah pembumian bagian dari peralatan yang pada kerja
normal, tidak dilalui arus.
Tujuan pembumian peralatan adalah :

1). Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dilalui
arus dan antara bagian-bagian ini dengan bumi sampai pada suatu harga yang
aman (tidak membahayakan) untuk semua kondisi operasi normal.
2). Untuk memperoleh impedansi yang kecil / rendah dari jalan balik arus hubung
singkat ke tanah.
Kecelakaan pada personil, timbul pada saat hubung singkat ke tanah
terjadi. Jadi, bila arus hubung singkat ke tanah itu dipaksakan mengalir melalui
impedansi tanah yang tinggi, akan menimbulkan perbedaan potensial yang
besar dan berbahaya. Juga, impedansi yang besar pada sambungan-
sambungan pada rangkaian pembumian dapat menimbulkan busur listrik dan
pemanasan yang besarnya cukup menyalakan material yang mudah terbakar.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 3 dari 32
B-2. PEMASANGAN & SUSUNAN ELEKTRODE BUMI :
Untuk memilih macam elektrode bumi yang akan dipakai, harus diperhatikan
terlebih dahulu kondisi setempat, sifat tanah dan tahanan pembumianyang
diijinkan.
Permukaan elektrode bumi harus berhubungan baik dengan tanah sekitarnya.
Batu dan kerikil yang langsung mengenai elektrode bumi, akan memperbesar
tahanan pembumian.
Pengaruh kelembaban lapisan tanah terhadap tahanan
pembumian,agardiperhatikan. Panjang elektrode bumi, agar disesuaikan dengan
tahanan pembumian yang dibutuhkan.
Elektrode batang, dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah dan panjang disesuaikan
dengan tahanan pembumian yang diperlukan. Tahanan pembumiannya sebagian
besar tergantung pada panjangnya dan sedikit bergantung pada ukuran
penampangnya. Jika beberapa elektrode diperlukan untuk memperoleh tahanan
pembumian yang rendah, maka jarak antara elektrode tersebut minimum harus dua
kali panjangnya. Jika elektrode tersebut tidak bekerja efektif pada seluruh
panjangnya, maka jarak minimum antara elektrode, harus dua kali panjang efektifnya.
Penghantar bumi harus dipasang sambungan yang dapat dilepas untuk
keperluan pengujian tahanan pembumian, pada tempat yang mudah dicapai dan
sedapat mungkin memanfatkan sambungan yang karena susunan
instalasinya memang harus ada.
Sambungan penghantar bumi dengan elektrode bumi, harus kuat secara
mekanis dan menjamin hubungan listrik dengan baik, misalnya dengan
menggunakan las, klem atau baut kunci yang tidak mudah lepas. Klem pada
elektrode pipa, harus menggunakan baut dengan diameter minimal 10 mm.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 4 dari 32
C. ALAT UKUR & PEMELIHARAAN TAHANAN PEMBUMIAN :

C-1. ALAT UKUR TAHANAN PEMBUMIAN :

Untuk mengukur nilai tahanan pembumian dengan cara :


1). Memakai model empat terminal [Metode Wenner] dengan generator putar
.tangan (DC).

Pengukuran tahanan pembumian dengan menyambungkan terminal C1 ke E yang


akan diukur, terminal P2 ke P dan terminal C2 ke R. Jarak E – P – R di
buat berjarak sama pada satu garis lurus. Meter akan memberikan pembacaan
langsung dalam tahanan dan tahanan pembumian dihitung dengan rumus :
Rho = 2 . phi . a . R [ohm-m]
dimana :
Rho : resistivitas tanah ( ohm-m ) , Phi : 3,14
a : jarak antara electrode ( meter )

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 5 dari 32
R : tahanan ( ohm )
2). Memakai Earth Tester (analog) berdasarkan harga potensial.

E (elektrode tanah) yang akan diukur dan elektrode bantu P serta elektrode bantu
R diletakkan pada satu garis lurus dengan elektrode E . Volt meter akan menunjuk
pada potensial E - P. Menurut hokum Ohm, beda potensial akan berbanding
langsung dengan tahanan pembumian.
Terlihat bahwa tahanan membesar dengan kedudukan P semakin jauh dari E, dan
kenaikan tersebut dengan cepat berkurang dan bahkan pada jarak tertentu dari E,
kenaikan dapat diabaikan karena sangant kecil.

Persyaratan yang harus diperhatikan adalah :


a). Elektrode R harus cukup jauh dari elekrode E ,sehingga daerah tahanan tidak
saling menutup (over lap).
b). Elektrode P harus ditempatkan di luar dua daerah tahanan, dalam hal ini
ditempatkan pada daerah datar dari kurva.
c). Elektode P harus terletak diantara elektrode – elektrode R dan E, pada
garis penghubungnya.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 6 dari 32
PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 7 dari 32
3) Memakai Tang Ground Tester Digital.

Jenis-jenis Elektroda Pentanahan.


Elektroda pentanahan yang ditanam biasanya berasal dari bahan tembaga, plat
besi maupun baja yang digalvanis agar elektrodanya tidak mudah korosi. Bahan ini
harus kuat dan tahan pengaruh kimiawi, perubahan iklim dan tahan lama. Elektroda
pentanahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1). Elektroda Pita
Elektroda pita adalah elektroda-elektroda berbentuk pita ditanam di dalam tanah
dibuat dari hantaran yang dipilin. Elektroda pentanahan ini berbentuk radial, lingkaran
atau suatu kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut
2). Elektroda Plat
Elektroda ini dibuat dari plat logam yang biasanya ditanam tegak lurus (driven
ground) atau secara sejajar (Counter Ground). Pemakaian beberapa plat yang
dihubungkan pararel untuk memperoleh tahanan pentanahan yang lebih rendah,
jarak antara plat-plat ini harus sekurang-kurangnya 3 meter. Untuk mencapai tahanan

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 8 dari 32
pentanahan yang sama elektroda-elektroda plat diperlukan banyak bahan
dibandingkan elektroda pita atau batang.
3). Elektroda Batang
Elektroda batang dibuat dari pipa atau besi baja profil yang dipancangkan
tegak lurus ke dalam tanah. Biasanya digunkan dari bahan tembaga, baja than karat
(Stainless Steel) atau baja yang digalvaniskan (Galvanized Steel). Perlu
diperhatikandalam pemilihan bahan agar dihindarkan kopeling galvani (galvani
couple) yang dapat menyebabkan korosi. Elektroda batang ini mampu melepaskan
arus pelepasan dari petir maupun untuk keperluan pemakaian pentanahan yang lain.
Sifat-sifat elektroda tanah

Hambatan arus melewati sistem elektroda tanah mempunyai tiga komponen, yaitu :
1). Tahanan pasak atau elektroda dan sambungan-sambungannya.
2). Tahanan kontak antara pasak atau elektroda dengan tanah sekitar.
3). Tahanan tanah disekelilingnya.
Elektroda-elektroda tanah, batang-batang logam, struktur dan peralatan lain biasa
digunakan untuk elektroda pentanahan. Elektroda-elektroda ini umumnya besar dan
penampangnya sedemikian sehingga tahanan dapat diabaikan terhadap tahanan
keseluruhan sistem pentanahan.
Lapisan tanah terdekat dengan elektroda dengan sendirinya memiliki
permukaan sempit, sehingga memberikan tahanan terbesar. Lapisan berikutnya,
karena lebih luas memberikan tahanan yang lebih kecil. Sehingga pada suatu jarak
tertentu dari elektroda lapisan tanah sudah tidak menambah besarnya tahanan
tanah sekeliling elektroda.
Untuk menghitung besarnya tahanan pentanahan satu elektroda dengan
pemakaian rumus sebagai berikut :
ρ
R =  ( ln 4L /a – 1)
2π L
Di mana :
ρ = Tahanan jenis tanah (ohm meter)
L = Panjang elektroda batang (meter)
a = Jari-jari penampang elektroda (mm)
R = Tahanan elektroda ke tanah (ohm)
Pengaruh ukuran elektroda terhadap tahanan, apabila elektroda ditanam lebih
dalam ke tanah maka tahanan akan berkurang. Secara umum dapat dikatakan

