Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The goal of this water safety training is to give basic skill and know-
ledge about water safety for 25 members of lifeguard in Special Province of
Jogjakarta.
The method that was used for this training were workshop, discuss-
ion, simulation, training in water, and evaluation test method. Evaluation
with direct observation consists of attention, willingness, enthusiasm to the
matery who was given by society servants team (PPM), and post test for the
last. Then, evaluation in the pool with several activities that were helping
drawning victims by equipment and no equipment, giving mouth to mouth
breath, cardiopolmunory respiration, bouancy test, diving test, and swimm-
ing rescue. This training followed by 25 Jogjakarta’s lifeguards and they
were 2 from Sleman, 2 from Bantul, 8 from Jogja city, 6 from Gunungkidul
and 5 FIK’s students.
The result of discusion are (1) there are many swimming pool that
don’t have rescue equipment like lifejacket, rope, stick, and wheel. (2) there
is less knowledge about rescue swimming technique for the lifeguard in
Jogjakarta., (3) there are many swimming pool which have no life guard, (4)
we have high rate entusiasm of participant, and (5) we also have good
management in swimming pool.
121
122
Pelatihan Dasar-dasar Keamanan Air bagi Pengawas Kolam Renang (Lifeguard) Se-DIY
124
turan di kepala dan leher yang akan diharapkan menempatkan diri pada
menambah fatal. Anak sangat suka pos penyelamat di area kolam re-
air, dengan badan yang kecil, bak nang yang disediakan dalam bentuk
mandi pun dapat menjadi tempat kursi tinggi agar mudah peman-
berbahaya bagi mereka. Jika dirunut tauan. Keberadaan jumlah kursi
dari awal, kematian akibat tengge- tinggi wajib dimiliki kolam renang
lam dikarenakan lemahnya peng- sebagai salah satu syarat operasional
awasan selama berada di kolam kolam renang. Jumlah kursi tinggi
renang. disesuaikan dengan lebar/luas kolam
Aktivitas renang membawa renang. Selain itu pengawas juga ha-
konskuensi terjadinya kecelakaan di rus berada di dalam tempat peman-
kolam renang dan tenggelam me- tauan dan dilarang untuk mening-
rupakan risiko terbesar. Menganti- galkan tempat kecuali ada lebih dari
sipasi keadaan bahaya dalam akti- satu penjaga. Pihak kolam renang
vitas renang merupakan tindakan seharusnya juga merencanakan sis-
preventif yang perlu disiapkan oleh tem manajemen perekrutan peng-
siapa saja yang akan melakukan awas kolam dan dengan biaya yang
aktivitas renang. Tindakan pence- mencukupi.
gahan dilakukan untuk meminima- Kedua, setiap kolam renang
lisir kemungkinan risiko yang lebih harus memiliki alat fasilitas per-
parah yaitu kematian. Beberapa ka- tolongan yang memadai dan berada
sus menggambarkan kejadian pada tempat strategis untuk me-
tenggelam akibat pengawasan yang lakukan pertolongan. Alat fasilitas
lemah, fasilitas yang kurang me- tersebut antara lain: pelampung, pe-
madai, dan yang paling penting ka- lampung/ban yang diikat tali, tali/
rena kegagalan dalam penanganan tambang plastik, tongkat dari kayu
kasus darurat dalam kecelakaan di atau alumunium. Alat pertolongan
dalam air. Salah satu cara untuk tersebut diletakkan di tempat kursi
mengurangi risiko kecelakaan dalam life guard dengan maksud untuk
berenang adalah membekali diri memudahkan pertolongan bila ter-
dengan keterampilan berenang. jadi kecelakaan di kolam renang.
Menurut Spengler (2001: 12), Ruang darurat juga diperlukan untuk
manajemen risiko patut diterapkan menampung korban beserta dipan,
dan dikembangkan dan merupakan selimut dan ketersediaan obat-obat-
salah satu langkah preventif dalam an untuk pertolongan pertama.
aktivitas akuatik. Langkah-langkah Ketiga, setiap kolam renang
tersebut antara lain: Pertama, me- harus terdapat sistem prosedur ko-
miliki jumlah life guard (pengawas munikasi bila terjadi keadaan daru-
kolam) sesuai dengan lebar/luas rat. Dalam hal ini peran karyawan
kolam renang dan jumlah rata-rata kolam renang (bukan life guard)
pengunjung setiap hari. pengawas harus dilatih untuk menangani si-
tuasi darurat dengan cepat. Kemana hampir tenggelam pada anak adalah
dan bagaimana melakukan komuni- tidak ada pengalaman/ketidakmam-
kasi mengatasi situasi darurat seperti puan berenang, bernapas terlalu
ini. Sehingga sarana komunikasi dalam sebelum tenggelam, penderita
yaitu telepon harus tersedia dengan epilepsi, pengguna obat-obatan dan
tempat yang mudah dijangkau. alkohol, serta kecelakaan perahu
Sesuai catatan Committee on mesin dan perahu dayung.
