You are on page 1of 5

PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT

Pendahuluan

Dewasa ini lahan gambut merupakan lahan alternatif yang digunakan sebagai media untuk
melakukan aktivitas di bidang pertanian. Mengingat lahan pertanian yang biasa digunakan
jumlahnya semakin sempit seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.
Lahan gambut adalah lahan yang terbentuk dari proses dekomposisi tanaman atau serasah
organik secara anaerobik(Ernawati Nur Khusnul Chotimah : 2002). Gambut adalah tanah yang
mengandung bahan organik lebih dari 30 %, sedangkan lahan gambut adalah lahan yang
ketebalan gambutnya lebih dari 50 cm. Lahan yang ketebalan gambutnya kurang dari 50 cm
disebut lahan bergambut.Di Indonesia terdapat sekitar 26 juta lahan gambut yang tersebar di luar
pulau jawa dengan rincian sebagai berikut
Pulau Sumatera sebanyak 8,9 juta Ha
Pulau kalimantan sebanyak 6,3 juta Ha
Pulau Irian sebanyak 10,9 juta Ha
Melihat besarnya jumlah lahan gambut yang kita miliki, maka seyogyanya prospek
pengembangan pertanian pada lahan gambut cukup besar. Namun permasalahannya untuk
mengembangkan lahan gambut menjadi lahan yang produktif tidaklah segampang yang kita
pikirkan. Banyak sekali kendala-kendala yang akan dihadapi ketika kita akan mengembangkan
lahan tersebut.
Pengembangan pertanian pada lahan gambut menghadapi banyak kendala yang berkaitan
dengan sifat tanah gambut. Menurut Soepardi (1979) dalam Mawardi et al, (2001), secara umum
sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik yang merupakan suatu hasil
akumulasi sisa-sisa tanaman. Asam organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi tersebut
merupakan bahan yang bersifat toksid bagi tanaman, sehingga mengganggu proses metabolisme
tanaman yang akan berakibat langsung terhadap produktifitasnya. Sementara itu secara fisik
tanah gambut bersifat lebih berpori dibandingkan tanah mineral sehingga hal ini akan
mengakibatkan cepatnya pergerakan air pada gambut yang belum terdekomposisi dengan
sempurna sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman sangat terbatas.
Lahan gambut umumnya memilki pH yang rendah, sehingga apabila kita ingin
melakukan budidaya di bidang pertanian pada lahan gambut maka kita perlu menaikkan pH
tanah tersebut sehingga pHnya sesuai untuk syarat hidup suatu tanaman yaitu dengan cara
malakukan pengapuran
Selain itu lahan gambut merupakan penyangga ekologi terutama sebagai kawasan resapan
air karena kemampuannya yang menyerupai spon. Dengan kemampuan yang ia miliki lahan
gambut berfungsi mengatur air di dalam dan permukaan tanah dengan cara menyerap air yang
berlebih pada saat musim penguhujan kemudian menampungnya dan melepaskannya pada saat
lahan di sekitar kekurangan air secara perlahan dan kontinyu. Hal ini tentunya akan
menyebabkan air akan tetap mengalir secara konsisten dan menjaga terjadinya banjir.
Mengingat karakteristik yang dimiliki oleh lahan gambut, maka tentunya dalam
memanfaatkan lahan gambut kita harus ekstra hati-hati dan harus mengetahui bagaimana cara
pemanfaatan yang baik agar tingkat kerusakannya dapat diminimalisasikan ketika kita
melakukan aktivitas pertanian pada lahan gambut.
Pengembangan Lahan Gambut
Sejauh ini lahan gambut dimanfatkan sebagai kawasan transmigrasi.Pengembangan lahan
gambut untuk budidaya pertanian sampai saat ini belum menampakkan hasil yang
signifikan.Berikut adalah data permukiman transmigrasi pada lahan gambut :

