Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN AUDITOR
INDEPENDEN
1. Neraca konsolidasian 1
5.1. Umum 5
BPK-RI/AUDITAMA V
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Kami telah mengaudit neraca konsolidasian PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak
perusahaanya tanggal 31 Desember 2004 dan 2003, serta laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal tersebut. Kami juga melakukan pengujian atas kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern. Laporan Keuangan,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern adalah
tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan
pendapat atas laporan keuangan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
pengendalian intern berdasarkan audit kami. Kami tidak mengaudit laporan keuangan
anak-anak perusahaan yaitu PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Rekayasa
Industri dan PT Mega Eltra. Laporan keuangan anak-anak perusahaan tersebut
menyajikan total aktiva sebesar Rp16.634.711.021.000,00 pada tanggal 31 Desember
2004, dan total laba bersih setelah pajak sebesar Rp439.309.592.000,00 untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut.
Laporan keuangan anak-anak perusahaan tersebut diaudit oleh auditor independen lain
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang laporannya telah diserahkan kepada
kami, dan pendapat kami, sejauh yang berkaitan dengan jumlah-jumlah untuk anak-anak
perusahaan tersebut, semata-mata hanya didasarkan atas laporan auditor independen lain
tersebut.
i BPK-RI/AUDITAMA V
Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian,
bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi
signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan
keuangan secara keseluruhan. Selain itu audit mencakup pengujian atas kepatuhan
perusahaan terhadap kontrak, persyaratan bantuan dan pasal-pasal tertentu peraturan
perundang-undangan serta kepatuhan terhadap pengendalian intern. Kami yakin bahwa
audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain
yang kami sebut di atas, laporan keuangan konsolidasian yang kami sebut di atas
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Pupuk
Sriwidjaja (Persero) dan anak-anak perusahaannya tanggal 31 Desember 2004 dan 2003,
dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Audit kami laksanakan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
pokok secara keseluruhan. Laporan keuangan induk perusahaan disajikan untuk tujuan
analisa tambahan dan bukan merupakan bagian laporan keuangan pokok yang diharuskan
menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan keuangan induk
perusahaan tersebut telah menjadi objek prosedur audit yang kami terapkan dalam audit
atas laporan keuangan pokok, dan, menurut pendapat kami, disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, berkaitan dengan laporan keuangan pokok secara keseluruhan.
ii BPK-RI/AUDITAMA V
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern kami
sampaikan secara terpisah kepada manajemen dengan laporan kami nomor
03.B.2/Auditama V/GA/II/2005 tanggal 28 Pebruari 2005.
iii BPK-RI/AUDITAMA V
DASAR PENUGASAN DAN RUANG LINGKUP AUDIT
1. Dasar Penugasan
a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 23E, 23F dan pasal 23G;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan dan peraturan perundangan lainnya yang berlaku;
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
d. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara;
e. Surat Tugas Badan Pemeriksa Keuangan No. 59/ST/VII-XV.1/9/2004 tanggal 29
September 2004, perihal penugasan untuk melakukan pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Konsolidasian PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) Tahun Buku 2004 di Kantor
Pusat Palembang, Pabrik, Kantor Pemasaran Pusri Daerah, Unit Pengantongan Pupuk
dan Kantor Perwakilan Pusri Jakarta.
2. Ruang Lingkup Audit
Audit ini bersifat general audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Pupuk
Sriwidjaja (Persero) untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2004. Audit
dilaksanakan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan yang ditetapkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan dan Standar Auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan
audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material.
Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar pengujian bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga
meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang
dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. Selain itu audit mencakup pengujian atas kepatuhan perusahaan terhadap
kontrak dan pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan serta kepatuhan terhadap
pengendalian intern.
Kontrak, pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan
yang kami uji mencakup :
a. Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
b. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
c. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
d. Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
iv BPK RI/AUDITAMA V
s. Prosedur Operasional Baku pengadaan barang/jasa PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) No.
SK/DIR/77/2001 tanggal 28 Mei 2001.
t. Kontrak-kontrak pengadaan barang dan jasa dalam tahun 2004.
Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat. Pelaksanaan audit di lapangan mulai tanggal 6 Oktober 2004 sampai
dengan 28 Pebruari 2005.
v BPK RI/AUDITAMA V
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Aktiva dalam pelaksanaan 5.8.13. 6,426,716,359 3,610,701,360 HAK SAHAM MINORITAS 5.8.24. 75,652,164 69,207,335
EKUITAS
JUMLAH AKTIVA 18,830,999,713 15,987,821,921 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 18,830,999,713 15,987,821,921
- Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.
1
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
2004 2003
No. URAIAN Catatan Disajikan Kembali
Rp 000 Rp 000
- Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.
2
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
- Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.
3
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
2004 2003
URAIAN Disajikan Kembali
(Rp 000) (Rp 000)
- Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.
4
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
5.1. U m u m
5.1.1. Dasar hukum pendirian
PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) atau lebih dikenal dengan sebutan PT PUSRI
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang didirikan berdasarkan akta notaris
Eliza Pondaag nomor 177 tanggal 24 Desember 1959 dan diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia nomor 46 tanggal 7 Juni 1960.
Kantor Pusat dan Pusat Produksi berkedudukan di Palembang Sumatera
Selatan.
PT PUSRI, sejak berdiri telah mengalami perubahan bentuk badan usaha
sebagai berikut:
♦ Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1964, sejak bulan Mei
1964, PT PUSRI berubah dari Perseroan Terbatas menjadi Perusahaan
Negara (PN);
♦ Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1969 dan dengan akta
notaris Soeleman Ardjasasmita, SH No. 4 tanggal 3 Januari 1970
dikembalikan lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT).
5.1.2. Permodalan
Sejalan dengan perkembangan industri pupuk di tanah air, Pemerintah Republik
Indonesia melalui Peraturan Pemerintah nomor 17 tanggal 24 Juni 1997 dan
nomor 28 tanggal 7 Agustus 1997, dengan akta notaris Imas Fatimah, SH
nomor 47 tanggal 13 Agustus 1997 dan nomor 41 tanggal 14 Oktober 1997,
menetapkan seluruh saham Pemerintah pada industri pupuk PT Pupuk Kujang,
PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. dan
PT Petrokimia Gresik sejumlah Rp1.829.290.000.000,00 dialihkan
kepemilikannya kepada PT PUSRI.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 34 tanggal 28 Pebruari 1998
menetapkan peralihan saham Pemerintah sebesar Rp6.000.000.000,00 di
PT Mega Eltra kepada PT PUSRI, dan selanjutnya Menteri Negara Penanaman
Modal dan Pembinaan BUMN dengan keputusan nomor Kep-26/M-PM.
PBUMN/2000 tanggal 3 Juni 2000, menyetujui kapitalisasi laba ditahan
PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. sebesar Rp728.768.000.000,00 menjadi
tambahan modal disetor. Dengan persetujuan Meneg BUMN melalui keputusan
No. 117/MBU/2004 tanggal 27 Desember 2004 pemerintah menyetujui
penambahan modal negara Republik Indonesia ke PT PUSRI yang selanjutnya
dijadikan sebagai penambahan penyertaan modal PT PUSRI ke PT Pupuk
Iskandar Muda sebesar Rp85.000.000.000,00.
Susunan modal PT PUSRI per 31 Desember 2004 adalah sebagai berikut:
♦ Modal dasar Rp 10.000.000.000.000,00
♦ Modal dalam portepel Rp 6.280.232.000.000,00
♦ Modal ditempatkan dan disetor penuh Rp 3.719.768.000.000,00
5
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
6
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
Dalam rangka memperoleh pinjaman bank berupa kredit modal kerja dan kredit
investasi (baik nasional maupun asing) serta pembukaan L/C impor, beberapa aktiva
perusahaan berupa deposito berjangka, piutang usaha, persediaan dan aktiva tetap,
dijadikan jaminan kepada pihak bank yang bersangkutan. Penjaminan aktiva perusahaan
barkaitan dengan penerimaan pinjaman tersebut yang cukup material kami sajikan
dalam penjelasan masing-masing akun yang bersangkutan.
7
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
Memburuknya perekonomian Indonesia yang dimulai sejak akhir tahun 1997 dan terus
berlanjut hingga tahun 2004 dan sampai dengan saat pemeriksaan, membawa dampak
yang sangat signifikan terhadap segala faktor kehidupan perekonomian di Indonesia.
Kondisi perekonomian nasional yang kurang menguntungkan tersebut terutama
dipengaruhi oleh terjadinya krisis bidang moneter, yang ditandai oleh fluktuasi nilai
tukar rupiah terhadap kurs dolar Amerika Serikat (US$) yang demikian tajam. Hingga
saat laporan ini dibuat, nilai tukar Rupiah terhadap US$ belum menunjukkan tanda-
tanda kestabilan pada suatu tingkat keseimbangan baru. Kondisi fluktuasi nilai tukar
rupiah terhadap USD dalam tahun 2004 berkisar antara Rp8.574,00 dan Rp9.290,00 per
US$.
Belum adanya tanda-tanda kestabilan nilai tukar rupiah terhadap mata uang US$
tersebut membawa dampak yang signifikan terhadap kinerja PT PUSRI, yaitu
diantaranya mengakibatkan melonjaknya biaya produksi, terutama yang menyangkut
harga gas bumi dan suku cadang pabrik yang dibayar dengan menggunakan mata uang
US$. Hal ini juga berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk-
produk yang dihasilkan perusahaan.
