Professional Documents
Culture Documents
Asupan Gizi
Keputihan dapat terjadi kepada perempuandalam rentang usia berapa pun. “Perempuan
yang belum aktif secara seksual dan anak berusia enam atau tujuh tahun pun berpotensi
terkena keputihan lho, “ tutur Ovi mengingatkan. Karena itu, keputihan harus segera
diobati dan untuk mencegahnya wanita harus menjaga pola makan yang sehat.
Sayangnya masih banyak perempuan yang menyimpan rapat-rapat keputihan yang
dialaminya karena malu untuk memeriksakan diri sehingga terkadang keputihan yang
dialami sudah menjadi parah., “ujar Andriani Ganeswari, marketing communication
manager PT Pfizer Indonesia. Padahal, menurut Andriani, kesadaran untuk
memeriksakan diri secara dini sangat membantu menurunkan risiko keputihan yang
dialami menjadi semakin parah.
Menurut Ovi, untuk menangani keputihan harus diketahui dulu penyebab awalnya.
“Penanganan melalui pemeriksaan rutin dan laboratorium yang dilakukan tidak akan
optimal menyembuhkan keputihan apabila tidak ditunjang dengan perubahan pola hidup
yang lebih baik, “ujar Ovi.
Masih banyak yang belum mengetahui bahwa kebiasaan mencuci pakaian dalam dengan
deterjen tidak baik untuk organ intim wanita. “Karena bahan dari deterjen dapat membuat
daerah intim tersebut teriritasi,” Jelas Ovi.
Dr. Elvina Karyadi MSc PhD, ahli gizi yang juga Country Manager, Micronutritient
Initiative (MI) Indonesia mengatakan, memperhatikan pola gizi yng seimbang dapat
menunjang penyembuhan keputihan karena apa yang dimakan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan.
Menurutnya, menjaga keseimbangan aupan gizi seperti karbohidrat, protein, vitamin,
mineral, antioksidan, asam lemak esensial, serat yang banyak terdapat di sayuran, dan air
sangat membantu menjaga keseimbangan bakteri baik dan jahat yang ada di usus.
Keadaan usus yang seimbang – bakteri baik lebih banyak terdapat di usus – dapat
menurunkan risiko terjadi berbagai gangguan kesehatan, termasuk infeksi jamur di
daerah kewanitaan.
Menurut Ahli obsteri dan Ginekologi FKUI RSCM Dr dr Dwiana Ocviyanti, SpOG, organ
intim wanita seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi lingkungan. Letaknya
tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan suasana kering.
MENJADI putih adalah dambaan banyak wanita, hingga mereka berlomba-lomba untuk --
misalnya -- membeli produk pemutih kulit. Namun, wanita akan menjadi panik jika "si putih"
yang satu ini muncul dalam celana. Jika Anda wanita, jangan panik dulu, karena bisa saja "si
putih" di dalam celana itu akibat keputihan Anda. Mengapa itu bisa terjadi?
-------------
Keputihan dalam bahasa kedokteran disebut leukorrhea, fluor albus, vaginal discharge atau
white discharge. Leukorrhea adalah cairan kental berwarna putih yang dikeluarkan dari alat
genital wanita. Cairan ini dihasilkan oleh peradangan atau pelebaran pembuluh darah pada
mukosa alat genital. Bila leukorrhea berwarna kekuningan, berbau dan disertai gejala lain
seperti gatal, rasa seperti terbakar, nyeri saat kencing, jangan pernah menganggap itu normal.
Anda harus berkonsultasi dengan dokter.
Keputihan dibedakan menjadi dua macam, yaitu leukorrhea fisiologis (LF) dan leukorrhea
patologis (LP) yang disebabkan oleh penyakit. LF adalah keputihan yang normal terjadi pada
setiap wanita dan ini merupakan tanda bahwa alat genital sehat dan mampu membersihkan
dirinya sendiri. Cairan yang keluar berupa lendir berwarna putih dengan pH sekitar 4,0. Cairan
ini merupakan campuran lendir dari leher rahim (komponen utama), cairan encer dari
endometrium dan tuba falopii, cairan kental dari kelenjar Bartholin dan Skene, transudat dari
sel epitel vagina, sel epitel vagina yang lepas, dan produk metabolit mikroflora vagina.