sumber :www.menkokesra.com
Mungkin masih terngiang di benak kita mengenai kegagalan pengembangan lahan gambut 1 juta
hektar di Pulau Kalimantan.Sebenarnya apabila dalam pengembanggannya kita memperhatikan
tingkat kerusakan serta karakteristik yang dimiliki lahan gambut maka hal tersebut tidak perlu
terjadi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, lahan gambut dapat dimanfaatkan sebagai lahan
pengembangan tanaman hortikultura dan tanaman industri seperti padi,nanas,kelapa sawit,dll.
(Ernawati Nur Khusnul Chotimah,Huston : 2002).Namun dengan catatan konservasi tetap
dilaksanakan agar tingkat kerusakan lahan dapat ditekan.
Apabila kita mampu mengembangkan lahan gambut sebagai lahan yang produktif secara
berkesinambungan, maka itu adalah suatu prestasi yang luar biasa. Dan ini tentunya akan
memberikan suatu dorongan bagi kita untuk semakin mengembangkan pertanian yang mampu
memberikan devisa bagi negara.
Konservasi Lahan Gambut
Konservasi adalah suatu cara yang digunakan untuk menggunakan Sumber Daya Alam dengan
cara berkesinambungan dalam jangka yang tidak terbatas .Artinya dalam memanfaatkan lahan
gambut kita harus melakukannya secara berkesinambungan.
Dalam melakukan pembukaan lahan gambut, kebanyakan para petani melakukan aktivitas
pembakaran untuk menghilangkan gulma ataupun vegetasi yang menutupi lahan tersebut. Hal ini
tentunya akan sangat membahayakan bagi kita. Perlu diketahui bahwasannya gambut
mengandung 20 – 35 % dari semua carbon yang ada di bumi. Dan apabila dilakukan pembakaran
maka karbon akan terlepas ke udara, sehingga akan menghasilkan emisi gas karbon yang dapat
menghasilkan efek rumah kaca. Berarti aktivitas pembakaran lahan gambut ini akan mendukung
terjadinya pemanasan global yang kerugiannya sangat besar sekali bagi kelangsungan makhluk
hidup.Pembukaan lahan gambut yang baik adalah pembukaan lahan tanpa aktivitas pembakaran.
Kalaupun terpaksa dilakukan pembakaran, maka harus diperhatikan dampaknya terhadap
kerusakan lingkungan. Untuk tanaman hortikultura, pembakaran seresah bisa dilakukan pada
tempat yang khusus dengan ukuran 3 X 4 m. Dasar tempat pembakaran diberi lapisan tanah
mineral/liat setebal 20 cm dan sekelilingnya dibuat saluran selebar 30 cm. Kedalaman saluran
disesuaikan dengan kedalaman air tanah dan ketinggian air dipertahankan 20 cm dari permukaan
tanah agar gambut tetap cukup basah. Ini dimaksudkan agar pada waktu pembakaran, api tidak
menyebar. .
Pembalakan lahan gambut biasanya dilakukan dengan cara menggali kanal-kanal untuk
mengeringkannya dan menyediakan akses-akses untuk pembalakan. Apabila dikeringkan maka
akan mengakibatkan turunnya permukaan air tanah dan menghilangkan air permukaan tanah.
Dan hal ini akan mengakibatkan sifat seperti spon yang dimilki oleh gambut akan
menghilang.Apabila sifat ini menghilang, maka lahan gambut tidak dapat berfungsi sebagai
penyangga ekologi terutama sebagai kawasan resapan air. Sehingga apabila terjadi hujan dalam
intensitas yang cukup besar maka kemungkinan terjadinya banjir akan sangat besar.
Oleh sebab itu, apabila kita hendak membuat saluran irigasi untuk drainase maka drainase yang
baik yaitu drainase yang tetap mempertahankan batas air kritis gambut, akan tetapi tetap tidak
mengakibatkan kerugian pada tanaman. Usahakan kondisi lahan yang tergenang oleh air dengan