Dalam kondisi seperti tergambar di atas, terhadap faktor-faktor yang dapat dikendalikan
perusahaan (controllable factors), pihak manajemen telah mengusahakannya dengan
cukup baik, sehingga terdapat keyakinan yang cukup memadai bahwa perusahaan akan
dapat tetap bertahan dan menjalankan kesinambungan usahanya dalam waktu-waktu
mendatang. Kendati krisis ekonomi nasional berdampak terhadap kinerja perusahaan,
seperti menurunnya tingkat perolehan laba dan melonjaknya biaya produksi, namun
langkah-langkah yang telah dijalankan dan rencana-rencana yang telah disusun oleh
perusahaan, memberikan gambaran yang jelas bahwa perusahaan senantiasa melakukan
berbagai upaya strategis untuk mengurangi dampak krisis ekonomi nasional dan terus
mengupayakan langkah-langkah penting guna mempertahankan kesinambungan usaha
PT PUSRI selaku perusahaan holding.
Namun demikian, perusahaan tidak terlepas dari berbagai faktor yang berada di luar
kendali manajemen (uncontrollable factors), seperti kebijakan-kebijakan ekonomi
makro yang ditempuh pemerintah, kondisi perekonomian internasional, sampai dengan
kondisi keamanan secara nasional. Dampak faktor-faktor tersebut terhadap
kelangsungan usaha perusahaan, sangat tergantung pada seberapa besar dan penting
pengaruhnya terhadap kegiatan usaha perusahaan.
8
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
Ayat 1 menetapkan dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan
membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang pesangon hak
9
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
Kewajiban diestimasi menurut paragraph 15 harus diakui apabila ketiga kondisi berikut
dipenuhi:
a. Perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu.
b. Besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus
keluar sumber daya, dan
c. Estimasi yang handal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Perusahaan kemungkinan akan memiliki kewajiban yang sama berupa pembayaran uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak terhadap karyawan
tetap, apabila terjadi pemberhentian terhadap karyawan tersebut di masa yang akan
datang.
Khusus untuk anak perusahaan, PT Mega Eltra, PT Petrokimia Gresik dan PT Rekayasa
Industri, kewajiban yang timbul atas kesejahteraan pegawai di masa yang akan datang
tidak menjadi tanggung jawab perusahaan karena telah dialokasikan kepada pihak ketiga
yaitu PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
10
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
Sesuai dengan PSAK 24, penilaian terakhir atas biaya manfaat pensiun perusahaan
dilakukan oleh aktuaris independen.
Pokok-pokok kebijakan akuntansi penting yang dianut oleh perusahaan adalah sebagai
berikut:
Jumlah mata uang yang disajikan dalam laporan keuangan konsolidasian beserta
lampirannya dibulatkan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain.
Porsi kepemilikan pemegang saham minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan
disajikan sebagai “Hak Minoritas” di neraca konsolidasian.
Penyertaan saham pada anak perusahaan dengan kepemilikan lebih dari 50%
adalah sebagai berikut:
11
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
12
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
13
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
14
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
♦ Persediaan suku cadang dan bahan pembantu yang tidak bergerak lebih dari
empat tahun, diklasifikasikan sebagai persediaan suku cadang dan bahan
pembantu yang lama bergerak (slow moving) dan dikelompokkan pada
laporan keuangan sebagai aktiva lain-lain.
♦ Metode biaya (cost method), apabila saham yang dimiliki kurang dari 20%
dan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen
perusahaan yang sahamnya dimiliki, sedangkan dividen yang diperoleh
dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.
♦ Metode ekuitas (equity method), apabila saham yang dimiliki 20% atau lebih
dan mempunyai pengaruh signifikan atas investee kecuali dibuktikan
sebaliknya. Dividen yang diperhitungkan didasarkan atas hasil RUPS dan
dibukukan sebagai penambahan penyertaan dan realisasi pembayaran dividen,
dibukukan sebagai pengurangan penyertaan.
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (PSAK No. 16, paragraph 5).
15
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
♦ PT Petrokimia Gresik :
• Bangunan Rp 14.000.000,00
• Mesin Rp 14.000.000,00
• Alat berat Rp 14.000.000,00
• Kendaraan Rp 4.000.000,00
• Inventaris Rp 5.000.000,00
♦ PT Mega Eltra Rp 1.000.000,00
♦ Penyusutan
Penyusutan aktiva tetap dihitung berdasarkan persentase tetap dari nilai buku,
kecuali untuk kelompok bangunan atas dasar metode garis lurus dari nilai
perolehan, sesuai dengan penggolongan yang diatur dalam undang-undang
nomor 10 tahun 1994 tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan.
♦ Aktiva tetap dalam bentuk siap pakai yang diperoleh melalui pembelian,
dinilai berdasarkan harga perolehannya, yaitu harga beli ditambah semua
biaya yang telah dikeluarkan dalam rangka menempatkan aktiva tersebut pada
kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan dan dicatat berdasarkan berita
acara penerimaan aktiva tetap yang bersangkutan.
♦ Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pembangunan yang dilakukan oleh
pihak ketiga dinilai berdasarkan harga perolehannya yang dipindahbukukan
dari aktiva dalam pelaksanaan dan dicatat berdasarkan berita acara serah
terima dari pihak ketiga (pemborong) bersangkutan.
16
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
Pada saat proyek telah selesai dan dinyatakan beroperasi secara komersial
berdasarkan berita acara rampung (close out report), maka atas investasi
tersebut pencatatannya dialihkan sebagai aktiva tetap dan disusutkan sesuai
dengan penggolongannya, sejak proyek tersebut dinyatakan telah beroperasi
secara komersial.
♦ Aktiva tetap yang dibangun oleh pihak ketiga, dinilai berdasarkan kemajuan
fisik sesuai dengan berita acara dan dibukukan pada saat pembayaran kepada
pihak ketiga dan disajikan dalam kelompok aktiva tetap.
♦ Sisa material dari proyek yang telah selesai dipindahkan ke persediaan rutin
dengan nilai Rp1,00.
Aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset) diakui untuk seluruh perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
laba fiskal pada periode yang akan datang, kecuali aktiva pajak tangguhan yang
timbul dari:
a. Goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai dengan
PSAK No. 22 tentang akuntansi penggabungan usaha.
b. Pengakuan awal aktiva atau kewajiban suatu transaksi yang:
1) bukan transaksi penggabungan usaha, dan
2) tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun fiskal.
Perbedaan temporer kena pajak (PSAK No. 46, paragraph 65) diakui sebagai
kewajiban pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak :
a. Dari goodwill yang amortisasinya tidak dapat dikurangkan untuk tujuan
fiskal,
17
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
b. Pada saat pengakuan awal aktiva atau kewajiban suatu transaksi yang:
1) Bukan transaksi penggabungan usaha.
2) Pada saat transaksi, tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun
fiskal.
♦ Aktiva tetap yang tidak digunakan lagi untuk operasional perusahaan (karena
rusak atau usang), sebelum mendapatkan persetujuan formal untuk
menghapuskannya, secara administratif dikeluarkan dari perkiraan aktiva
tetap dan dipindahbukukan ke dalam kelompok aktiva lain-lain.
Terhadap aktiva tetap tersebut dilakukan penyusutan sekaligus sebesar nilai
buku dan dibebankan sebagai biaya lain-lain.
18
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
♦ Aktiva penyangga ini akan disusutkan sepanjang satu periode waktu yang
tidak melebihi masa manfaat dari aktiva tetap yang berhubungan (disusutkan
selama sisa umur ekonomis pabrik).
19
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
20
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
♦ Biaya selama masa pelaksanaan proyek terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya
material dan biaya overhead.
21
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
♦ Nilai sisa material proyek yang terjadi merupakan nilai CIP yang dipindahkan
ke Aktiva Tetap. Sedangkan fisik dari sisa material proyek tersebut akan
dipindahkan ke persediaan rutin dengan nilai tercatat.
♦ Jumlah pajak penghasilan (PPh) badan yang harus dilunasi oleh perusahaan
atas perolehan laba kena pajak selama tahun berjalan, setelah diperhitungkan
(dikompensasikan) dengan pajak penghasilan dibayar di muka, dibukukan
sebagai hutang pajak.
♦ Pajak-pajak penghasilan yang lain yang telah dipungut tetapi belum
disetorkan ke kas negara sampai dengan tanggal penutupan buku, dibukukan
sebagai hutang pajak.
♦ PPN keluaran yang masih harus disetor sebesar hasil kompensasi antara PPN
keluaran terhutang dengan PPN masukan yang dapat dikreditkan, dibukukan
sebagai hutang pajak.
♦ Beban yang timbul atas pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang
berupa bunga dan biaya lainnya diakui sebagai beban pada periode terjadinya
biaya pinjaman tersebut, kecuali biaya pinjaman yang secara langsung dapat
dikaitkan dengan perolehan, konstruksi atau produksi suatu aktiva.
22
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
♦ Pengakuan beban tahun berjalan berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat
barang atau jasa dimanfaatkan dalam operasi perusahaan. Pada akhir tahun
dilakukan pisah batas (cut off) atas pengeluaran yang telah dan atau belum
terjadi.
Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan dengan mempergunakan kurs pada
saat terjadinya transaksi dan pos-pos aktiva serta kewajiban moneter dalam mata
uang asing selain US$ terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang US$,
selanjutnya dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah berdasarkan kurs tengah
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tanggal neraca setiap bulan.
23
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
Keuntungan atau kerugian yang timbul akibat penjabaran valuta asing ke dalam
mata uang Rupiah dibukukan pada laba atau rugi tahun buku yang bersangkutan
dalam kelompok pendapatan atau beban lain-lain.
