Professional Documents
Culture Documents
Jl.Patemon - Semarang
Disusun sebagai Syarat Ujian Tahap Akhir Program Diploma III Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
Disusun oleh :
1. Ferry Kiswanto NIM: 5150304008
2. Eko Maryanto NIM: 5150304017
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
i
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Pembimbing, Penguji,
Mengetahui:
Dekan Fakultas Teknik
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
1. Hari ini harus lebih baik dari hari lalu dan hari esok harus lebih baik dari
hari ini.
2. Pergunakan waktumu dengan sebaik-baiknya karena merupakan bekal
untuk menuju kesuksesan.
3. Hidup ini hanyalah Mistis ( Suryawan Adi.W)
PERSEMBAHAN:
Kupersembahkan tugas akhir ini pada :
1. Ayah dan ibu tercinta yang terus mendukung dalam
penyelesain proyek akhir ini.
2. Bapak Karuniadi Satrijo Utomo, ST,.M.T yang telah
mengarahkan serta membimbing sampai selesainya
proyek akhir ini.
3. Teman-teman Teknik Sipil ‘04 yang terus memberikan
semangat dalam menyelesaikan proyek akhir ini.
4. Mbak Yayuk yang menyediakan semua kebutuhanku
selama kuliah.
5. Terima kasih kepada Hari, Bingar, yang telah banyak
membantu dan juga teman-teman kost Genk Hijau
yang terus memberikan semangat dalam menyelesaikan
proyek akhir ini.
iii
KATA PENGANTAR
yang dihadapi, akan tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang
berkompeten, akhirnya Proyek Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Negeri Semarang;
2. Bapak Drs. Lashari, M.T. sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
3. Bapak Drs. Tugino, M.T sebagai Ketua Program Studi Diploma III
iv
Penyusun menyadari bahwa laporan Proyek Akhir ini masih jauh dari
sehingga tidak semua hal dapat penyusun laporkan dengan baik. Oleh kerena itu,
kritik dan saran kearah perbaikan laporan Proyek Akhir ini akan kami
pertimbangkan Semoga laporan Proyek Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
vi
BAB III PERHITUNGAN STRUKTUR
3.1 Perencanaan Stuktur Atap ........................................................................... 14
3.1.1 Data Teknis ..................................................................................... 14
3.1.2 Perencanaan Gording ...................................................................... 14
3.1.3 Perhitungan Pembebanan Atap ....................................................... 19
3.2 Perhitungan Struktur Plat ............................................................................ 20
3.2.1 Perencanaan Plat Lantai .................................................................. 21
3.2.2 Penulangan Plat Lantai .................................................................... 23
3.3 Perencanaan Tangga ................................................................................... 29
3.3.1 Data Teknis Tangga ........................................................................ 30
3.3.2 Pembebanan dan Penulangan Tangga ............................................ 31
3.3.3 Pembebanan dan Penulangan Bordes .............................................. 39
3.4 Perhitungan Struktur Akibat Gaya Gempa ................................................. 47
3.4.1 Berat Bangunan Total (Wt) ............................................................. 47
3.4.2 Waktu Getar Bangunan (T) ............................................................. 50
3.4.3 Gaya Geser Horisontal Total Akibat Gempa .................................. 50
3.4.4 Distribusi Gaya Geser Horisontal Total Akibat Gempa ................ 50
3.5 Perencanaan Balok ...................................................................................... 52
3.5.1 Balok Sloof ...................................................................................... 52
3.5.2 Balok Lantai ................................................................................... 54
3.5.3 Balok Lantai .................................................................................. 57
3.6 Perencanaan Kolom ................................................................................... 60
3.6.1 Penulangan Kolom Lantai .............................................................. 60
3.6.2 Penulangan Kolom Lantai .............................................................. 63
3.6.3 Penulangan Kolom Lantai .............................................................. 66
3.7 Perhitungan Pondasi .................................................................................... 70
3.7.1 Analisis Daya Dukung .................................................................... 70
3.7.2 Perhitungan Pondasi ........................................................................ 71
vii
BAB IV RENCANA ANGGARAN BIAYA
4.1 Perhitungan Volume Pekerjaan ................................................................... 75
4.2 Rencana Anggaran Biaya ............................................................................ 83
4.3 Justifikasi Rencana Anggaran Biaya .......................................................... 85
4.4 Kurva S ...................................................................................................... 86
BAB V RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
5.1 Pekerjaan Struktur ...................................................................................... 87
5.2 Pekerjaan Arsitektur .................................................................................. 100
5.3 Penutup ...................................................................................................... 111
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan ....................................................................................................... 112
6.2 Saran .............................................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR PUSTAKA
Apriyatno, Henry. 2003. Materi Kuliah Strukur Beton. Jurusan Teknik Sipil FT
UNNES Semarang.
Normalisasi Indonesia.
DPU. 1991. SK SNI T-15-1991-03 “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
MUSHOLA
TANAH REBAN
TANAH REBAN
TANAH REBAN
5
6
4. estetika
Agar bangunan terkesan menarik dan indah maka bangunan harus direncanakan
dengan memperhatikan kaidah-kaidah estetika. Namun persyaratan estetika ini
harus dikoordinasikan dengan persyaratan teknis yang ada untuk menghasilkan
bangunan yang kuat, indah dan menarik.
5. lingkungan
Setiap proses pembangunan harus memperhatikan aspek lingkungan
karena hal ini sangat berpengaruh dalam kelancaran dan kelangsungan bangunan
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Persyaratan aspek lingkungan
ini, dilakukan dengan mengadakan analisis terhadap dampak lingkungan di
sekitar bangunan tersebut berdiri. Diharapkan dengan terpenuhinya aspek
lingkungan ini dapat ditekan seminimal mungkin dampak negatif dan kerugian
bagi lingkungan dengan berdirinya Rumah Tinggal Swadaya ini.
6. ketersediaan bahan di pasaran
Untuk memudahkan dalam mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan
maka harus diperhatikan pula aspek ketersediaan bahan di pasaran. Dengan kata
lain, sedapat mungkin bahan-bahan yang direncanakan akan dipakai dalam
proyek tersebut ada dan lazim di pasaran sehingga mudah didapat dengan biaya
hemat.
7. ketentuan standar
Perencanaan juga didasarkan pada standar perhitungan yang berlaku di
Indonesia antara lain:
1. Pedoman Beton 1989,
2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SK SNI
T-15-1991-03,
3. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Gedung 1983,
4. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung 1987.
2.2 Prosedur perencanaan
Metode perencanaan dalam Proyek Akhir ini meliputi perhitungan,
penggambaran, penyusunan, dan penarikan simpulan beserta saran. Tahap-tahap
prosedur perencanaan Proyek RTS Patemon divisualisasikan pada Gambar 2.
7
Perencanaan
Konsep
Proyek RTS Patemon
Pengumpulan Data
Perancangan
Analisis Struktur
Rekapitulasi RAB
Penyusunan Kurva S
Tidak
Data cukup ?
Ya
Penyusunan RKS
3. Perencanaan Kolom
Menurut SK SNI T-15-1991-03 untuk merencanakan kolom yang diberi
beban lentur dan beban aksial ditetapkan koefisien reduksi bahan (φ) =
0,65. Pada proyek pembangunan Rumah Tinggal Swadaya ini, kolom yang
digunakan berukuran :
4. Perhitungan Pondasi
Pondasi yang dipergunakan pada konstruksi ini adalah pondasi telapak atau
footplat.
