You are on page 1of 81

KEAWANAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

 Menjelaskan bahwa perubahan zat air dalam


kisaran suhu atmosfer dari suatu bentuk
kebentuk yang lain di alam terjadi dalam siklus
air atau hidrologi
 Menjelaskan pendinginan udara dengan
berbagai cara pendinginan dan hasilnya
 Menjelaskan pembentukan awan dalam arus
udara yang naik dengan beberapa kondisi
stabilitas atmosfer
Siklus hidrologi

Adl: siklus/daur air dlm berbagai bentuk,


meliputi proses evaporasi dr lautan & badan 2
berair di daratan (sungai, danau, vegetasi &
tanah lembab) ke udara sbg reservoir uap air,
proses kondensasi ke dlm bentuk awan kmd
kembali lagi ke daratan & lautan dlm bentuk
presipitasi.
Selain proses tsb di atas, siklus hidrologi juga
mencakup proses transfer uap air, limpasan
(run-off) & peresapan air tanah.
 Keberadaan atmosfer sangat penting artinya
dalam proses distribusi air ke seluruh
permukaan bumi, karena kemampuannya
dalam menampung dan mengangkut uap air.
Siklus
aktif
Macam
siklus
hidrologi

Siklus
pasif
 Siklus hidrologi sec aktif memerlukan energi
panas & kelembaban cukup  di daerah
tropika basah  curah hujan > evaporasi
 Siklus hidrologi sec pasif memp energi yg
cukup walaupun kelembaban kurang 
daerah gurun  presipitasi jarang,sedangkan
evaporasi selalu tjd jika air tersedia.
Siklus bdsrkan
transfer air /
uap air

Meridional: Siklus yg meliputi


perpindahan pertukaran lengas
uap air ant (air, uap air or
sabuk lintang awan) ant daratan
berbeda & lautan
Pengembunan/kondensasi

Jika udara didinginkan, mk kapasitas udara utk


menampung uap air berkurang. Pd suatu
saat (bila jumlah uap air tdk berubah/e a tetap)
penurunan suhu akan meningkatkan RH
sampai 100%. Suhu pd wkt tercapainya RH
100% (ea = es) ------ suhu titik embun
Bila suhu terus turun mk uap air yg berlebihan
diubah mjd titik2 air ------ kondensasi
(pengembunan)
Jika RH tinggi hanya diperlukan sdkt
penurunan suhu utk pengembunan &
jika RH rendah diperlukan penurunan
suhu yg besar utk mencapai titik
embun.
Cara
Pendinginan

Pendinginan
adiabatik mengikuti
pemuaian
gelembung udara
yg naik.
Awan / kabut
Pencampuran dua
massa udara dgn
suhu & kelembaban
yg berbeda
pancaran radiasi

Embun
Rambatan/sentuhan
dengan permukaan
yang dingin
 Kondensasi dapat terjadi lebih cepat jika
tersedia partikel-partikel halus yang bersifat
higroskopis sehingga dapat berfungsi
sebagai inti kondensasi. Inti kondensasi ini
akan mengikat molekul-molekul air
disekitarnya untuk membentuk butiran air.
Bentuk pengembunan minor

Jk kondensasi tjd di atas titik beku


menghslkan pengembunan dlm status
cair (embun, kabut & awan)
Jk kondensasi tjd di bawah titik beku
menghasilkan pengembunan dlm btk
kristal es (ibun putih, rime, salju & awan
dingin)
Pembentukan awan dlm arus udara naik