Pada akhir tahun 2004 dan 2003 kurs tengah beberapa mata uang asing adalah
sebagai berikut:
24
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
25
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
26
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
- PT Pusri Rp.215.389.005
- PT Petrokimia Gresik Rp.191.502.250
- Pupuk Kujang Rp. 40.711.167
- Pupuk Kaltim Rp.117.410.937
- Pupuk Iskandar Muda Rp. 8.886.329
27
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
28
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
2003
Sesudah disajikan Sebelum disajikan
kembali kembali
Pembayaran di muka lainnya 75.794.435 65.940.498
29
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
b. PT Petrokimia Gresik
- PT Petrowidada 6.552.360 6.552.360
- PT Petrocental 4.776.000 4.776.000
- PT Kawasan Industri Gresik 15.530.531 15.190.219
- PT Potash Mining (di Thailand) 17.273.982 17.273.981
- PT Petronika 21.040.022 18.742.849
- PT Petrokopindo Cipta Selaras 1.091.005 260.500
- PT Aneka Jasa Grahadika 3.328.873 281.250
Sub jumlah 69.592.773 63.077.159
c. PT Pupuk Kujang
- PT Sintas Kurama Perdana 10.367.456 10.093.653
- PT Kujang United Catalyst 12.729.848 13.745.844
- PT Multi Nerotama Kimia 42.894.073 39.805.774
- PT Peroksida Indonesia Pratama 10.354.116 9.487.930
Sub jumlah 76.345.493 73.133.201
30
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
% kepemilikan
2004 2003
PT Petrokimia Gresik:
- PT Petronika 20,00 % 20,00 %
- PT Kawasan Industri Gresik 35,00 % 35,00 %
- PT Petro Kopindo Cipta
Selaras 50,00 % 50,00 %
- PT Aneka Jasa Grahadika 50,00 % 50,00 %
PT Pupuk Kujang:
- PT Sintas Kurama Perdana 40,70 % 40,70 %
- PT Kujang United Catalyst 23,00 % 23,00 %
- PT Multi Nerotama Kimia 30,00 % 30,00 %
- PT Peroksida Indonesia
Pratama 20,00 % 20,00 %
PT Rekayasa Industri
- Comspain S.A 49,00 % 49,00 %
- PT Rekadaya Elektrika 23,10 % 00,00 %
PT Kalimantan Timur
- Pukati Pani 35,00 % 35,00 %
- Hotel Bintang Sintuk 20,00 % 20,00 %
- Pukati Pelangi Katulistiwa 47,94 % 00,00 %
PT Rekayasa Industri
- PT Puspetindo Gresik 0,87 % 5,56 %
- PT Mega Eltra 3,85 % 3,85 %
PT Pupuk Sriwidjaja
- PT Slipi Sri Indopuri 7,95% 45,00%
Penyertaan saham PT Slipi Sri Indopuri senilai Rp8.123.000
dinilai sebesar Rp1,00 untuk mengakui kerugian kumulatif
entitas perusahaan yang bersangkutan.
31
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
5.8.11. Investasi jangka panjang (lanjutan)
% kepemilikan
2004 2003
PT Petrokimia Gresik:
- Proyek Potash Mining
(Thailand) 13,00 % 13,00 %
- PT Petrocental 9,80 % 9,80 %
- PT Petrowidada 1,47 % 4,82 %
- PT.Puspetindo 5,13 % 5,13 %
32
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
33
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
34
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
5.8.14. Aktiva lain-lain (lanjutan)
f. Aktiva lainnya:
- Cadangan pengembalian pinjaman Pemerintah 38.878 2.032.081
- Aktiva Tidak berwujud 9.916.680 5.652.026
- Sewa tanah, jaminan dan lain-lain 22.694.227 15.888.245
- Investasi penelitian dan pengembangan 175.000 175.000
- Deposito yang dijaminkan 98.679.748 46.077.745
Sub jumlah 131.504.533 69.825.097
35
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
36
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
- PT Pusri Rp103.566.377
- PT Pupuk Kaltim Rp209.796.715
- PT Pupuk Kujang Rp 64.010.555
- Petrokimia Gresik Rp 61.856.621
Peningkatan hutang usaha karena adanya pembelian pupuk impor
untuk mengantisipasi musim tanam 2005.
37
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
5.8.19. Hutang lain-lain (lanjutan)
- Dharma Wanita dan BAZIS 188.174 84.006
- Potongan pensiun dan DGK 904.764 227.190
- Pemerintah RI 40.872.057 106.749.077
- Uang muka penjualan 71.714.747 62.971.995
- Uang jaminan pihak III 23.500.337 21.716.810
- Hutang kepada karyawan 26.660.232 30.378.181
- Gaji dan upah yang belum diambil 0 105.500
- Hutang lainnya 187.449.269 104.442.810
Jumlah 351.289.580 326.675.569
38
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
5.8.20. Biaya yang masih harus dibayar (lanjutan)
2003
Sesudah disajikan Sebelum disajikan
kembali kembali
Insentif, gaji dan upah karyawan 171.631.415 89.571.258
2003
Sesudah disajikan Sebelum disajikan
kembali kembali
Beban lainnya yang masih harus 257.720.656 262.532.938
dibayar
39
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
5.8.22. Kewajiban jangka panjang (lanjutan)
40
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
5.8.22. Kewajiban jangka panjang (lanjutan)
- Hutang obligasi sesuai surat keputusan Direktur PT Bursa
Efek Surabaya No.JKT-052/WST-EMITEN/BES/VI/02
Tanggal 4 Juni 2002 dengan pokok obligasi sebesar
Rp600.000.000. Obligasi tersebut dijaminkan dengan aktiva
tetap pabrik Kaltim 4 berupa bangunan pabrik urea dan
amoniak.
- Hutang sewa guna usaha dengan Chengda Chemical
Engineering Corporation of China (CCECC) yang bertindak
untuk kepentingan PT Truba Jurong Engineering dan Project
acceptance dimana PT Truba Jurong Engineering telah
menyelesaikan kewajibannya untuk menyediakan Urea Bulk
Storage 3 dan 5 unit conveyor sehingga perusahaan
mempunyai kewajiban untuk membayar biaya sewa yang telah
di k i
- Kewajiban KIE, anak perusahaan, untuk membangun sarana
dan prasarana atas tanah yang dijual sesuai dengan perjanjuan
jual beli tanah dengan PT DSM Kaltim Melamine, PT Kaltim
Sahid Baritosodakimia, PT Kaltim Parna Methanol Industri
dan PT Kaltim Parna Industri, Pembangunan sarana dan
prasarana ini tergantung penyelesaian pembangunan pabrik
oleh pembeli tanah.
- Kewajiban jangka panjang lainnya PT Rekayasa Industri
sebesar Rp231.207 merupakan hutang jangka panjang dari
anak peusahaan (Rekayasa Malaysia Sdn Bhd dan PT Tracon
Industri) atas pembelian kendaraan
41
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
2003
Sesudah disajikan Sebelum disajikan
kembali kembali
Cadangan umum 2.503.536.101 2.540.315.341
42
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
2004 2003
5.8.26. Saldo laba (lanjutan)
43
PT PUPUK SRIWIDJAJA ( PERSERO )
Lampiran : 1
URAIAN RUPIAH
1. PPh BADAN
1) Perhitungan PPh Badan tahun berjalan, terdiri atas : 348.781.864
- PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) 140.765.099
- PT Petrokimia Gresik 71.615.523
- PT Pupuk Kujang 30.385.934
- PT Pupuk Kaltim Tbk 63.420.796
- PT Pupuk Iskandar Muda 8.825.103
- PT Rekayasa Industri 32.588.642
- PT Mega Eltra 1.180.767
Jumlah PPh Badan Terutang 348.781.864
Lampiran : 2
PT PUPUK SRIWIDJAJA
DAFTAR AKTIVA TETAP DAN AKUMULASI PENYUSUTAN
PER 31 DESEMBER 2004 DAN 2003
2004
Penambahan/ Pengurangan/
1 Januari Reklasifikasi Reklasifikasi 31 Desember
Harga perolehan
- Tanah 144.061.041 8.489.318 58.549 152.491.810
- Bangunan dan sarana 1.317.630.288 35.614.791 2.077.989 1.351.167.090
- Pabrik dan peralatan pabrik 8.017.110.256 185.786.354 45.085.390 8.157.811.220
- Mesin bengkel kerja 23.434.340 709.332 0 24.143.672
- Kendaraan dan alat berat 173.077.110 11.859.228 7.453.405 177.482.933
- Kapal, lokomotip dan gerbong 174.333.920 2.053.541 0 176.387.461
- Perlengkapan kantor dan rumah 307.048.631 29.017.822 6.535.694 329.530.759
- Aktiva penyangga 75.678.308 34.794.975 9.896.281 100.577.002
Jumlah 10.232.373.894 308.325.361 71.107.308 10.469.591.947
Akumulasi penyusutan
- Bangunan dan sarana 542.687.484 41.429.595 1.343.366 582.773.713
- Pabrik dan peralatan pabrik 3.273.734.092 436.828.376 7.601.908 3.702.960.560
- Mesin bengkel kerja 18.117.023 2.061.606 0 20.178.629
- Kendaraan dan alat berat 134.355.463 13.581.989 6.894.299 141.043.153
- Kapal, lokomotip dan gerbong 173.238.215 494.761 0 173.732.976
- Perlengkapan kantor dan rumah 215.128.649 30.801.986 4.242.996 241.687.639
- Aktiva penyangga 43.135.297 8.873.950 5.201.141 46.808.106
Jumlah 4.400.396.223 534.072.263 25.283.710 4.909.184.776
Nilai buku bersih 5.831.977.671 5.560.407.171
2003
Penambahan/ Pengurangan/
1 Januari Reklasifikasi Reklasifikasi 31 Desember
Harga perolehan
- Tanah 143.906.239 733.086 578.284 144.061.041
- Bangunan dan sarana 1.299.459.147 19.428.847 1.257.706 1.317.630.288
- Pabrik dan peralatan pabrik 6.385.532.614 1.694.300.062 62.722.420 8.017.110.256
- Mesin bengkel kerja 22.507.301 981.765 54.726 23.434.340
- Kendaraan dan alat berat 152.259.609 23.615.510 2.798.009 173.077.110
- Kapal, lokomotip dan gerbong 174.333.920 0 0 174.333.920
- Perlengkapan kantor dan rumah 267.134.005 42.508.709 2.594.083 307.048.631
- Aktiva penyangga 59.715.662 27.401.933 11.439.287 75.678.308