12
PERHITUNGAN STRUKTUR
a. Pembebanan gording
Berat penutup atap asbes = 11 kg/m2
Jarak gording (Jgd) = 0,91 m
Jarak kuda-kuda ( Jk) = 3,00 m
Berat gording ditaksir = 3,05 kg/m
Beban gording+ atap asbes = 11+3 = 14 kg/m2
qu = 14 . 0,91 = 12,74 kg/m
qx = qu . cos α
= 12,74 . cos 35°
= 10,43 kg/m
qy = qu . sin α
= 12,74. sin 35°
= 7,30 kg/m
14
15
= 11,73 kgm
= 8,21 kgm
c. Karena Berat Pekerja
= 81,9 kg
= 61,42 kg
= 61,42 kg m
= 43,02 kg m
16
e. Dimensi gording
⎛2 ⎞
Dimensi gording dimisalkan b = ⎜ h ⎟
⎝3 ⎠
Wx = 1/6 . b . h2
⎛2 ⎞
= 1/6 . ⎜ h ⎟ . h2
⎝3 ⎠
1 3
= h cm3
9
Wy = 1/6 . h . b2
17
2
⎛2 ⎞
= 1/6 . h . ⎜ h ⎟
⎝3 ⎠
2 3
= h cm3
27
Mx My
σ ltr/R = +
Wx Wy
7315 5123
125 = + ←
(1/ 9)h (2 / 27 )h3
3
15345 138321
125 = +
h3 h3
125. h3 = 153756
h3 = 1230,048
h = 3
1230,04
h = 10,71 cm
diambil h = 10,71 cm = 12 cm
Untuk h = 12 cm, maka:
2
b = h
3
2
b = . 12 cm
3
b = 7,14 cm = 8 cm
Jadi dipakai gording dengan dimensi 8 / 12 cm
f. Kontrol Lendutan
1
f ijin = .L
200
1
= .3
200
= 1,5 cm
1
Ix = . b . (h)3
12
1
= . 8. (12)3 = 1152 cm4
12
18
5 qx.Jg 4 1 px..Jg 3
fx = . + .
384 E.Ix 48 E.Ix
5 0,104.(91) 4 1 81,9.(91)3
= . + .
384 107.1152 48 107.1152
= 0,01196 cm
1
Iy = . h . (b)3
12
1
= . 12 . (8)3
12
= 512 cm4
5 qy..Jg 4 1 py..Jg 3
fy = . + .
384 E.Ix 48 E.Ix
5 0,073.(91) 4 1 57,36.(91)3
= . + .
384 107.512 48 107.512
= 0,0178 cm
f max = ( fx) 2 + ( fy ) 2
= (0,0119) 2 + (0,0178) 2
= 0,021 cm ≤ 1,5 cm OK!
g. Kontrol Tegangan
1.Berat gording = 0,08. 0,12. 3 00 : 2,88
2.Berat asbes = 0,91. 11 : 10,01
q = 12,89 kg/m
qx = qu . cos α
= 12,89 . cos 35°
= 10,55 kg/m
qy = qu . sin α
= 12,89. sin 35°
= 7,39 kg/m
19
= 11,86 kgm
= 8,31 kgm
Mx My
σytb = +
1 / 6bh 1 / 6hb 2
2
7328 5133
= +
1 / 6.8.12 1 / 6.12.82
2
= 78,268 kg/cm
= 78,26 kg/cm2 ≤ 125 kg/cm2 ( = σltr) OK!
Jadi, gording dengan dimensi 8/12 cm aman dipakai.
= 18 . 3,00 . 1
= 54 kg
Beban hidup = 100 kg
Σ P = 195,55 kg
Berat Branching 10 %. = 19,555 kg
Ptot = 215,105 kg
Beban Titik buhul (P) = 215,105 kN
diambil = 215 kN
Beban tepi buhul ½ P = 107,5 kN
⎛ fy ⎞
⎜ 0,8 + ⎟.Ly
⎝ 1500 ⎠
h maks=
⎧ ⎛ 1 ⎞⎫
36 + 5.β .⎨α − 0,12⎜⎜1 + ⎟⎟⎬
⎩ ⎝ β ⎠⎭
⎛ 400 ⎞
⎜ 0,8 + ⎟.2600
⎝ 1500 ⎠
=
⎧ ⎛ 1 ⎞⎫
36 + 5.1⎨0,15 − 0,12⎜1 + ⎟⎬
⎩ ⎝ 1 ⎠⎭
2773,33
=
36,45
= 76,08 mm, atau
⎛ fy ⎞
⎜ 0,8 + ⎟.Ly
⎝ 1500 ⎠
h min =
36 + 9.β
⎛ 400 ⎞
⎜ 0,8 + ⎟.2600
⎝ 1500 ⎠
=
36 + 9.1
2773,33
=
45
= 61,63 mm
Di ambil tebal plat =12 cm
Pembebanan
• Beban Mati (qDL)
- Berat sendiri plat = 24 . 0,12 = 2,88 kN/m2
- Berat spesi = 0,42 kN/m2
- Berat keramik = 0,24 kN/m2
- Berat plafond + penggantung = 0,18 kN/m2
q DL = 3,72 kN/m2
• Beban Hidup (q LL) = 2,5 kN/m2
• Beban Berfaktor (qu)
qu = 1,2 . q DL + 1,6 . q LL
= 1,2 . 3,72 + 1,6 .2,5 = 8,46 kN/m2
23
Momen Rancangan
Berdasarkan karakteristik plat di atas dan menggunakan teknik
interpolasi, dari tabel A – 14 dalam buku Dasar – dasar Perencanaan
Beton Bertulang, Kusuma, G.( 1991), diperoleh faktor pengali
momen sebagai berikut :
Cx+ = 25 Cx- = 51
Cy+ = 25 Cy- = 51
Mlx = Cx . 0,001 . qu . Lx2
+
Dy
h dy dx
Dx
= 0,52 MPa
Dari tabel A-28 ( Struktur Beton Bertulang hal 491) ditentukan
untuk nilai k = 0,52 MPa, maka diambil ρ perlu = 0,0035
Dari tabel A- 6 ( Struktur Beton Bertulang hal 460) ditentukan
untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa, maka di dapat :
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0203
Maka, nilai ρmin = 0,0035 ≤ ρ perlu = 0,0035< ρ mak = 0,0203
Chek luas penampang tulangan
Diasumsi digunakan tulangan berdiameter 8 mm (D8)
1
Luas tulangan ( Δ Ø8) = . π . d2
4
1
= . 3,14. 82
4
= 50,24 mm2
Untuk luas tampang (As Ix) = ρperlu . b . dx
= 0,0035 . 1000 . 96
= 336 mm2
25
Aslx
Jumlah tulangan (n) =
ΔΦ10
336
=
50,24
= 6,68
diambil = 7 batang
1000
Spasi antar tulangan =
n −1
1000
=
7 −1
= 166,67 mm
diambil = 150 mm
Jadi dipakai Ø8-150
As = Δ Ø8 . n
= 50,24. 7
= 351,68 mm2 > 336 mm2 (Ok!)