a. Perub suhu sec adiabatik


Pemicu: pemanasan perm yg menyebabkan
kantong udara bergerak ke atas.
Tjd perub suhu sbg akibat proses internal 
adiabatik.
b. Laju penurunan suhu sec adiabatik
Seblm mencapai level kondensasi, laju
penurunan suhu adiabatik disebut: DALR
(Dry Adiabatic Lapse Rate).
Laju penurunan ini konstan sebesar 9,8oC ≈10oC
setiap naik 1 km.
Sedangkan laju penurunan suhu lingkungan
(ELR: Environment Lapse Rate) berubah
mnrt tempat & wkt, dgn penurunan rata2
sebesar 6,5oC per km.
Krn suhu trs turun selama bergerak naik, suatu
ketika kantong udara akan mencapai titik
embun. Ketingian saat udara mulai
mengembun & membentuk awan  level
kondensasi; yg merupakan dasar awan.
Dlm proses kondensasi, uap air melepaskan
panas laten. Energi tsb tdk dilepaskan ke
lingk, tp dipakai utk menambah panas dlm
sistem.
Laju penurunan suhu pd saat kantong udara
melampaui level kondensasi disebut: SALR
(Saturated Adiabatic Lapse Rate), yg
besarnya sekitar 4,7oC ≈5oC per km.
SALR besarnya tdk konstan, smkn besar panas
kondensasi yg dihasilkan, smkn kecil laju
penurunan suhunya.
Stabilitas Atmosfer & Pembentukan Awan
Hub ant penurunan suhu kantong udara dgn
laju penurunan suhu atmosfer lingkungan.
 Keadaan tdk stabil mutlak: ELR > DALR
(grs AD). Suhu kantong udara lbh hangat
dr suhu lingk, shg kantong udara terus
naik. Proses kondensasi menghslkan
awan yg berkembang vertikal (cumuli).
 Keadaan stabil
mutlak: ELR <
DALR (grs AE).
Suhu udara lbh
dingin dr suhu
lingk, shg kantong
udara tdk naik.
Menghslkan awan
strati.
 Keadaan tdk stabil bersyarat: SALR < ELR <
DALR (grs AF). Kantong udara yg suhunya <
suhu lingk naik hingga ketinggian ttt (Z1)
diatas level kondensasi (mis: krn angin
orografik). Setelah melewati ketinggian Z2,
suhu kantong udara > suhu lingk shg lbh
ringan & trs naik.
Dibwh ketinggian Z2 terbtk awan strati, diatas
ketinggian Z2 terbtk awan cumuli.
 Keadaan netral: ELR = DALR. Bila tdk ada
mekanisme pengangkatan kantong udara,
shg kantong udara tetap diam, tdk naik &
tdk turun.
 Jika suhu udara berada dibawah titik beku
air, maka kristal es dapat terbentuk.
 Kumpulan butiran air atau kristal es yang
tersuspensi di udara pada ketinggian lebih
dari 1 km dan dapat dilihat dengan mata
telanjang (visible) awan.
Awan

Adl: hsl kondensasi dr uap air yg bergerak


naik bersama kantong udara.
Awan bersifat memantulkan & menyerap
radiasi matahari, serta menyerap radiasi
bumi, shg awan berperan dlm
pemanasan & pendinginan bumi.
Proses pembentukan awan
The formation of clouds
Clouds are an important part of the water cycle. The heat
of the sun causes huge amounts of water to evaporate
every day from the oceans and continents and to rise
as water vapor into the atmosphere. Some 400 billion
tons of water are set into motion this way every year.
The form and height of clouds tell us about the
temperature and humidity of the air. The movement of
the clouds tells us in which direction the wind is
blowing and how fast. If we read the clouds correctly
we can often make accurate predictions about the
weather.
A cloud consists of a collection of water droplet and
ice crystals. These droplets are between 0.005
and 0.05 mm in diameter and they freeze when
the temperature drops.
For clouds to form, water vapor must condense.
Humid air rises from the earth’s surface. This
happens when wind is moved upwards by
mountains, near low pressure areas or when the
earth’s surface is heated by the sun.
Warm air is lighter and therefore rises. At high
altitudes, the air pressure decreases and the
rising air expands, cooling down by 33.08 °F
every 100 meters.The colder the air, the
closer it gets to the temperature at which
water vapor is condensed to water droplets.
Penggolongan awan menurut bentuknya :