Jumlah 8.504.848.497 1.808.969.912 81.444.515 10.232.373.894
Akumulasi penyusutan
- Bangunan dan sarana 502.574.833 40.589.580 476.929 542.687.484
- Pabrik dan peralatan pabrik 2.855.537.245 423.950.985 5.754.138 3.273.734.092
- Mesin bengkel kerja 16.039.968 2.077.350 295 18.117.023
- Kendaraan dan alat berat 125.487.173 11.640.447 2.772.157 134.355.463
- Kapal, lokomotip dan gerbong 173.048.362 189.853 0 173.238.215
- Perlengkapan kantor dan rumah 187.763.508 29.507.136 2.141.995 215.128.649
- Aktiva penyangga 39.626.483 5.328.789 1.819.975 43.135.297
Jumlah 3.900.077.572 513.284.140 12.965.489 4.400.396.223
Nilai buku bersih 4.604.770.925 5.831.977.671
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Lampiran : 3
PT PUPUK SRIWI DJAJA (PERSERO)
NERACA (OWN OPERATION)
PER 31 DESEMBER 2004 DAN 2003
REALISASI REALISASI
2004 2003 2004 2003
AKTIVA CATATAN KEWAJIBAN DAN EKUITAS CATATAN
Disajikan Kembali Disajikan Kembali
Rp 000 Rp 000 Rp 000 Rp 000
AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN
Kas dan setara kas 5.6.1 973.239.125 876.823.120
Surat berharga 5.6.2 69.000 69.000 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Piutang usaha 5.6.3 39.431.946 90.623.651 Pinjaman 5.6.17 0 43.000.000
Piutang hubungan istimewa 5.6.4 111.626.246 137.537.375 Hutang usaha 5.6.18 121.036.142 242.151.321
Piutang lain-lain 5.6.5 234.856.549 183.201.698 Hutang hubungan istimewa 5.6.19 41.507.313 71.458.369
Uang muka 5.6.6 80.070.920 43.776.910 Hutang pajak 5.6.20 50.053.658 76.010.247
Persediaan barang jadi 5.6.7 324.281.470 286.789.302 Hutang lain-lain 5.6.21 123.803.144 86.062.962
Persediaan barang setengah jadi 5.6.8 8.327.203 12.157.208 Biaya yang masih harus dibayar 5.6.22 62.442.529 64.131.254
Persediaan suku cadang 5.6.9 144.159.936 163.125.977 Pendapatan diterima di muka 5.6.23 3.982.588 1.123.596
Persediaan lain-lain 5.6.10 65.815.597 69.954.216 Jumlah kewajiban jangka pendek 402.825.374 583.937.749
Pajak yang dibayar di muka 5.6.11 22.398.198 18.174.889
Biaya yang dibayar di muka 5.6.12 8.052.169 28.858.498
Jumlah aktiva lancar 2.012.328.359 1.911.091.844
KEWAJIBAN LAIN-LAIN 5.6.24
INVESTASI 5.6.13 Biaya manajemen & dana pembinaan 498.828 504.032
Penyertaan pada perusahaan anak 5.382.722.067 5.094.388.971 Pendapatan yang ditangguhkan 23.674.895 23.113.525
Jumlah investasi 5.382.722.067 5.094.388.971 Jumlah kewajiban lain-lain 24.173.723 23.617.557
JUMLAH AKTIVA 7.979.567.795 7.666.381.771 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 7.979.567.795 7.666.381.771
- Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Lampiran : 4
REALISASI
2004 2003
URAIAN CATATAN
Disajikan kembali
Rp 000 Rp 000
4. Beban usaha
1) Beban administrasi dan umum 5.6.29 515.866.390 416.837.467
2) Beban penjualan 5.6.30 31.322.459 50.073.659
3) Beban bunga 5.6.31 509.894 26.693.948
Jumlah beban usaha 547.698.743 493.605.074
5. Laba usaha 284.937.786 326.257.306
9. Beban pajak
1) Pajak kini 5.6.34 (140.765.099) (136.018.528)
2) Pajak tangguhan 5.6.35 (125.881) 17.297.266
10. Laba bersih 757.554.533 710.685.820
- Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Lampiran : 5
- Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
PT PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO)
Lampiran : 6
2004 2003
URAIAN Disajikan Kembali
Rp 000 Rp 000
1. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI :
1.1 Laba / (rugi) bersih sebelum pajak 898.445.513 829.407.082
1.2 Penyesuaian untuk rekonsiliasi laba ke kas dari aktivitas operasi.
1.2.1 Penurunan surat berharga 0 250.000
1.2.2 Penurunan piutang usaha 51.191.705 54.289.112
1.2.3 Penurunan piutang hubungan istimewa 25.911.129 65.845.250
1.2.4 Penurunan (kenaikan) piutang lain-lain (51.654.851) 154.842.610
1.2.5 Penurunan (kenaikan) uang muka (36.294.010) 10.229.998
1.2.6 Penurunan (kenaikan) persediaan barang jadi (37.492.168) 435.689.529
1.2.7 Penurunan (kenaikan) persediaan barang setengah jadi 3.830.005 (5.456.683)
1.2.8 Penurunan persediaan suku cadang 18.966.041 28.292.709
1.2.9 Penurunan persediaan lain-lain 4.138.619 8.246.200
1.2.10 Penurunan (kenaikan) pajak dibayar dimuka (4.223.309) 26.865.688
1.2.11 Penurunan (kenaikan) biaya dibayar di muka 20.806.329 (18.737.215)
1.2.12 Penurunan (kenaikan) aktiva lain-lain 20.753.604 (19.641.367)
1.2.13 Kenaikan (penurunan) hutang usaha (121.115.179) 12.318.364
1.2.14 Penurunan hutang hubungan istimewa (29.951.056) (101.043.078)
1.2.15 Penurunan hutang pajak (166.847.569) (62.496.642)
1.2.16 Kenaikan(penurunan) hutang lain-lain 37.740.182 (54.985.161)
1.2.17 Penurunan biaya yang masih harus dibayar (1.688.725) (2.534.786)
1.2.18 Kenaikan pendapatan diterima dimuka 2.858.992 389.483
1.2.19 Kenaikan (penurunan) kewajiban lain-lain 556.166 (357.207)
1.2.20 Biaya penyusutan 50.106.997 57.202.708
Jumlah kenaikan (penurunan ) kas dari aktiv (212.407.098) 589.209.512
- Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan
BPK RI
LAPORAN AUDITOR
INDEPENDEN
B. Lampiran A
B. Lampiran B
Kami telah mengaudit laporan keuangan konsolidasian PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan
anak perusahaan tanggal 31 Desember 2004, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut, dan telah menerbitkan laporan Nomor 03.A.2/Auditama V/GA/II/2005 tanggal 28
Pebruari 2005.
Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan dan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit
untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah
saji material.
Kepatuhan perusahaan terhadap hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan yang
berlaku bagi PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan merupakan tanggung
jawab manajemen. Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material, kami melakukan pengujian terhadap
kepatuhan PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan terhadap pasal-pasal
tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan. Namun, tujuan audit kami
atas laporan keuangan adalah tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan
BPK RI/AUDITAMA V
terhadap pasal-pasal tersebut. Oleh karena itu, kami tidak menyatakan suatu pendapat
seperti itu.
Hasil pengujian kami menunjukkan bahwa, berkaitan dengan unsur yang kami uji, PT
Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan mematuhi, dalam semua hal yang
material, pasal-pasal yang kami sebut dalam paragraf di atas. Berkaitan dengan unsur yang
tidak kami uji, tidak ada satupun yang kami ketahui yang menyebabkan kami percaya
bahwa PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan tidak mematuhi, dalam semua
hal yang material, pasal-pasal tersebut. Namun kami mencatat masalah-masalah tertentu
yang tidak material berkaitan dengan kepatuhan PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak
perusahaan terhadap pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan
bantuan disertai saran perbaikannya yang kami kemukakan pada lampiran A.
2 BPK RI/AUDITAMA V
LAMPIRAN A
4 BPK RI/AUDITAMA V
pendistribusian pupuk bersubsidi yang tidak dapat dikendalikan oleh PT
Pusri.
b. Diterbitkannya SK Bupati Garut No.521.33/Kep.192-Disperindag/2004
tanggal 6 Juli 2004 dan SK Bupati Pekalongan No.520/134 tanggal 10 Juni
2004 yang dijadikan sebagai alat pembenaran pelampauan HET.
5 BPK RI/AUDITAMA V
2. Hasil pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 3 (tiga) temuan. Dari 3 (tiga)
temuan tersebut telah ditindaklanjuti dan dianggap selesai sebanyak 2 (dua)
temuan dan sisanya sebanyak 1 (satu) temuan masih dalam proses ditindaklanjuti,
yaitu:
Kapitalisasi Laba Ditahan PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk s.d. tahun
buku 1999 sebesar Rp728.768,00 juta belum diikuti dengan perubahan
Anggaran Dasar
a. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), pada tanggal 3 Juni 2000 Menteri
Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN mengeluarkan Surat
Keputusan No.Kep-26/M-PM.PBUMN/2000 tanggal 3 Juni 2000 yang
menyetujui Kapitalisasi Laba Ditahan sampai dengan tahun buku 1999
sebesar Rp728.768.000.000,00 menjadi tambahan Modal Disetor. Selanjutnya
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT PKT tanggal 12 Juni
2000 antara lain disetujui Kapitalisasi Laba Ditahan Perusahaan sampai
dengan tahun buku 1999 sebesar Rp728.768.000.000,00 menjadi tambahan
Modal Disetor, sehingga jumlah Modal Disetor PT Pusri berubah dari
Rp2.906.000.000.000,00 menjadi Rp3.634.768.000.000,00. Hal tersebut
belum diikuti dengan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan.