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 9 dari 32
bahwa dua kali lipat lebih dalam tahanan berkurang 40 % . Bertambahnya diameter
elektroda secara material tidak akan mengurangi tahanan.
Bila tahanan pentanahan yang dikehendaki tidak dapat dicapai oleh elektroda
batang tunggal maka dua elektroda atau lebih dapat dipergunakan. Beberapa
konfigurasi pemasangan elektroda batang lebih dari satu adalah sebgai berikut :
1). Konfigurasi “Double straight” 2). Konfigurasi “Triple straight”

L L L

3). Konfigurasi “Tri angle” 4). Konfigurasi ‘Square”

L L

L L

5). Konfigurasi ‘Cross circle’

L L

Untuk menghitung tahanan pentanahan total konfigurasi-konfigurasi diatas maka


dipakai rumus :
R = (ρ . K / 2π L) x faktor pengali konfigurasi …………..(ohm)
Dimana :
ρ = Tahanan jenis tanah (ohm meter)
L = Panjang elektroda batang (meter)
K = Faktor pengali elektroda batang tunggal

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 10 dari 32
Faktor pengali elektroda batang tunggal (k) ditentukan oleh perbandingan antara
panjang dan jari-jari elektroda sehingga dalam perhitungan, k adalah sesuai dengan
tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2
Faktor Pengali untuk elektroda batang tunggal
L/r 20 200 2000 20000
k 3 5,3 7,6 9,9

Sedangkan untuk faktor pengali pada setiap konfigurasi pada tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3

Faktor pengali untuk setiap konfigurasi elektroda batang


Double Tripple
Konfigurasi Tri angle Square Cross circle
straight straight
Jumlah batang 2 3 3 4 5
1-2m2+n 1+2q+n-4m2
Faktor pengali (1 + m)/2 (1+2m)/3 (1+2m+2)/4
3-4m+n 5+2q+n-8m

Dimana :

m = ln x / ln (l/r) ; x = (l + L)/ L ; n = ln Y / ln (l/r)

Y = (1 + 2L) / 2L ; q = ln z / ln (l/r) ; z = (1+2L)/2L

1) Hubungan pararel elektroda batang


Bila tahanan pentanahan yang dikehendaki tidak dicapai oleh satu elektroda
batang, maka dua elektroda atau lebih dapat dipergunakan. Untuk jumlah elektroda
yang sedikit cenderung mengikuti rumus tahanan hubungan pararel yaitu :
1/Rt = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3
Tetapi dalam prakteknya
1/Rt = k [ 1/R1 + 1/R2 + 1/R3]
Dimana parameter k tergantung pada jumlah dan panjang elektroda. Jarak antara
elektroda dan variasi tahanan jenis tanah (ρ ). Harga k ini selalu lebih kecil daripada
1. Jika beberapa elektroda batang yang dipararel tidak bekerja efektif pada seluruh
batang (misal, karena adanya lapisan tanah yang kering) maka jarak minimum antara
elektroda dipilih dari saru elelktroda batang. Pada gambar dibawah ini menunjukkan
hubungan antara k dan jumlah elektroda, untuk jarak antara elektroda sama dengan
panjang elektroda.
2) Perhitungan elektroda batang lebih dari satu dengan faktor sekat.
Arus gangguan akan mengaliri semua elektroda pararel yang dibagi menurut jumlah
elektroda masing-masing ½ sehingga tegangan elektroda tersebut adalah V = V1 +
V2. Arus ini tidak dapat melalui bagian garis AB, karena AB seolah-olah berfungsi

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 11 dari 32
sebagai sekat (screen) sehingga arus akan berputar pada elektroda masing-masing.
Akibatnya arus tebar menjadi kecil dan tahanannya naik.

Besar tahanan total dari n buah elektroda adalah :


Rsy = R / n
Dimana :
Rsy = tahanan total sistem (ohm)
R = Tahanan satu batang elektroda (ohm)
n = Jumlah elektroda yang digunakan
= Faktor sekat (screen coeficient)
= 1 / {1 + (ro/a), dimana : a = Jarak antara elektroda (mm)
ro = Jari-jari elektroda (mm)
Tahanan Pentanahan
Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :
a). Panjang elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan.
b). Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah.
Tahanan jenis dari tanah sekeliling elektroda
Tahanan jenis tanah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantara faktor-faktor
tersebut adalah :

1). Sifat geologi tanah.


Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar
pada tanah, relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai
tahanan jenis rendah, sedangkan batu-batu dan quarts mempunyai sifat sebagai
isolator. Tabel 4 berikut ini menunjukkan harga tahanan berbagai jenis tanah.

Tabel 4 Tahanan jenis tanah pada beberapa jenis tanah.

Tanah Pasir Kerikil Pasir Tanah


Jenis Tanah Tanah liat
rawa basah basah kerikil Berbatu
Tahanan
jenis (ohm 30 100 200 500 1000 3000
meter)

Sumber : LIPI, PUIL, 2000

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 12 dari 32
2). Kandungan air atau kadar air tanah.
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis
tanah (ρ ) terutama kandungan air sampai 20 %. Dalam satu set tes laboratorium
untuk tanah merah, penurunan kandungan air tanah dari 20 % ke 10 %
menyebabkan tahanan jenis tanah (ρ ) naik sampai 30 kali. Kenaikan kandungan air
tanah diatas 20 % pengaruhnya sedikit sekali.
3). Kandungan zat-zat kimia yang dalam tanah.
Kandungan zat-zat kimia dalam tanah terutama sejumlah organik maupun
anorganik yang dapat larut perlu diperhatikan pula. Di daerah yang mempunyai curah
hujan yang tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis yang tinggi disebabkan oleh
garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk
memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam elektroda pada
kedalaman yang lebih yang lebih dalam dimana larutan garam masih terdapat.
4). Temperatur tanah.
Temperatur tanah pada kedalaman 1,5 m biasanya stabil terhadap perubahan
temperatur permukaan. Di Indonesia, pada daerah-daerah tropis perbedaan
temperatur tanah boleh dikata tidak ada pengaruhnya.
Karena tahanan jenis tanah berkaitan langsung dengan kadar air dan suhu,
maka dapat diasumsikan bahwa tahanan jenis tanah berubah sesuai dengan
perubahan iklim.
Tahanan Pentanahan pada tahanan jenis tanah liat dan tanah ladang (Q1) = 100
ohm meter.
Tahanan Pentanahan dari elektroda pentanahan tergantung pada tahanan jenis
tanah, kedalamanpenanaman jenis elektroda yang dipakai dan serta ukuran dari
elektroda. Pada tabel 5 berisi harga rata-rata dari tahanan pentanahan untuk
elektroda pada tabel 6 penyimpangan tidak terlalu besar dari luas penampang
ditentukan dalam tabel 6, tidak banyak mempengaruhi tahanan pentanahanya.
Tabel 5. Tahanan pentanahan pada tahanan jenis tanah liat dan ladang (Q1) s = 100 meter.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pelat vertikal
Pita atau hantaran
Batang dan pipa dengan pinggir
pilin
Jenis atasnya ± 1m di
Elektroda bawah permukaan
Panjang (m) tanah
Panjang (m)
Ukuran : (m2)
Tahanan 10 25 50 100 1 2 3 5 0,5 x 1 1x1
Pentanahan
(Ω ) 20 10 5 3 70 40 30 20 35 25

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 13 dari 32
Tabel 6 Luas penampang minimum elektroda pentanahan.