= 0,25 MPa
Dari tabel A-28 ( Struktur Beton Bertulang hal 491) ditentukan
untuk nilai k= 0,25 MPa, maka diambil ρ perlu = 0,0035
Dari tabel A- 6 ( Struktur Beton Bertulang hal 460) ditentukan
untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa, maka di dapat :
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0203
= 0,67 Mpa
27
Mly
Koefisien ketahanan (k) =
θ ..b.dy
1,904.10 6
=
0,8.1000.(88)
2
= 0,307 Mpa
Dari tabel A-28 ( Struktur Beton Bertulang hal 491) ditentukan
untuk nilai K = 0,307 maka diambil ρ perlu = 0,0035
Dari tabel A- 6 ( Struktur Beton Bertulang hal 460) ditentukan
untuk fc = 25 MPa dan fy = 400MPa,maka di dapat
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0203
Maka, nilai ρmin = 0,0035 ≤ ρ perlu = 0,0035 < ρ mak = 0,0203
Chek luas penampang tulangan
1
Dengan Δ Ø8 = . π . d2
4
1
= . 3,14. 82
4
= 50,24 mm2
As ly = ρperlu . b . dy
= 0,0035 . 1000 . 88
= 308 mm2
Asly
Jumlah tulangan (n) =
ΔΦ8
308
=
50,24
= 6,73 dipakai 7 batang
1000
Tebal spasi =
n −1
1000
=
7 −1
= 166,67 mm dipakai 150 mm
29
Bentuk tangga yang dipakai adalah tangga dengan tipe K dengan bordes yang
terletak tepat di tengah-tengahnya. Sketsa tangga tersebut sebagai berikut:
175 cm
175 cm
125 cm 100 cm
100 cm
100 cm
125 cm 100 cm
b = 175 cm
a = 125 cm
L = a2 + b2
= (125) 2 + (175) 2
= 215,05 cm = 2,15 m
Tebal plat min menurut SKSNI T-15-1991-03
1 fy
hmin = . L (0,4 + )
27 700
1 400
= . 215,05 (0,4 + )
27 700
= 7,73 cm dipakai 10 cm
o
hmaks = hmin + ( ) cosα
t
18
= 10 cm + ( ) cos 38,5 0
9
= 11,56 cm dipakai 12 cm
Dipakai tebal plat tangga (ht) 120 mm
Dengan demikian dari hasil hitungan dalam gambar 5 dan gambar 6 didapat :
Lx = 1250 mm Ly = 1750
32
a. Pembebanan Tangga
a. Beban mati (q DL)
- Berat sendiri plat = ht . berat sendiri beton
= 0,12 m . 24 kN/m3 = 2,88 kN/m2
- Berat spesi (2 cm) = hs . berat sendiri spesi
= 0,02 m . 0,21 kN/m3 = 0,0042 kN/m2
- Berat keramik (1cm) = hk . berat sendiri keramik
= 0,01 m . 0,24 kN/m3 = 0,0024 kN/m2
q DL = 2,886 kN/m2
b. Beban hidup (q LL)
Beban hidup untuk tangga (q LL) = 3 kN/m2
c. Beban berfaktor (qu)
qu = 1,2 . q DL + 1,6 . q LL
= 1,2 . 2,886 kN/m2 + 1,6 . 3 kN/m2
= 8,264 kN/m2
b. Penulangan Plat Tangga
Asumsi tulangan utama
- Arah x, Dx = 8 mm
- Arah y, Dy = 8 mm
Tinggi efektif
- Arah x, dx = ht – p – Dx/2
8
= 100 – 20 –
2
= 76 mm
- Arah y, dy = ht – p – Dx – Dy/2
8
= 100 – 20 – 8 –
2
= 68 mm
Panjang plat arah x (Lx) = 1250 mm
Panjang plat arah y (Ly) = 1750 mm
33
= 0,247 MPa
dari tabel A- 6 dalam buku ’ Struktur Beton Bertulang hal 460’
ditentukan untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa diperoleh:
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0203
dari tabel A-28 dalam buku ‘Struktur Beton Bertulang hal 491 nilai K =
0,247 maka diambil ρ perlu = 0,0035
Maka nilai ρ min = 0,0035 ≤ ρ perlu = 0,0035 < ρ mak = 0,0203(ok!
As tx = ρperlu . b . dx
= 0,0035 . 1000 . 76
= 266 mm2
1
ΔØ 8 = . π . D2
4
1
= . 3,14 . (8)2
4
= 50,24 mm2
Astx
Jumlah tulangan (n) =
ΔΦ8
266
=
50,24
= 5,34 dipakai 6 batang
1000
Spasi (s) =
n −1
1000
=
6 −1
= 200 mm dipakai 200 mm
Jadi dipakai Ø8 – 200
35
= 0,2300 MPa
dari tabel A- 6 dalam buku ’ Struktur Beton Bertulang hal 460’ ditentukan
untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa diperoleh:
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0203
dari tabel A - 28 dalam buku ‘Struktur Beton Bertulang hal 491 nilai
k = 0,2300 , maka diambil ρ perlu = 0,0035
Maka nilai ρ min = 0,0035 ≤ ρ perlu = 0,0035 < ρ mak = 0,0203 (ok!)
As lx = ρperlu . b . dx
= 0,0035 . 1000 . 76
= 266 mm2
1
ΔØ8 = . π . D2
4
1
= . 3,14 . (8)2
4
= 50,24 mm2
36
Aslx
Jumlah tul. (n) =
ΔΦ8
266
=
50,24
= 5,34 dipakai 6 batang
1000
Spasi (s) =
n −1
1000
=
6 −1
= 200 mm dipakai 200 mm
Jadi dipakai Ø8 – 200
= 0,376 MPa
dari tabel A- 6 dalam buku ’ Struktur Beton Bertulang hal 460’ ditentukan
untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa diperoleh:
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0203
37
dari tabel A-28 dalam buku ‘Struktur Beton Bertulang hal 491 nilai
k = 0,376 , maka diambil ρ perlu = 0,0035
Maka nilai ρ min = 0,0035 ≤ ρ perlu = 0,0035 < ρ mak = 0,0203 (ok!)
As ty = ρperlu . b . dy
= 0,0035 . 1000 . 68
= 238 mm2
1
ΔØ8 = . π . D2
4
1
= . 3,14 . (8)2
4
= 50,24 mm2
Asty
Jumlah tul. (n) =
ΔΦ8
238
=
50,24
= 4,73 dipakai 5 batang
1000
Spasi (s) =
n −1
1000
=
5 −1
= 250 mm dipakai 200 mm
Jadi dipakai Ø8 – 200
Chek luas penampang tulangan (As)
As = ΔØ8 . n
= 50.24 . 5
= 251,2 mm2
jadi As > Asty
= 251,2 mm2 > 238 mm2 (ok!)
