You are on page 1of 13

Tugas Individu

Dikumpulkan tanggal 03 November 2010

TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI ROSTOW DAN LEWIS


(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangunan Pertanian)

Disusun Oleh :

Priska Tandi Galla

150310080053

Agribisnis B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN

Model pertumbuhan Linear mendominasi perkembangan teori pembangunan sejak


pertama kali dikemukakan oleh Adam Smith yang mengalami puncak kejayaanya dengan
lahirnya teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Rostow.Teori-teori pembangunan yang
dikemukakan oleh Adam Smith,Karl Marx dan Rostow termasuk dalam model pertumbuhan
linear.
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang
berurutan,yaitu di mulai dari masa perburuan,masa beternak,masa bercocok
tanam,perdagangan dan tahap perindustrian. Menurut teori ini masyarakat bergerak dari
masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis Dalam hal ini Adam Smith
memandang pekerja sebagai input (masukan) bagi proses produksi.Dalam system ekonomi
kapitalis posisi tawar menawar (bargaining position) pekerja terhadap pengusaha relatif
sangat kecil dan konsekuensinya terjadi eksploitasi para pengusaha terhadap para pekerja.
Karl Marx membagi evolusi perkembangan masyarakat menjadi tiga dimulai dari
feodalisme,kapitalisme dan sosialisme.Seperti halnya pada masa feodal pada masa
kapitalisme ini para pengusaha merupakan pihak yang memiliki tingkat posisis tawar
tertinggi terhadap pihak lain terutama kaum buruh. Marx menyesuaikan asumsinya terhadap
cara pandang ekonomi klasik dengan memandang buruh sebagai salah satu input dalam
proses produksi.Artinya buruh tidak memiliki posisi tawar menawar terhadap para majikanya.
Kritik terhadap teori Marx terutama tertuju pada asumsi adanya nilai lebih dalam
suatu perekonomian.Kritik lain adalah adanya keharusan perubahan dari masyarakat kapital
menuju sosialis hanya dapat dilakukan dengan jalan revolusi yang dapat menimbulkan
banyak korban.
Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu Negara menjadi 5 tahap yaitu:
Tahap perekonomian tradisional,tahap prakondisi tinggal landas,tahap tinggal landas,tahap
menuju kedewasaan,tahap konsumsi masa tinggi.
Teori perubahan struktural menitik beratkan pembahasan pada mekanisme transformasi
ekonomi yang dialami oleh Negara sedang berkembang.yang semula lebih bersifat subsistem
dan menitik beratkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih

2
modern. Dua teori utama yang menggunakan pendekatan stuktural dikemukakan oleh Arthur
Lewis dengan teori migrasinya dan Hollis Chenery dengan teori transformasi strukturalnya
BAB II
PEMBAHASAN

1. Jelaskan posisi pertanian dalam Teori Pembangunan Ekonomi Rostow dan Lewis?
Apakah sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pertumbuhan yang
dijelaskan oleh Rostow dan Lewis?

2. Lengkapi penjelasan di atas (Soal no.1) dengan menggunakan contoh kasus di


Indonesia!

Teori Pembangunan Ekonomi Rostow

Teori pembangunan ekonomi ini muncul pada awalnya merupakan artikel yang
dimuat dalam Economic Journal (1956), selanjutnya dikembangkan dalam buku yang
berjudul The Stages of Economics, (1960). Teori pembangunan Rostow ini termasuk dalam
teori linier tahapan pertumbuhan ekonomi, yang memandang proses pembangunan sebagai
suatu tahap-tahap yang harus dialami oleh seluruh negara. Proses pembangunan sebagai suatu
urutan tahap-tahap yang harus dilalui oleh seluruh negara. Industrialisasi merupakan salah
satu kunci dari perkembangan.

Menurut Walt W. Rostow, pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat


tradisional menjadi suatu masyarakat modern merupakan proses yang multidimensi.
Pembangunan ekonomi bukan saja pada perubahan dalam struktur ekonomi, tetapi juga
dalam hal proses yang menyebabkan:
1) Perubahan reorientasi organisai ekonomi
2) Perubahan masyarakat,
3) Perubahan penanaman modal, dari penanam modal tidak produktif ke penanam modal
yang lebih produktif
4) Perubahan cara masyarakat dalam membentuk kedudukan seseorang dalam sistem
kekeluargaan menjadi ditentukan oleh kesanggupan melakukan pekerjaan,

3
5) Perubahan pandangan masyarakat yang pada mulanya berkeyakinan bahwa
kehidupan manusia ditentukan oleh alam.

