Professional Documents
Culture Documents
Pada tiap zona intertidal terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara
satu daerah dengan daerah yang lain. Jenis substrat daerah intertidal ada yang
berpasir adapula yang berbatu. Hal lain yang dapat dilihat yakni pembagian zona
juga dapat dilihat dari pasang surutnya dan organismenya. Pada pokok bahasan ini
lebih ditekankan pada pembahasan intertidal daerah berbatu.
Akibat seringnya hempasan gelombang dan pasang surut maka daerah
intertidal sangat kaya akan oksigen. Pengadukan yang sering terjadi menyebabkan
interaksi antar atmosfir dan perairan sangat tinggi sehingga difusi gas dari
permukaan keperairan juga tinggi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Webber
dan Thurman (1991) bahwa pantai berbatu di zona intertidal merupakan salah satu
lingkungan yang subur dan kaya akan oksigen. Selain oksigen daerah ini juga
mendapatkan sinar matahari yang cukup, sehingga sangat cocok untuk beberapa
jenis organisme untuk berkembang biak. Pada tiap zona intertidal terdapat
perbedaan yang sangat signifikan antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Jenis substrat daerah intertidal ada yang berpasir adapula yang berbatu. Hal lain
yang dapat dilihat yakni pembagian zona juga dapat dilihat dari pasang surutnya
dan organismenya. Pada pokok bahasan ini lebih ditekankan pada pembahasan
intertidal daerah berbatu.
1. Faktor fisika. Faktor ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada
ekosistem intertidal. Akibat adanya pasang surut maka menyebabkan
faktor pembatas pada daerah ini menjadi lebih ekstrim. Faktor pembatas
tersebut yaitu kekeringan, suhu, dan sinar matahari ketiga faktor tersbeut
saling terkait. Jika laut surut maka daerah intertidal terekspose oleh sinar
matahari, akibatnya suhu meningkat. Suhu yang meningkat menyebabkan
penguapan dan dampaknya daerah menjadi kering.
2. Faktor biologis. Faktor ini sangat tergantung dari faktor fisik perairan.
Organisme berusaha untuk menyesuaikan diri pada keadaan yang sangat
ekstrim tersebut. Ada berbagai macam cara organisme menyesuaikan diri
salah satunya dengan mengubur diri atau memodifikasi bentuk cangkang
agar dapat hidup pada derah yang kering.
Skema Umum Untuk Zonasi Pantai Berbatu
Pada dasarnya pembagian zonasi untuk pantai berbatu dilihat dari pasang
surut yang terjadi. Pantai ini didominasi oleh substrat dari batu. Menurut
Stephenson and Stephenson (1972) in Raffaelli and Hawkins (1996) menyatakan
bahwa pembagian zona pada pantai berbatu dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. A high-shore area (bagian pantai yang paling atas) atau yang biasa disebut
supralittoral fringe. Pada zona ini dicirikan oleh berbagai organisme
seperti alga yang menjalar, Cyanobacteria (bakteri hijau biru) dan cacing
kecil, periwinkles.
2. A broad midshore zone (zona bagian tengah yang lebar) atau yang biasa
disebut midlittoral zone. Pada daerah ini didominasi oleh pemakan
suspense seperti bernakel, kerang atau terkadang tiram.
3. A narrower low-shore zone (zona bagian bawah yang sempit) atau yang
biasa disebut infralittoral fringe. Pada daerah ini didominasi oleh alga
merah, organisme penghasil kapur, kebanyakan berbentuk menjalar,
terkadang kelp yang lebat (alga coklat) atau terkadang pada suatu tempat
di Hemisphere selatan yaitu penyering makanan seperti tunicata (sea
squirt).
Sedangkan pembagian menurut Reseck (1980) zonasi pada pantai berbatu dibagi
menjadi empat zonasi :
1. Zone I : daerah yang paling tinggi dan selalu kering (spray zone/upper
litoral zone).
2. Zona II : Daerah yang mengalami kekeringan 2 kali sehari selama pasang
terendah, selama 4-6 jam.
3. Zona III : Daerah yang mengalai kekeringan dalam waktu yang agak
pendek, kurang lebih 1-3 jam.
4. Zona IV : Daerah yang mengalami kekeringan sangat relatif singkat,
kurang lebih 12 jam.
Pembagian zonasi pada pantai berbatu juga dapat didasarkan oleh organisme yang
hidup pada daerah tersebut (Barnes & Hughes, 1999). Pembagian zonasi tersebut
dibagi menjadi dua bagian yakni:
1. .Zonasi dari mikroalga. Zonasi ini didasarkan oleh fotosintesis yang terjadi
didalam air. Pembagian tersebut yakni:
a) Pada spesies yang terdapat pada lower shore fotosintesis lebih baik di
udara dibanding dalam air.
b) Pada spesies yang terdapat pada mid hingga upper shore fotosintesis
lebih baik didalam air disbanding diatas daratan. Kekuatan fotosintesis
dalam air pada spesies ini yakni enam kali lebih kuat.
