You are on page 1of 35

DOSA APA YANG MEMBUAT

MEREKA DIBUNUH
Karya: Hisyam Musthafa Abdul Azis
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan Islam.” (Ali Imran: 102)

Abu Hurairah r.a. menuturkan, Rasulullah Saw


bersabda, ”Dan demi Dzat yang jiwaku ada dalam
genggaman-Nya, sungguh akan tiba kepada manusia,
suatu zaman saat si pembunuh tidak mengetahui
mengapa dia membunuh, dan saat si terbunuh juga
tidak mengetahui mengapa dia dibunuh.”
(HR Muslim)
Nyawa yang
Harus Dijaga

Pengertian
Nyawa yang harus dijaga (al anfus al-ma’shuumah)
adalah nyawa yang dinyatakan oleh syara’ harus
dijaga.
Nyawa yang
Harus Dijaga
Siapa saja yang termasuk al anfus al ma’shuumah ?
1.Kaum muslimin.
2.Orang yang membayar jizyah (upeti/pajak).
3.Orang kafir yang mengadakan dan menaati perjanjian yang
dibuat bersama kaum muslimin (kafir mu’aahad).
4.Orang kafir yang hidup dan tunduk di bawah pemerintahan
kaum muslimin (kafir dzimmii).
Nyawa yang
Harus Dijaga
Syariat Islam menutup semua jalan yang menyebabkan
nyawa melayang, binasa atau teraniaya, diantaranya:

Mengharamkan segala bentuk bunuh diri dan memberikan ancaman


keras bagi pelakunya.
“Barang siapa yang bunuh diri dengan menggunakan potongan besi, maka
di neraka jahannam besi itu akan berada di tangannya, lalu dia akan
memukul sendiri perutnya dengan besi tersebut, dia kekal dan dikekalkan di
dalamnya, selamanya. Dan barangsiapa yang meminum racun, lalu dia mati,
maka dia akan menghirup racun tersebut di neraka jahannam, dia kekal dan
dikekalkan di dalamnya, selamanya. Dan barangsiapa yang menjatuhkan diri
dari gunung, lalu dia mati, maka di neraka jahannam ia akan menjatuhkan
diri, dia kekal dan dikekalkan di dalamnya, selamanya.” (Muttafaq ‘Alaihi)
Nyawa yang
Harus Dijaga
Melarang peperangan atau pembunuhan yang
mengakibatkan fitnah (bencana).
Abu Bakrah r.a. menuturkan bahwa ia mendengar Rasulullah
Saw bersabda, “Apabila dua orang muslim masing-masing
berhadapan dengan membawa kedua pedang, maka
pembunuh dan terbunuh berada di neraka.”
Abu Bakrah bertanya, “Wahai Rasul, sudah sewajarnya jika si
pembunuh berada di neraka. Tapi bagaimana bisa si
terbunuh juga di neraka?” Rasulullah lalu menjawab, “Karena
sebenarnya si terbunuh juga berkeinginan untuk membunuh
lawannya.” (Muttafaq ‘Alaihi)
Nyawa yang
Harus Dijaga
Melarang menunjuk-nunjuk orang dengan senjata
dan semacamnya.
Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa Rasulullah Saw
bersabda, “Orang yang menuding-nuding saudaranya
dengan menggunakan besi, maka para malaikat akan
mengutuknya hingga dia meninggalkan besi tersebut,
meskipun saudara itu adalah saudara kandungnya
sendiri.” (HR Muslim)
Nyawa yang
Harus Dijaga
Larangan mencela dan mengumpat yang bisa
menimbulkan permusuhan dan saling bunuh.
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya
setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi manusia.’”
(Al Isra: 53)

“Mencaci maki orang muslim adalah kefasikan, dan


memeranginya adalah kekafiran.” (Muttafaq ‘Alaihi)

Menurut Imam an-Nawawi, tanpa sebab syara’, haram


hukumnya mencaci maki seorang muslim.
Nyawa yang
Harus Dijaga
Urgensi masalah darah (nyawa) dan penghalalannya

Abdullah bin Mas’ud mengisahkan bahwa Nabi Saw bersabda, “Hal


pertama yang diputuskan hukumnya (oleh Allah pada hari kiamat)
di antara para manusia adalah masalah darah (nyawa).”
(Muttafaq ‘Alaihi)

