Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Kasus diare yang ditandai dengan tinja berbentuk cair atau setengah padat dengan konsistensi
cair dengan frekuensi berulang mengisyaratkan banyaknya kehilangan cairan tubuh yang dapat terjadi.
Dengan demikian, tatalaksana utama dalam kasus diare, khususnya diare akut adalah dengan
melakukan rehidrasi. Namun demikian, untuk diare akibat infeksi spesifik tertentu atau diare kronik
membutuhkan tatalaksana khusus.
Rehidrasi
Rehidrasi pada umumnya sudah mencukupi pasien yang mengalami diare akut. Lebih lanjut
lagi, kasus yang ringan bahkan hanya membutuhkan konsumsi air, sari buah, dengan biskuit asin
(salted crackers) sebagai pencegahan terjadinya dehidrasi.1 Untuk kasus yang lebih berat, dibutuhkan
terapi rehidrasi oral khusus. Apabila kehilangan cairan semakin banyak, pilihan terapi rehidrasi
menggunakan cairan intravena menjadi pilihan2 Pilihan rehidrasi akan bergantung pada tingkat
dehidrasi. Tingkat dehidrasi terbagi menjadi 3, yakni dehidrasi ringan, sedang, dan berat.3
Menurut World Health Organization (WHO)2, terapi menggunakan rehidrasi oral meliputi air
yang ke dalamnya ditambahkan 2,6 gram NaCl; 2,5 gram NaHCO 3 (atau 2,9 gram Na-sitrat); 1,5 gram
KCl; dan 13,5 gram glukosa (atau 27 gram sukrosa).
2. Metode Pierce berdasarkan status klinis derajat dehidrasi penderita. Metode ini menjabarkan
bahwa:
a. Dehidrasi ringan membutuhkan cairan rehidrasi sebanyak 5% dari berat badan;
b. Dehidrasi sedang membutuhkan cairan rehidrasi sebanyak 8% dari berat badna;
c. dan Dehidrasi berat membutuhkan cairan rehidrasi sebanyak 10% dari berat badan.
3. Metode Daldiyono, yang mana metode ini menggunakan skor penilaian klinis. Dari seluruh
definisi skor, nilai dijumlah untuk dikonversi ke dalam rumus kebutuhan cairan. Skor yang
kurang dari 3 mengindikasikan hanya dibutuhkan cairan oral, sementar skor yang lebih dari 3
membutuhkan pemberian cairan intravena.
Setelah menentukan jumlah cairan rehidrasi ynag dibutuhkan, pemberian cairan harus
dilakukan menggunakan beberapa tahap. Tahap awal merupakan tahap rehidrasi inisial, di mana
jumlah cairan rehidrasi ynag dibutuhkan langsung diberikan agar terapi rehidrasi optimal tercapai.
Satu jam berikutnya, pemberian cairan ditentukan berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam
pemberian cairan rehidrasi tahap awal. Jam berikutnya pemberian cairan dilakukan berdasrkan
kehilangan cairan melalui tinja maupun insensible water loss.2
Medikasi
Selain pemberian cairan rehidrasi, tatalaksana diare lainnya adalah dengan menggunakan
obat-obat antidiare. Walaupun demikian, obat-obatan seperti ini sebaiknya dihindari untuk pasien
dengan diare berdarah, demam, serta toksisitas sistemik karena dapat menyebabkan eksaserbasi
penyakit.4 Selain daripada diare akut, diare kronik akibat irritable bowel syndrome (IBS) dan
inflammatory bowel disease (IBD) dapat juga efektif terhadap pengobatan ini.
Obat dengan golongan agonis opioid berefek terhadap konstipasi melalui inhibisi serabut
saraf presinaps kolinergik di pleksus submukosa dan mienterik sehingga meningkatkan waktu transit
di usus dan penyerapan air di kolon. Obat ini juga mengurangi pergerakan di kolon dan menghambat
refleks gastrokolik. Obat yang termasuk contoh dari golongan ini dalah loperamid dan difenoksilat.
Penggunaan atropin sebagai obat antikolinergik dapat pula memiliki efek antidiare.
Kaolin merupakan magnesium aluminium silikat yang terhidrasi (attapulgite) serta pektin
(serat tak tercerna yang banyak ditemukan di buah apel) bermanfaat sebagai penyerap cairan dan
racun bakteri sehingga mengurangi likuiditas dan jumlah tinja yang bermanfaat untuk diare akut
Diare akut yang sangat sering diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme tentunya
membutuhkan eradikasi mikroorganisme melalui pemberian antibiotik. Namun demikian perlu
dipertimbangkan tentang faktor virulensi dari bakteri yang terlibat. Banyak infeksi akibat bakteri
maupun virus yang non-invasif menimbulkan self limited disease dan tidak membutuhkan antibiotik.
Infeksi yang invasif seperti traveller’s diarrhea atau infeksi pada penderita yang imunosupresif cukup
efektif diberikan antibiotik golongan kuinolon (sebagai contoh: siprofloksasin). Golongan kuinolon
biasanya efektif terhadap patogen invasif seperti Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, serta
Aeromonas (banyak kuman gram-negatif)2 Antibiotik golongan ini menghambat kerja enzim DNA
girase (DNA girase berguna untuk menimbulkan negative supercoiling = mencegah puntiran
berlebihan saat memisahkan struktur DNA double-helix). Siprofloksasin dan ofloksasin juga efektif
untuk penangangan demam tifoid.6
Infeksi parasit seperti giardiasis efektif apabila ditangani dengan obat antiparasit seperti
metronidazol. Obat lain yang dapat digunakan adalah tinidazol. Infeksi akibat clostridium difficile
juga diterapi menggunakan metronidazol.
Walaupun antibiotik diberikan untuk pengobatan infeksi, namun demikian antibiotik dapat
pula diberikan sebagai profilaksis khususnya bagi orang-orang yang merencanakan untuk berpergian
ke negara-negara dengan tingkat infeksi yang tinggi.5 Profilaktik dapat menggunakan siprofloksasin
yang dapat memberikan perlindngan mencapai 90%.2
Pencegahan
Oleh karena diare (khususnya diare akut) hampir seluruhnya disebabkan oleh infeksi, prinsip
dasar dalam pencegahan diare adalah dengan menutup serapat mungkin kemungkinan infeksi dari
mikroorganisme.
1. Makanan sebagai salah satu sumber infeksi merupakan hal yang dapat dijaga. Masaklah
makanan dengan baik sampai suhu yang disarankan.
2. Sebelum mengonsumsi buah dan sayuran, cucilah buah dan sayur di air bersih agar
menanggalkan semua kemungkinan mikroorganisme.
3. Dalam hal mengonsumsi susu, proses pasteurisasi merupakan proses yang menjadikan susu
bebas dari bakteri. Oleh karena itu mengonsumsi susu takterpasteurisasi sebaiiknya dihindari.
4. Saat berpergian ke negara lain, terutama negara yang dilaporkan menjadi sumber infeksi,
pastikan untuk tidak mengonsumsi makanan dari tempat yang tidak terjamin kehigienisannya
(misal: penajaja di pinggir jalan). Janganlah meminum air keran secara langsung atau es batu
yang terbuat dari air yang tidak bersih.
Selain daripada diare akibat infeksi, diare osmotik akibat pencernaan makanan yang kurang sempurna
dapat pula dihindari. Sebagai contoh, apabila seseorang telah mengetahui bahwa dirinya mengalami
intoleransi laktosa, konsumsi susu merupakan hal yang dapat dihindari untuk mencegah terjadinya
diare.