Bahan berlapis seng


Bahan jenis Baja berlapis
No. dengan proses pe- Tembaga
elektroda tembaga
manasan
Pita baja 100 mm2 Pita tembaga 50
tebal minimum 3 mm mm2 tebal
1. hantaran pilin 95 50 mm2 minimum 2 mm
Elektroda Pita 2
mm (bukan kawat Hantaran pilin 35
halus) mm2 (bukan
kawat halus)
Pipa baja 1”
Baja profil : Baja
2. Elektroda L 65 x 65 x 7 berdiameter 15
batang T 6 x 50 x 3 mm di lapisi
Atau batang lain yang tembaga setebal
setaraf 2,5 mm
Plat besi tebal 3 mm Pelat tembaga
Elektroda luas 0,5 m2 sampai 1 tebal 2 mm luas
3. pelat m2 0,5 m2 sampai 1
m2

Untuk tahanan jenis tanah lain (Q), maka besar tahanan pentanahan
adalah perkalian nilai diatas dengan rumus :
Q / Q1 = Q / 100
Bila untuk tahanan jenis tanah yang lain (Q), maka besar tahanan pentanahan
adalah perkalian nilai pada tabel 5 di atas dengan Q/Q1 atau sama dengan Q/100.
Contoh : pada pasir basah yang tahanan jenisnya 200 ohm meter dengan memakai
elektroda batang sepanjang 5 m maka besar tahanan pentanahannya = 200/100 x 20
= 40 ohm.
1. Pengkondisian

Pada lokasi yang tahanan jenis tanahnya tinggi, perlu diperhatikan kemungkinan
lain teknik pemasangan elektroda tanah yaitu dengan pengkondisian tanah. Teknik
sesungguhnya merupakan upaya untuk merubah tahanan jenis tanah agar menjadi
lebih rendah, sehingga dapat menurunkan tahanan elektroda pentanahan.
Pemilihan teknik yang tepat bagi suatu lokasi tergantung pada :
1). Kemudahan memperoleh bahan baku.
2). Kemudahan dalam pemasangan.
3). Kemudahan pemeliharaan.
4). Harga tahanan jenis tanah efektif dapat dicapai.
5). Bahaya karat (korosi) sekecil mungkin.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 14 dari 32
Salah satu teknik yang biasa dipakai yaitu teknik garam. Siramlah tanah
disekeliling elektroda pentanahan dengan salah satu larutan garam
NaCi.,CaCl2,MgSO4. Kepekatan larutan sesuai dengan kebutuhan.

PENGHANTAR PENTANAHAN.

Penghantar Pentanahan adalah penghantar akhir ke elektroda tanah.


Penghantar pentanahan ini harus memilki ukuran yang cukup melewatkan arus
gangguan yang terjadi, dan memiliki proteksi terhadap karat dan korosi. Adapun
persyaratan teknis penghantar pentanahan telah diatur dalam Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1987, yang terdapat pasal 321 pada ayat 372.B tentang
penghantar bumi, yang berbunyi :
321.B.1 Berdasarkan kekuatan mekanis, luas penampang minimum penghantar
bumi harus sebagai berikut :
1). Untuk penghantar yang terlindungi kokoh secaramekanis, 1,5 mm2
tembaga atau 2,5 mm2 aluminium.
2). Untuk penghantar yang tidak terlindungi kokoh secara mekanis 4 mm2
atau pita baja yang tebalnya 2,5 mm dan luas penampangnya 50 mm2.
321.B.2 Penghantar aluminium tanpa pelindung mekanis tidak diperkenankan
sebagai penghantar bumi.
321.B.3 Penghantar bumi harus dilindungi jika menembus langit-langit atau dinding,
atau berada di tempat dengan bahaya kerusakan mekanis.
321.B.4 Penghantar bumi harus diberi tanda sesuai dengan pasal 701.
321.B.5 Pada penghantar bumi harus dipasang sambungan yang dapat dilepas
untuk keperluan pengujian resistansi pembumian, pada tempat yang mudah
dicapai, dan sedapat mungkin memanfaatkan sambungan yang karena
susunan instalasinya memang harus ada.
321.B.6 Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secra
mekanis dan menjamin hubungan listrik dengan baik, misalnya dengan
menggunakan las, klem, atau baut kunci yang tidak lepas. Klem pada
elektroda pipa harus menggunakan baut dengan diameter minimal 10 mm.
321.B.7 Sambungan dalam tanah harus dilindungi terhadap korosi.
321.B.8 Penghantar bumi diatas tanah harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1). Mudah terlihat dan jika tertutup harus mudah dicapai.
2). Harus dilindungi dari bahaya mekanis atau kimiawi.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 15 dari 32
3). Tidak boleh ada saklar atau sambungan yang mudah dilepas tanpa
menggunakan kawat khusus.
4). Penghantar bumi untuk kapasitor peredam interferensi radio harus
diisolasikan sama seperti penghantar fase dan harus dipasang dengan
cara yang sama pula, jika arus yang dialrkan melebihi 3,5 mA.
321.B.9 Sambungan dan hubungan antara penghantar bumi, dan semua cabang
satu sama lain harus dilaksanakan demikian rupa sehingga terjaminlah
hubungan listrik yang baik, dapat diandalkan dan tahan lama.
Catatan :
Sambungan dan hubungan yang dibolehkan adalah sambungan dan
hubungan yang menggunakan las, klem dan juga sambungan selonsong
jika menggunakan penghantar pilin. Sambungan dan hubungan dengan
baut harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya korosi.

1. Penghantar Pentanahan Instalasi Tenaga

Hantaran kawat pentanahan pada instalasi tenaga berfungsi untuk


menyalurkan arus gangguan ke elektroda pantanahan. Pentanahan penghantar ini
harus memiliki ukuran minimum sebesar 16 mm2 dengan proteksi terhadap karat dan
25 mm2 jika terbuat dari tembaga (50 mm2 jika baja) bilamana proteksi sedemikian
tidak diturunkan. Penghantar-penghantar alumunium klad tembaga tidak
diperbolehkan untuk sambungan akhir elektroda ke tanah. Perhitungan ukuran
penghantar pelindung dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut :

a = √ I2.t (mm2)
k
Dimana :
I = Arus gangguan (A)
t = Waktu operasi dari alat perlindungan (s)
k = nilai konstanta
Konstanta :

115 = penghantar tembaga yang diisolasi dengan PVC.


134 = penghantar tembaga yang diisolasi perangkat termal 90° C.
134 = untuk kabel berisolasi mineral dengan penghantar tembaga.
76 = untuk penghantar alumunium yang disolasi dengan pvc.
89 = penghantar alumunium yang diisolasikan dengan karet 60 °C, karet 85°C.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 16 dari 32
94 = penghantar alumunium dengan isolasi termal yang disetel 90°C.
71 = penghantar alumunium yang diisolasi dengan kertas yang dipadatkan.
87 = kabel-kabel berisolasi mineral dengan penghantar alumunium.
100 = untuk sambungan-sambungan bersolder timah dalam penghantar
tembaga,yang sesuai dengan temperatur 160°C.
108 = penghantar tembaga yang diisolasi dengan kertas yang dipadatkan.
Dan menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik tahun 1987 pada pasal 312.B.4
berbunyi :
Luas penampang nominal minimum penghantar pengaman harus sekurang-
kurangnya memenuhi tabel 312-1 pada PUIL 1987.

Tabel 7 Luas penampang nominal minimum penghantar pengaman(*).

Penghantar Penghantar pengaman Penghantar pengaman tembaga


fase (mm2) berisolasi telanjang
Kabel Kabel tanah Dengan Tanpa
berinti 1 berinti 4 pelindung pelindung
0,5 0,5 - - -
0,75 0,75 - - -
1 1,0 - - -
1,5 1,5 1,5 1,5 4,0
2,5 2,5 2,5 1,5 4,0
4 4,0 4,0 2,5 4,0
6 6,0 6,0 4,0 4,0
10 1,0 10,0 6,0 6,0
16 1,6 16,0 10,0 10,0
25 1,6 16,0 16,0 16,0
35 1,6 16,0 16,0 16,0
50 2,5 25,0 25,0 25,0
70 35,0 35,0 35,0 35,0
95 50,0 50,0 50,0 50,0
120 70,0 70,0 50,0 50,0
150 70,0 70,0 50,0 50,0
185 95,0 95,0 50,0 50,0
240 - 120,0 50,0 50,0
300 - 150,0 50,0 50,0
400 - 185,0 50,0 50,0
Sumber : LIPI, PUIL,1987

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 17 dari 32
1) Contoh tabel Pengukuran tahanan saat pararel elektroda (6 buah elektroda)

No . Tanggal Hari Besar Tahanan (Ohm) Keterangan

1. 10 Kamis 2,5 Tanah basah (hujan)

2. 7 Senin 3 Tanah kering (Siang hari)

3. 9 Rabu 3,5 Tanah kering (Sore hari)

2) Contoh tabel Pengukuran nilai tahanan pada masing-masing elektroda (tidak dipararel).