Al hafizh Ibnu Hajar menjelaskan hadits ini mengungkapkan


betapa urusan nyawa adalah berat; Permulaan sesuatu
pastilah diawali dengan hal-hal terpenting, dan dosa
terhitung besar sesuai kadar kerusakan dan hilangnya
kemaslahatan yang ditimbulkannya. Menghilangkan nyawa
merupakan hal terberat.
Nyawa yang
Harus Dijaga
Tindakan kriminal membunuh nyawa manusia tanpa dasar
yang benar adalah dosa besar
“Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Al Maidah: 32)

Anas bin Malik menuturkan bahwa Nabi Saw bersabda,


“Urutan dosa besar terberat adalah mempersekutukan Allah,
menghilangkan nyawa manusia, durhaka pada orang tua,
dan ucapan bohong.” (HR Bukhari)
Nyawa yang
Harus Dijaga
Kemuliaan Nyawa Orang Muslim
Al Miqdad bin Amr al Kindi r.a. menuturkan, “Aku menemui seorang lelaki
kafir, lalu dia menyerangku. Dia memukul dan menebas tanganku dengan
pedangnya hingga terpotong, lalu dia berlari dan berlindung di balik
pohon. Lantas dia berkata, ‘Aku masuk Islam karena Allah’. Maka aku
bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, haruskah aku
membunuhnya setelah apa yang barusan diucapkannya?’ Rasulullah
Saw menjawab, ‘Janganlah kamu membunuhnya.’ Aku berkata lagi,
‘Wahai Rasulullah, dia telah memotong salah satu tanganku. Baru
kemudian dia mengungkapkan bahwa dia bermaksud untuk masuk Islam.’
Rasulullah Saw menyambung, ‘Janganlah kamu membunuhnya, bila
kamu membunuhnya, maka dia berada dalam kedudukanmu (sebagai
muslim) sebelum kamu memeranginya, dan dirimu berkedudukan seperti
dirinya sebelum dia mengucapkan kata-katanya (Aku masuk Islam karena
Allah).’” (Muttafaq ‘Alaihi)
Nyawa yang
Harus Dijaga
Terjaganya darah kafir dzimmi dan kafir mu’aahad
Syariat Islam menjamin orang-orang kafir yang hidup dan tunduk
dalam aturan dan pemerintahan muslim, juga orang-orang kafir
yang melakukan perjanjian dengan kaum muslimin, baik dengan
sistem pajak atau perdamaian, juga melalui gencatan senjata.
Jaminan ini tidak berlaku dan darahnya menjadi halal jika mereka
mengingkari atau merusak perjanjian, dan urusan mereka
diserahkan kepada hakim muslim.

Ali r.a. meriwayatkan bahwasannya Nabi Saw bersabda, “Janji (akan


pemberian jaminan keamanan) yang diusahakan (dari) orang terendah
dari kaum muslimin adalah satu. Maka barangsiapa merusak (janji)
seorang muslim, maka Allah, para malaikat, dan seluruh manusia
akan melaknatinya. Allah tidak menerima ibadah sunnah dan ibadah
wajibnya.” (Muttafaq ‘Alaihi)
Urgensi Mempertimbangkan
Kemaslahatan dan Kerusakan
serta Dampak yang Akan Terjadi

Mencapai kemaslahatan dan menolak


kerusakan adalah dasar atau asas hukum

Memperhatikan dan memperhitungkan


imbas yang akan terjadi merupakan asas
atau dasar ushul fikih yang berjalan
sesuai tujuan hukum.
Urgensi Mempertimbangkan
Kemaslahatan dan Kerusakan
serta Dampak yang Akan Terjadi
Sebuah tindakan, bila ditinjau dari segi akibat yang
akan ditimbulkannya diklasifikasikan menjadi:

1. Pelaksanaannya menyebabkan kerusakan secara pasti.


2. Pelaksanaannya menimbulkan kerusakan, tapi kadar
kerusakannya sedikit (jarang).
3. Pelaksanaannya diduga kuat akan menimbulkan
kerusakan.
4. Pelaksanaannya tanpa disangka-sangka bisa
mendatangkan kerusakan.
Urgensi Mempertimbangkan
Kemaslahatan dan Kerusakan
serta Dampak yang Akan Terjadi
Kaidah umum dalam mempertimbangkan suatu tindakan:

1. Tindakan yang dilakukan seorang muslim atau golongan


muslim harus memperhitungkan maslahat yang akan
dicapai.
2. Al-mashaalih al-mursalah yang mu’tabarah (dianggap)
secara syara’ adalah maslahat yang bersifat pasti, atau
prakiraan yang pasti terjadi dan bersifat menyeluruh.
3. Ketika dipertimbangkan, maslahat diurutkan sesuai tingkat
urgensi. Maslahat dharuuriyyah disusul maslahat haajjiyyah,
baru kemudian maslahat tahsiiniyyah.
Urgensi Mempertimbangkan
Kemaslahatan dan Kerusakan
serta Dampak yang Akan Terjadi
Kaidah umum dalam mempertimbangkan suatu tindakan:

4. Dari dua kemaslahatan yang ada, hukum Islam akan selalu


memilih kemaslahatan yang lebih besar. Dan dalam dua
kerusakan yang ada, ia akan menolak kerusakan yang lebih
parah.
5. Apabila pelaksanaan perintah dan larangan berimbas pada
kerusakan yang lebih parah, atau hilangnya maslahat yang
lebih besar, maka pelaksanaan tersebut hukumnya haram.
6. Menolak kerusakan harus didahulukan daripada menarik
kemaslahatan.
Urgensi Mempertimbangkan
Kemaslahatan dan Kerusakan
serta Dampak yang Akan Terjadi
Kerusakan akibat tindak kekerasan, peledakan
dan konfrontasi senjata di negara-negara Islam:
1. Pemutarbalikan citra/gambaran Islam dan kaum muslimin.
2. Melemahnya kekuatan danpersatuan kaum muslimin serta
terpecahnya komponen-komponen kaum muslimin.
3. Munculnya keberanian kaum sekularis menggoyang fondasi
dan akidah umat Islam.
4. Hilangnya rasa aman dan munculnya ancaman mengalirkan
darah yang terjaga (ad dima’ al ma’shuumah).
Urgensi Mempertimbangkan
Kemaslahatan dan Kerusakan
serta Dampak yang Akan Terjadi
Dampak langsung tindak kekerasan, peledakan
dan konfrontasi senjata di negara-negara Islam:

5. Melemahnya perekonomian negara-negara Islam akibat


terkuras untuk memerangi tindakan peledakan.
6. Bertambahluasnya ruang bagi lembaga-lembaga non-muslim
(pemurtadan) akibat ditutup/dibubarkannya lembaga-
lembaga Islam.
7. Meningkatnya tendensi negatif bahkan kezhaliman terhadap
para da'i dan ulama.
Hal-hal yang Bisa Mencegah
Perang dalam Islam

Jihad sesungguhnya disyariatkan untuk


merealisasikan kemaslahatan yang besar
dan menolak kerusakan yang besar pula.
Bila dalam jihad tidak ada kemaslahatan,
atau hanya akan menghasilkan kerusakan
besar, maka jihad hukumnya tidak wajib
atau bahkan dilarang.
Hal-hal yang Bisa Mencegah
Perang dalam Islam
Hal-hal yang menjadi penghalang
diwajibkannya jihad:
Hal-hal yang Bisa Mencegah
Perang dalam Islam
Hal-hal yang menjadi penghalang
diwajibkannya jihad:
Lawan Jihad Kaum Muslimin
Sepanjang Masa
Tujuan perang dalam Islam:

Membela Kaum Muslimin

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang


memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu
melampau batas, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al
Baqarah: 190)
Lawan Jihad Kaum Muslimin
Sepanjang Masa
Tujuan perang dalam Islam:

Menjamin Kemerdekaan Manusia untuk


Masuk Islam, atau untuk Tetap Dalam
Pendiriannya

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan


supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka
berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (Al Anfal: 39)
Lawan Jihad Kaum Muslimin
Sepanjang Masa

Kesimpulannya?

Jihad yang sesuai dengan tujuan perang dalam Islam adalah


jihad melawan musuh eksternal.
Etika Jihad dalam Islam
Perang dalam Islam merupakan hal yang
disucikan dan mulia, oleh karenanya ada
beberapa aturan yang harus dipenuhi:
1. Tidak boleh berbuat curang, berkhianat dan
merusak atau mengingkari janji.
2. Tidak boleh memerangi orang kafir dan
musyrik sebelum mereka diseru untuk masuk
Islam.
3. Tidak boleh membunuh perempuan dan
anak-anak.
Etika Jihad dalam Islam

4. Tidak boleh membunuh orang buta, orang cacat,


para rahib, hamba sahaya, petani, dan orang-
orang yang tidak termasuk pembangkang, orang
yang melawan atau memerangi kaum muslimin.
5. Haram memerangi masyarakat sipil yang tidak
termasuk militer atau yang melawan kaum
muslimin.
6. Tidak boleh memutilasi jasad musuh yang telah
terbunuh.
7. Tidak boleh membunuh utusan musuh.
Menyamakan tindakan peledakan dengan istisyhad di Palestina
dan negara-negara lain yang dikuasai orang-orang kafir.