 Stratus : berbentuk pipih & berwarna abu-abu


 Cumulus : bentuk dgn dasar yg rata & bag
atasnya mirip kubis bunga (Cauliflower)
ex: Cumulonimbus
 Cirrus : berwarna putih tipis, berserat & terdiri
dr kristal es
Penggolongan awan mnrt penyebarannya sec
vertikal :
 Awan tinggi (> 7000 m); biasanya ditandai
dgn awalan cirro/cirrus. Pd umumnya terdiri
dr kristal2 es berwarna putih or transparan.
ex: Cirrus, Cirrostratus, Cirrocumulus
 Awan sedang/pertengahan (2000-7000 m);
diawali dgn kata alto, merup campuran titik2
air & kristal2 es.
ex: Altocumulus, Altostratus
 Awan rendah (< 2000 m); biasanya mengg
kata stratus/strato.
ex: Stratus (menyebabkan hujan ringan),
Stratocumulus, Nimbostratus (menimbulkan
byk hujan)
 Awan yg berkembang vertikal; merup awan
yg dihasilkan oleh kantong udara yg hangat &
lembab yg msh mampu naik sampai
ketinggian ttt stlh melewati aras kondensasi.
ex: Cumulus (terbentuk siang hari & bergerak
naik), Cumulonimbus (menghasilkan hujan yg
disertai kilat & guntur serta badai)
Kabut & awan: sama-sama terdiri dr tetes air
yg melayang di udara

Kabut Awan
 Terbtk dlm udara  Terbtk pd batas yg
dekat perm bumi lbh tinggi (>1 km)
 Terbtk via pendinginan  Terbtk jk udara mjd
udara oleh sentuhan & dingin sec adiabatik
pencampuran or melalui udara yg
melalui penjenuhan naik &
udara oleh mengembang
penambahan kadar air
Curah Hujan

 Endapan (presipitasi) didefinisikan sbg btk


cair (air) & padat (es) yg jatuh ke perm bumi.
 Bentuk endapan : hujan, gerimis, salju &
hujan es (hail).
 Bentuk endapan yg paling sering dijumpai adl
hujan, di Indonesia yg dimaksud dgn
endapan = curah hujan
 Jumlah curah hujan (ch) dicatat dlm satuan
inci or milimeter (1 inci = 25,4 mm).
 Jumlah ch 1 mm tinggi air hujan yg
menutupi perm adl sebesar 1 mm, jika air tsb
tdk meresap ke dlm tanah or menguap ke
atm.
Pembentukan hujan
Utk dpt menghasilkan hujan, butir2 awan hrs
tumbuh mjd cukup besar, shg gaya berat
cukup utk melawan daya angkat (arus udara
naik dr permukaan).

Teori dlm pembentukan hujan:


1. Teori Bergeron
Berlaku utk awan dingin (< 0oC) yg terdiri dr
kristal es & air lewat dingin .
Perbedaan tek uap dsktr butir air & partikel es
(eair > ees) mengakibatkan butir air
mengembun dsktr partikel es. Pengembunan
menyebabkan kristal membesar. Jk berat
butir hujan melampaui daya dorong udara ke
atas, mk akan jatuh sbg hujan.
=== Tjd di daerah extra tropika atau pd awan
cumulus yg tumbuh mjd cumulonimbus dgn
puncak awan berada di bawah titik beku.
2. Teori tumbukan & penyatuan (Bowen-Ludlam)
Tjd tanpa adanya kristal2 es, shg butir awan
hanya terdiri dr butir air. Butir2 yg lbh besar
memp kec jatuh yg lbh besar drpd butir2 kecil.
Tumbukan antar butir yg disertai penyatuan
menyebabkan butir bertambah besar & berat
shg mampu melawan daya angkat udara &
jatuh sbg hujan.
=== Tjd di daerah tropika & lintang menengah
dgn hadirnya udara tropis di musim panas.
Tipe presipitasi
1. Hujan konvektif/zenithal/ekuatorial/naik
tropis
Dihasilkan dr naiknya udara hangat &
lembab dgn proses penurunan suhu sec
adiabatik. Gaya ini diakibatkan oleh
pemanasan perm. Hujan tjd pd cakupan wil
yg terbatas krn terdiri dr sel2 arus lokal yg
naik.
Ciri hujan konvektif :