injury, violence and poison preven- Sebagai contoh dari Palmer
tion, American Academy of Pedia- (2005: 64), data yang dikumpulkan
trics, di negara maju seperti Ame- dari American Foundation for
rika Serikat, 15% dari anak sekolah Aquatic Injury Prevention sepanjang
mempunyai risiko meninggal akibat tahun 2005, menyebutkan bahwa
tenggelam dalam air. Ini dihubung- 70% korban tenggelam kemudian
kan dengan perubahan musim. Pada meninggal karena tidak adanya pe-
musim panas anak-anak lebih ter- ngawasan (life guard) dan waktu
tarik bermain di kolam renang, tenggelam yang melebihi 5 menit.
danau, sungai, dan laut karena me- Sedangkan 90 – 95% korban teng-
reka menganggap bermain air sama gelam di hampir semua kolam re-
dengan santai sehingga mereka lupa nang, secara umum karena tidak
terhadap tindakan pengamanan. adanya pengawas kolam (life
Di Indonesia, kita tidak ba- guard). Berdasarkan tempat, 70 %
nyak mendengar berita tentang anak korban tenggelam terjadi di kolam
yang mengalami kecelakaan di ko- renang umum, dan 20-25% korban
lam renang sesuai dengan keadaan tenggelam terjadi di kolam renang
sosial ekonomi negara kita. Tetapi, pribadi (private pool). Dengan ada-
mengingat keadaan Indonesia yang nya keberadaan pengawas kolam
dikelilingi air, baik lautan, maupun renang (life guard), mampu mene-
sungai, tidak mustahil jika banyak kan angka kematian karena teng-
terjadi kecelakaan dalam air seperti gelam sampai tinggal menjadi 40%
hanyut dan terbenam yang belum pada tahun berikutnya.
diberitahukan dan ditanggulangi de- Keberadaan life guard, sudah
ngan baik. menjadi keharusan bagi setiap ko-
Kejadian hampir tenggelam lam renang di manapun berada.
(near drowning), 40% terjadi pada Namun ironis, beberapa kolam re-
sebagian besar anak laki-laki untuk nang di Indonesia belum memiliki
semua kelompok usia dan umumnya jumlah life guard profesional yang
terjadi karena kurang atau tidak semestinya selalu berada di kolam
adanya pengawasan orangtua dan renang dengan tugas utama menjadi
orang yang lebih dewasa (Hutchison pengawas, penolong, dan mampu
JS, 1997: 232-9). Beberapa faktor menciptakan rasa aman dan nyaman.
lainnya yang menyebabkan kejadian Selain itu belum ada agenda rutin
Pelatihan Dasar-dasar Keamanan Air bagi Pengawas Kolam Renang (Lifeguard) Se-DIY
126
dari pengurus cabang olahraga atau (2) Pada pelipis, (3) Pada dagu, (4)
dari lembaga terkait untuk memberi- Pada dada.
kan pelatihan keterampilan secara
kontinyu bagi life guard. Secara luas 1) Pegangan pada rambut
peran life guard dapat di perlukan Pegangan pada rambut, di-
bukan hanya di kolam rennag saja, lakukan dengan satu tangan, apabila
tetapi berlaku juga di pantai, laut, pegangan dilakukan dengan tangan
danau, sungai, dan lain sebagainya. kiri, maka si penolong berada di
Di Indonesia jumlah life guard ma- sebelah kiri korban. Dan membawa-
sih sangat minim, kebanyakan me- nya ke tepi kolam dengan meng-
reka berasal dari tim Search and gunakan gaya dada atau gaya bebas
Rescue (SAR), dan marinir AL. menyamping. Usahakan posisi kor-
Life guard juga bukan satu- ban tubuhnya terlentang, sehingga
satunya faktor keselamatan di kolam mulut dan hidungnya tetap berada di
renang. Faktor lain yang tidak kalah atas permukaan air, pegangan pada
pentingnya antara lain, lengkapnya rambut sangat sulit dilakukan ke-
sarana prasarana pertolongan di air cuali keadaan korban pingsan. Alat
seperti pelampung, kursi duduk keadaan korban sangat sulit untuk
yang tinggi dan berada di sekeliling dibawa ke pinggir.
