You are on page 1of 6

Welcome friend from www.google.co.

id, if you are new here, you may want to subscribe this
site.

WEBSITE ICHWAN MUIS

 Home
 About Me »
 Contact
 Other »

 General Article »
 Poetry & Picture
 PowerPoint Presentation
 Social Problem (PMKS) »
 Social Worker Article »

search...

Home » Kenakalan Remaja » Pengertian dan Unsur-unsur Kejahatan

Pengertian dan Unsur-unsur Kejahatan

A. Pengertian Kenakalan dan Kejahatan

Secara etimologis, kriminologi berasal dan kata Crime dan logos. Crime artinya kejahatan,
sedangkan logos artinya ilmu pengetahuan. Secara lengkap kriminologi berarti ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang kejahatan.

Ditinjau dari aspek yuridis, pelaku kejahatan adalah jika seseorang melanggar peraturan atau
undang-undang pidana dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman. Contoh:
-         Pembunuhan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 338 KUHP

-         Pencurian adalah perbuatan yang memenuhi  perumusan pasal 362 KUHP

-         Penganiayaan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 351 KUHP

Dalam hal ini apabila seseorang belum dijatuhi hukuman berarti orang tersebut belum dianggap
penjahat.

Ditinjau dari aspek sosial pelaku kejahatan ialah jika seseorang mengalami kegagalan dalam
menyesuaikan diri atau berbuat menyimpang dengan sadar atau tidak sadar dari norma- norma
yang berlaku di dalam masyarakat sehingga perbuatannya tidak dapat dibenarkan oleh
masyarakat.

Ditinjau dari aspek ekonomi pelaku kejahatan ialah jika seseorang (atau  lebih)  dianggap
merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan ekonominya kepada masyarakat
sekelilingnya, sehingga ia dianggap sebagai penghambat atas kebahagian orang lain.

Secara formal kejahatan dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang oleh Negara diberi pidana.
Pemberian pidana dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan yang terganggu akibat
perbuatan itu. Keseimbangan yang terganggu itu ialah ketertiban masyarakat terganggu,
masyarakat resah akibatnya. Kejahatan dapat didefinisikan berdasarkan adanya unsur anti sosial.
Berdasarkan unsur itu dapatlah dirumuskan bahwa kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial
yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan
dalam masyarakat. Terdapat beberapa pendapat ahli mengenai kejahatan, di antaranya:

1. D. Taft

”Kejahatan adalah pelanggaran hukum pidana”

2. Van Bemmelen

“Kejahatan adalah tiap kelakuan yang bersifat tidak susila dan merugikan, yang menimbulkan
begitu banya ketidaktenangan dalam suatu masyarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak
untuk mencelanya dan menyatakan penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk nestapa
dengan sengaja diberikan karena kelakuan tersebut”

3. Ruth Coven

“Orang berbuat jahat karena gagal menyeusaikan diri terhadap tuntutan masyarakat”

4. W.A. Bonger

“Kejahatan adalah perbuatan yang anti social yang oleh Negara ditentang dengan sadar
dengan penjatuhan hukuman”
Apabila pendapat tentang kejahatan di atas kita pelajari secara teliti, maka dapatlah digolongkan
dalam tiga jenis pengertian sebagai berikut:

a. Pengertian secara praktis (sosiologis)

Pelanggaran atas norma-norma agama, kebiasaan, kesusilaan yang hidup dalam masyarakat
disebut kejahatan.

b. Pengertian secara religius

Pelanggaran atas perintah-perintah Tuhan disebut kejahatan. Pengertian a dan b disebut


pengertian kriminologis.

c. Pengertian secara yuridis

Dilihat dari hukum pidana maka kejahatan adalah setiap perbuatan atau pelalaian yang dilarang
oleh hukum publik untuk melindungi masyarakat dn diberi pidana oleh Negara.

Mengenai pengertian kenakalan sendiri, dalam KUUHP pasal 489 digunakan kata kenakalan
yang berarti semua perbuatan orang yang berlawanan dengan ketertiban umum, ditujukan pada
orang, binatang dan barang yang dapatr menimbulkan bahaya, kerugian, kesusahan yang tidak
dapat dikenakan salah satu pasa KUUHP. Dengan kata lain semua tindakan yang tidak dapat
dikenakan  pada salah satu pasal KUUHP dimasukkan dalam kelompok pengertian kenakalan.

B. Unsur-unsur Kejahatan

Secara umum, kejahatan harus mencakup unsure seperti tertera di bawah ini:

1. Harus ada sesuatu perbuatan manusia

Berdasarkan hukum pidana positif yang berlaku di Indoensia, yang dapat dijadikan subjek
hukum hanyalah manusia.

2.      Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam ketentuan pidana.