Penulangan Lapangan Arah Y
Dengan lebar b = 1m = 1000 mm
Dy = 68 mm
Mly = 455332 Nmm
38
Mly
Koefisien ketahanan (k) =
θ .b.dy 2
455332
=
0,8.1000.(68)
2
= 0,123 MPa
dari tabel A- 6 dalam buku ’ Struktur Beton Bertulang hal 460’ ditentukan
untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa diperoleh:
ρmin= 0,0035
ρmaks = 0,0203
dari tabel A-28 dalam buku ‘Struktur Beton Bertulang hal491’ nilai
k = 0,123 , maka diambil ρ perlu = 0,0035
Maka nilai ρ min = 0,0035 ≤ ρ perlu = 0,0035 < ρ mak = 0,0203 (ok!)
As ly = ρperlu . b . dy
= 0,0035 . 1000 . 68
= 238 mm2
1
ΔØ8 = . π . D2
4
1
= . 3,14 . (8)2
4
= 50,24 mm2
Asly
Jumlah tul. (n) =
ΔΦ8
238
=
50,24
= 4,73 dipakai 5 batang
1000
Spasi (s) =
n −1
1000
=
5 −1
= 250 mm dipakai 200 mm
Jadi dipakai Ø8 – 200
39
⎛ 400 ⎞
⎜ 0,8 + ⎟.1700
⎝ 1500 ⎠
=
36 + 9.2,4
= 31,48 mm
⎛ fy ⎞
⎜ 0,8 + ⎟.Lx
⎝ 1500 ⎠
h maks =
36
⎛ 400 ⎞
⎜ 0,8 + ⎟.1700
⎝ 1500 ⎠
=
36
= 50,37 mm
40
Digunakan persyaratan h min plat 2 arah harus > 120 mm, menurut
perhitungan diatas, maka dipakai tebal plat (hb) 120 mm
a. Pembebanan bordes
Tebal plat bordes (hb) = 120 mm
1) Beban mati pada bordes (qDL)
- Berat sendiri plat = ht . berat sendiri beton
= 0,12 m . 24 kN/m3 = 2,88 kN/m2
- Berat spesi (2 cm) = hs . berat sendiri spesi
= 0,02 m . 0,21 kN/m3 = 0,0042 kN/m2
- Berat keramik (1cm) = hk . berat sendiri keramik
= 0,01 m . 0,24 kN/m3 = 0,0024 kN/m2
qDL = 2,89 kN/m2
2) Beban hidup (qLL)
qLL = 3 kN/m2
3) Beban berfaktor (qu)
qu = 1,2. qDL + 1,6. qLL
= 1,2. 2,89 kN/m2 + 1,6. 3kN/m2
= 8,263 kN/m
b. Penulangan Bordes
Asumsi tulangan utama
- Arah x, Dx = 8 mm
- Arah y, Dy = 8 mm
Tinggi efektif
Dx
- Arah x, dx = hb – p –
2
8
= 120 – 20 –
2
= 96 mm
Dy
- Arah y, dy = hb – p – Dx –
2
8
= 120 – 20 – 8 – = 88 mm
2
41
= 0,268 MPa
42
dari tabel A- 6 dalam buku ’ Struktur Beton Bertulang hal 460’ ditentukan
untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa diperoleh:
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0203
dari tabel A-28 dalam buku ‘Struktur Beton Bertulang hal 491 nilai
k = 0,268 , maka diambil ρ perlu = 0,0035
Maka nilai ρ min = 0,0035 ≤ ρ perlu = 0 ,0035 < ρ mak = 0,0203 (ok!)
As tx = ρperlu . b . dx
= 0,0035 . 1000 . 96
= 336 mm2
1
ΔØ8 = . π . D2
4
1
= . 3,14 . (8)2
4
= 50,24 mm2
Astx
Jumlah tul. (n) =
ΔΦ8
336
=
50,24
= 6,68 dipakai 7 batang
1000
Spasi (s) =
n −1
1000
=
7 −1
= 166,6 mm dipakai 150 mm
Jadi dipakai Ø8 – 150
= 0,198 MPa
dari tabel A- 6 dalam buku ’ Struktur Beton Bertulang hal 460’ ditentukan
untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa diperoleh:
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0203
dari tabel A-28 dalam buku ‘Struktur Beton Bertulang hal 491 nilai
k = 0,198 , maka diambil ρ perlu = 0,0035
Maka nilai ρ min = 0,0035 ≤ ρ perlu = 0,0035 < ρ mak = 0,0203 (ok!)
As lx = ρperlu . b . dx
= 0,0035 . 1000 . 96
= 336 mm2
1
ΔØ8 = . π . D2
4
1
= . 3,14 . (8)2
4
= 50,24 mm2
Aslx
Jumlah tul. (n) =
ΔΦ8
336
=
50,24
= 6,68 dipakai 7 batang
1000
Spasi (s) =
n −1
44
1000
=
7 −1
= 166,6mm dipakai 150 mm
Jadi dipakai Ø8 – 150
= 0,570 Mpa
dari tabel A- 6 dalam buku ’ Struktur Beton Bertulang hal 460’ ditentukan
untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa diperoleh:
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0203
dari tabel A-28 dalam buku ‘Struktur Beton Bertulang hal 491 nilai
k = 0,507 , maka diambil ρ perlu = 0,0035
Maka nilai ρ min = 0,0035 ≤ ρ perlu = 0,0035 < ρ mak = 0,0203 (ok!)
As ly = ρperlu . b . dy
= 0,0035 . 1000 . 88
= 308 mm2
45
1
ΔØ8 = . π . D2
4
1
= . 3,14 . (8)2
4
= 50,24 mm2
Asly
Jumlah tul. (n) =
ΔD8
308
=
50,24
= 6,13 dipakai 7 batang
1000
Spasi (s) =
n −1
1000
=
7 −1
= 166,67 mm dipakai 150 mm
Jadi dipakai Ø8 – 150
Chek luas penampang tulangan
As = ΔØ8 .7
= 50,24 . 7
= 351,68 mm2
jadi As > Asly = 351,68 mm2 > 308 mm2 (ok!)
= 0,210 MPa
46
dari tabel A- 6 dalam buku ’ Struktur Beton Bertulang hal 460’ ditentukan
untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa diperoleh:
ρmin = 0,0035
ρmaks = 0,0203
dari tabel A-28 dalam buku ‘Struktur Beton Bertulang hal 491 nilai
k = 0,507 , maka diambil ρ perlu = 0,0035
Maka nilai ρ min = 0,0035 ≤ ρ perlu = 0,0035 < ρ mak = 0,0203 (ok!)
As ly = ρperlu . b . dy
= 0,0035 . 1000 . 88
= 308 mm2
1
ΔØ8 = . π . D2
4
1
= . 3,14 . (8)2
4
= 50,24 mm2
Asly
Jumlah tul. (n) =
ΔΦ8
308
=
50,24
= 6,13 dipakai 7 batang
1000
Spasi (s) =
n −1
1000
=
7 −1
= 166,67 mm dipakai 150 mm
Jadi dipakai D8 – 150
Chek luas penampang tulangan
As = ΔØ8 .7
= 50,24 . 7
= 351,68 mm2
jadi As > Asly = 351,68 mm2 > 308 mm2 (ok!)