kolam renang, tali, dan ruang per-
tolongan yang nyaman. Juga diper- 2) Pegangan pada pelipis
lukan kamera yang berada di sekitar Pegangan pada pelipis, di-
kolam renang maupun di dalam ko- lakukan dengan pegangan dua ta-
lam renang untuk memantau pere- ngan, apabila sudah berada di be-
nang. Keberadaan lingkungan yang lakang korban, segera pegang pe-
bersih dan sehat, juga merupakan lipisnya dengan dua tangan, kemudi-
faktor penting dalan menghindari an membawanya ke tepi kolam de-
kemungkinan tenggelam. ngan menggunakan gaya dada da-
lam posisi terlentang. Usahakan mu-
b. Cara Memegang dan Mem- lut dan hidung korban selalu berada
bawa Korban di atas permukaan air. Cara meno-
Setidaknya ada tindakan pre- long dengan pegangan pada pelipis
ventif apabila terjadi kecelakan di korban lebih efisien dan efektif dari
air seperti tenggelam misalnya. Me- pada pegangan pada rambut.
nurut Subagyo (2007: 52) terdapat
beberapa sikap renang dari penolong 3) Pegangan pada dagu
yang selalu disesuaikan dengan cara Pegangan pada dagu, dilaku-
memegang korban. Cara memegang kan dengan dua tangan apabila po-
korban pada saat menolong ada 4 sisi badan sudah berada di belakang
macam antara lain: (1) Pada rambut, korban, maka usahakan tubunya
menjadi terlentang, kemudian ta-
ngan memegang dagu korban dan para siswa. Dalam materi terdahulu
segera dibawa ke tepi kolam dengan telah diuraikan cara-cara menolong
gerakan gaya dada terlentang. Cara korban saat belajar dan mengajar re-
menolong korban dengan pegangan nang, namun cara-cara tersebut di-
pada dagu keuntungannya sama de- ucapkan mudah tetapi dalam ke-
ngan seperti pada pegangan pelipis. nyataannya sulit dilakukan. Oleh ka-
rena itu, cara menolong yang akan
4) Pegangan pada dada dikupas dalam uraian ini akan lebih
Pegangan pada dada, dilaku- efisien dan efektif karena memper-
kan dengan cara merangkul dada gunakan alat bantu. Alat bantu yang
korban dengan satu tangan. Apabila dipergunakan ada 4 macam, yaitu:
merangkul tangan kiri maka posisi (1) Tongkat, (2) Tambang Plastik,
tubuh Anda berada di sebelah kiri (3) Ban, (4) Pelampung.
korban, kemudian bergerak mebawa
korban ke tepi kolam dengan gerak- 1) Tongkat
an gaya dada menyamping, cara Alat bantu yang pertama yang
menolong ini kurang efisien karena harus selalu ada di samping anda
banyak menghabiskan tenaga dan saat mengajar renang adalah sebuah
sangat sulit jika korbannya tidak tongkat yang panjangnya 1 meter
tenang. dan garis tengahnya 2 cm. Cara
penggunannya apabila ada peristiwa
c. Cara Menolong yang Efisien mendadak dan siswa membutuhkan
dan Efektif pertolongan, dimana posisinya de-
Dalam pendidikan renang kat. Maka Anda tinggal menyodor-
terjadi perubahan-perubahan baru kan tongkat tersebut supaya di-
dalam penggunaan media belajar. pegang, Anda tidak usah cape-cape
Hal ini muncul berkat sumbangan terjun dan membawa korban di
ilmu pengetahuan renang yang se- dalam kolam.
makin maju. Kalau Anda sebagai
calon guru renang yang tidak mau 2) Tambang Plastik
ditinggalkan oleh derap kemajuan, Alat bantu yang kedua adalah
maka mau tidak mau harus pro- tambang plastik, yang panjangnya
fesional dalam berinisiatif dan ber- lima meter dan besarnya sedang, di-
kreasi. Berusaha keras untuk mem- gulung dan diikat dengan karet ge-
berikan jawaban positif terhadap lang, dikaitkan pada celana renang.
perubahan baru berdasarkan ilmu Cara penggunaannya apabila saat
pengetahuan. Salah satu diantara mengajar ada siswa yang mem-
jawaban positif dalam proses belajar butuhkan pertolongan, segera tam-
mengajar renang adalah memberi- bang tersebut dibuka dan dilempar-
kan perlakuan dan pelayanan hidup kan kepada korban, ujung tambang
dalam bahaya tenggelam kepada dipegang oleh Anda, apabila korban
Pelatihan Dasar-dasar Keamanan Air bagi Pengawas Kolam Renang (Lifeguard) Se-DIY
128
Pelatihan Dasar-dasar Keamanan Air bagi Pengawas Kolam Renang (Lifeguard) Se-DIY
130
Pelatihan Dasar-dasar Keamanan Air bagi Pengawas Kolam Renang (Lifeguard) Se-DIY
132
Pelatihan Dasar-dasar Keamanan Air bagi Pengawas Kolam Renang (Lifeguard) Se-DIY
134
Hicks-Hughes D, Langendorfer S.
1986. Aquatics for the Young
Child: a survey of Selected
Program. Natl Aquatics J, 12-
17.