3. Harus terbukti adanya dosa pada orang yang berbuat.

Untuk dapat dikatakan seseorang berdosa (tentu dalam hokum pidana) diperlukan adanya
kesadaran pertanggungjawab, adanya hubungan pengaruh dari keadaan jiwa orang atas
perbuatannya, kehampaan alasan yang dapat melepaskan diri dari pertanggungjawab.

4. Perbuatan itu harus berlawanan dengan hukum.

Secara formal perbuatan yang terlarang itu  berlawanan perintah undang-undang itulah perbuatan
melawan hokum. Ada tiga penafsiran tentang istilah “melawan hukum”. Simons mengatakan
melawan hukum artinya bertentang dengan hukum, bukan saja dengan hukum subjektif juga
hukum objektif. Pompe memperluas lagi dengan hukum tertulis dan hukum tidak tertulis.
Menurut anggapan Noyon, melawan hukum artinya bertentangan dengan hak orang lain. Sedang
menurut Hoge Raad, Arrest 18-12-1911 W 9263 negri Belanda bahwa melawan hukum berarti
tanpa wewenang atau tanpa hak.

5. Terhadap perbuatan itu harus tersedia ancaman  hukuman di dalam undang-undang.

Tidak boleh suatu perbuatan dipidana kalau sebelumnya dilakukan belum diatur oleh Undang-
undang. Undang-undang hanya berlaku untuk ke depan dan tidak berlaku surut. Azas ini dikenal
dengan sebutan “NULLUM DELICTUM, NULLA POENA SINE PRAEVIA LEGE
POENALI”. Azas ini telah diletakkan pada pasal 1 ayat 1 KUUHP:

Tiada suatu perbuatan boleh dihukum, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-
undang, yang terdahulu daripda perbuatan itu.

C. Macam-Macam kejahatan

1.      Menurut Bonger kejahatan dapat digolongkan sebagai berikut:

a.       Kejahatan ekonomi

1. Kejahatan seksual
2. Kejahatan agresif
3. Kejahatan politik

Sedang berdasarkan hukum pidana kita maka tipe penjahat, sebagai berikut:

a.       Kejahatan dan pelanggaran mengenai kekayaan

b.      Kejahatan dan pelanggaran mengenai nyawa dan tubuh

c.       Kejahatan dan pelanggaran mengenai kehormatan orang

d.      Kejahatan dan pelanggaran mengenai kesopanan

e.       Kejahatan dan pelanggaran mengenai membahayakan keadaan

f.        Kejahatn dan pelanggaran menganai kedudukan Negara

g.       Kejahatan dan pelanggaran mengenai tindakan alat-alat Negara.

2.      Menurut Lombrossi pelaku kejahatan terbagi kepada:

a.       Penjahat sejak lahir

b.      Penjahat sakit gila


c.       Penjahat karena nafsu kelamin

d.      Penjahat karena kesempatan:

1)      Penjahat sejati

2)      Penjahat karena kebiasaan

3.      Menurut Gruhle pelaku kejahatan terbagi juga kepada:

a.       Petindak karena kecenderungan :

a)      aktif melakukan

b)      pasif

b.      Petindak karena kelemahan

c.       Petindak karena nafsu

d.      Petindak karena kehormatan

4.      Perihal Pelaku kejahatan, Garofalo membaginya kepada:

a.       Pembunuh

b.      Petindak agresif

c.       Petindak karena kurang jujur

d.      Petindak karena nafsu

5.      Seelig melihat kejahatan dari motifnya dan membaginya kepada:

a.       Penjahat karena enggan bekerja

b.      Penjahat kekayaan uang

c.       Penjahat agresif

d.      Penjahat nafsu seksual

e.       Penjahat karena krisis

f.        Penjahat yang bereaksi primitif


g.       Penjahat karena keyakinan

h.       Penjahat karena kurang disiplin

i.         Penjahat bentuk campuran

Menurut caranya dilakukan, kejahatan dapat dikelompokan ke dalam :

1.      Menggunakan alat bantu.

2.      Tanpa menggunakan alat bantu, hanya dengan kekuatan fisik belaka, bujuk rayu dan tipu
daya.

3.      Residivis yaitu penjahat yang berulang-ulang keluar masuk penjara.

4.      Penjahat berdarah dingin, yang melakukan tindak kejahatan dengan pertimbangan dan
persiapan yang matang

5.      Penjahat   kesempatan   atau   situasional   yang melakukan   kejahatan   dengan   


mengunakan kesempatan-kesempatan

6.      Penjahat karena dorongan impuls-impuls yang timbul seketika

7.      Penjahat kebetulan misalnya karena lupa diri tidak disengaja, lalai, ceroboh, acuh tak acuh,
sembrono, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Simandjutak, B., 1981, Pengantar Kriminologi Patalogi Sosial, Bandung : Tarsito

Bahan kuliah Peksos Koreksional Angkatan 2005

You might also like