2. Zonasi dari hewan. Zonasi ini didasarkan oleh dua hal yang sangat
signifikan yaitu:
a) Makanan. Ketersediaan makanan sangat penting utamanya bagi
organisme yang pergerakannya sangat lambat atau yang tidak
berpindah tempat.
b) Pergerakan. Organisme perlu berpindah untuk mencari makan,
sehingga faktor ini juga sangat terkat dengan faktor yang pertama.
Penyebab Zonasi
Lebih menekankan pola zonasi yang dibagi antara batas zona atas & zona
bawah secara terpisah & menggambarkan perbedaan antara tumbuhan &
hewan sesil
Menurut Baker, 1909; Gowanloch and Hayes, 1926; Broekhuysen, 1941; Biebl,
1952; Southward, 1958; review: Newell, 1979 dalam Raffaelli, 1996 bahwa
penyebab zonasi mengakibatkan organisme memiliki kemampuan yang berbeda
dalam bertahan hidup di luar air, yaitu dengan kemampuan penyesuaian
morfologi, fisiologi dan tingkah laku.
Penyebab Batas Zona Atas (Tumbuhan & Hewan Sesil) Pantai Berbatu
Menurut Newell, 1979; Norton, 1985 dalam Rafaelli, 1996 bahwa faktor
fisik seperti kekeringan atau tekanan termal yang membatasi distribusi batas atas
pantai berbatu. Ketika organisme berada di udara terbuka (surut terendah), mereka
mulai kehilangan air, sehingga organisme harus mempunyai sistem tubuh yang
dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan air di udara terbuka.
Secara umum, faktor biologis lebih kompleks dan kadang – kadang sukar
dipahami karena berkaitan erat dengan faktor- faktor lainnya. Persaingan di antara
organisme umumnya disebabkan karena makanan dan tempat (ruang) hidup. Di
zona intertidal berbatu terbatas persediaan ruang hidup karena luas daerah yang
terbatas. Akibatnya terjadi persaingan ruang yang intensif. Sebagai contoh
penelitian yang dilakukan oleh Connell (1961), dimana dia menunjukkan bahwa
terjadi persaingan ruang antara Chathamalus stellatus (Little gray bernacles)
dengan Balanus balanoides (Rock bernacles).
Alga intertidal juga sering menujukkan batas dalam penyebaran batas dan
bawahnya. Hal ini disebabkan oleh tingkat pasang surut kritis, juga berkaitan
dengan persaingan ruang dan cahaya. Sebagai contoh kelp besar yang dominan
Hedophyllum sessile, Laminaria setchelli dan Lessionopsis littoralis, semuanya
tumbuh lebat dan menyaingi beberapa spesies yang lebih kecil di daerah intertidal
bawah. Zonasinya ditentukan oleh perubahan-perubahan faktor fisik yang
berhubungan dengan kedalaman seperti cahaya dan gerakan ombak. Semakin
dalam perairan, intensitas cahaya semakin terbatas. Sebagian lagi oleh persaingan
antar spesies (Nybakken, 1992).
Grazer dapat berperan dalam mengatur batas atas dan bawah spesies alga.
Kelompok grazer yang dominan adalah berbagai limpet, bulu babi dan siput
litorina.
Ada 3 kemungkinan tipe dan cara strategi larva invertebrata bentik, cara
pertama adalah planktotrofik dengan menghasilkan sejumlah besar telur-telur
kecil. Telur-telur itu akan menetas menjadi larva yang berenang bebas sebagai
plankton. Cara kedua lesitotrof dengan memproduksi lebih sedikit telur dan
membekali dengan lebih banyak energi dari kuning telur. Telur-telur itu akan
menetas menjadi larva dan karena mempunyai cadangan kuning telur, mereka
tidak makan plankton. Cara ketiga larva non pelagik/juvenil dengan
menghapuskan tahap larva sama sekali. Telur akan mengalami perkembangan
yang lama tanpa sumber energi tambahan.
Menurut MacArthur (1960), di kenal dua pola daur hidup organisme yang
agak berbeda pada habitat mana pun juga, yaitu tipe oportunistik dan ekuilibrium.
Namun, ada pula organisme yang bersifat antara keduanya dan mempunyai variasi
campuran dari sifat-sifat tersebut. Pada perairan yang dangkal dengan substrat
lunak dan banyak terdapat pergerakan ombak yang mengacaukan substrat tersebut
dan mengangkat lapisan atas sedimen banyak ditemukan organisme tipe
opurtunistik. Komunitas bentik umumnya terdiri dari opurtunistik. Sedangkan tipe
ekuilibrium cenderung menempati perairan yang lebih dalam.
http://www.docstoc.com/docs/10625521/Penyebab-Zonasi
http://www.docstoc.com/docs/10628568/pola-distribusi-ekosistem-intertidal