Menurut Rostow, Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan:
1. Perubahan orientasi ekonomi, politik dan sosial yang pada mulanya berorientasi
kepada suatu daerah menjadi berorientasi keluar.
2. Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga yaitu
kesadaran untuk membina keluarga kecil
3. Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat dari melakukan investasi yang tidak
produktif menjadi investasi yang produktif
4. Perubahan sikap hidup dari adat istiadat yg kurang merangsang pembangunan
ekonomi misalnya kurang menghargai waktu kerja dan orang lain.

Rostow membedakan pembangunan ekonomi ke dalam 5 tahap. Dasar pembedaan


proses pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut adalah karakteristik perubahan
ekonomi,social,dan politik yang terjadi. Menurut Rostow,pembangunan ekonomi atau proses
transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat yang modern merupakan suatu
proses yang multi-demonsional. Pembangunan ekonomi bukan berarti perubahan struktur
ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan
meningkatnya peranan sektor industry saja. Disamping perubahan seperti itu,pembangunan
ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan antara lain:

• Perubahan orientasi organisasi ekonomi,politik,dan social yang pada mulanya


berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke luar.
• Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat,dari melakukan investasi yang
tidak produktif (menumpuk emas,membeli rumah,dan sebagainya) menjadi
investasi yang produktif.
• Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak yaitu dari
menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.
• Perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang meransang
pembangunan ekonomi (misalnya penghargaan terhadap waktu,penghargaan
terhadap prestasi seseorang dan sebaginya).

Adapun kelima tahapan pembanguna ekonomi tersebut yaitu:

4
 Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society):
• Fungsi Produksi terbatas, cara produksi masih primitif
• Tingkat produktifitas masyarakat rendah : untuk sector pertanian
• Struktur social hirarkis : mobilitas vertical masyarakat kecil ; kedudukan
masyarakat tidak berbeda dengan nenek moyang.
• Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah berada di tangan tuan
tanah.
 Tahap Prasyarat Tinggal Landas (The Preconditions for Take-Off)
Masa transisi masyarakat mempersiapkan untuk mencapai pertumbuhan atas
kekuatan sendiri (self sustained growth). Tahap ini memiliki 2 corak berbeda :
• Tahap Prasyarat Tinggal landas yang dialami negara Eropa, Asia, Timur
Tengah dan Afrika : perombakan terhadap masyarakat tradisional yang sudah
ada untuk mencapai tahap tersebut.
• Tahap Prasyarat Tinggal landas yang dialami negara born free (daerah
imigran) (Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru) : tanpa
harus merubah sistim masyarakat tradisional yang sudah ada.
 Tahap Tinggal Landas (The Take-Off)
Pertumbuhan ekonomi selalu terjadi, Kemajuan pesat dalam inovasi atau terbukanya
pasar-pasar baru. 3 ciri utama negara yg mencapai Tahap Tinggal Landas :
• Kenaikan investasi produktif dari 5% atau kurang menjadi 10% dari PNB
(Nett National Product).
• Berkembangnya satu atau beberapa sector industri pemimpin (leading sector)
dgn tingkat pertumbuhan tinggi
• Tercapainya suatu kerangka dasar politik, social dan kelembagaan yang bisa
menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi.

Faktor untuk menciptakan leading sector :


• Harus ada kemugkinan perluasan pasar bagi barang-barang yang diproduksi
yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang dengan cepat
• Dalam sector tersebut harus dikembangkan teknik produksi yang modern dan
kapasitas produksi harus bisa diperluas

5
• Harus tercipta tabungan dalam masyarakat dan para pengusaha harus
menanamkan kembali keuntungannya untuk membiayai pembangunan sector
pemimpin.
• Pembangunan dan transformasi teknologi sector pemimpin harus bisa
diciptakan kebutuhan akan adanya perluasan kapasitas dan modernisasi sector-
sektor lain.
 Tahap Menuju Kedewasaan (The Drive to Maturity)
Kondisi masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern di
hampir semua kegiatan produksi dan kekayaan alam. Sektor pemimpin baru akan
bermunculan menggantikan sektor pemimpin yang mengalami kemunduran.
Karakteristik non ekonomi tahap menuju kedewasaan :
• Struktur dan keahlian tenaga kerja berubah Kepandaian dan keahlian pekerja
bertambah tinggi. Sektor indusri bertambah penting peranannya Sektor
pertanian menurun peranannya.
• Sifat kepemimpinan dalam perusahaan. mengalami perubahan. Peranan
manajer professional semakin penting dan menggantikan kedudukan
pengusaha pemilik.
• Masyarakat bosan dengan keajaiban yang diciptakan industrialisasi sehingga
timbul kritik-kritik.