 Terpencar2 (stgh dr total ch jatuh pd awal 10% dr interval


waktu), pd luasan yg relatif sempit (20 – 50 km2). Sering
berupa hujan lokal, tjd setelah pemanasan yg hebat pd
perm daratan pd musim panas & sering berupa badai yg
disertai oleh hail (bola/lempengan es berdiameter 5 – 50
mm)
 Memp siklus musiman & harian yg berhub dgn
pemanasan rad matahari. Tjd pd wkt pemanasan max &
kondisi atm yg tdk stabil. Air hujan byk yg mjd aliran perm
& menimbulkan erosi. Pd daerah lintang menengah &
tinggi, hujan dtg pd wkt efektif (pd musim tanam/musim
panas).
2. Hujan orografik
Dihslkan oleh naiknya udara lembab sec paksa
krn adanya dat tinggi/peg. Udara lembab yg
terdorong naik akan menurun suhunya &
menyebabkan tjd proses kondensasi. Ch utk
sisi arah dtg angin lembab (windward side) lbh
tinggi drpd sisi peg sebelahnya (leeward side)
----- disbt daerah bayangan hujan.
Hujan orografik memp siklus musiman & harian
tdk nyata dibandingkan hujan konvektif.
3. Hujan gangguan
a. Hujan siklonik: disebabkan oleh
gerakan udara naik dlm skala besar yg
berasosiasi dgn sist pusat tek rendah
(siklon). Hujan agak lebat dlm wkt
cukup panjang & daerah cukup luas.
b.Hujan frontal: tjd di lintang menengah
/temperate sbg akibat dr naiknya massa udara
yg mengalami konvergensi. Jk dua massa
udara (yg hangat & lembab dgn yg dingin &
kering) bertemu ---- ketdkstabilan atm meningkat
---- udara akan naik ---- menghasilkan awan.
Bag terdepan dr massa udara disbt front. Pd
belakang front hujan tdk terlalu lebat tp
berlangsung lama. Pd muka front hujan lebat
dgn hadirnya awan yg berkembang vertikal.
Hujan konvektif Hujan frontal

Hujan orografik
Pola curah hujan dunia
 Hujan tertinggi disktr equator 15oLS - 10oLU
-----daerah ITCZ: pertemuan dua massa udara tropis
---- tjd pengangkatan massa udara yg hangat, lembab
& tdk stabil sec aktif.
 Pada lintang 20-35oLU/LS : ch agak rendah : daerah
antisiklon subtropis dgn sist divergensi angin yg
berasosiasi dgn turunnya udara.
 Lintang 40-55oLU/LS ch meningkat lagi : konvergensi
lintang menengah (darah front krn ada pertemuan
massa udara tropis & massa udara kutub)
 Lintang 55o-kutub ch menurun tajam.
2000 mm

1500 mm

1000 mm

500 mm

90 60 30 0 30 60 90
Pola curah hujan Indonesia
a. Monsun : Bentuk pola hujan bersifat unimodal.
Distrusi ch bulanan berbentuk V dgn ch min pd bln
Jun, Jul or Agt. Sec umum MK berlangsung dr Apr-
Sept, & MH dari Okt-Mar. MK berangsur-angsur mjd
lbh panjang utk wil yg lbh jauh dr katulistiwa arah ke
S & TG.
b.Katulistiwa : pola hujan berbentuk bimodal (distribusi
ch memp 2 titik max), yaitu sktr bulan Mar & Okt saat
matahari tegak lurus equator (Pontianak, Padang).
c. Lokal : berbentuk unimodal tapi berlawanan dengan
pola hujan tipe monsun (Timika, Papua).
a b c