Jumlah dan konsistensinya bervariasi dalam satu siklus menstruasi. Cairan ini mengandung
protein, polisakarida, asam amino, enzim dan imunoglobulin. Bila diperiksa dengan mikroskop,
akan tampak banyak sel epitel dan sedikit limfosit. LF umumnya terjadi pada; (1) bayi yang
baru lahir hingga berumur sekitar 10 hari, keputihan ini disebabkan oleh pengaruh hormon
estrogen dari plasenta terhadap rahim dan vagina janin, (2) wanita yang akan mengalami
menstruasi pertama kali karena alat genital mulai mendapat pengaruh hormon estrogen, dan
(3) pada saat melakukan hubungan seksual.
Lantas, (4) waktu di sekitar ovulasi, yakni cairan yang keluar dari kelenjar-kelenjar pada leher
rahim menjadi lebih encer, (5) keputihan yang berasal dari kelenjar-kelenjar pada leher rahim
juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis dan pada wanita
dengan kelainan anatomis pada leher rahim, dan (6) selama kehamilan, ini terjadi karena
peningkatan aliran darah ke alat genital karena peningkatan hormon estrogen.
Sedangkan LP adalah keputihan yang disebabkan oleh suatu penyakit, terpenting di antaranya
adalah infeksi. Infeksi ini bisa berasal dari vagina, vulva, leher rahim, rahim maupun adneksa.
LP mengandung lebih banyak limfosit, berwarna agak kekuningan hingga hijau, lebih kental dan
berbau. Gejala lainnya tergantung kuman penyebab. Tumor pada alat genital, jinak maupun
ganas, juga dapat menyebabkan terjadinya keputihan ini.
Infeksi Penyebab
Beberapa jenis infeksi yang menyebabkan keputihan antara lain Bacterial Vaginosis,
Vulvovaginal Candidiasis, Trichomoniasis, Atrophic Vaginitis, Infeksi Chlamydia dan Gonorrhea.
* Bacterial Vaginosis (BV) adalah penyebab tersering LP (40%-50% kasus infeksi vagina), tetapi
sering tanpa gejala. Penyebabnya adalah perubahan keseimbangan flora normal vagina atau
peningkatan pH vagina. Sembilan puluh persen flora normal vagina adalah bakteri dari genus
Lactobacillus. Penurunan jumlah flora normal menyebabkan ledakan pertumbuhan bakteri lain
seperti Gardnerella Vaginalis, Mycoplasma Hominis, Bacteroides Species dan Mobiluncus
Species.
Berganti-ganti pasangan seksual, merokok, penggunaan IUD dan sering menyemprot vagina
dengan air mempermudah terjadinya BV. Gejala yang timbul berupa keputihan seperti susu
yang tidak lengket, berwarna putih keabu-abuan, banyak, dan setelah ditetesi larutan KOH
menjadi berbau amis. Dengan pemeriksaan mikroskopis preparat basah akan tampak "Clue cell"
yaitu sel epitel vagina yang dikelilingi bakteri. Pada wanita yang tidak hamil, BV meningkatkan
risiko penyakit radang panggul, infeksi postoperatif dan penyebaran HIV.
* Vulvovaginal Candidiasis (VC) disebabkan oleh jamur Candida Species, 80%-90% oleh Candida
Albicans dan 15% oleh Candida Glabrata. Angka kejadiannya sekitar 20%-25% dari kasus infeksi
vagina. Agar dapat bertahan hidup, Candida Species memerlukan jaringan yang mengandung
estrogen. Karenanya, VC sering terjadi setelah menarche dan jarang terjadi pada wanita
menopause. Pil kontrasepsi dosis tinggi, IUD dengan spermisida, kencing manis, penggunaan
antibiotik, kehamilan, penyakit yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan
penggunaan celana yang terlalu ketat dapat mempermudah terjadinya VC.