Tahanan elektroda (Ω )
No.. Tgl. Hari
1 2 3 4 5 6
Keterangan

Tanah basah (hujan)


1. 10 Kamis 16,6 14,3 15 14,8 16 15,8

Tanah Kering (siang hari)


2. 7 Senin 18,2 17,5 16,6 17,3 18,5 17

Tanah Kering (sore hari)


3. 9 Rabu 22,5 20,5 22,2 24,5 20 21

MASALAH PENTANAHAN NETRAL


SISTEM TEGANGAN MENENGAH 20 kV
DIPASOK DARI PLTD SKALA KECIL *)

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 18 dari 32
Pentanahan sistem pada Sistem Tenaga Listrik mulai dari Pusat Listrik sampai dengan
gardu Distribusi, sangat diperlukan., Pentanahan pada sistem Tegangan Rendah digunakan
untuk mengurangi tegangan sentuh kalau pada peralatan listrik pelanggan mengalami
kebocoran listrik.
Pentanahan pada sistem Tegangan Tinggi atau Tegangan Menengah digunakan untuk
mengurangi arus hubung singkat jika terjadi gangguan satu fasa ketanah.
Pemasangan pentanahan sistem dapat dipasang di Generator atau transformator tenaga
dengan hubungan belitan wye (Y), untuk sistem kelistrikan kecil pentanahan ini tidak
diperlukan (floating), tetapi untuk sistem yang besar perlu sekali sistem pentanahan seperti
pentanahan mempergunakan Resistansi, Peteson coil dan solid.
Pemilihan pentanahan yang akan dipasang perlu melihat pasokan daya dari Pusat Listrik ke
beban dan besarnya arus gangguan fasa ketanah, misalnya yang sekarang banyak di anut
oleh sistem kelistrikan di Indonesia mempergunakan tahanan 40 Ohm. Hal ini jika terjadi
gangguan 1φ - ketanah, pada sistem besar seperti di Jawa tidak berpengaruh pada mesin-
mesin penggerak mulanya (prime-over), tetapi untuk sistem kecil yang dipasok dari PLTD
beroperasi isolated tersebar di pulau-pulau kecil sangat berpengaruh sekali terhadap mesin
penggerak mulanya.Hal ini terjadi karena pada saat gangguan 1 fasa - ketanah
menyebabkan terjadinya gaya lintang unbalance pada poros generator mesin yang
menimbulkan moment lentur cukup besar, sehingga terjadi tegangan lentur berlebihan antara
generator dan crankshaft, yang menyebabkan konsentrasi tegangan, pada bagian-bagian
crankshaft dan bearing. Bagian-bagian inilah yang sering mengalami kerusakan.
Kejadian seperti tersebut diatas sangat merugikan jika terjadi gangguan satu fasa ketanah
yang dapat merusak mesin PLTD (prime over), sehingga pasokan daya dari Pusat listrik
terhenti.
Pada makalah ini, mencoba mempelajari terjadi gangguan 1φ - ketanah yang
menyebabkan kerusakan pada mesin PLTD dan pada lampiran memberikan perbandingan
sistem pentanahan (mengambang, pentanahan Resistans, pentanahan Peterson Coil, dan
pentanahan Solid).

I. PENDAHULUAN

Jaringan distribusi primer 20 kV di Indonesia ada yang mempergunakan sa-luran kabel


bawah tanah dan Sebagian besar (70%) mempergunakan saluran udara Tegangan
Menengah (SUTM) yang melintasi udara terbuka, pada jaringan ini banyak gangguan-
gangguan yang tak dapat dihindari seperti gangguan karena petir atau gangguan yang
diakibatkan pepohonan dan binatang. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya hubung singkat
antar fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah, yang dapat
bersifat Temporair (non persistant) atau permanent (persistant).
Gangguan yang permanen misalnya hubung singkat dapat terjadi pada kabel, belitan trafo
atau belitan generator karena tembusnya (break downnya) isolasi padat.
Di sini pada titik gangguan memang terjadi kerusakan yang permanen. Peralatan yang
terganggu tersebut baru bisa dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau
diganti.
Pada gangguan yang temporer, tidak ada kerusakan yang permanen di titik gangguan.
Gangguan ini misalnya berupa flashover antara penghantar fasa dan tanah (tiang, travers
atau kawat tanah pada SUTM) kare-na sambaran petir, atau flashover dengan pohon-pohon
yang tertiup angin dan sebagainya.
Pada gangguan ini yang tembus (breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak
ada kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena
terbukanya cir-cuit breaker oleh relay pengamannya, per-alatan atau saluran yang terganggu
tersebut siap dioperasikan kembali.
Jika terjadi gangguan 2 fasa, arus hubung singkatnya biasanya lebih kecil daripada arus
hubung singkat 3 fasa. Kalau tahanan gangguan diabaikan arus hubung singkat 2 fasa kira-
kira : ½ √3 (=0,866) kali arus hubung singkat 3 fasa.
Jika terjadi gangguan 1 fasa-tanah, Arus gangguan 1 fasa ke tanah hampir selalu lebih kecil
daripada arus hubung singkat 3 fasa, karena di samping impedansi urutan nolnya pada
umumnya lebih besar daripada impedansi urutan positifnya, gangguan tanah hampir selalu
melalui tahanan gangguan, misalnya beberapa ohm yaitu tahanan pentanahan kaki tiang

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 19 dari 32
dalam hal flashover dengan tiang atau kawat tanah, atau beberapa puluh atau ratusan ohm
dalam hal flashover dengan pohon.
Di samping itu untuk sistem dengan pentanahan melalui tahanan yang terpasang pada
generator atau transformator yang dihubungkan Y, tahanan pentanahan netral itu juga akan
membatasi arus gangguan 1 fasa ke tanah.

II. PENTANAHAN MEMPERGUNAKAN TAHANAN

Gangguan 3 fasa dan gangguan 2 fasa dapat yang terjadi pada jaringan distibusi 20 kV
dapat di clear kan oleh Over Current Relay yang terpasang di outgoing feeder, tetapi
gangguan 1 fasa ke tanah dapat di clearkan oleh Ground Fault Relay.
Pada Sistem Tenaga Listrik yang dipasok dari Pusat listrik dan transformator dipa-sang
bermacam-macam pentanahan, antara lain: Tanpa pentanahan (Floating), Pen-tanahan
melalui Peterson coil, Pentanahan solid dan Pentanahan melalui Tahanan.
Penjelasan tentang kerugian dan keuntung-an dari bermacam-macam pentanahan da-pat
dilihat pada lampiran.
Pada bab ini menjelaskan tentang pentanahan sistem tenaga Listrik yang terpasang
pada sistem distribusi Primer 20 kV di Gardu Induk atau pada sistem isolated yang
dipasok oleh PLTD skala kecil.
Berdasarkan standar PLN no 2 tahun 1978, standar PLN no 12 tahun 1980, standar PLN no
26 tahun 1980 , bahwa pentanahan netral sistem Distribusi tegangan menengah (20 kV) ada
bermacam-macam pentanahan seperti berlaku di PLN Distribusi Jawa Timur ditanahkan
melalui tahanan tinggi (500 Ohm), di Jawa Tengah dengan sistem Distribusi 3 fasa 4 kawat
mempergunakan pentanahan langsung sepanjang jaringan (pentanahan efektif) dan di PLN
Distribusi Jaya dan Wilayah-wilayah PLN diluar Jawa sistem pentanahannya melalui tahanan
40 Ohm atau 12 Ohm
Pemilihan nilai 40 Ohm ini pada awalnya berpegang kepada perlunya gangguan tanah
diselesaikan dengan bekerjanya Relai Gangguan Tanah yang lebih pasti dan selektif. Namun
demikian besarnya arus gangguan tanah perlu dibatasi agar tidak terlalu besar yaitu sebesar
arus nominal Trafo daya terbesar pada waktu itu (tahun 70 an), sehingga didapatkan nilai 40
Ohm ini. Ternyata sesuai SPLN tersebut diatas pentanahan ini dianut pula oleh sistem
Distribusi 20 kV yang dipasok dari Pusat Listrik Tenaga Diesel Skala kecil. Seperti telah
diketahui secara umum, setiap kali kejadian gangguan satu fasa ketanah pada sistem
pentanahan Netral melalui Tahanah (murni), sistem pembangkitannya pasti mendapat
tambahan beban resistif (MW) yang mempunyai beban tak seimbang (unbalance), karena
arus gangguan 1 fasa ketanah yang melewati tahanan pada generator yang dihubungkan
ketanah. Jika kapasitas pembangkitan yang cukup besar seperti di sistem kelistrikan Jawa,
sebagian di Sumatra, Sulawesi dan sebagian kecil di Kalimantan, tambahan beban
unbalance ini tidak banyak berarti terhadap mesin-mesin penggerak mulanya. Tetapi untuk
sistem kecil yang beroperasi isolated dan tersebar di pulau-pulai kecil di Indonesia yang
dipasok oleh PLTD skala kecil dimana beban resistif tambahan yang terbentuk akibat
gangguan 1 fasa ketanah di jaringan Distribusi tegangan menengah, besar kemungkinan nilai
MW yang diserap lebih besar dari kapasitas pembangkit 3 fasanya.
Hal ini dapat dihitung dengan mempergunakan persamaan sebagai berikut:
Vph2
P (Watt) = Watt
R
Dimana: P = Daya yang diserap oleh mesin (Watt)
V = Tegangan fasa – netral (Volt)
R = Tahanan pentanahan yang terpasang di trafo hubungan Y (Ohm)