J A J O D J A J O D J A J O D
Antara bulan Oktober sampai Maret, angin
timur laut akan melintasi garis ekuator, yang
disebut sebagai monsoon timur laut
(northeast monsoon). Angin ini
mengakibatkan hujan lebat yang mula-mula
terjadi pada bagian utara Indonesia,
kemudian bergerak ke bagian selatan dan
tenggara Indonesia.
 Sebaliknya antara bulan April sampai
September, angin akan bergerak dari arah
tenggara, melintasi benua Australia sebelum
sampai ke Indonesia. Angin kering ini mula-
mula memasuki wilayah tenggara dan selatan
Indonesia, kemudian bergerak ke wilayah
utara Indonesia.
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)

 TMC merupakan usaha manusia untuk


meningkatkan curah hujan yang turun secara
alami dengan mengubah proses fisika yang
terjadi di dalam awan.
 Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan)
di dalam awan dapat berupa proses
tumbukan dan penggabungan (collision and
coalescense) atau proses pembentukan es
(ice nucleation).
Sejarah TMC

 Vincent Schaefer (1946) : menjatuhkan awan di


atm mjd hujan dengan menggunakan es kering
(CO2 padat).
 Hujan buatan pertama di Indonesia : Bogor (Juli
1977), kmd di Solo (Agt & Okt 1977).
 Proses pembuatan hujan: penyemprotan garam
kimia ditaburkan di atas awan cumulus &
stratocumulus shg berkemb. mjd awan Nimbus.
Bahan-bahan kimia yang digunakan :

 NaCl : bersifat higroskopis, harus dihaluskan


menjadi serbuk yang dimaksudkan untuk
pembenihan awan.
 CaCl2 : bentuk tepung digiling lagi agar mjd
halus. Pada suhu 25oC dan RH 80%, 1 kg
CaCl2 dapat menarik uap air sebanyak 1,27 kg.
 Urea : untuk memadatkan awan setelah
pembenihan dgn NaCl dan CaCl2. Stlh
terbentuk awan matang baru disemprot dgn
urea.
 Es kering : digunakan di luar negeri yg
bertindak sbg inti kondensasi. Dpt
menghasilkan kristal es dgn suhu dibawah 0oC.
Alat pengukur curah hujan
Alat pengukur curah hujan dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
 penakar hujan biasa yang tidak
mencatat sendiri jenis Observatorium
(Obs) yang dinamakan Ombrometer,
 mencatat sendiri dinamakan
Ombrograph.
Ombrometer, terdiri dari :
 Sebuah corong dan badan alat yang dapat
lepas dengan panjang keseluruhan 60 cm.
Mulut corong terdapat pada bagian atas
terbuat dari kuningan/tembaga dengan luas
100 cm2.
 Bak penampung curah hujan & gelas penakar
hujan berskala sampai 25 mm.
 Kaki berbentuk tabung silinder, tempat
memasang panakar hujan pada pondasi. Jadi,
tinggi corong dari permukaan tanah diatur 120
cm.
Pengamatan
dilakukan tiap jam
07.30 dengan
membuka kran dan
air yang keluar
diukur dengan gelas
ukur. Pembacaan
yang kurang dari
0.5 mm dituliskan
angka 0 (nol) curah
hujan dan 0 (nol)
hari hujan.
Prinsip pengukuran curah hujan :
h1 = tinggi air hujan
A1 = luas mulut corong penakar hujan
h2 = tinggi air hujan dlm gelas ukur
A2 = luas penampang gelas ukur
Maka didapat hubungan sbb :
h1A1 = h2A2
Contoh soal:

Diketahui diameter gelas ukur pada penakar


hujan tipe observatorium adalah 10 cm.
Tinggi hujan yg tertampung pada gelas
ukur tsb sebesar 300 mm. Berapa curah
hujan yg terjadi pada hari sebelumnya?
Ombrograf prinsip pelampung (penakar hujan
Hellman)
Curah hujan yang masuk ditampung pada bak
yang didalamnya terdapat pelampung.
Pelampung akan bergerak turun naik sesuai
dengan jumlah air hujan yang masuk.
Pelampung dilengkapi dengan jarum
penunjuk dan merekam pada kertas pias
yang berputar, sehingga selain jumlah curah
hujan keseluruhan juga tercatat jumlah curah
hujan maksimum dan minimum dan waktu
kejadiannya.
Ombrograf prinsip timbangan
Mempunyai dua
buah pelampung
yang sama besar.
Pena yang bergerak
mencatat jumlah
jungkitan, setiap kali
gerak jungkitan
menunjukkan
jumlah curah hujan
sebesar 0.5 mm.
Intensitas curah hujan
Dinyatakan sbg jumlah curah hujan per
satuan waktu, biasanya dinyatakan dlm
mm/jam.
I = r/n
r = jumlah curah hujan
n = banyaknya hari hujan
Misal .....
Data ch di Banjarbaru bulan Mei th 1980-1981:
CH (mm) HH
1980 176,6 12
1981 159,6 15
Rata-rata ch = (176,6+159,6)/2 = 168,1 mm
Rata-rata hari hujan = (12+15)/2 = 13,5 hari
Maka I = r/n
= 168,1/13,5 = 12,45 mm/hari
= 12,45/24 jam = 0,52 mm/jam ---- sangat ringan
Pengamatan & pengolahan data curah hujan
 Curah hujan: tinggi air hujan (mm) yg diterima
perm sblm mengalami aliran perm, evaporasi &
resapan ke dlm tanah.
 Jumlah hari hujan: jumlah hari dgn ch ≥ 0,5 mm
- dinyatakan perminggu, dekade, bulan,
tahun, 1 periode tanam.
 Intensitas hujan: jumlah ch dibagi waktu tjd
hujan.
Ch yg diamati pd sta.Klimatologi meliputi: tinggi
hujan (ch), jml hari hujan & intensitas hujan.
Data curah hujan Sta. Kampung Baru, Pelaihari bulan Januari 1995 :

Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
CH - - - 35 - 1 56 48 6 2 11 - 6 - - - - 33 - - -

 Berapa curah hujan di Sta Kampung Baru pada minggu kedua ?


 Berapa hari hujan pada minggu kedua tsb?
Metode pendekatan curah hujan wilayah
 Rata-rata aritmatik : met yg paling sederhana,
disarankan utk wil dgn topografi datar dgn
jumlah pos hujan cukup byk & tersebar merata.

Rr = 1/n (R1+R2+R3+…..+Rn)
Rr = tinggi hujan rata-rata
R1, R2,….Rn = tinggi hujan pada pos 1, 2
sampai n buah pos hujan
 Metode poligon Thiessen : dgn asumsi bahwa
setiap pos hujan dpt mewakili tinggi hujan dr
suatu wil dgn luas ttt, yaitu luas wil yg dibatasi grs
tegak lurus yg melalui & membagi dua bag yg
sama dr setiap garis lurus yg menghubungkan
setiap dua pos hujan yg berdekatan, shg bila
digambar setiap pos hujan terltk dlm satu poligon.

Rr = 1/A (A1.R1 + A2.R2 + ….. + An.Rn)


A1,A2,…An = bag luas poligon utk pos hujan 1,2,
…..n.
R1, R2,...Rn = tinggi hjanpd pos hujan 1,2...,n
A = luas seluruh wilayah
Met ini tdk mempertimbangkan btk topografi wil,
shg tdk disarankan utk wil yg berbukit/
bergunung.
Met ini lbh baik dr met aritmatik krn
mempertimbangkan luas wil yg dianggap
mewakili sbg bobot dlm perhit tinggi hujan
rata2.
 Metode Isohyet : lebih teliti dibanding dua metode
lainnya, krn mempetimbangkan topografi wilayah.
Penerapan met Isohyet memerlukan keterampilan
khusus utk menggambarnya. Tinggi hujan rata-rata
dihitung dgn menjumlahkan hsl kali tinggi hujan
dgn luas wilayah yg dibatasi oleh 2 garis yg
membagi jarak yg sama ant 2 isohyet yg berdekatan
dlm suatu wil.
Rr = 1/A (A1.R1 + A2.R2 + ….. + An.Rn)
A1, A2,…An = luas wil yg dibatasi oleh 2 grs yg
membagi jrk yag sama ant 2 isohyet yg
berdekatan.
R1, R2,…Rn = tinggi hujan dari setiap isohyet
A = luas seluruh wilayah
Kelemahan met ini: faktor subyektif dr
penggambaran peta isohyet dpt mempengaruhi
ketelitian hsl perhitungan.
Contoh soal
Suatu wil dgn luas 57,20 km2 memp 7 pos hujan.
Selama bln Sept tinggi hujan pd pos 1=105 mm,
pos 2=102 mm, pos 3=104 mm, pos 4=109 m,
pos 5=110 mm, pos 6=120 mm & pos 7=113
mm. Hit tinggi hujan rata2!
Jawab:
• Met aritmatik
Rr = 1/n (R1+R2+.....+R7)
= 1/7 (105+102+104+109+110+120+113)
= 109 mm
• Met poligon Thiessen