Negara yang mencapai tahap ini (WW Rostow) : Inggris (1850), USA (1900),
Jerman dan Perancis (1910), Swedia (1930) Jepang (1940) Rusia dan Kanada (1950).

 Tahap Konsumsi Tinggi (The Age of High Mass Consumption)


Perhatian masyarakat menekankan pada masalah konsumsi dan kesejahteraan
masyarakat bukan masalah produksi. 3 macam tujuan masyarakat yang ingin dicapai
pada tahap ini :
• Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan
berakibat penjajahan terhadap bangsa lain
• Menciptakan negara kesejahteraan (welfare state) (Negara Persemakmuran =
Comment Wealth) dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian
pendapatan yang telah merata melalui sistim pajak progresif (semakin banyak
semakin besa)

6
• Meningkatnya konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang,
pangan, papan) menjadi konsumsi terhadap barang tahan lama dan barang-barang
mewah.

Negara pertama mencapai tahap Kedewasaan : USA (th. 1920),Inggris (th.


1930),Jepang (th. 1950)Eropa Barat (th. 1950),Rusia (Pasca Stalin).

Rostow membagi sektor-sektor ekonomi dalam tiga sektor pertumbuhan:


a. Sektor primer (sektor pertanian)
b. Sektor Supplemen (sektor yang tumbuh sebagai pertumbuhan sektor primer seperti
pertambangan dan pengakutan.)
c. Sektor tarikan [sektor industri dan perumahan).

Teori Pembangunan Ekonomi Lewis

Model pembangunan dua sektor pertama kali dikembangkan oleh W.A. Lewis.
Menurut Lewis, terdapat dikotomi dalam masyarakat di negara-negara terbelakang yaitu
adanya dua sektor yang hidup berdampingan, sektor capital intensive (industri) dan
sektor labor intensive (pertanian). Pada prinsipnya, model pembangunan dua sektor ini
menititkberatkan pada mekanisme transformasi struktur ekonomi yang dialami oleh
negara-negara sedang berkembang (LDCs), yang semula lebih bersifat subsisten dan
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih
modern yang didominasi oleh sek-tor-sektor non primer, khususnya sektor industri dan jasa.
Berkenaan dengan hal ini, maka industrialisasi pertanian merupakan media transmisi yang
tepat bagi proses transformasi struktur ekonomi dari perekonomian subsisten ke
perekono-mian modern.
Dalam teorinya, Lewis (1954) mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada
dasarnya terbagi menjadi dua sektor:

 Sektor tradisional yaitu sektor pertanian subsisten yang surplus tenaga kerja, dan

 Sektor industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan


menjadi penampung transfer tenaga kerja dari sektor tradisional. Pada sektor
pertanian tradisional di perdesaan, karena pertumbuhan penduduknya tiggi, maka
terjadi kelebihan suplai (over supply) tenaga kerja yang dapat ditransfer ke sektor
7
industri. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa transfer tenaga kerja dari sektor
pertanian ke sektor industri terjadi tanpa mengakibatkan penurunan output sektor
pertanian. Hal ini berarti produk marginal tenaga kerja di sektor pertanian adalah
nol, dimana dengan berkurangnya tenaga kerja, maka output sektor pertanian tidak
akan berkurang. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka tingkat upah tenaga
kerja di sektor pertanian juga akan rendah. Pada sektor pertanian tradisional di
perdesaan, karena pertumbuhan penduduknya tiggi, maka terjadi kelebihan suplai
(over supply) tenaga kerja yang dapat ditransfer ke sektor industri.