Atas permasalahan tersebut PT Pusri telah menindaklanjutinya dengan
mengajukan surat kepada Menteri BUMN dengan No.U-1173/A.00.UM/2003
tanggal 11 Agustus 2003 tentang usulan perubahan Anggaran Dasar PT Pusri.
b. Selain hal tersebut di atas, dalam tahun 2004 ditemui masalah yang sama
yaitu penambahan penyertaan PT Pusri pada PT Pupuk Iskandar Muda (PT
PIM) sebesar Rp85.000.000.000,00 belum diikuti dengan perubahan
Anggaran Dasar. Penambahan penyertaan tersebut berdasarkan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) PT Pusri tanggal 16 Mei 2004 yang menetapkan
dari cadangan PT Pusri sebesar Rp471.427.561.000,00 diantaranya sebesar
Rp85.000.000.000,00 digunakan untuk tambahan penyertaan Pemerintah
melalui PT Pusri (Persero) kepada PT PIM sejalan dengan keputusan RUPS
tentang Pengesahan Laporan Tahunan Perusahaan Perseroan PT Pusri Tahun
Buku 2001. Dalam RUPS tahun buku 2001 disebutkan bahwa dalam rangka
6 BPK RI/AUDITAMA V
menjamin kelancaran pembangunan proyek PIM-2 sesuai dengan komitmen
Pemerintah, RUPS mendukung PT Pusri untuk melakukan penambahan
Penyertaan Modal Negara sebesar USD10,100,000.00 setara
Rp101.000.000.000,00 untuk tahun 2002 baik dana yang berasal dari
konversi deviden PT Pusri tahun buku 2001 maupun dari sumber dana
lainnya.
Sehubungan dengan RUPS PT Pusri tanggal 16 Mei 2004 tersebut di atas, PT
Pusri telah menyetorkan sebesar Rp85.000.000.000,00 sebagai tambahan
penyertaan kepada PT PIM yang diambil dari cadangan PT Pusri dan untuk
hal tersebut PT Pusri telah menerima Keputusan Menteri Negara BUMN No.
KEP-117/MBU/2004 tanggal 27 Desember 2004 tentang penambahan
penyertaan modal negara RI kedalam modal saham PT Pusri serta perubahan
Anggaran Dasar PT Pusri.
7 BPK RI/AUDITAMA V
kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat, Menteri BUMN melalui
Keputusan Nomor: Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 menetapkan
Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan.
Sumber dana untuk melaksanakan kegiatan tersebut antara lain diperoleh dari
penyisihan laba perusahaan setelah pajak.
Berdasarkan RUPS Kinerja PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk (PT PKT
Tbk) Tahun 2003 tanggal 31 Mei 2004 diputuskan bahwa dari laba bersih Tahun
Buku 2003 sebesar Rp223.384.927.000,00, diperuntukkan bagi Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) masing-masing sebesar
Rp6.345.060.000,00 dan Rp4.230.040.000,00 atau 2,84% dan 1,89% dari laba
bersih. Penyetoran penggunaan bagian laba bersih dimaksud kepada Biro PKBL
selaku penanggung jawab pengelolaan dana Program adalah satu bulan setelah
tanggal penetapan RUPS atau tanggal 1 Juli 2004.
Dari hasil pengujian atas transaksi penyaluran dana PKBL yang dilakukan
oleh PT PKT Tbk kepada Biro PKBL diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Setoran untuk Program Kemitraan dilakukan dalam tiga tahap yaitu tanggal
22 Juli 2004 sebesar Rp3.575.100.000,00; tanggal 17 September 2004 sebesar
Rp1.287.000.000,00 dan tanggal 3 Nopember 2004 sebesar
Rp1.482.960.000,00.
b. Setoran untuk Program Bina Lingkungan dilakukan dalam satu kali
pembayaran yaitu tanggal 6 September 2004 sebesar Rp4.230.040.000,00 00
atau 1,89% dari laba bersih. Jumlah tersebut melampaui batasan maksimal
yang diperkenankan dalam Keputusan Menteri BUMN yaitu sebesar 1% dari
penyisihan laba perusahaan setelah pajak.
Penyetoran dana Program Bina Lingkungan sebesar Rp4.230.040.000,00
telah digunakan untuk :
8 BPK RI/AUDITAMA V
c. Penyetoran dana PKBL mengalami keterlambatan dimana keterlambatan ini
merupakan temuan berulang sebagaimana telah diungkapkan BPK RI dalam
Laporan Audit Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun
Buku 2003.
Keterlambatan penyetoran dana PKBL tersebut menurut penjelasan Biro
Keuangan terjadi karena cash flow perusahaan yang tidak memungkinkan,
mengingat pada saat itu untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan
masih melakukan penarikan pinjaman modal kerja dari Bank BCA.
Hal ini disebabkan Komisaris dan Direksi PT PKT Tbk dalam putusan
maupun langkah operasionalnya tidak sepenuhnya melaksanakan kebijakan
mengenai PKBL sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri BUMN No. Kep-
236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 dan Saran BPK RI dalam temuan Audit
Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun Buku 2003 tidak
dilaksanakan.
9 BPK RI/AUDITAMA V
PT PKT Tbk menjelaskan bahwa penyetoran dana PKBL jumlahnya telah
mengikuti mekanisme yang di atur dalam RUPS dan keterlambatan penyetoran
dana PKBL telah mempertimbangkan saran BPK RI dalam temuan Audit
Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun Buku 2003. Namun
dalam pelaksanaannya mengingat kondisi keuangan perusahaan, penyetorannya
diangsur sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan Juli, September dan Nopember
2004.
10 BPK RI/AUDITAMA V
kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur serta satu unit ambulan untuk
Pemerintah Kota Bontang sebesar Rp2.200,00 juta.
Sampai saat dilakukan pemeriksaan (Nopember 2004) persetujuan
anggaran tambahan dimaksud belum disetujui oleh Dewan Komisaris, namun
dalam pelaksanaannya telah terealisasikan :
a. Pembangunan rumah baca :
- Lokasi Lhoktuan Kota Bontang Rp 210.510.000,00
- Lokasi Bontang Barat Kota Bontang Rp 177.208.782,00
- Lokasi Kota Samarinda Rp 158.352.000,00
- Lokasi Kota Banjarbaru Rp 130.340.000,00
- Lokasi Cibugel Kab. Sumedang Rp 255.540.719,00
- Lokasi Kota Makassar Rp 152.179.800,00
- Lokasi Kab. Sidrap Rp 182.785.100,00
Jumlah Rp1.266.916.401,00
11 BPK RI/AUDITAMA V
Dalam PKPRB diantaranya dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
a. Dirut PT PKT Tbk menyerahkan bangunan rumah baca yang dibangun
kepada Ketua YTBI sebagai bantuan. Perlu diketahui bahwa Ketua YTBI
(Rethy Alexandra) adalah istri Menteri BUMN saat itu (Laksamana Sukardi),
sedangkan Menteri BUMN merupakan inspirator kebijakan program
pembangunan dan pengelolaan rumah baca serta pembinaan wilayah dan
perbaikan hubungan dengan Pemda.
b. PT PKT Tbk selaku bapak angkat YTBI akan menanggung biaya operasional
rumah baca terdiri dari :
1) Biaya gaji (termasuk THR) pegawai rumah baca (maksimal 2 orang
pegawai)
2) Biaya penggunaan listrik
3) Biaya penggunaan air bersih
4) Biaya kebersihan dan keamanan rumah baca
5) Biaya penggunaan telpon dan internet
6) Biaya pemeliharaan dan perbaikan rumah baca
c. YTBI selaku pemilik rumah baca menyediakan sarana dan prasarana yang
meliputi buku-buku bacaan dan satu perangkat komputer.
Realisasi biaya pengelolaan (operasional rumah baca) yang dikeluarkan oleh PT
PKT Tbk s.d. bulan Desember 2004 telah mencapai sebesar Rp93.831.184,00
yang terinci sebagai berikut :
Biaya yg
No. Lokasi Keterangan
dikeluarkan
1. Lhoktuan, Bontang Rp11.925.000,00 Pembayaran gaji pegawai bln Apr – Des 2004
2. Bontang Barat Rp 3.975.000,00 Pembayaran gaji pegawai bln Okt – Des 2004
3. Samarinda Rp49.838.912,00 Pembayaran gaji pegawai bln Okt – Des 2004
4. Banjarbaru Rp 3.342.272,00 Pembayaran gaji pegawai bln Okt – Des 2004
5. Cibugel, Sumedang Rp 6.250.000,00 Pembayaran gaji pegawai bln Agt – Des 2004
6. Makassar Rp 9.250.000,00 Pembayaran gaji pegawai bln Agt – Des 2004
7. Sidrap Rp 9.250.000,00 Pembayaran gaji pegawai bln Agt – Des 2004
Jumlah Rp93.831.184,00
Dengan demikian keseluruhan biaya pembangunan dan pengelolaan
(operasional) rumah baca serta bantuan berupa dua unit bus kepada Pemerintah
Provinsi Kaltim dan satu unit ambulan kepada Pemerintah Kota Bontang
berjumlah Rp4.432.339.585,00 = (Rp1.266.916.401,00 + Rp450.000.000,00 +
Rp1.848.060.000,00 + Rp773.532.000,00 + Rp93.831.184,00).
12 BPK RI/AUDITAMA V
Seharusnya Direksi memperhatikan Anggaran Dasar PT PKT Tbk
sebagaimana terakhir ditetapkan dalam Akta Notaris Fathiah Helmi, SH No. 15
tanggal 12 Juni 2000 Pasal 12 butir 5.e yang menyatakan bahwa dalam hal
mengadakan kerjasama/perjanjian di luar kegiatan usaha sehari-hari perseroan
harus mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Rapat Komisaris.