mengadopsi tanaman sejenis hidrofilik seperti bayam dan kangkung.
Untuk menghindari penurunan permukaan tanah (subsidence) tanah gambut melalui oksidasi
biokimia, permukaan tanah harus dipertahankan agar tidak gundul. Beberapa vegetasi seperti
halnya rumput-rumputan atau leguminose dapat dibiarkan untuk tumbuh disekeliling tanaman
kecuali pada lubang tanam pokok seperti halnya pada perkebunan kelapa sawit dan kopi.
Beberapa jenis legume menjalar seperti Canavalia maritima dapat tumbuh dengan unsur hara
minimum dan menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap kemasaman.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan lahan gambut. Dalam pengelolahan
lahan gambut yang perlu dilakukan adalah memperhatikan ekosistem lahan gambut.Kita tidak
boleh membuka bagian yang disebut kubah gambut. Kubah gambut adalah tumpukan serasah
yang semakin bertambah
Tempat inilah merupakan tempat yang paling banyak melakukan penyerapan air. Mengingat
kubah gambut memiliki kedalaman di atas rata-rata, sehingga kapasitas kemampuan untuk
menyerap airnya lebih banyak. Lalu timbul pertanyaan bagian mana yang boleh dibuka?Ternyata
bagian yang boleh dibuka adalah bagian kaki kubahnya saja.
Kesalahan yang dilakukan pada proyek pengembangan lahan gambut 1 juta ha adalah memotong
kubah gambut sehingga kemampuannya yang menyerupai spon akan berkurang.Apabila bagian
kubah ini dibuka maka tentunya lahan pun akan menjadi rusak. Apabila lahan gambut sudah
rusak maka dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengembalikannya seperti semula.
Sebenarnya, jika hutan rawa gambut diperlakukan secara baik dan benar sesuai dengan
kemampuan/daya dukung lahan gambutnya, maka hasil yang diperoleh mampu memberikan
sesuatu yang menjanjikan. Pengembangan perkebunan (terutama perkebunan kelapa dan kelapa
sawit), serta hutan tanaman industri (hutan tanaman acacia) yang dapat dijumpai di beberapa
tempat di Pantai Timur Sumatera, khususnya di Jambi dan Riau, merupakan salah satu bukti
tentang keberhasilan dalam mengelola gambut Indonesia.
Pembelajaran yang diperoleh dari sini adalah bahwa pengelolaan lahan dilakukan dengan
memperhatikan ekosistem lahan gambut, kubah gambut sama sekali tidak boleh dibuka. Saluran
drainase pada lahan gambut harus diatur dengan sangat ketat agar mampu mempertahankan
muka air, termasuk muka air tanah yang sesuai dengan kebutuhan ruang perakaran tanaman

kaki kubah
kubah gambut
Berdasar sifat inheren bahan
gambut dan hasil pembelajaran dalam
pengelolaan lahan gambut, maka
pengembangan lahan gambut
Indonesia ke depan dituntut menerapkan beberapa kunci pokok pengelolaan yang meliputi aspek
legal yang mendukung pengelolaan lahan gambut; penataan ruang berdasarkan satuan sistem
hidrologi gambut sebagai wilayah fungsional ekosistem gambut; pengelolaan air; pendekatan
pengembagan berdasarkan karakteristik bahan tanah mineral di bawah lapisan gambut;
peningkatan stabilitas dan penurunan sifat toksik bahan gambut dan pengembangan tanaman
yang sesuai dengan karakteristik lahan
Secara umum ada 3 prinsip yang digunakan dalam pemanfaatan lahan gambut:
1. Pemanfaataan berkelanjutan
2. Pengawetan
3. Perlindungan
Daftar Pustaka
Ernawati Nur Chusnul Chotimah,Hastin.2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains
(PPS702) Program Pasca Sarjana / S3.IPB : Bogor
www.pffsea.com
www.menkokesra.go.id

You might also like