Jika trafo unit mempunyai pentanhan 40 Ohm maka daya yang diserap oleh NGR (selain
beban) sewaktu gangguan tanah sebesar:
P = 3,33 MW
Nilai P = 3,33 MW adalah nilai maksimum atau lebih kecil dari nilai tersebut bila kapasitas
pembangkitan lebih kecil dari 10 MVA atau tergantung dari kapasitas Pembangkit.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 20 dari 32
Dalam hal ini gangguan 1 fasa tanah merupakan beban tambahan yang tidak balance yang
dapat merusak mesin (prime-over)

Gejala kerusakan pada mesin adalah:


 Terjadinya gangguan satu fasa ketanah
 Mesin tidak mengalami “overload” atau “underspeed” mesin tidak trip
 Mesin baru trip setelah mengalami kerusakan pada bagian yang terhubung dengan crankshaft
Kemungkinan penyebab kerusakan pada mesin (prime over).

P Fasa S

Pg1
Fasa T

PX2
PX1
Belitan
Fasa A

Pg2
Fasa S

Gambar 1 : Potongan rotor dan stator

Dari gambar 1 diatas bahwa gaya Pg1 dan Pg2 saling menghilangkan , dan beban
gaya PX1 + PX2 << P
Gaya lateral P (gaya lintang) yang besar menyebabkan momen lentur disepanjang poros
generator + Mesin (cranchshaft), yang dapat menimbulkan beban lendutan (defleksi).
Pada porosterjadi tegangan lentur + puntir yang berlebih terutama pada bagian-bagian kritis
yang mengalami konsentrasi tegangan, seperti pada bantalan crankshaft, bantalan
connecting rod (dapat menyebabkan patah). Seperti terlihat pada gambar 2 dibawah.

Gen

flywheel Momen lentur crankshaft

Pada Gambar 2 diatas bahwa Generator terkena gaya tekan P yang cukup besar dan
“unbalance” yang mengakibatkan beban lendutan sepanjang poros mesin + generator, jika
terjadi konsentrasi tegangan berlebihan pada bagian crankshaft dan connecting rod, maka
akan mengalami kerusakan.
PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 21 dari 32
Pada umumnya Kondisi ini mulai dikeluh-kan oleh PLN unit yang mengelola PLTD skala
kecil, khususnya oleh PLN Unit pembangkit dibawah PT PLN (Persero) Wilayah Maluku. Dari
data statistik gangguan mesin penggerak Diesel skala kecil yang dikumpulkan dan dimonitor
oleh PLN Wilayah Maluku menunjukkan bahwa kerusakan disisi piston mesin (bearing
ataupun rod pistonnya) terjadi pada pembangkit berkaitan dengan kejadian gangguan 1 fasa
ketanah di jaringan Distribusi 20 kV nya.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu memperbesar tahanan pentanahan sebesar 500
Ohm yang terpasang di Generator atau Transformator dengan Wye (Y).
Jika terjadi gangguan 1 fasa ke tanah sesuai persamaan diatas untuk mesin yang
mempunyai daya 3 MW daya yang diserap mesin sebesar:
Nilai daya yang diserap oleh Mesin akibat gangguan 1 fasa ketanah sebesar 0,266 MW,
masih dibawah daya mesin sebesar 3 MW hal ini tidak menghentikan generator dan GFR
yang terpasang dapat bekerja dengan baik
Dengan uraian tersebut diatas bahwa pemakaian tahanan pentanahan 500 Ohm yang
terpasang pada mesin PLTD skala kecil sangat baik dibandingkan tahanan pentanahan 40
Ohm

Contoh:
Pengaruh gangguan satu fasa ke tanah yang dipasok dari PLTD dengan daya 1,5 MVA
tegangan 6,3 kV dengan pentanahan mempergunakan tahanan 500 Ohm, gangguan
ada dilokasi C

A B

Data-data
1. PLTD:
A : 1,5 MVA, 6,3 kV, Xd’ = 2,5%,
B : 1,0 MVA, 6,3 kV, Xd = 2,5%,
2. Impedansi jaringan:
a. Jaringan AC & Jaringan BC
Z1 = Z2 = 2,811 + j 4,297 Ohm
Zo = 4,720 + j 21,034 Ohm
b. Z1 = Z2 = 5,621 + j 8,596 Ohm
Zo = 9,4406 + j 42,068 Ohm

1. Pentanahan mempergunakan tahanan 500 Ohm


Tabel 1

Kap/ Power Power Power


Kap Fasa (R) (S) (T) Power Ter
kVA KVA (kWatt) (kWatt) (kWatt) serap (kW)
Gen- A 1500 500 283,38 6,454 8,922 298,75
Gen- B 1000 333,3 223,03 -6,454 -8,922 207,65

506,40 0,000 0,000 506,40

2. Tahanan mempergunakan tahanan 40 Ohm


Tabel 2

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 22 dari 32
Kap/ Power Power Power
Kap fasa (R) (S) (T) Power Ter
kVA kVA (kWatt) (kWatt) (kWatt) serap (kW)
Gen- A 1500 500 584,87 -31,76 84,930 638,042
Gen- B 1000 333,3 472,017 31,76 84,930 418,835

1056,9 0,000 0,000 1056,87

Hasil perhitungan tersebut diatas, terlihat bahwa terjadi pergeseran besar dan vektor
tegangan fasa yang terganggu satu fasa ketanah
Pada tabel 1 pentanahan yang mempergunakan tahanan 500 Ohm daya yang terserap oleh
tahanan pentanahan dengan daya dua mesin sebesar 2500 kW sebesar 506,40 kW, hal ini
generator tidak overload. Bila dilihat nilai Power (kW) satu fasa yang diserap dari generator
akibat gangguan satu fasa ketanah ini tidaklah sampai melampaui kapasitas generator
perfasa Jadi penguatan yang terdapat di rotor tidak terbebani terlalu besar akibat gangguan 1
fasa ke tanah di fasa S, tetapi sebaliknya dengan mempergunakan pentanahan 40 Ohm
seperti terlihat pada tabel 2 mesin akan terbebani sebesar 1056,9 kW. Hal ini penguatan
rotor mengeluarkan daya aktif terlalu besar yang dapat merusak gulungan dan pada saat
terjadi gangguan rotor dapat berhenti, tetapi mesin penggerak mula (PLTD) tetap berjalan,
hal inilah mesin diesel dapat patah pistonnya atau bearingnya terbawa keatas, selanjutnya
dapat merusak mesin tersebut.

KESIMPULAN

1. Pentanahan yang mempergunakan tahanan 40 Ohm, tidak cocok


dipergunakan untuk Pembangkitan yang mempunyai daya kecil (dibawah 10 MVA).
2. Untuk mesin-mesin dengan kapasitas kecil (dibawah 10 MVA), nilai tahanan
yang dipasang untuk pentanahan netral sistem distribusi mestinya harus
memperhitungkan kapasitas mesinnya.
3. Sementara ini nilai pentanahan netral yang ada dasarnya di PLN, dalam
rangka mengurangi dampak kerusakan mesin akibat gangguan tanah digunakan
pentanahan tahanan 500 Ohm, dengan perhitungan jika terjadi gangguan 1 fasa –
ketanah , daya yang diserap sewaktu gangguan tanah tidak sampai
membahayakan mesin

LAMPIRAN

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 23 dari 32
TINJAUAN KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA BERBAGAI MACAM PENTANAHAN
SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.

