You are on page 1of 6

Sahabats…

Perniagaan, atau perdagangan yang dalam bahasa Al-Qurannya tijaroh adalah suatu
bentuk kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar kita untuk menjemput rizki karunia
Allah, Ar-Raazak.

Al-Quran menyinggung tentang Tijaroh ini dalam beberapa ayatnya.

Perniagaan Haqiqi

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih?

(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,”
(TQS.61:10-11)

Keutamaan Perniagaan yang Diniatkan Untuk Mensyukuri Nikmat Allah SWT.

Untuk mengejewantahkan Perniagaan Hakiki tersebut, Allah SWT memberi tuntunan


untuk ketika kita memutuskan memilih berniaga di dunia ini.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.” (TQS.4:29)

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di
Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang
ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk
orang-orang yang sesat.” (TQS.2:198)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari
Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli/perniagaan. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.Apabila
telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.Dan apabila mereka
melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka
tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah: ‘Apa yang di sisi Allah
adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan’, dan Allah Sebaik-baik Pemberi
rezeki.” (TQS.62:9-11)

Rasulullah juga bersabda:

“Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti
shalat, puasa, dll).” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional
atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia
serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.” (HR. Ahmad)

“Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua
tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah.” (HR. Ahmad)

“Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yang tidak bisa dihapus (ditebus) dengan
pahala shalat, sedekah atau haji namun hanya dapat ditebus dengan kesusah-payahan
dalam mencari nafkah.” (HR. Ath-Thabrani)

“Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam
mencari rezeki yang halal.” (HR. Ad-Dailami)

“Seorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar
lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi
kebutuhan dan nafkah dirinya maka itu lebih baik dari seorang yang meminta-minta
kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak.” (Mutafaq’alaih/ HR
Bukhari & Muslim)

“Tiada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangan sendiri.” (HR. Bukhari)

“Apabila dibukakan bagi seseorang pintu rezeki maka hendaklah dia melestarikannya.”
(HR. Al-Baihaqi)

Keterangan:

Yakni senantiasa bersungguh-sungguh dan konsentrasi di bidang usaha tersebut, serta


jangan suka berpindah-pindah ke pintu-pintu rezeki lain atau berpindah-pindah usaha
karena di khawatirkan pintu rezeki yang sudah jelas dibukakan tersebut menjadi hilang
dari genggaman karena kesibukkan nya mengurus usaha yang lain. Seandainya memang
mampu maka hal tersebut tidak mengapa.

“Seusai shalat fajar (subuh) janganlah kamu tidur sehingga melalaikan kamu untuk
mencari rezeki.” (HR. Ath-Thabrani)
“Bangunlah pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhan-kebutuhanmu. Sesungguhnya
pada pagi hari terdapat barokah dan keberuntungan.” (HR. Ath-Thabrani dan Al-
Bazzar)
“Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi hari mereka (bangun fajar).” (HR.
Ahmad)
“Barangsiapa menghidupkan lahan mati maka lahan itu untuk dia.” (HR. Abu Dawud
dan Aththusi)

Keterangan:

Hal tersebut khusus untuk lahan atau tanah kosong yang tidak ada pemiliknya. Jika lahan
atau tanah kosong tersebut ada pemiliknya maka tidak boleh diambil dengan jalan yang
bathil.

“Carilah rezeki di perut bumi.” (HR. Abu Ya’la)


“Pengangguran menyebabkan hati keras (keji dan membeku).” (HR. Asysyihaab)
“Allah memberi rezeki kepada hambaNya sesuai dengan kegiatan dan kemauan
kerasnya serta ambisinya.” (HR. Aththusi)
“Mata pencaharian paling afdhol adalah berjualan dengan penuh kebajikan dan dari
hasil keterampilan tangan.” (HR. Al-Bazzar dan Ahmad)

Etika Dalam Perniagaan

“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca


(keadilan).Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca
itu.Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu.” (TQS.55:7-9)

“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar
kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati
pun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan
Allah kepadamu agar kamu ingat,” (TQS.6:152)

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (TQS.17:35)
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan;
dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia
pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan; dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat
yang dahulu.” (TQS.26:181-184)

Dalam hal kejujuran dalam perniagaan, Rasulullah saw. bersabda:

“Sebaik-baik mata pencaharian ialah hasil keterampilan tangan seorang buruh apabila
dia jujur (ikhlas).” (HR. Ahmad)
“Sesungguhnya Ruhul Qudus membisikkan dalam benakku bahwa jiwa tidak akan wafat
sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itu hendaklah kamu bertakwa kepada
Allah dan memperbaiki mata pencaharianmu. Apabila datangnya rezeki itu terlambat,
janganlah kamu memburunya dengan jalan bermaksiat kepada Allah karena apa yang
ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada-Nya.” (HR. Abu Zar dan Al
Hakim)

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,dan apabila mereka menakar
atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (TQS.83:1-3)

Hutang Piutang

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis
itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka
hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang
saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika
seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika
muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada
dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual
beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (TQS.2:282)

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanahnya
(utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu
(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (TQS.2:283)

“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.” (TQS.2:280)

Persoalan Riba

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”(TQS.2:275)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan
peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.”
(TQS.3:130-131)

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang
yang beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”(TQS.2:276-279)

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
(TQS.30:39)

“dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.”
(TQS.4:161)

Sahabats…

Bila kita cermati ayat Al-Quran maupun Hadits Rasululah di atas, kita dapat
menyimpulkan beberapa hal:

a. Perniagaan adalah suatu bentuk interaksi sosial yang dihalalkan oleh Allah SWT, dan
sebaiknya ditujukan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah.

b. Perniagaan sebaiknya dilakukan atas dasar suka sama suka, tanpa paksaan.

c. Perniagaan, baik yang dilakukan secara tunai ataupun hutang piutang sebaiknya diatur
secara adil dan menguntungkan kedua belah pihak.

d. Terlepas dari semua jenis perniagaan secara lahiriah antar manusia, Allah juga
menawarkan suatu perniagaan yang akan menghasilkan keuntungan dunia dan akhirat
kepada kaum mukminin, yaitu kita beriman kepada Allahdan Rasul-Nya, dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.

Referensi:

1. Al-Quran

2. 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) – Dr. Muhammad Faiz Almath –
Gema Insani Press

You might also like