Asumsi dasar teori ini adalah bahwa transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor industri terjadi tanpa mengakibatkan penurunan output sektor pertanian. Karena
persediaan tenaga kerja di sektor pertanian tidak terbatas, maka sektor industri dapat
berkembang dengan menarik tenaga kerja secara tidak terbatas dari sektor pertanian.
Tenaga kerja bersedia pindah ke sektor industri karena mereka dapat menerima upah yang
lebih tinggi dibandingkan dengan upah subsisten di sektor pertanian. Produktivitas
marginal tenaga kerja di sektor industri lebih tinggi dari upah yang mereka terima,
sehingga mengakibatkan terbentuknya surplus sektor industri. Surplus sektor industri
dari selisih upah ini diinvestasikan kembali seluruhnya dan tingkat upah di sektor industri
diasumsikan konstan serta jumlahnya ditetapkan melebihi tingkat rata-rata upah di
sektor pertanian. Oleh karena itu, laju dari proses transfer tenaga kerja tersebut ditentukan
oleh tingkat investasi dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor industri. Pada
tingkat upah sektor industri yang konstan, kurva penawaran tenaga kerja perdesaan dianggap
elastis sempurna. Sektor industri akan terus menyerap tenaga kerja dari sektor pertanian
sampai pada titik dimana tingkat upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja
sektor industri.
Berdasarkan teori-teori tersebut sangat jelas bahwa peranan pertanian sangat penting
sebagai fundamental pembangunan perekonomian suatu Negara. Negara maju ialah Negara
yang sudah memantabkan pertaniannya dan berkembang menjadi Negara industri. Tanpa
berbasiskan pertanian yang mantabh,maka mustahil suatu Negara menjadi maju dan bisa
beralih ke Negara industri.

8
Contoh Kasus

Dampak Pertanian Kelapa Sawit terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi


Pedesaan di Daerah Riau
Secara kuantitatif pelaksanaan pembangunan di daerah Riau telah mencapai hasil
yang cukup baik seperti yang terlihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi. Selama periode
2002-2007 pertumbuhan ekonomi Riau sebesar 8,40%, pertumbuhan yang tinggi ini ditopang
oleh sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan. Pada tahun 1996 sektor pertanian
sebagai tulang punggung ekonomi rakyat pedesaan Riau hanya mengalami pertumbuhan
sebesar 2 % sementara sektor industri melaju sebesar 14 persen. Namun pada tahun 2002
sektor pertanian sudah mulai membaik dengan angka pertumbuhan sebesar 6,06 persen,
sedangkan sektor industri 12,47 persen. Selama periode 2002-2007 perumbuhan sektor
pertanian cukup baik yaitu sebesar 6,79. Tingginya pertumbuhan sektor pertanian karena
ditunjang oleh tanaman perkebunan yang berorientasi ekspor seperti kelapa sawit, karet,
kelapa dan sebagainya (Almasdi Syahza, 2008).
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi pendapatan
yang adil dan merata, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini hanya dinikmati oleh
sekelompok kecil masyarakat, seperti masyarakat perkotaan, sedangkan masyarakat pedesaan
atau pinggiran mendapat porsi yang kecil dan tertinggal. Kesenjangan di daerah ini semakin
diperburuk karena adanya kesenjangan dalam pembangunan antar sektor, terutama antara
sektor pertanian (basis ekonomi pedesaan) dan non-pertanian (ekonomi perkotaan).
Perkembangan sektor pertanian di daerah Riau sampai saat ini secara kuantitatif
cukup menggembirakan, yaitu dengan rataan pertumbuhan selama lima tahun terakhir sebesar
6,79%. Namun tingkat pendapatan masyarakat dari usaha pertanian belum meningkat seperti
yang diharapkan. Karena itu Pemerintah Daerah Riau mencanangkan pembangunan Daerah
Riau melalui program pemberantasan kemisninan, kebodohan dan pembangunan infrastruktur
(lebih dikenal dengan program K2I). Setiap pembangunan yang dilaksanakan di Daerah Riau