Gangguan satu fasa ketanah secara statistik diketahui yang paling banyak terjadi
pada jaringan dengan konduktor terbuka yang digelar di alam bebas. Penyebab
gangguan itu bisa karena sambaran petir yang diiukuti dengan power follow current,
tersentuh dahan pohon, binatang dan lain-lain.
Pengamanan terhadap gangguan satu fasa ketanah tentunya menjadi perhatian bagi
Perusahaan Listrik, mengingat kemungkinan kejadiannya menjadi yang terbesar.
Besar arus gangguan tanah menjadi tergantung dari sistem pentanahan netralnya.
Tegangan fasa yang sehat perlu pula menjadi tinjauan untuk diperhitungkan terhadap
kekuatan isolasi peralatan instalasi penyaluran maupun peralatan instalasi
konsumen. Disamping itu perlu pula diperhatikan pengaruh besar arus gangguan
satu fasa ketanah terhadap mesin kecil-kecil yang memasok jaringan Distribusi TM
untuk masing-masing sistem pentanahan netralnya.
Penjelasan macam-macam pentanahan yang terpasang pada sistem Tenaga Listrik
dapat dilihat dibawah ini:

1 KOMPONEN ARUS, TEGANGAN DAN POWER PADA NETRAL MENGAMBANG


(FLOATING) SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH

Pada suatu sistem kelistrikan dengan Netral mengambang, arus gangguan satu fasa ketanah
di titik gangguan mengalir arus kapasitif fasa yang sehat dari jaringan untuk kembali ke
sumbernya. Arus kapasitif ini tidak hanya dari kapasitansi penyulang yang terganggu tetapi
juga dari kapasitansi penyulang yang sehat, dan besarnya tidak tergantung dari lokasi
gangguan.
Karenanya, arus kapasitif ini tidak bisa dipakai untuk mengerjakan Relai gangguan tanah
secara selektif memisahkan penyulang yang terganggu dari sistem yang masih sehat,
sehingga gangguan tanah dicari dengan cara coba-coba. Untuk 1, 2 sampai 3 penyulang,
dimana masing-masing penyulang mempunyai nilai kapasitansi yang kecil saja, akan
menghasilkan arus kapasitif di titik gangguan tanah juga kecil saja yang akan clear dengan
sendirinya bila terjadi gangguan tanah yang sifatnya temporer. Dalam hal mencari penyulang
yang terganggu satu fasa ketanah permanen di jaringan dengan membuka PMT satu persatu
penyulang masih tidak menjadi masalah. Tetapi kalau sudah banyak penyulang yang
tersambung pada satu bus, mungkin akan sebanyak jumlah penyulang yang ada terpaksa
dipadamkan hanya untuk mengetahui penyulang mana yang terganggu. Uraian vektor arus
kapasitf jaringan sewaktu gangguan satu fasa ketanah dapat dilihat pada gambar dibawah ini
:

B C B C

V N V N
BN CN
V V
BG CG

V V
AN NG

I
CC

I
CT
A A,G
I
CB

Gambar 1: Vektor tegangan sistem kondisi normal Gambar 2: Vektor tegangan dan arus saat gangguan tanah
Dalam keadaan normal, dan dengan menganggap kapasitansi tiap fasa dari jaringan sama
besar, maka besar tegangan tiap fasanya ketanah sama dengan besar tegangan tiap fasa ke
Netral, dan vektor tegangan sistem VAN, VBN, VCN dapat dilihat seperti pada gambar 1.
Dalam keadaan gangguan satu fasa ketanah (misalnya fasa A), maka potensial fasa A
akan berimpit dengan tanah (G) sekaligus kapasitansi jaringan fasa A terhubung singkat
PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 24 dari 32
ketanah oleh gangguan tersebut, sehingga tegangan N (netral), fasa B dan fasa C terhadap
tanah akan naik seperti digam-barkan sebagai VNG, VBG, VCG di gambar 2. pada kondisi ini
terlihat bahwa tegangan fasa yang sehat (fasa B dan fasa C) naik sebesar √3 kali tegangan
Eph. Hal inilah yang mengharuskan kelas isolasi dari peralatan instalasi berpegang kepada
tegangan fasa-fasa. Belum lagi akibat arus kapasitif yang mengalir di titik gangguan, jumlah
penyulang yang banyak dan panjang akan menghasilkan arus kapasitif total cukup besar,
gangguan satu fasa ketanah yang ter-putus-putus (arc), sementara tegangan fasa sehat
yang masih bertahan sebesar √3 terhadap tanah, maka sewaktu sinusoidal arus kapasitif
yang mengalir di fasa A sedang berada pada level nol, se-olah-olah fasa A terlepas
hubungannya dari tanah, pada saat yang singkat itu tegangan fasa A seperti terlempar
berputar dengan garis sumbu yang menyinggung titik tegangan fasa B dan fasa C. Naiknya
tegangan fasa A dengan cara demikian, membuat fasa A di titik gangguan terpukul arc
kembali (restricking) dan kejadian ini berulang pada setiap siklus sinusoidal arus gangguan
kapasitif di fasa A. Peristiwa ini biasa disebut dengan arcing ground dimana tegangan fasa
yang terganggu ke tanah sesaat dan berulang kali bisa naik sampai 3xEph yang
membahayakan isolasi peralatan instalasi.

A V
AG

B C Sumbu putar

N
V V
BG CG

V
NG

I
CC

I
CT
A,G
I
CB

Gambar 3: Vektor tegangan saat sinusoidal arus kapasitif melalui nol pada
kejadian arcing ground

Kalau panjang jaringan distribusi TM tidak terlalu panjang, arus gangguan kapasitif sewaktu
gangguan satu fasa ketanah temporer tidak terlalu besar (beberapa amper saja), maka
gangguan tanah tersebut dapat clear sendiri tanpa harus ada pemutusan penyulang,
sedangkan untuk gangguan satu fasa ketanah yang permanen, maka sistem penyaluran
distribusi masih dapat berjalan selama gangguan satu fasa ketanah terjadi sementara
konsumen tidak merasakan adanya gangguan tanah tersebut. Kalau gangguan tanah itu
terjadi akibat kawat fasa putus jatuh ketanah, maka selama kawat fasa itu tidak diangkat oleh
manusia, tidak menjadi masalah, tetapi bila kawat fasa tersebut diangkat oleh manusia
sehingga terlepas hubungannya dengan tanah, maka kawat fasa itu akan kembali
bertegangan yang membahayakan manusia.
Penyelesaian masalah diatas adalah dengan memasang Relai Tegangan Lebih gangguan
tanah di Bus TM yang mentripkan semua Penyulang (untuk jumlah penyulang yang tidak
terlalu banyak), kemudian gangguan tanah dicari pada satu persatu penyulang.
Gangguan tanah yang terjadi tidak menyerap Power dari Generator, karena arus
gangguannya adalah arus kapasitif.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 25 dari 32
2. KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL MELALUI
TAHANAN SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.