Selanjutnya Pasal 12 Kepmen BUMN No.Kep-101/MBU/2002 tanggal 4 Juni
2002 tentang Penyusunan RKAP BUMN antara lain menyatakan bahwa dalam
hal Pemerintah (Kementerian BUMN) memberikan penugasan kepada BUMN
yang mengakibatkan kerugian, maka penugasan tersebut tidak dimasukkan ke
dalam RKAP sebagai kegiatan BUMN dan seluruh biaya yang dikeluarkan
sepenuhnya menjadi beban Pemerintah (Kementerian BUMN) sebagai pemberi
penugasan.
Selain itu, sesuai pasal 91 berikut penjelasan dari UU No. 19 tahun 2003
tentang BUMN menyatakan bahwa selain organ BUMN, pihak lain manapun
dilarang campur tangan dalam pengurusan BUMN. Termasuk dalam pengertian
campur tangan adalah tindakan atau arahan yang secara langsung memberi
pengaruh terhadap tindakan pengurusan BUMN. Departemen dan instansi
Pemerintah tidak dibenarkan membebani BUMN dengan segala bentuk
pengeluaran dan sebaliknya BUMN tidak dibenarkan membiayai keperluan
pengeluaran departemen dan instansi Pemerintah dalam pembukuan.
13 BPK RI/AUDITAMA V
Meneg BUMN dan seluruh jajaran manajemen BUMN. Pada saat itu YTBI
menyampaikan rencana pembangunan rumah baca yang akan dibangun di
seluruh Indonesia bekerjasama dengan BUMN sebagai donatur. Pada saat
pertemuan, PT PKT Tbk menyatakan kesanggupannya untuk membangun
sepuluh rumah baca dengan ditandatanganinya kontrak induk pada tanggal 3
Desember 2003.
Pada tanggal 4 Desember 2003, PT PKT Tbk mentransfer dana ke YTBI sebesar
Rp450.000.000,00 untuk pembangunan tiga rumah baca dan dibebankan sebagai
biaya tahun 2003. Pada tanggal 11 Pebruari 2004, Dirut PT PKT Tbk dengan
surat No.50/DU-Jkt/II/04 mengajukan tambahan anggaran ke Dewan Komisaris
untuk pembangunan tujuh rumah baca, namun sampai saat ini belum
memperoleh persetujuan. Untuk itu pada Pra RUPS RKAP tahun 2005 telah
dibahas dan pada akhir bulan Januari 2005 akan dilakukan RUPS RKAP agar
tambahan anggaran pembangunan rumah baca dimaksud dapat dianggarkan.
3. Hasil pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam tahun buku 2003 terdapat 4 (empat) temuan atas kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dari 4 (empat) temuan tersebut telah
ditindaklanjuti seluruhnya dan dianggap selesai, yaitu :
14 BPK RI/AUDITAMA V
b. PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk Kantor Perwakilan Jakarta tidak
memungut PPh Pasal 23 atas pembayaran jasa tenaga kerja kepada PT
Kaltim Nusa Etika sebesar Rp122,95 juta
Dalam tanggapan tindak lanjut, PT PKT Tbk menjelaskan PPh 23 masa pajak
2003 atas overhead jasa tenaga kerja telah disetor ke Kas Negara oleh PT
PKT Perwakilan Jakarta sebesar Rp26.159.171,00 yang dihitung dari 6% atas
overhead. Besarnya overhead yang diperhitungkan adalah 20% dari biaya
jasa KNE Rp2.049.135.070,00 atau sebesar Rp409.827.014,00.
Selisih antara Jumlah PPh 21 & 23 dengan PPh 23 perhitungan audit senilai
Rp31.630.853,00 karena pengurang biaya jabatan dan Pendapatan Tidak
Kena Pajak dan pihak KPP bisa menerima setoran PPh 23 seperti yang
dilakukan oleh PT PKT Perwakilan Jakarta.
15 BPK RI/AUDITAMA V
mengganggu program kerja Biro PKBL dalam memanfaatkan dana program
Pembinaan Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.
Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 tidak terdapat temuan atas kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan.
16 BPK RI/AUDITAMA V
Anggaran Rumah Tangga PT PIM belum dilakukan perubahan yang dibuat
dengan akta notaris.
2. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 tidak terdapat temuan atas kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan.
17 BPK RI/AUDITAMA V
E. PT Petrokimia Gresik (PT PG)
1. PT Petrokimia Gresik terlambat menyetorkan PPN Impor dan PPh 22
Impor kepada Negara
PT Petrokimia Gresik (PT PG) memenuhi kebutuhan bahan baku untuk
memproduksi pupuk dengan cara pembelian lokal dan impor. Bahan baku yang
diimpor antara lain amoniak, asam fosfat, superfosfat, ammonium sulfat, kalium
klorida dan belerang.
Prosedur Pengadaan Bahan Baku menyebutkan bahwa pada setiap rencana
kedatangan kapal yang akan mengirim bahan baku ke PT PG, Biro Pengadaan
membuat pemberitahuan kepada Departemen Distribusi Sarana dan Pemasaran
(Disransar) disertai lampiran spesifikasi bahan baku yang akan diserahkan ke PT
PG sesuai dengan spesifikasi yang ada dalam kontrak antara PT PG dengan
suplier bahan baku tersebut. Pada setiap impor bahan baku, Disransar PT PG
akan menyiapkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang kemudian diserahkan
kepada Bagian Pajak dan Asuransi (Paransi). Selanjutnya Bagian Paransi
menyiapkan Surat Setoran Pabean Cukai Pajak (SSPCP) dan diserahkan ke
Bagian Perbendaharaan untuk dilakukan pembayaran.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan secara uji petik diketahui
terdapat beberapa Order Pembelian (Purchasing Order/PO) yang belum
diselesaikan prosedur pabeannya (belum dibebaskan dari wewenang Bea dan
Cukai). Sesuai Memo Departemen Distribusi Wilayah I Nomor
817/06/LG.02.01/21/MI/2004 tanggal 14 Juni 2004 tentang PO-PO yang belum
diselesaikan prosedur pabeannya, yang ditujukan kepada Biro Keuangan
dinyatakan bahwa PT PG mempunyai kewajiban pajak impor sebesar
Rp71.470.645.535,96. Jumlah kewajiban tersebut terus terakumulasi sejak bulan
Oktober 2003. Selanjutnya dengan Memo No.037/11/LG.02.01/21/MI/2004
tanggal 22 Nopember 2004 kepada Biro Keuangan dinyatakan bahwa jumlah
kewajiban pajak impor per 22 Nopember 2004 adalah sebesar
Rp127.616.957.017,52. Sedangkan sesuai Memo
No.022/01/LG.02.01/21/MI/2005 tanggal 10 Januari 2005 dinyatakan bahwa
posisi kewajiban pajak impor per 10 Januari 2005 adalah sebesar
Rp48.589.309.236,98.
18 BPK RI/AUDITAMA V
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Departemen Distribusi Wilayah
I dan Memo dari Departemen Distribusi Wilayah I yang ditujukan kepada Biro
Perencanaan dan Gudang Material cq. Bagian Gudang diketahui bahwa atas
bahan baku tersebut sudah dilakukan pembongkaran.
Dari hasil pemeriksaan secara uji petik atas General Ledger (GL) PT PG
Tahun Buku 2004 diketahui bahwa pelunasan pembayaran PPN Impor dan PPh
22 Impor pada umumnya terlambat dan baru dilunasi pada bulan Nopember dan
Desember 2004.
UU No.18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Barang Mewah Pasal 11 ayat (1) jo Pasal 33 Peraturan
Pemerintah No.50 tahun 1994 menyebutkan bahwa saat terutang untuk impor
Barang Kena Pajak terjadi pada saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke dalam
Daerah Pabean Indonesia. Selain itu UU No.16 tahun 2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 9 ayat (2a) menyatakan bahwa apabila
pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau
ayat (2) dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
pajak, dikenakan sanksi administrasi berupa denda bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan yang dihitung dari jatuh tempo pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
19 BPK RI/AUDITAMA V
BPK-RI menyarankan agar PT PG mematuhi ketentuan perundang-
undangan tentang perpajakan dan melakukan penyetoran secara tertib dan tepat
waktu.
20 BPK RI/AUDITAMA V
tersebut diantaranya merupakan perolehan dari laba Tahun Buku 2003 sebesar
Rp2.175.180.000,00 atau 2% dari laba bersih konsolidasian.
Dari Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT PG tentang
Persetujuan Laporan Tahunan Pengesahan Perhitungan Tahunan dan Penggunaan
Laba Bersih Tahun Buku 2003 yang dilaksanakan tanggal 1 Juni 2004 diketahui
bahwa laba bersih konsolidasian PT PG Tahun Buku 2003 sebesar
Rp108.759.000.000,00. RUPS antara lain menetapkan penggunaan dana untuk
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan masing-masing sebesar
Rp1.087.590.000,00 dan Rp2.175.180.000,00 atau sekitar 1% dan 2% dari
seluruh total laba bersih konsolidasian.
21 BPK RI/AUDITAMA V
Dengan pertimbangan perusahaan masih mempunyai saldo Dana Pra
Sejahtera dan Sosial, Pendidikan dan Pembinaan Wilayah per 31 Desember 2003
sebesar Rp5.089.872.600,00, RUPS seharusnya tidak perlu lagi mengalokasikan
dana untuk Program Bina Lingkungan. Di sisi lain, selaras dengan pelaksanaan
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003,
saldo Dana Prasejahtera & Sosial, Pendidikan & Pembinaan Wilayah tersebut
seharusnya disetorkan ke rekening Program Bina Lingkungan dan dikelola oleh
unit PKBL.
Hal tersebut terjadi karena RUPS dalam menetapkan alokasi laba bersih
tidak mempertimbangkan adanya saldo Dana Prasejahtera & Sosial, Pendidikan
& Pembinaan Wilayah sebesar Rp5.089.872.600,00 yang belum disalurkan.
22 BPK RI/AUDITAMA V
tersebut dinyatakan bahwa Kelompok Tani wajib melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu ditambah bunga dan atau denda tunggakan.