47
b. Beban Lantai 2
1. Beban Mati
Berat plat = 258 . 0,12 . 2400 = 74304 kg
Berat balok (20x25)
= 0,2 . 0,25 . 226,2 . 2400 = 27144 kg
Kolom (20x20)
= 126 . 0,2 . 0,2 . 2400 = 12096 kg
Kolom (15x15)
= 24 . 0,15 . 0,15 . 2400 = 1296 kg
Dinding = 482 . 200 = 96400 kg
Plafond = 238 . (11+7) = 4284 kg
Spasi = 258. 21. 3 = 16254 kg
Keramik = 258 . 24. 2 = 12384 kg
WDL = 244162 kg
2.Beban Hidup
qL lantai = 250 kg/m2
Koefisien reduksi = 0,3
49
c. Beban Lantai 1
1. Beban Mati
Berat sloof (20x25)
= 0,2 . 0,25 . 226,2 . 2400 = 27144 kg
Kolom (20x20)
= 126 . 0,2 . 0,2 . 2400 = 12096 kg
Kolom (15x15)
= 31 . 0,15 . 0,15 . 2400 = 1674 kg
Dinding = 488 . 200 = 97600 kg
Spasi = 258. 21. 3 = 16254 kg
Keramik = 258 . 24. 2 = 12384 kg
WDL = 167152 kg
2.Beban Hidup
qL lantai = 250 kg/m2
Koefisien reduksi = 0,3
WLL = 0,3 . 258 . 200
= 15480 kg
W1 = WDL + WLL
= 167152 kg + 15480 kg
= 182632 kg
Gaya rencana dipakai adalah gaya maksimum pada batang 131 (frame131)
P = 884 N
Vu = 47841 N
Tu = 318890 Nmm
Mu = 19201400 Nmm
Penulangan longitudinal
d = 250 – 20 -6 -10/2
= 219 mm
Penulangan pada momen
Mu
k=
d 2 .b.θ
19201400
=
0,8.200.2192
= 2,5022 MPa
ρ min = 0,0035
ρ perlu = 0,0067
ρ maks = 0,0203
ρ min < ρ perlu < ρ maks
0,0035 < 0,0067 < 0,0203
53
As = ρ . b. d
= 0,0067 . 200 . 219
= 293,46 mm2
Akibat gaya tekan aksial
P
A=
θ . fy
884
=
0,65.400
= 3, 4 mm2
Ast = As + A
= 293,46 + 1,86
= 296,86 mm2
Dipakai 8 Ø 10
200 − 40 − (3.10)
kontrol spasi =
2
= 65 mm
Penulangan geser
Tu = 318890 Nmm
Vu = 47841 N
Σx2y = (200-40)2 . (250-40)
= 5376000 mm2
Φ .1/24 . fc .Σx2y = 0,6 . 1/24 . 25 . 5376000
= 672000Nmm
Tu ≤ Φ .1/24 . fc . Σx2y
Vc = 1/6 . fc . b . d
Vu
Vs = − Vc
θ
47841
= − 36500
0,6
= 43235 N
2/3 . b . d . fc = 2/3 . 200 . 219 . 25
= 146000N
Vs ≤ 2/3 . b . d . fc
43235 N ≤ 149000 N
Dimensi sudah memenuhi syarat
Smaks = d/2
= 219 / 2
= 109,5 mm , dipakai 150 mm
Penulangan geser
Vs.S
Av =
fy.d
43235.150
=
400.219
= 74, 03 mm2
Jadi dipakai Ø6 –150
Gaya rencana yang dipakai adalah gaya maksimum pada batang 845 (frame 845)
P = 486 N
Vu = 84196 N
Tu = 2158600 Nmm
Mu = 15141200 Nmm
Penulangan longitudinal
d = 300– 40 -6 -10/2
= 249 mm
Penulangan pada momen
Mu
k=
d 2 .b.θ
15141200
=
0,8.200.2492
= 1,526 MPa
ρ min = 0,0035
ρ perlu = 0,0040
ρ maks = 0,0203
ρ min < ρ perlu <ρ maks
0,0035 < 0,0040 < 0,0203
As = ρ . b . d
= 0,0040 . 200 . 249
= 199,2 mm2
Akibat gaya tekan aksial
P
A=
θ . fy
486
= = 1,86 mm2
0,65.400
Ast = As + A
= 199,2 + 1,86
= 201,06 mm2
56
200 − 40 − (3.10)
kontrol spasi =
2
= 65 mm
Dipakai 8 Ø 10
Penulangan geser
Tu = 2158600 Nmm
Vu = 84196 N
Σx2y = (200-80)2 . (300-80)
= 3168000 mm2
Φ .1/24 . fc . Σx2y = 0,6 . 1/24 . 25 . 3168000
= 3960000 Nmm
Tu ≤ Φ . 1/24 . fc . Σx2y
Vc = 1/6 . fc . b . d
98826,66 N ≤ 166000 N
Dimensi sudah memenuhi syarat
57
Smaks = d/2
= 249 / 2
= 124,5 mm , dipakai 150 mm
Penulangan geser
Vs.S
Av =
fy.d
98826,66.150
=
400.249
= 148,83 mm2
Jadi dipakai Ø 6 –150
Gaya rencana dipakai adalah gaya maksimum pada batang 1572 (frame1572)
P = 4316 N
Vu = 70500 N
Tu = 286740 Nmm
Mu = 2818700 Nmm
Penulangan longitudinal
d = 250 – 40 -6 -10/2
= 199 mm
58
Dipakai 8 Ø 10
200 − 80 − (3.10)
kontrol spasi =
2
= 45 mm
Penulangan geser
Tu = 286740 Nmm
Vu = 70500 N
59
= 306000 Nmm
Tu ≤ Φ .1/24 . fc . Σx2y
Vc = 1/6 . fc . b . d
Vu
Vs = − Vc
θ
70500
= − 33166,66
0,6
= 84333,34 N
2/3 . b . d . fc = 2/3 . 200 . 199 . 25
= 132666,66N
Vs ≤ 2/3 . b . d . fc
84333,34 N ≤ 132666,66 N
Dimensi sudah memenuhi syarat
Smaks = d/2
= 199 / 2
= 99,5 mm , dipakai 150 mm
Penulangan geser
Vs.S
Av =
fy.d
60
84333,34.150
=
400.199
= 158,91 mm2
Jadi dipakai Ø6 –150
Gaya rencana dipakai adalah gaya maksimum pada batang 221 (frame 221 )
P = 227379 N
Vu = 17599 N
Tu = 145300 Nmm
Mu = 12703600 Nmm
As = 2 As’
= 2 . 31759
= 63518 mm2
Dipakai tulangan 8 Ø10
200 − 80 − (3.10)
Spasi =
3
= 30 mm
Penulangan geser
Tu = 145300 Nmm
Vu = 17599 Nmm
Σx2y = (200-80)2 . (200-80)
= 1728000 mm2
Φ . 1/24 . fc . Σx2y
Vc = 1/6 .b . d . fc
Vu
Vs = − Vc
θ
17599
= − 24833,33
0,6
= 4498,33 N
2/3 . b . d . fc = 2/3 . 200 . 149 . 25
= 99333,33 N
63
Vs ≤ 2/3 . b . d . fc
4498,33 N ≤ 99333,33 N
Dimensi memenuhi syarat
Smaks = d/2
= 149 /2
= 74,5 mm , dipakai 150 mm
Penulangan geser
Vs.s
Av =
fy.d
4498,33.150
=
400.149
= 11,32 mm2
Dipakai Ø 6-150
Gaya rencana di pakai adalah gaya maksimum pada batang 918 (frame 918 )
P = 176224 N
Vu = 16717 N
Tu = 884300 Nmm
Mu = 16082300 Nmm
• d = 200-40-6-10/2
= 149 mm
64
600
Cb = .d
600 + fy
600
= 149
600 + 400
= 89,4 mm
ab = β . Cb
= 0,85 . 89,4
= 75,99 mm
Dengan mengabaikan displacement concrete
Ccb = ab . b . 0,85 . fc
= 75,99 . 200 . 0,85. 25
= 322957,5 N
Tsb = Csb
Karena kolom simetri
Pnb = Ccb + Csb – Tsb
= 322957,5 N
Prb = 0,65 . Pnb
= 0,65 . 322957,5
= 239922,37 N
P ≤ Prb
176244 N ≤ 239922,37 N
kontrol keluluhan baja
εy = 0,0020
cb − d '
εs = 0,003
d
89,4 − 40
= 0,003
40
= 0,0370 ≥ vy = 0,0020
h ab h h
Mnb = Ccb ( - ) + Tsb ( - d ) + Csb ( - d )
2 2 2 2
65
Vc = 1/6 .b . d . fc
3028,33 N ≤ 99333,33 N
Dimensi memenuhi syarat
Smaks = d/2
= 149 /2
= 74,5 mm , dipakai 150 mm
Penulangan geser
Vs.s
Av =
fy.d
3028,33.150
=
400.149
= 7,621 mm2