Dalam usaha mengurangi kemungkinan terjadinya cross country fault pada sistem dengan
netral mengambang atau pentanahan netral melalui Peterson Coil, gangguan tanah yang
pertama kali terjadi didalam sistem perlu di clear kan oleh Relai Gangguan Tanah.
Untuk jaringan distribusi yang sudah luas dan terdiri dari banyak penyulang, Relai
pengamannya harus bekerja selektif, selain pemisahan bagian yang terganggu ketanah di
clear kan dengan cepat.
Untuk itu diperlukan Relai pengaman yang mampu mendeteksi dan menseleksi arus
gangguan tanah yang mengalir ke bagian yang terganggu saja. Kebutuhan ini dipenuhi,
diantaranya dengan arus yang dihasilkan oleh sistem pentanahan Netral melalui Tahanan.
Dalam Standar PLN No 88. th 1991, mengenai pentanahan Netral pada sistem Distribusi 20
kV, telah diatur besar nilai Tahanan yang digunakan. Yaitu dengan nilai 40 Ohm dan 500
Ohm untuk jaringan SUTM, dan 12 Ohm untuk jaringan SKTM. Dalam operasinya, nilai
Tahanan yang banyak digunakan / dianut oleh PLN Unit di Jakarta, Jawa Barat sampai ke
PLN Unit diluar Jawa adalah nilai Tahanan Pentanahan Netral sebesar 40 Ohm.
Pada awal mula ditetapkannya angka 40 Ohm (tahun 70 an) berdasarkan pembatasan besar
arus gangguan tanah yang tidak lebih besar atau paling besar sama dengan arus nominal
Trafo Daya di Gardu Induk yang memasok jaringan Distribusi, yaitu untuk kapasitas Trafo
Daya sebesar 10 MVA (rating rata-rata Trafo Daya terpasang di Instalasi PLN Jawa pada
waktu itu), dimana relai gangguan tanah yang digunakan cukup dengan Relai Arus Lebih
biasa dan karena besar arus gangguan tanah hampir sama besar untuk gangguan tanah
disepanjang jaringan, karakteristik Relai Gangguan tanah ini dipilih dari jenis Definite time.
Sedang nilai Pentanahan Netral melalui 500 Ohm dengan Relai Gangguan Tanah dari jenis
Directonal Ground Relay boleh dikatakan sepenuhnya mengadopt dari pentanahan dan
pengamanan sistem distribusi Jepang; dan Pentanahan Netral melalui 12 Ohm dimaksudkan
agar arus resistif gangguan tanah lebih besar dari arus gangguan tanah kapasitif pada
jaringan kabel.
Uraian arus dan tegangan saat gangguan tanah yang akan ditinjau pada kesempatan ini
adalah untuk sistem dengan pentanahan Netral 20 kV melalui Tahanan 40 Ohm yang banyak
diterapkan pada sebagian besar sistem distribusi di PLN, baik di Jawa maupun di luar Jawa,
walaupun kapasitas pembangkitannya lebih kecil dari 10 MVA (nilai daya yang dipakai
sebagai dasar penetapan nilai tahanan pentanahan 40 Ohm)
Untuk sistem Distribusi di Jawa dan beberapa wilayah yang sumbernya sudah besar, uraian
vektor tegangan dalam keadaan normal dapat dilihat pada gambar 6 dan uraian vektor
tegangan dan arus saat gangguan tanah dapat dilihat pada gambar 7. Besar daya unbalance
(komponen watt) yang diserap dari sumber pembangkit tidak terlalu berarti bagi mesin yang
memang sudah besar tadi.

B C B C

V N V N
BN CN
V V
BG CG
V
NA
V
AN

I
CC
I
CT
A G A
I
CB

Gambar 6: Vektor tegangan sistem Gambar 7: Vektor tegangan dan


kondisi normal arus saat gangguan tanah

Kondisi normal, bentuk vektor tegangan masih seimbang seperti terlihat pada gambar 6.
Pada kondisi gangguan satu fasa ketanah, segitiga tegangan menjadi sedikit tergeser. Arus
gangguan satu fasa ketanah tidak murni resistif, komponen reaktif jaringan yang membuat
pergeseran ini. Tegangan Netral terhadap tanah (VNG) dibentuk oleh tegangan drop di
Tahanan pentanahan, sementara tegangan antara terminal fasa A dan tanah dibentuk akibat
PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 26 dari 32
arus balik yang membuat drop tegangan pada reaktansi jaringan (yang dinilai dominan
reaktansi dari pada resistansi), sehingga vektor tegangan ini dapat digambarkan seperti pada
gambar 7.
Pergeseran segitiga tegangan ini, diperkirakan tidak terasa disisi konsumen, begitu juga
kedip tegangan akibat terjadinya gangguan tanah di jaringan distribusi 20 kV.
Tetapi pergeseran segitiga tegangan ini akan berbeda bila terjadi pada jaringan yang dipasok
oleh sistem dengan pembangkit-pembangkit skala kecil dimana reaktansi jaringan termasuk
reaktansi Trafo daya mempunyai nilai yang tidak bisa diabaikan terhadap nilai tahanan
pentanahan.

B C

V V
BG N CG

I
CC
I V
CT NA

G
I A
CB

Gambar 8: Vektor tegangan dan arus saat gangguan tanah


pada sistem dengan pasokan mesin/generator
kecil

Gangguan tanah di suatu titik di jaringan dapat menggeser segitiga tegangan menjadi tidak
simetris lagi, terutama dirasakan pada sisi hilir jaringan yang kira-kira seperti gambar 8.
Kalau kondisi demikian itu terjadi maka dapat dilihat bahwa tegangan salah satu fasa (yang
leading terhadap fasa terganggu, dalam hal ini ECG) akan naik lebih besar dari √3 kali Eph
dan akan membuat :

1. Stress over voltage pada seluruh isolator di fasa tersebut di sepanjang jaringan
2. Arus gangguan tanah yang mengalir di Tahanan pentanahan (NGR) menarik unbalance
power (watt) dari Generator yang kemungkinan lebih besar dari kapasitas per fasanya.

Pada pemahaman awal dalam pemilihan sistem pentanahan Tahanan, akibat nomor 1 masih
dapat ditahan selama Relai Gangguan Tanah bekerja cepat, sehingga stress voltage pada
isolator segera hilang, tetapi dalam operasi penerapan sistem pentanahan ini, akibat nomor 2
sudah menjadi keluhan bagi unit-unit PLN yang hanya mempunyai pembangkit skala kecil
(PLTD). Kejutan sesaat arus komponen Watt yang unbalance diperkirakan menghasilkan
kejutan unbalance pula di poros mesin. Selanjutnya dilaporkan terjadi kerusakan disekitar
poros mesin (crank shaft atau bearing).
Dari keluhan ini, perlu kiranya meninjau kembali ketetapan/SPLN yang mengatur pentanahan
Netral sitem 20 kV (Distribusi TM) khususnya untuk sistem yang dipasok oleh pembangkit
skala kecil, untuk menghindari kerusakan mesin akibat gangguan satu fasa ketanah di
jaringan.

3. KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL MELALUI


PETERSON COIL SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.

Permasalahan arcing ground pada sistem Netral mengambang akibat arus kapasitif yang
cukup besar ditanggulangi dengan mengkompensir arus gangguan kapasitif tersebut dengan
arus induktif yang besarnya diatur hampir sebesar arus kapasitif. Hasilnya adalah bahwa
resultante arus gangguan tanah di titik gangguan kembali menjadi kecil sehingga bila terjadi
gangguan tanah temporer di mana saja di jaringan dapat clear dengan sendirinya tanpa ada
pemutusan aliran daya ke konsumen. Konsumen di sisi Tegangan rendah tidak merasakan

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 27 dari 32
adanya gangguan yang terjadi di jaringan TM (hubungan tafo Distribusi adalah ∆ Y, sehingga
tegangan kedip tidak dirasakan oleh konsumen. Arus induktif yang dipakai untuk
mengkompensir arus gangguan kapasitif itu diperoleh dengan memasang induktor antara titik
Netral dan tanah, sehingga terbentuklah pentanahan Netral melalui reaktor dengan nilai
reaktansi tertentu yang dapat di tune mendekati nilai reaktansi kapasitif jaringan, reaktor
tersebut biasa disebut Peterson Coil. Uraian Vektor Arus dan Tegangan sistem dalam
keadaan normal dan kondisi terjadi gangguan satu fasa ketanah dapat dilihat pada gambar 4
dan 5 berikut dibawah ini.