Penjualan pupuk PT PG dengan fasilitas KKP dilaksanakan dalam tahun 2001
dan 2002 yang dituangkan dalam dua perjanjian, yaitu : (1) Perjanjian
No.113/02/TU.04.06/ SP/2001 tanggal 21 Pebruari 2001 dengan penjamin Perum
SPU, dan (2) Perjanjian No. 382/07/TU.04.06/54/SP/2002 tanggal 16 Juli 2002
dengan penjamin PT Askrindo.
Kelompok Tani yang telah mendapat persetujuan dari PT PG dan memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan dapat mengajukan permohonan fasilitas KKP
kepada PT Bank Bukopin. Permohonan kredit tersebut harus dilengkapi dengan
antara lain rencana kebutuhan kredit berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan
Kelompok (RDKK) yang dibuat oleh Kelompok Tani dan telah disetujui baik
oleh Dinas teknis terkait maupun PT PG yang akan menentukan jumlah pagu
pokok pinjaman. Selanjutnya PT Bank Bukopin melakukan penelitian dan
memberikan keputusan kredit. Selanjutnya akan dibuat Perjanjian Kredit dengan
Kelompok Tani yang telah disetujui PT Bank Bukopin untuk mendapat KKP.
Setelah adanya Perjanjian Kredit, PT PG dapat melakukan pendistribusian pupuk
yang dimulai dengan membuat perjanjian penjualan paket pupuk Phonska antara
PT PG dengan Kelompok Tani, dan pada akhirnya dibuat Berita Acara Serah
Terima Barang (BASTB) antara PT PG dengan Kelompok Tani. BASTB
merupakan dasar PT PG untuk membuat faktur penjualan yang dipakai untuk
mengakui adanya piutang. Sedangkan untuk PT Bank Bukopin, BASTB
digunakan untuk mencairkan KKP kepada Kelompok Tani dan langsung
dipindahbukukan ke rekening PT PG. Dengan adanya pembayaran dari PT Bank
Bukopin dan bukti transfer, PT PG mengakui adanya pelunasan piutang.
Dari hasil pemeriksaan atas penjualan pupuk dengan fasilitas KKP dapat
dikemukakan hal-hal berikut :
a. PT PG sudah menyalurkan pupuk kepada Kelompok Tani sebelum fasilitas
KKP disetujui oleh PT Bank Bukopin dan Perjanjian Kredit dibuat.
Berdasarkan laporan per 31 Mei 2002 sesuai Memo
No.108.1/06/KU.02.02/54/MI/2002 tanggal 24 Juni 2002 diketahui bahwa PT
PG diperkirakan sudah menyalurkan pupuk sebesar Rp22.612.466.984,00,
23 BPK RI/AUDITAMA V
tetapi fasilitas KKP yang sudah disetujui PT Bank Bukopin dan dibuat
Perjanjian Kreditnya baru sebesar Rp15.992.099.814,00 sehingga terdapat
penjualan paket pupuk Phonska yang telah dilakukan PT PG dalam kerangka
fasilitas KKP diperkirakan sebesar Rp6.620.367.170,00 yang belum
mendapat persetujuan dari PT Bank Bukopin.
b. Terhadap penjualan paket pupuk Phonska dalam kerangka fasilitas KKP yang
tidak memperoleh persetujuan kredit dari PT Bank Bukopin, PT PG
mengalihkannya sebagai penjualan kredit PT PG. Berdasarkan data
perkembangan pinjaman Kelompok Tani peserta KKP per akhir Nopember
2004 diketahui bahwa jumlah pengalihan yang menjadi penjualan kredit PT
PG adalah sebesar Rp5.692.441.547,50. Hal ini menunjukkan terdapat
penjualan paket pupuk Phonska dalam kerangka fasilitas KKP yang tidak
mendapat persetujuan KKP dari PT Bank Bukopin sebesar
Rp5.692.441.547,50. Rincian penjualan pupuk tersebut adalah sebagai
berikut :
Sesuai Pasal 2 Perjanjian Kredit untuk produksi pertanian atau KKP yang
menggunakan paket pupuk Phonska, seharusnya PT PG tidak menyalurkan
pupuk kepada Kelompok Tani sebelum adanya persetujuan dari PT Bank
24 BPK RI/AUDITAMA V
Bukopin. Dalam pasal tersebut antara lain dinyatakan bahwa PT PG
melaksanakan penyediaan paket pupuk Phonska sesuai jenis, jumlah, mutu,
harga, waktu dan tempat yang tertuang dalam Perjanjian Penjualan antara PT PG
dengan Kelompok Tani yang memperoleh fasilitas kredit dari PT Bank Bukopin.
4. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 1 (satu) temuan atas
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Terhadap temuan tersebut
masih dalam proses tindak lanjut, yaitu :
25 BPK RI/AUDITAMA V
Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam tahun buku 2003 terdapat 3 (tiga) temuan atas kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dari 3 (tiga) temuan tersebut telah ditindaklanjuti
seluruhnya dan dianggap selesai.
1. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 tidak terdapat temuan atas kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan.
2. Hasil Pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2002 terdapat 1 (satu) temuan atas
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Terhadap temuan tersebut
masih dalam proses tindak lanjut, yaitu:
27 BPK RI/AUDITAMA V
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Kami telah mengaudit laporan keuangan konsolidasian PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan
anak perusahaan tanggal 31 Desember 2004, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut, dan telah menerbitkan laporan nomor 03.A.2/Auditama V/GA/II/2005 tanggal 28
Pebruari 2005.
Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan dan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan
audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit kami atas laporan keuangan usaha sendiri PT
Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2004, kami mempertimbangkan pengendalian intern entitas tersebut untuk
menentukan prosedur audit yang kami laksanakan untuk menyatakan pendapat kami atas
laporan keuangan dan tidak dimaksudkan untuk memberikan keyakinan atas pengendalian
intern tersebut.
Manajemen PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) dan anak perusahaan bertanggung jawab untuk
menyusun dan memelihara suatu pengendalian intern. Dalam memenuhi tanggung
BPK RI/AUDITAMA V
jawabnya tersebut, diperlukan estimasi dan pertimbangan dari pihak manajemen tentang
taksiran manfaat dan biaya yang berkaitan dengan pengendalian intern. Tujuan suatu
pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan
absolut, kepada manajemen bahwa aktiva terjamin keamanannya dari kerugian sebagai
akibat pemakaian atau pengeluaran yang tidak diotorisasi dan bahwa transaksi dilaksanakan
dengan otorisasi manajemen dan dicatat semestinya untuk memungkinkan penyusunan
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Karena adanya keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern, kekeliruan atau
ketidakberesan dapat saja terjadi dan tidak terdeteksi. Begitu juga, proyeksi setiap evaluasi
atas pengendalian intern ke periode yang akan datang mengandung risiko bahwa suatu
prosedur menjadi tidak memadai lagi karena perubahan kondisi yang terjadi atau efektifitas
desain dan operasi pengendalian intern tersebut telah berkurang.
Untuk tujuan laporan ini, kami menggolongkan pengendalian intern signifikan ke dalam
kelompok berikut ini:
• Produksi
• Teknik dan Perekayasaan
• Pemasaran/Komersil
• Keuangan
• Penelitian dan Pengembangan
Untuk semua golongan pengendalian intern tersebut di atas, kami memperoleh pemahaman
tentang desain pengendalian intern yang relevan dan apakah pengendalian intern tersebut
dioperasikan, serta kami menentukan risiko pengendalian.
Pertimbangan kami atas pengendalian intern tidak perlu mengungkapkan semua masalah
dalam pengendalian intern yang mungkin merupakan kelemahan material menurut Standar
Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Suatu kelemahan
material adalah kondisi yang dapat dilaporkan yang di dalamnya desain dan operasi satu
atau lebih komponen pengendalian intern tidak mengurangi risiko ke tingkat yang relatif
29 BPK RI/AUDITAMA V
rendah tentang terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan dalam jumlah yang akan material
dalam hubungannya dengan laporan keuangan auditan dan tidak terdeteksi dalam waktu
semestinya oleh karyawan dalam melaksanakan normal fungsi yang ditugaskan kepadanya.
Kami mencatat bahwa tidak ada masalah berkaitan dengan pengendalian intern dan
operasinya yang kami pandang memiliki kelemahan material sebagaimana kami definisikan
di atas.
Namun, kami mencatat masalah-masalah tertentu berkaitan dengan pengendalian intern dan
operasinya disertai saran perbaikannya yang kami kemukakan pada Lampiran B.
30 BPK RI/AUDITAMA V
LAMPIRAN B
31 BPK RI/AUDITAMA V
surat No.U-0644/925.LA/2001 tanggal 16 Juli 2001 dari Kepala PPD Jawa Barat
kepada Moe Irwan Rahardja, sementara kontrak sewa menyewa telah berakhir
tanggal 1 Juli 2001. Sehubungan dengan keterlambatan permintaan perpanjangan
kontrak sewa menyewa kepada pemilik tanah yang seharusnya dilakukan paling
lambat 1 Januari 2001 atau 6 (enam) bulan sebelum kontrak berakhir, maka sesuai
Surat Perjanjian yang telah disepakati bersama hak kepemilikan gudang berpindah
kepada pemilik tanah. Selanjutnya pemilik tanah dan gudang dengan surat tanggal
27 Juli 2004 memberitahukan kepada Kepala Departemen (Kadep) Sarwil I bahwa
apabila PPD Jawa Barat ingin mengontrak kembali maka harga sewa yang
ditawarkan adalah sebesar Rp55.000.000,00 per tahun. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas Kadep Sarwil I melalui surat No.175/31100000.DS/2004 tanggal 5
Agustus 2004, meminta persetujuan kepada Direktur Komersil (Dirkom) PT Pusri
tentang harga sewa berdasarkan hasil negosiasi dengan pemilik tanah yaitu sebesar
Rp47.500.000,00 per tahun. Berdasarkan persetujuan dari Dirkom atas permintaan
perpanjangan tersebut, Kadep Sarwil I melalui surat No.181/J10.DS/2004 tanggal
16 Agustus 2004 memberitahukan kepada PPD Jawa Barat sekaligus untuk
menyiapkan kontrak sewa-menyewa berkaitan dengan hal tersebut. Perkembangan
selanjutnya PT Pusri menyewa tanah dan gudang tersebut karena gudang yang
semula milik PT Pusri telah beralih menjadi milik Moe Irwan Raharja sesuai
dengan klausul kontrak sebelumnya.