Dipakai Ø 6-150
Data kolom :
Ukuran kolom = (150 x 150 ) mm
Diameter tulangan pokok = 10 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Diameter sengkang = 6 mm
fy = 400 MPa
67
Gaya rencana di pakai gaya maksimum pada batang 1753 (frame 1753 )
P = 4008 N
Vu = 3718 N
Tu = 186900 Nmm
Mu = 2117700 Nmm
• d = 150-40-6-10/2
= 99 mm
600
Cb = .d
600 + fy
600
= 99
600 + 400
= 59,4 mm
ab = β . Cb
= 0,85 . 59,4
= 50,49 mm
Dengan mengabaikan displacement concrete
Ccb = ab . b . 0,85 . fc
= 50,49 . 150 . 0,85. 25
= 160936,87 N
Tsb = Csb
Karena kolom simetri
Pnb = Ccb + Csb – Tsb
= 160936,87 N
Prb = 0,65 . Pnb
= 0,65 . 160936,87
= 104608,96 N
P ≤ Prb
4008 N ≤ 104608,96 N
kontrol keluluhan baja
εy = 0,0020
68
cb − d '
εs = 0,003
d
59,4 − 40
= 0,003
40
= 0,0045 ≥ vy = 0,0020
h ab h h
Mnb = Ccb ( - ) + Tsb ( - d ) + Csb ( - d )
2 2 2 2
150 50,49 150
= 160986,37 ( − ) + 2 Tsb ( − 40)
2 2 2
= 800987,68 + 70 Tsb
2117700 = 800987,68 + 70 Tsb
Tsb = 18810,17 N
Tsb
As’ =
fy
18810,17
=
400
= 47,025 mm2
As = 2 As’
= 2 . 47,02
= 94, 05 mm2
Dipakai tulangan 4 Ø10
150 − 80 − (2.10)
Spasi =
3
= 16,67 mm
Penulangan geser
Tu = 18690 Nmm
Vu = 3718 Nmm
ΣX2y = (150-80)2 . (150-80)
= 343000 mm2
69
Φ . 1/24 . fc . Σx2y
Vc = 1/6 .b . d . fc
= 1/6 . 150 . 99 . 25
= 1237 N
Perlu tulangan geser
Vu
Vs = − Vc
θ
3718
= − 1237
0,6
= 4959,66 N
2/3 . b . d . fc = 2/3 . 150 . 99 . 25
= 49500 N
Vs ≤ 2/3 . b . d . fc
4959,66 N ≤ 49500 N
Dimensi memenuhi syarat
Smaks = d/2
= 99 /2
= 49,5 mm , dipakai 150 mm
Penulangan geser
Vs.s
Av =
fy.d
4959,66.150
=
400.99
= 18,78 mm2
Dipakai Ø 6- 150
70
bo = 2 . (a1 + d) + 2 . (a2 + d)
= 2 . (200 + 265) + 2. (200 + 265)
= 1860 mm
φ Vc = 0.6 x 1860 x 0.265 x 25
= 1478,7 kN
Vu = 364,97 kN < φ Vc = 1478,7 kN
Tebal plat mencukupi untuk memikul gaya geser tanpa memerlukan
tulangan geser.
f. Perhitungan momen lentur
2
⎛L−a⎞
Mu = ½ . Q netto maks . ⎜ ⎟ .B
⎝ 2 ⎠
2
⎛ 2 − 0.2 ⎞
2
= ½ x 485,12 kN/m x ⎜ ⎟ x2
⎝ 2 ⎠
= 392,94 kNm
Mu
Momen nominal (Mn) =
φ
361430,1
= = 451787,62 kNmm
0.8
Perhitungan luas tulangan lentur
Mu 361,43.106
k perlu = = = 6,433
φ .b.d 2 0,8.1000.2652
Di dapat ρ = 0,0198
As perlu = ρ . b .d
= 0,0198 . 1000 . 265
= 5247 mm2
Asperlu 5247
n = = = 66,84
Atul 78,5
Dipakai tulangan D10- 120 mm
76
BAB IV
C. Pekerjaan Pondasi
1. Pasangan pondasi
¾ Pasangan pondasi footplat
Volume : {(0,2 . 0,2. 0,95) + (1. 0,3 .1)}x 44
Volume : 14,87 m3
¾ Pasangan pondasi batu kali per m3
Diketahui : tinggi pondasi : 0,9 m
Lebar atas pondasi : 0,25 m
Lebar bawah pondasi : 0,80 m
Panjang pondasi : 157,2 m
Volume pekerjaan :
(0,25m + 0,80m ) x0,9 m x 157,2 m
2
: 74,27 m3
77
Volume pekerjaan :
(0,25m + 0,80m ) x0,9 m x 69 m
2
: 32, 6 m3
Vtot = 106, 87 m3
D. Pekerjaan Beton
1. Pekerjaan Stuktur Lantai 1
a. Lantai kerja 1:3:5
Luas keseluruhan = 258 m2
Ketebalan = 0,08 m
Volume = 0,08 m . 258 m
= 20,64 m3
b. Beton sloof
Panjang = 226,2 m
Ukuran = 0,20 . 0,25
Volume = 226,2 m . 0,20 m . 0,25 m
= 11,31 m3
c. Beton kolom
78
Type 20x20
Panjang kolom = 3,5 m
Ukuran kolom = 0,2 m x 0,2 m
Jumlah = 126 buah
Volume = 3,5 m . 126 buah . 0,2 m . 0 ,2 m
= 17,64 m3
= 37,04 m3
Type 15x15
Panjang kolom = 3,5 m
Ukuran kolom = 0,15 m x 0,15 m
Jumlah = 31 buah
Volume = 3,5 m . 31 buah . 0,15 m . 0 ,15 m
= 2,44 m3
Vtot = 20,08 m3
d. Tangga beton
Volume = 1,98 m3
2. Pekerjaan Beton Bertulang Lantai 2
a. Beton kolom
Type 20x20
Panjang = 3,2 m
Ukuran = 0,2 x 0,2
Jumlah = 126 buah
Volume = 3,2 m . 0,2 m . 0,2 m . 126 buah
= 16,2 m3
Type 15x15
Ukuran = 0,15 x 0,15
Panjang = 3,2 m
Jumlah = 24 buah
Volume = 0,15 m . 0,15 m . 3,2 m . 24 buah
= 1,72 m3
79
Volume = 12 buah
7. Daun Pintu
Volume = 66,32 m2
Volume = 17 buah
3. Stop kontak
Jumlah = 5 buah
Volume = 5 buah
4. Saklar tunggal
Jumlah = 39 buah
Volume = 39 buah
5. Saklar ganda
Jumlah = 11buah
Volume = 11 buah
6. Instalasi titik lampu dan stop kontak
Jumlah = 60 titik
Volume = 60 titik
J. Pekerjaan Pengecatan
1. Cat tembok
Luas = 1205,6 m2
Volume = 1205,6 m2
2. Plitur
Luas = 132,63 m2
Volume = 132,63 m2
3. Cat plafond
Luas = 596 m2
Volume = 596 m2
4,2 Rencana Anggaran Biaya
JUMLAH Rp 637904541
PPN 10% Rp 63790454,1
JUMLAH TOTAL Rp 701694995,1
DIBULATKAN Rp 701695000
Terbilang :(Tujuh ratus satu juta enam ratus sembilan puluh lima ribu rupiah)
4,4 KURVA S
PROYEK RUMAH TINGGAL SWADAYA PATEMON
Jl. Patemon, Semarang
BOBOT PER MINGGU 0,65 0,65 3,06 3,06 3,06 6,91 6,91 6,60 9,18 9,18 9,18 7,48 4,98 4,98 4,47 4,47 6,75 6,75 1,68
BOBOT KOMULATIF 0,55 1,30 4,36 7,42 10,48 17,39 24,30 30,90 40,08 49,26 58,44 65,92 70,90 75,88 80,36 84,83 91,58 98,33 100,0
BAB V
87
88
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal
maksimal tiap-tiap lapisan 20 cm tanah lepas dan dipadatkan.
b. Pada lokasi yang diurug harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai
dengan ketinggian rencana. Untuk daerah-daerah dengan ketinggian
tertentu, dibuat patok dengan warna tertentu pula.
c. Pada daerah yang basah/ada genangan air, Pemborong harus membuat
saluran-saluran sementara untuk mengeringkan lokasi-lokasi tersebut
misalnya dengan bantuan pompa air.
d. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah
dan sebagainya.
e. Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan, harus diurug kembali
sehingga mencapai kerataan yang ditetapkan dengan bahan urugan yang
dipadatkan, kecuali untuk daerah galian pondasi harus mengikuti pasal 3
mengenai “Pekerjaan Galian Pondasi”.
f. Bagian permukaan yang dinyatakan padat harus dipertahankan, dijaga dan
dilindungi agar jangan sampai rusak akibat pengaruh luar misalnya basah
oleh air hujan, panas matahari dan sebagainya.
g. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus
dicampur dengan cara menggaruk atau cara sejenisnya sehingga diperoleh
lapisan yang kepadatannya sama.
h. Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kapadatan yang dibutuhkan
dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum
dimulai dengan lapisan berikutnya.
91
c. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan dibuka, tidak
bergelombang, berlubang, atau retak-retak dan tidak menunjukkan gejala
keropos/tidak sempurna.
d. Acuan harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dengan cara yang
dapat menimbulkan kerusakan pada beton dan material-material lain
disekitarnya, dan pemindahan acuan harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan kerusakan akibat benturan pada saat
pemindahan.
e. Seluruh bahan-bahan bekas acuan yang tidak terpakai harus dibersihkan dari
lokasi proyek dan dibuang pada tempat-tempat yang ditentukan.
c. Pekerjaan lantai kerja merupakan campuran antara PC, pasir beton dan krikil
atau split dengan perbandingan 1:2:3.
d. Permukaan lapisan lantai kerja harus dibuat rata/waterpass. Kecuali pada
lantai ruangan-ruangan yang diisyaratkan pada kemiringan tertentu, supaya
diperhatikan mengenai kemiringan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar
Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi
syarat-syarat :
- Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2.
- Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat atau
kotoran-kotoran lainnya).
c. Air
Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air
bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali),
tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton
Indonesia. Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak
diperkenankan untuk dipakai.
d. Besi Beton (Steel Bar)
Semua basi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
- Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2.
- Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/karat dan tidak cacat (retak-
retak, mengelupas, luka dan sebagainya).
- Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan bahan
tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan Peraturan
Beton Indonesia.
- Mempunyai penampang yang sama rata.
e. Kualitas Beton
a. Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah beton
Ready Mix fc’ 25 MPa (tegangan tekan hancur karakteristik untuk
silinder beton ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada usia 28 hari).
5. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pada dasarnya pelaksanaan Pekerjaan Beton Bertulang harus dilakukan
dengan peraturan-peraturan yang disebutkan pada butir 2 pasal 9.
96
Pekerjaan plesteran ini, untuk semua permukaan pasangan batu bata baru serta
permukaan beton yang terlihat dinyatakan tampak ataupun yang diperlukan untuk
difinish.
2. Persyaratan Bahan
a. Campuran plesteran yang dimaksud adalah yang cara pembuatannya
menggunakan mixer selama 3 menit.
b. Berapen adalah plesteran kasar dengan campuran aduk kedap air yaitu 1 Pc : 4
Psr dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan batu bata yang
tertanam dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan/atau lantai.
c. Plesteran adalah campuran 1 Pc: 3 Pasir : 10 Kapur.
d. Aduk plesteran ini untuk menutup semua permukaan dinding pasangan batu
bata bagian dalam bangunan terkecuali yang dinyatakan kedap air.
e. Plesteran kedap air adalah campuran 1 Pc : 4 Pasir.
f. Aduk plesteran ini untuk menutup semua permukaan dinding pasangan batu
bata bagian luar/tepi luar bangunan, semua bagian dan keseluruhan permukaan
dinding pasangan batu bata seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
g. Plesteran halus/aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat sedemikian
rupa sehingga mendapat campuran yang homogen.
Plesteran ini adalah pekerjaan finishing yang dilaksanakan setelah aduk
plesteran sebagai lapisan dasar beruinur 7 hari (sudah kering benar)
h. Semua jenis aduk plesteran di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu segar, belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.
i. Permukaan semua aduk plesteran harus diratakan. Permukaann plesteran
tersebut khususnya plesteran halus harus rata, tidak bergelombang, penuh dan
padat, tidak berongga serta berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun
benda-benda lain yang membuat cacat.
j. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran pada permukaan pasangan batu
bata dan beton, permukaan beton harus dibersilikan dari sisa-sisa bekisting
kemudian di ketrek/scratched.
k. Pekerjaan plesteran halus adalah semua permukaan pasangan batu bata dan
beton yang akan difinish dengan cat.