Gejala yang dirasakan berupa gatal, rasa seperti terbakar dan kemerahan pada vulva dan
vagina, kadang disertai nyeri saat kencing. Cairan tidak berbau, pH<4,7 dan sangat tebal hingga
menyerupai gumpalan susu. Dari pemeriksaan mikroskopis dengan preparat basah maupun
dengan pewarnaan KOH dapat ditemukan pseudohifa atau anyaman miselium.
* Trichomoniasis (Tm) disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis. Angka kejadiannya sekitar 15%-
20% dari kasus infeksi vagina, 50% penderita tanpa gejala. Sisanya, timbul gejala berupa
keputihan yang berwarna kekuningan hingga kehijauan, berbusa, berbau "apek", nyeri saat
melakukan hubungan seksual, iritasi vulvovaginal, dan kadang-kadang disertai nyeri saat
kencing. Dari pemeriksaan mikroskopis dengan preparat basah dapat ditemukan trikomonas
dengan cara bergerak yang khas. Tm dapat menyebabkan infeksi pada vulva-vagina, infeksi
uretra, infeksi saluran reproduksi bagian atas, gangguan perkembangan janin (lahir prematur,
bayi berat badan lahir rendah), dan mempermudah penularan HIV.
* Atrophic Vaginitis (AV) merupakan penyebab tersering iritasi vagina pada wanita di masa
klimakterium (6 tahun sebelum berhenti menstruasi hingga 6 tahun sesudah berhenti
menstruasi). Pada masa ini terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan peningkatan hormon
gonadotropin yang mengakibatkan sel epitel vagina mengalami atropi. Kejadian ini
mempermudah terjadinya infeksi sekunder pada vagina.
Keluhan yang dirasakan berupa keluar cairan jernih hingga kekuningan dari vagina, kadang
berwarna seperti darah. Keluhan lain berupa sering kencing, tiba-tiba timbul rasa ingin kencing
hingga terasa nyeri dan tidak mampu menahan kencing; dan mengompol saat terjadi
peningkatan tekanan perut, seperti saat batuk dan saat tertawa terbahak-bahak. Dari
pemeriksaan mikroskopis dengan preparat basah atau papanicolaou smear akan tampak sel
basal dan sel parabasal imatur, menggantikan sel epitel vagina.
* Chlamydia Trachomatis (CT) merupakan bakteri obligat intraseluler, bakteri ini hanya bisa
tumbuh di dalam sel inang yang masih hidup. Bakteri ini hanya menyerang sel epitel kolumnar
pada endoserviks, uretra, endometrium, tuba falopi dan rektum. Sekitar 70% wanita yang
terinfeksi CT tanpa gejala, sehingga sulit untuk menegakkan diagnosa infeksi ini.
Bagi penderita yang bergejala, keluhannya berupa keluar cairan berwarna kuning hingga
kehijauan atau hanya berupa bercak-bercak berwarna kuning hingga kehijauan atau perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual, peradangan akut pada uretra, nyeri saat kencing dengan
frekuensi dan urgensi yang minimal. Hasil kultur urin negatif karena bakteri ini hanya bisa
tumbuh di dalam sel inang yang masih hidup. Sekitar 30% dari infeksi serviks akibat CT yang
tidak diobati akan berkembang menjadi penyakit radang panggul.
* Gonorrhea (Gh) disebabkan oleh bakteri diplokokus Gram negatif, Neisseria Gonorrhoeae.
Seperti CT, bakteri ini hanya menyerang sel epitel kolumnar. Wanita yang terinfeksi sebagian
besar tanpa gejala dan bila infeksi ini menimbulkan keluhan, keluhan yang muncul hampir sama
dengan infeksi CT. Bedanya, kuman ini juga menginfeksi faring pada 10% kasus. Dengan
pewarnaan Gram dari cairan serviks, kuman akan tampak. Sekitar 15% dari infeksi serviks
akibat Neisseria Gonorrhoeae yang tidak diobati akan berkembang menjadi penyakit radang
panggul.