You are on page 1of 2

Dampak Kontrasepsi yang Tidak Ssesuai Berakibat merugikan

Keberhasilan program KB secara kuantitatif di buktikan dengan kenaikan prosentase penggunaan


alat kontrasepsi oleh PUS dari 49,7% pada tahun 1991 menjadi 61,1% dan terus naik dari 62,4%
hingga menjadi 65% pada tahun 2002-2003 namun sedikit menurun manjadi 63,7% pada tahun
2007. demikian dipaparkan oleh Kepala BKKBN Prov Jateng Dra Sri Murtiningsih, Ms belum
lama ini dalam acara Orientasi Program Kependudukan Dan KB Bagi Pengelolan media di Hotel
Santika Semarang.

Menurut Kepala BKKBN, banyak alternative pilihan jenis metode / alat kontrasepsi yang
diberikan oleh program yang biasa digunakan oleh akseptor antara lain IUD, Implant, MOP,
MOW, Suntik, Pil, dan Kondom. Dari ketujuh jenis alat kontrasepsi tersebut menurutnya
Suntikan yang paling banyak di pakai oleh akseptor.

Masih menurut Kepala BKKBN, Berdasarkan data SDKI 11991,11994,1997,2002/2003 dan


2007 dapat diketahui bahwa prevalensi pemakaian KB suntik terus mengalami peningkatan yaitu
13,2% pada tahun 1991, pada tahun 1994 menjadi 15,2%, tahun 1997 25,4%, tahun 2002-2003
menjadi 32,5%, tahun 2007 meningkat sebesar 37,7%. Sebaliknya untuk pemakaian alat
kontrasepsi jenis IUD cenderung menurun dari 15,6% paa tahun 11991 hingga 4% pada tahun
2007.

Pada umumnya, memang pilihan jenis alat kontrasepsi di Indonesia masih mengarah pada
kontrasepsi hormonal seperti suntik, Pil, Implant. Sementara bedasarkan kebijakan Pemerintah,
program KB sebenarnya mengarah pada penggunaan kontrasepsi non hormonal seperti IUD,
MOP dan MOW.
Anjuran yang disampaikan, menurut masih Sri Murtiningsih, adalah program yang
didasakan pada alasan bahwa dari sisi ekonomi penggunaan alat kontrasepsi non hormonal
dinilai oleh pemerintah lebih efisien dari segi biaya. Efisien yang dimaksud adalah berkaitan
dengan sejauhmana anggaran yang disediakan untuk penyediaan kontrasepsi mempunyai
efektifitas dari segi biaya dan angka kegagala, efek samping, dan komplikasi.
Sementara dari sisi medis, lanjutny, alat kontrasepsi non hormonal dinilai lebih aman
bagi kesehatan tubuh. Sedangkan alat kontrasepsi hormonal dinilai selain tidak ekonomis juga
akan sangat berpengaruh bagi kesahatan tubuh dalam jangka waktu panjang. “Banyak akseptor
yang memilih alat kontrasepsi hormonal diduga merupakan dampak dari tidak diberikannya
informasi yang luas, tentang setiap keuntungan dan kekurangan alat kontrasepsi baik melalui
KIE dan KIP, oleh petugas lapangan maupun provider sehingga pengetahuan merekapun
kurang”. katanya
Peningkatan peserta KB aktif yang ditunjukkan dengan kenaikan prosentase penggunaan
alat kontrasepsi oleh aseptor merupakan bukti semakin tingginya tingkat penerimaan dan tingkat
kesadaran masyarakat terhadap program KB termasuk pemilihan alat KB dipengaruhi oleh
banyak factor, salah satu factor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi adalah
pengetahuannya.
Pada umumnya juga meningkatnya pengetahuan tentang alat/cara KB akan diikuti oleh
makin tingginya tingkat pemakaian kontrasepsi. Syailendra

You might also like