9
harus mengacu kepada Program K2I. Karena pembangunan daerah sangat ditentukan oleh
potensi yang dimiliki oleh suatu daerah, maka kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah
daerah harus mengacu kepada potensi daerah yang berpeluang untuk dikembangkan,
khususnya sektor perkebunan (kelapa sawit, karet, dan kelapa). Sampai saat ini kelapa sawit
merupakan tanaman primadona masyarakat Riau.
Ada beberapa alasan kenapa Pemerintah Daerah Riau mengutamakan kelapa sawit
sebagai komoditas utama, antara lain: Pertama, dari segi fisik dan lingkungan keadaan daerah
Riau memungkinkan bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit. Kondisi daerah Riau
yang relatif datar memudahkan dalam pengelolaan dan dapat menekan biaya produksi;
Kedua, kondisi tanah yang memungkinkan untuk ditanami kelapa sawit menghasilkan
produksi lebih tinggi dibandingkan daerah lain; Ketiga, dari segi pemasaran hasil produksi
Daerah Riau mempunyai keuntungan, karena letaknya yang strategis dengan pasar
internasional yaitu Singapura; Keempat, Daerah Riau merupakan daerah pengembangan
Indonesia Bagian Barat dengan dibukanya kerjasama Indonesia Malaysia Singapore Growth
Triangle (IMS-GT) dan Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT), berarti
terbuka peluang pasar yang lebih menguntungkan; dan kelima, berdasarkan hasil yang telah
dicapai menunjukkan bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada
petani dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya (Almasdi Syahza, 2002).
Perkembangan luas areal kebun kelapa sawit di Riau selama periode tahun 2002-2006
sebesar 3,9% per tahun, yakni pada tahun 2002 seluas 1.312.661 ha menjadi 1.530.150 ha
pada tahun 2006. Sementara perkembangan luas kebun karet dan kelapa pada periode yang
sama justru turun yaitu kelapa -3,25% dan karet 1,67%. Ini memperlihatkan terjadinya alih
fungsi lahan dari kebun karet dan kelapa menjadi kebun kelapa sawit. Beralihnya petani dari
usahatani keret dan kelapa menjadi kelapa sawit lebih disebabkan karena kelapa sawit
mampu memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan usahatani lainnya.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan dan
keterbelakangan khususnya di daerah pedesaan, di samping itu juga memperhatikan
pemerataan perekonomian antar golongan dan antar wilayah. Pembangunan pertanian yang
berbasis perkebunan dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan dalam pola hidup masyarakat di sekitarnya.

10
BAB III
PENUTUP

Teori pembangunan Rostow termasuk dalam teori linier tahapan pertumbuhan


ekonomi, yang memandang proses pembangunan sebagai suatu tahap-tahap yang harus
dialami oleh seluruh negara. Proses pembangunan sebagai suatu urutan tahap-tahap yang
harus dilalui oleh seluruh negara. Industrialisasi merupakan salah satu kunci dari
perkembangan.
Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu Negara menjadi 5 tahap yaitu:
Tahap perekonomian tradisional,tahap prakondisi tinggal landas,tahap tinggal landas,tahap
menuju kedewasaan,tahap konsumsi masa tinggi.
Kritik terhadap teori Rostow adalah sistem pentahapan dimana suatu tahapan tidak
dapat terjadi tanpa melalui tahapan yang lain.Hal ini terjadi karena teori pertumbuhan Rostow
merupakan pola penggambaran sejarah pembangunan yang dilakukan Negara-negara di eropa
yang memiliki struktur sosial dan budaya mapan. Kondisi tersebut tidak terjadi di Negara-
negara asia dan afrika yang belum memiliki sistem sosial yang teratur.
Model pembangunan dua sektor pertama kali dikembangkan oleh W.A. Lewis.
Menurut Lewis, terdapat dikotomi dalam masyarakat di negara-negara terbelakang yaitu
adanya dua sektor yang hidup berdampingan, sektor capital intensive (industri) dan
sektor labor intensive (pertanian). Pada prinsipnya, model pembangunan dua sektor ini
menititkberatkan pada mekanisme transformasi struktur ekonomi yang dialami oleh
negara-negara sedang berkembang (LDCs), yang semula lebih bersifat subsisten dan
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih
modern yang didominasi oleh sek-tor-sektor non primer, khususnya sektor industri dan jasa.
Asumsi dasar teori ini adalah bahwa transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor industri terjadi tanpa mengakibatkan penurunan output sektor pertanian. Karena
persediaan tenaga kerja di sektor pertanian tidak terbatas, maka sektor industri dapat
berkembang dengan menarik tenaga kerja secara tidak terbatas dari sektor pertanian

11
DAFTAR PUSTAKA

- http://ridhoassegaf.blogspot.com/2008/12/teori-teori-pembangunan.html

- http://budirismayadi.tripod.com/ekbang-2.htm

- http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ekonomi_pembangunan/bab_3_teori_pertumb
uhan_dan_pembangunan_ekonomi.pdf

- http://rudyct.com/PPS702-ipb/10245/roni_dwi_susanto.pdf

- http://www.bunghatta.ac.id/artikel-290-kelapa-sawit-dampaknya-terhadap-percepatan-
pembangunan-ekonomi-pedesaan-di-daerah-riau

12
13

You might also like