Para ahlul ilmi menyanggah pendapat tersebut. Kaum


kafir di negara-negara Islam statusnya sebagai kafir
mu’aahad yang tidak boleh dianiaya dan disakiti.
Sedangkan kaum kafir di Palestina, Chechnya, dan
Afghanistan berstatus sebagai kafir harbii, kaum kafir
yang melampaui batas, menindas dan memerangi kaum
muslimin. Mereka tidak memiliki perjanjian atau jaminan
keamanan dengan penduduk muslim di negeri tersebut.
Mengaitkan masalah kaum muslimin yang dijadikan tameng oleh
kaum kafir dengan alasan membolehkan membunuh kaum
muslimin yang tidak bersalah.

Para ahlul ilmi berpendapat menyamakan terbunuhnya kaum


muslimin akibat peledakan di negeri muslim dengan membunuh
kaum muslimin yang dijadikan tameng oleh kaum kafir tidaklah
relevan. Dibolehkannya kaum muslimin yang dijadikan tameng
dibunuh karena bila pasukan kaum kafir tidak diperangi akan
membahayakan kaum muslimin secara keseluruhan. Jadi jika tidak
dikhawatirkan akan ada bahaya yang mengancam dengan
membiarkan kaum kafir tersebut, maka hukum membunuh kaum
muslimin yang dijadikan temeng oleh kaum kafir adalah haram.
Kaum perempuan dan anak-anak kafir yang terbunuh dalam
peristiwa ledakan dihukumi sama dengan kasus penyerangan
pada malam hari terhadap anak-anak pasukan kafir.

Para ahlul ilmi berpendapat, Pertama; orang-orang yang


diperbolehkan Nabi untuk diserang –meski kaum perempuan dan
anak-anaknya harus sampai terbunuh– pada malam hari adalah
orang-orang kafir yang memerangi Islam yang bermukin di
kawasan perang mereka tidak memiliki perjanjian damai dengan
kaum muslimin. Berbeda halnya dengan kasus orang kafir yang
menjadi target aksi peledakan di negeri-negeri Islam. Mereka
berada dalam masyarakat yang tenang dan tidak sedang
berurusan perang dengan kaum muslimin.
Kedua; bila korban peledakan itu adalah kaum kafir harbi, maka
hukum masalah penyerangan pada malam hari itu diperbolehkan
hanya karena desakan kebutuhan. Jadi kata ‘boleh’ bukan
merupakan hukum asal, karena hukum asalnya adalah diharamkan
membunuh kaum perempuan, anak-anak, dan juga orang tua dari
golongan kafir –termasuk pada masa perang-- kecuali mereka
nyata-nyata turut serta atau membantu memerangi kaum
muslimin.
Asumsi bahwa kaum kafir telah bersatu untuk memerangi Islam
di manapun mereka berada, sehingga peledakan yaang dilakukan
adalah serangan untuk mendahului sebelum kaum kafir itu
benar-benar menyerang kaum muslimin.
Para ahlul ilmi berpendapat, tindakan apapun harus dilihat akibat
selanjutnya. Efek samping dari tindakan ini justru membuka celah bagi
musuh untuk ikut campur dalam urusan kaum muslimin. Sejauh ini celah
tersebut malah digunakan musuh untuk menyukseskan cita-cita mereka
dan membuat posisi mereka lebih kuat dari kaum muslimin.
Hal ini juga dinisbatkan dengan tahap-tahap dakwah Rasulullah yang
terlebih dahulu menyampaikan peringatan dan mencegah pertumpahan
darah sampai posisi kaum muslimin secara keseluruhan benar-benar
kuat untuk memerangi kaum kafir yang nyata-nyata melakukan
kerusakan terhadap kaum muslimin.
Menepati perjanjian dan jaminan keamanan kepada orang kafir
adalah bukan urusan dan tanggung jawab mereka.

Menurut para ahlul ilmi, tidaklah disyariatkan memerangi atau


membunuh orang kafir yang tidak memiliki perjanjian dengan
penguasa setempat. Kecuali jika mereka memerangi dan
membahayakan bagi kaum muslimin.
Tindakan peledakan di negara-negara Islam merupakan
tindakan yang diharamkan menurut hukum Islam,
karena hal tersebut merupakan tindakan penganiayaan
atas darah orang-orang sipil baik muslim maupun non-
muslim, yang memasuki negara tersebut untuk sebuah
kemaslahatan dan mereka juga tidak memerangi
penduduknya.

You might also like