B C B C

V N V N
BN CN
V V
BG CG

V V
AN NG

I
CC

I I LL
CT
A A,G
I
CB

Gambar 4: Vektor tegangan sistem Gambar 5: Vektor tegangan dan arus


kondisi normal saat gangguan tanah

Seperti halnya uraian vektor tegangan dan arus pada sistem Netral mengambang, pada
kondisi normal tagangan sistem tiap fasanya seimbang (selama nilai kapasitansi jaringan
ketanah seimbang pada tiap fasanya) dan vektor tegangan ini ditunjukkan pada gambar 4.
Pada kondisi gangguan satu fasa (A) ketanah, arus kapasitif pada uraian vektor arus pada
sistem Netral mengambang dikompensir oleh arus induktif IL sehingga di titik gangguan
tanah arus kapasitif jaringan dan arus induktif dari sistem pentanahan netral saling
menjumlahkan. Karena vektor arus kapasitif dan arus induktif berbeda fasa 180 , maka
besar arus gangguan tanah di titik gangguan tanah menjadi saling mengurangi dan menjadi
kecil. Mengingat resonansi pada frekwensi dasar antara Induktansi kumparan Peterson dan
kapasitansi jaringan jangan sampai terjadi, yang maksudnya untuk menghindari impedansi
maksimum yang bisa menyebabkan terjadinya tegangan lebih, maka nilai induktansi L di set
agak sedikit bersifat kompensasi lebih atau kompensasi kurang.
Untuk tetap menjaga agar arus gangguan tanah selalu kecil sehingga tidak terjadi Arcing
Ground, pe-ngembangan jaringan distribusi akibat bertambah luasnya daerah pelayanan
yang memberi konsekwensi bertambah besarnya arus kapasitif sewaktu gangguan satu fasa
ketanah, maka setelan nilai reaktansi Peterson Coil perlu selalu diperiksa apakah masih
sesuai dengan nilai reaktansi kapasitif jaringan. Jadi diperlukan personil (engineer) yang
selalu mengikuti perkembangan jaringan agar keandalan sistem penyaluran distribusi tetap
terjaga dengan baik.
Bila gangguan tanah yang terjadi adalah gangguan tanah permanen, maka sistem dapat
berjalan terus tanpa pemutusan bagian yang terganggu itu. Pada kondisi ini konduktor fasa
yang terganggu ketanah tetap berpotensial nol terhadap tanah, sementara naiknya tegangan
dua fasa yang sehat terhadap tanah sebesar √3 kali Eph (sebesar Eph-ph) tetap bertahan
selama gangguan tanah pertama tadi belum di clearkan. Stress tegangan lebih yang
bertahan dalam waktu lama dapat membahayakan isolator di sepanjang jaringan. Pada
kondisi terakhir ini, kemungkinan isolator terlemah didalam jaringan dapat tembus tegangan
dan membentuk gangguan tanah baru, sehingga terjadilah gangguan dua fasa ketanah yang
terdiri dari dua gangguan tanah ditempat yang berbeda. Kejadian ini biasa disebut cross
country fault.
Bila kejadian cross country fault didalam sistem cukup besar kemungkinannya, maka
gangguan tanah yang pertama harus dapat segera di clear kan, agar tidak terjadi gangguan
tanah kedua.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 28 dari 32
4. KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL
LANGSUNG (SOLID) SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.

Usaha lain yang dapat membuat Relai Gangguan Tanah bekerja pasti adalah dengan
menerapkan pentanahan Netral langsung (solidly grounded). Dari logikanya, jelas mudah
dipahami bahwa arus gangguan satu fasa ketanah akan sangat besar sekali, mungkin sama
besar dengan arus gangguan tiga fasa, bahkan bisa lebih besar pada lokasi gangguan tanah
tertentu, arus gangguan tanah yang besar inilah yang memberikan kepastian pada kerja
Relai Gangguan Tanah. Walaupun demikian arus gangguan tanah ini hanya mempunyai
komponen Watt yang kecil saja, selebihnya yang besar adalah komponen VAR. Sehingga
tidak banyak berpengaruh terhadap daya di poros mesin, tetapi besar pengaruhnya terhadap
peralatan pengatur tegangan otomatis (AVR) pada penguat medan di Generator.
Pentanahan Netral langsung ini banyak diterapkan di sistem Distribusi TM di Amerika,
sementara di Indonesia, yang menganut sistem pentanahan seperti ini adalah di sistem
Distribusi TM di Jawa Tengah yang memang meng adopt pentanahan Netral TM sistem di
Amerika. Hal ini disebabkan oleh karena PLN menyerahkan sepenuhnya kepada standar
yang digunakan konsultan dari Amerika pada awal pembangunannya dulu. Pentanahan ini
kemudian ditetapkan dalam SPLN No 88 tahun 1991.
Dalam operasinya, ternyata sistem pentanahan netral langsung tidak dikembangkan
kedaerah lain.
Dengan sistem pentanahan netral langsung memungkinkan jaringan dibebani dengan Trafo
Distribusi satu fasa, dari hal ini diketahui bahwa ketidak seimbangan beban akan besar
kemungkinannya terjadi, kawat netral menjadi teraliri arus dan selanjutnya bisa
mengakibatkan pergeseran tegangan kawat netral setelah arus beban mengalir sampai jarak
tertentu. Untuk menghindari hal ini, maka pada jaringan kawat netral perlu untuk ditanahkan
lagi dibanyak titik dengan nilai tahanan pentanahan yang rendah. Tambahan persyaratan ini
sering tidak bisa dipenuhi PLN, dan dianggap menyulitkan baik sewaktu pembangunan
jaringan baru atau menjaga/memelihara sistem pentanahan kawat netral yang sudah ada.
Karena sulitnya, sampai data kondisi pentanahan kawat netral jaringan boleh dikatakan tidak
ada. Sehingga mutu tegangan pelayanan ke konsumen menjadi sulit untuk dinyatakan
persentase pergeseran tiap fasa terhadap nilai nominalnya.
Tinjauan diatas adalah untuk jaringan distribusi dalam kondisi tidak ada gangguan hubung
singkat. Pada kondisi gangguan satu fasa ketanah (jenis gangguan yang cukup sering
frekwensinya) akan jelas diketahui bahwa tegangan fasa yang terganggu akan mengalami
kedip sampai tinggal beberapa persen saja dari nilai nominalnya. Hal ini juga sudah menjadi
keluhan konsumen apalagi dengan frekwensi gangguan yang cukup tinggi. Dengan alasan
inilah, kemungkinan PLN tidak lagi mengembangkan sistem pentanahan Netral langsung di
tempat lain, jadi hanya di PLN Distribusi Jawa Tengah.

B C B C

V N V V N,G
BN CN B’G V
C’G
I V
FG A’G
V
AN

V
AG
A A

Gambar 6: Vektor tegangan sistem kondisi normal Gambar 7: Vektor V dan I saat gangguan tanah

Untuk melihat berapa besar pengaruh pergeseran vektor tegangan dan arus pada sistem
pentanahan netral langsung sewaktu gangguan satu fasa ketanah (sebelum ditripkan oleh
Relai gangguan tanah), berikut dapat dilihat kemungkinan pergeseran tersebut.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 29 dari 32
Karena netral sistem ditanahkan langsung ke tanah, dan bila terjadi gangguan satu fasa
ketanah (misalnya di fasa A) dengan tahanan gangguan sebesar 0 Ω , maka potensial titik
gangguan tanah akan berimpit dengan netral sistem.
Arus gangguan tentunya akan membentuk sudut terhadap tegangan fasa terganggu (A)
sebesar sudut line (antara 70° s/d 80°), sehingga posisi tegangan terminal fasa terganggu
disisi sumber akan bergeser sedikit dari titik netral, artinya tidak berimpit dengan titik netral
sistem akibat adanya nilai reaktansi sumber dan impedansi line.

Ketentuan Tahanan Pembumian Jaringan


a. Pembumian pengaman JTR dan JTM terpisah dan tiang-tiang JTR &JTM terpisah.
PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 30 dari 32
• Tahanan pembumian menyeluruh ( trafo,Tiang dan PHB ) maksimum 5 Ohm
• Tahanan pembumian menyeluruh maksimum 10 Ohm apabila :
 Trafo kecil ( maksimum 50 KVA fasa tunggal, 150 KVA fasa tiga )
 Konsumen sedikit / rendah
 Tahanan Jenis tanah tinggi
b. Untuk pembumian JTM dan JTR digabung , dimana JTM adalah kabel tanah, nilai
pembumian JTR berlaku butir a.
c. Pembumian JTR dan JTM yang digabung dimana JTR dan JTM dipasang di tiang yang
lama maka :
 Bila arus gangguan satu fasa ketanahg di JTM lebih kecil 300 A maka tahanan
pembumian menyeluruh JTR dan JTM maksimum 0,2 Ohm.
 Bila sistem dengan netral JTM ditanahkan dengan tahanan tinggi , maka nilai
tahanan pembumian menyeluruh JTM dan JTR adalah 0,2 Ohm.
 Sistem dengan pembumian mengambang, maka nilai pembumian berlaku
seperti butir a. diatas.
d. JTR dan JTM mempunyai hantaran netral bersama
Pentanahan sekurang – kurangnya 4 buah setiap 1609 meter ( 1 mil ) dan besar tahanan
pembumian setiap elektroda 25 Ohm atau 6,25 Ohm untuk setiap 1,609 meter.

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 31 dari 32
SISTEM PEMBUMIAN
(PENTANAHAN)

KLINIK LISTRIK - CV. KOPESERA ENGINEERING PT.PLN

( PERSERO )

AREA PELAYANAN JARINGAN MALANG

PETUGAS DINAS GANGGUAN UPPTR PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN MALANG
CV.KOPESERA ENGGINEERING Halaman 32 dari 32

You might also like