Pos hujan R (mm) A (km2) RxA


1 105 6,56 688,8
2 102 10,52 1073,04
3 104 8,02 834,08
4 109 9,08 989,72
5 110 6,32 695,2
6 120 7,42 890,4
7 113 9,28 1048,64
57,20 6219,88

Rr = 1/57,20(6219,88) = 108,74 mm
• Met isohyet

Pos hujan R (mm) A (km2) RxA


1 dan 2 103 18,34 1889,02
3, 4 dan 5 108 16,22 1751,76
6 dan 7 116 22,64 2626,24
57,20 6267,02

Rr = 1/57,20 (6267,02) = 109,56 mm


Metode pengukuran curah hujan rata-rata suatu wilayah (A) metode
Aritmatik, (B) metode Poligon Thiessen, (C) metode Isohiet
Kerapatan jaringan stasiun hujan

Tipe wilayah Kisaran luas min utk Kisaran luas max


jar sta yg normal utkjar sta pd daerah
(km2/sta) yg keadaan alamnya
sulit (km2/sta)
Dat rendah daerah 600 – 900 900 – 3000
tropis & subtropis (13.8 – 16.9) (16.9 – 30.9)
Peg di daerah tropis & 100 – 250 250 – 1000
subtropis (5.6 – 8.9) (8.9 – 17.8)
Pulau kecil berpeg., ch 25 Angka dlm kurung
tdk merata (2.8) adalah radius dlm km
Daerah arid & kutub 1500 - 10000
Penentuan jaringan pengamatan pos curah hujan
yg optimum
 Hitung jumlah total ch tahunan dr pos hujan sebyk n
buah; Xt = X1 + X2 +.....+ Xn
 Hitung ch rata-rata; ῡ = (Xt/n)
 Hitung jumlah kuadrat ch dr pos hujan sbyk n buah;
Jk = X12 + X22 +.....+ Xn2
 Hitung varian; S2 = (Jk – (Xt2/n)) / n-1
 Hitung koefisien variasi; CV = (100√ S2) / ῡ
 Jumlah pos pengamatan ch optimum dgn batas
kesalahan k persen; N = (CV/k)2
 Jumlah pos pengamatan ch yg harus ditambahkan;
x=N-n
Contoh soal

 Suatu wilyah terdpt empat buah pos


pengamatan ch. Ch normal setiap pos
adalah 3200, 2950, 2600 & 2450 mm/tahun.
Tentukan jumlah pos penakar ch optimal dr
wilayah tsb, bila diinginkan batas kesalahan
besar ch rata-rata sebesar 5% !
Simaklah visualisasi berikut :

Jawablah pertanyaan ini :


1. Sebutkan lapisan-lapisan atmosfer. Di
lapisan atmosfer mana keadaan cuaca
terjadi? Jelaskan !
2. Sebutkan apa saja yang menjadi dasar
penyebab cuaca !
3. Apa yang dimaksud dengan topan/taifun/
siklon?
4. Jelaskan bagaimana proses terjadinya
topan!
5. Apa saja yang menjadi penyebab
kerusakan (“senjata”) dari topan?
Jelaskan !
6. Jelaskan proses terjadinya petir !

You might also like