103
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan rangka dari kayu Jati yang telah dikeringkan dengan oven, dianti rayap,
mutu A, kelas kuat I-II dan kelas awet I.
b. Mutu dan kualitas kayu dipakai sesuai persyaratan dalam NI-5 (PKKI tahun
1961)
c. Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus, kering dengan permukaan rata, bebas
dari cacat seperti retak-retak, mata kayu dan cacat lainnya.
d. Setiap sambungan rangka daun pintu dan penempelan /pelekatan lembaran panil
dan rangka, apabila diperlukan digunakan lem kayu produk dalam negeri yang
bermutu baik.
e. Bahan finishing daun pintu : - cat kayu melamic.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum pelaksanaan dimulai, penimbunan bahan-bahan pintu di tempat
pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang
baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.
b. Harus diperhatikan semua sambungan siku untuk rangka kayu dan penguat
lain, agar tetap terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga
kerapihan, tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
c. Semua permukaan kayu harus diserut halus, rata. lurus dan siku sisi-sisinya
satu sama lain.
d. Daun pintu setelah dipasang halus rata, tidak bergelombang, tidak melintir dan
semua peralatan dapat berfungsi dengan baik dan sempurna.
b. Bahan kayu yang dipakai harus memenuhi syarat dan peraturan kayu
bangunan untuk perumahan dan gedung yang ditentukan dalam PKKI.
c. Ukuran finish kosen sesuai detail gambar. .
d. Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus, kering dengan permukaan rata,
bebas dari cacat seperti retak-retak, mata kayu dan cacat lainnya.
e. Accessories.
- Angker, sekrup, plat dan baut harus dari bahan yang digalvanis.
- Untuk angker dipakai besi baja beton diameter 10 mm, untuk plat baja
dipakai ketebalan 2 mm.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum pemasangan, penimbunan kayu di tempat pekerjaan harus
ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena
cuaca langsung dari kerusakan dan kelembaban.
b. Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klos-klos, baut,
angker-angker dan penguat lain yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya
dengan memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang
tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
c. Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku-siku satu sama
lain sisi-sisinya dan di Iapangan sudah dalam keadaan siap untuk
penyetelan/pemasangan.
d. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
e. Kosen yang terpasang harus sesuai petunjuk gambar dan diperhatikan ukuran,
bentuk profil, type kosen dan arah pembukaan pintu/jendela
f. Detail kosen dan sanibungan dengan material lain harus disesuaikan dengan
type pintu/jendela yang akan terpasang.
g. Pembuatan dan penyetelan/pemasangan kosen-kosen harus lurus dan siku,
sehingga mekanisme pembuatan pintu/jendela bekerja dengan sempurna.
h. Semua kosen yang melekat pada dinding beton/bata diberi penguat angker
diameter minimum 10 mm. Pada setiap sisi kosen pintu yang tegak dipasang 3
angker dan untuk sisi kosen jendela 2 angker.
107
i. Setelah terpasang perlu diberi pelindung terhadap benturan dan pengotoran dari
akibat pelaksanaan pekerjaan lain.
d. Pemotongan harus rapi dan lurus, menggunakan alat pemotong kaea khusus,
sesuai standar pabrik. Sisi-sisi kaca yang tampak maupun tidak akibat pemotongan
harus digurinda dan dihaluskan sampai berbentuk tembereng.
e. Pekerjaan Pemasangan Kaca.
Sebelum pemasangan kaca, semua rangka pemegang sudah terpasang sesuai
dengan gambar kerja dan persyaratan pekerjaan untuk bahan rangka pemegang
tersebut. Tepi kaca pada sambungan atau antara kaca dengan rangka pemegang
harus diberi sealant atau dempul khusus untuk menutupi celah dengan
rangka seperti yang disyaratkan dalam gambar kerja.
f. Kualitas Pekerjaan
• Tidak boleh terjadi retak tepi pada semua kaca akibat pemasangan list
maupun skrup.
• Kaca harus telah terkunci dengan baik, sempurna dan tidak bergeser dari
rangka pemegang dan list yang ada.
• Semua kaca pada saat terpasang tidak boleh bergelombang, retak dan tergores.
d. Setelah kunci terpasang, noda-noda bekas cat atau bahan finish lainnya yang
menempel pada kunci harus dibersihkan dan dihilangkan sama sekali.
e. Untuk seluruh pintu yang dapat membentur dinding bila dibuka, diberi door stop,
dipasang dengan baik pada lantai dengan menggunakan sekrup.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (as) dari sisi atas p permukaan
lantai ke atas. Engsel tengah di pasang di tengah-tengah antara kedua
engsel tersebut.
b. Untuk pintu toilet, jarak tersebut diambil dari sisi atas dan sisi bawah dan
pintu semua.
c. Penarik pintu (handle) dipasang 100 cm (as) dari permukaan lantai
setempat.
d. Engsel sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan karat dan cukup kuat,
misalnya Stainlees steel.
d. Rangka penggantung plafond harus sesuai dengan pola Gambar Kerja dan
wajib diperhatikan terhadap peil rencana.
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan dari kualitas utama, tahan terhadap udara dan garam.
b. Bahan didatangkan langsung dari pabrik. Harus masih tersegel baik dalam
kemasannya dan tidak cacat.
c. 3. Syarat-syarat Pelaksanaan
Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak,
lubang dan pecah-pecah).
Bidang permukaan pengecatan harus dibuat rata dan halus dengan bahan
amplas besi dan setelah memenuhi persyaratannya barulah siap untuk dimulai
pekerjaan pengecatan .
Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan
pada bidang pengecatan.
Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran-kotoran
lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan serta dalam
keadaan kering.
Hasil akhir finishing melamic harus rata, permukaannya halus dan intensitas
warna untuk setiap bagian interior, furniture harus sama (disesuaikan colour
scheme material).
5.3 Penutup
1. Jika ada perbedaan antara gambar dan RKS, gambar petunjuk dan gambar detail
maka segera dilaporkan untuk diputuskan dengan tetap mengindahkan
kepentingan bangunan itu sendiri.
2. Apabila ada hal yang tidak tercamtum dalam gambar maupun RKS tetapi itu
mutlak dibutuhkan, maka hal tersebut harus dikerjakan/dilaksanakan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
1. Untuk pembebanan struktur, perhitungannya menggunakan
perhitungan manual dan dengan panduan buku-buku struktur bangunan
gedung.
2. Untuk mengecek struktur yang sudah diberi pembebanan dengan
menggunakan program SAP 2000.
3. Untuk struktur atap menggunakan asbes.
4. Untuk struktur bawah menggunakan pondasi foot plat .
5. Untuk plat lantai dan tangga menggunakan tebal plat 0,12 m.
6.2 Saran
1. Pelaksanaan projek harus disesuaikan dengan rencana kerja dan syarat –
syarat yang telah ditentukan agar dapat menghasilkan stuktur bangunan
yang sesuai dengan yang diharapkan maupun persyaratan.
2. Pelaksanaan pembangunan proyek diusahakan cepat dan tepat dalam
segala pelaksanaanya sesuai dengan time schedule yang telah dibuat
dengan tetap memperhatikan mutu dan kualitas bangunan.
112
113