Hal tersebut disebabkan Kepala PPD dan Kabag AUK PPD Jawa Barat pada
saat itu lalai dalam memantau masa berakhirnya dan dalam usaha memperpanjang
kontrak sewa-menyewa tanah.
32 BPK RI/AUDITAMA V
PPD Jawa Barat mengakui kondisi tersebut dan telah mencatat kerugian atas
kehilangan kepemilikan gudang MTU Mauk tersebut.
2. Pembayaran atas Jasa Perkapalan oleh Thai Phos Corporation PTE, LTD
tidak sesuai dengan perjanjian yang disepakati
Laporan Keuangan PT Pusri per 31 Desember 2004 (unaudited) mencatat
saldo perkiraan Pendapatan Angkutan Kapal Milik (700203) sebesar
Rp75.096.381.509,00.
Dari pemeriksaan secara uji petik atas perkiraan tersebut diketahui bahwa
pada tahun 2004 PT Pusri melakukan perjanjian charter kapal Sultan Mahmud
Badaruddin II (SMB II) dengan Thai Phos Corporation PTE, LTD untuk
melakukan pengapalan amoniak ke Maptaphut Thailand. Ongkos angkut sesuai
perjanjian (Tanker Voyage Charter Party) bulan April 2004 adalah sebagai berikut:
a. Cargo 4.000 MT ± 10% freight rate US$37.00 per MT
b. Cargo 5.000 MT ± 10% freight rate US$31.50 per MT
Thai Phos Corporation PTE, LTD juga mengajukan permintaan sesuai
facsimile No.TPC /Fax/013/03-04 tanggal 31 Maret 2004 yang isinya antara lain
PT Pusri harus menjamin agar temperatur amoniak dalam kapal yang disepakati
adalah pada atau dibawah minus 33 derajat celsius.
Pengapalan amoniak sebanyak 4.396.939 MT dilakukan berdasarkan Bill of
Lading No. PLG.01/063/04 tanggal 24 April 2004 namun tanggal 25 April 2004
amoniak tersebut dialihkan tujuannya ke PT Petrokimia Gresik dan tiba pada
tanggal 27 April 2004. Pengalihan pengapalan tersebut dikarenakan PT Pusri tidak
dapat memenuhi pengapalan amoniak pada temperatur sesuai permintaan Thai
Phos Corporation PTE, LTD.
Berdasarkan surat Kepala Departemen (Kadep) Pengadaan dan Ekspor
No.139/301000.PS/2004 tanggal 27 April 2004 kepada Kadep Pengapalan dan
Pengantongan (Paltong), pengapalan amoniak tersebut dialihkan kembali untuk
33 BPK RI/AUDITAMA V
diekspor ke Thailand. Pengalihan tersebut sesuai dengan permintaan Departemen
Pengadaan dan Ekspor dengan alasan tidak ada kesepakatan harga amoniak dengan
PT Petrokimia Gresik dan tiba di Maptaphut pada tanggal 5 Mei 2004.
Melalui surat No.4056/40.15.0000/2004 tanggal 7 April 2004, Kepala Dinas
(Kadis) Administrasi dan Keuangan Paltong meminta penerbitan nota debet freight
MT SMB II dengan penjelasan bahwa tagihan dialamatkan ke PT Kurnia Sumber
Makmur (KSM) yang dalam hal ini bertindak sebagai trader agent. Berdasarkan
Nota Debet No.ND12004000021 tanggal 10 Mei 2004, PT Pusri melakukan
penagihan ke Thai Phos Corporation PTE, LTD dengan rincian sebagai berikut :
34 BPK RI/AUDITAMA V
menyetujui pembayaran biaya pengapalan kapal SMB II sejumlah US$141,750
(US$31.50 x 4.500). Pada tanggal 26 Mei 2004, Thai Phos Corporation PTE, LTD
melakukan pembayaran atas nota debet PT Pusri melalui bank HSBC sebesar
US$141,750 dipotong biaya komisi sebesar US$160 menjadi US$141,590 sesuai
dengan surat PT KSM kepada Thai Phos Corporation PTE, LTD. Atas pembayaran
tersebut PT Pusri melakukan revisi atas perjanjian charter party menjadi 4.500 MT
± 10% dengan freight rate US$32.238 per MT.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Direktur Teknik Perekayasaan dan Direktur
Keuangan PT Pusri serta Kadep Paltong PT Pusri memberikan kebijakan
penurunan freight yang tidak sesuai dengan kesepakatan semula sehingga Thai
Phos Corporation PTE, LTD melakukan pembayaran yang tidak sesuai dengan
yang telah disepakati dalam perjanjian charter party.
35 BPK RI/AUDITAMA V
dimiliki dan dilakukan koordinasi antara Dinas Operasi Kapal dengan Dinas
Rendal Produksi.
36 BPK RI/AUDITAMA V
(128.145 kg - 9.346,504 kg). PT Pusri telah menghitung besarnya klaim susut
tersebut sebesar Rp132.103.928,00 (118.798,496 kg x Rp1.112,00). PT Pusri tidak
segera melakukan pembayaran tagihan ke PT SLL sehubungan dengan kegiatan
pengangkutan pupuk via kapal karena adanya perbedaan mengenai pengenaan
klaim susut pengangkutan pupuk.
Atas hal tersebut maka dilakukan pengujian ulang sebanyak 2 (dua) kasus
oleh PT PJ sehubungan dengan terjadinya susut pupuk dalam beberapa kali
pengapalan. Hasil pengujian sebagaimana terdapat dalam surat Surveyor PT PJ
No.0945/PJ-PLG/2004 tanggal 17 Juni 2004 yang ditujukan ke Kadep Pengadaan
dan Ekspor dan Kadis Angkutan Laut PT Pusri memberikan kesimpulan bahwa
terjadinya perbedaan berat pupuk di pelabuhan muat dengan berat pupuk di
pelabuhan bongkar terutama karena adanya perbedaan berat jenis air tawar pada
pelabuhan muat di sungai Musi dengan berat jenis air laut pada pelabuhan tujuan di
Teluk Bayur Sumatera Barat. Selain itu terjadinya perbedaan karena adanya
perubahan bentuk kapal, dalam arti berat benda-benda yang berada di atas kapal
(constant kapal) berubah. Perbedaan berat pupuk di pelabuhan muat dengan berat
pupuk dari 2 kasus yang diuji tersebut adalah selisih positif masing-masing 3.519
MT dan 0.109 MT. Berdasarkan hasil uji tersebut jika terjadi selisih negatif (susut)
maka jumlah tonase dalam B/L dikoreksi sehingga susut yang terjadi masih dalam
batas toleransi. Hal tersebut diterapkan untuk pengangkutan pupuk curah dari
pelabuhan muat PT Pusri Palembang ke pelabuhan tujuan Teluk Bayur – PPD
Sumatera Barat (Sumbar) di atas sehingga hasilnya sebagai berikut :
B/L Sebelum B/L sesudah Selisih
Initial Net.Displ 2,462.782 MT 2,581.682 MT 118.9 MT
Light Ship 2,349.600 MT 2,349.600 MT 0
Constant 113.182 MT 232.082 MT 118.9 MT
Final 7,136.034 MT 7,136.034 MT 0
B/L 4,673.252 MT 4,554.352 MT 118.9 MT
Notes : Party B/L yang direvisi : 4,554.352 MT
Hasil bongkar : 4,545.107 MT
Selisih : 9.245 MT (susut 0.20%)
37 BPK RI/AUDITAMA V
No.605/K12.D6/2004 tanggal 15 Juli 2004. Dengan demikian pengenaan klaim
susut pengangkutan pupuk sebesar Rp132.103.928,00 tersebut dibatalkan.
Hal serupa juga terjadi pada :
a. Pengangkutan KM Berkah Lestari atas pupuk milik PT Pusri tanggal 11 Maret
2004 tujuan pelabuhan Panjang (hasil bongkar 5,137.650 MT)
B/L Sebelum B/L sesudah Selisih
Initial Net.Displ 2,463.201 MT 2,506.149 MT 42.948 MT
Light Ship 2,349.600 MT 2,349.600 MT 0
Constant 113.601 MT 156.549 MT 42.948 MT
Final 7,653.784 MT 7,653.784 MT 0
B/L 5,190.583 MT 5,147.635 MT 42.948 MT
Notes : Party B/L yang direvisi : 5,147.635 MT
Hasil bongkar : 5,137.650 MT
Selisih : 9.985 MT (susut 0.19%)
38 BPK RI/AUDITAMA V
Berdasarkan penjelasan dari Dinas Operasi Kapal milik PT Pusri yang tugas
kesehariannya adalah melaksanakan pengangkutan pupuk dengan kapal milik
sendiri, perbedaan berat jenis air tawar dan air laut memiliki pengaruh yang besar
terhadap hasil draught survey. Sementara itu constant kapal tidak mungkin berubah
pada saat kapal melakukan kegiatan baik kegiatan muat maupun bongkar, kalaupun
ada perubahan tidak dalam jumlah yang besar, sehingga penjelasan dari PT PJ atas
perubahan constant kapal diragukan. Seharusnya PT Pusri lebih mengkritisi hasil
pengujian yang dilakukan jika melihat kecenderungan yang terjadi pada saat
pengujian adalah selisih positif yang sangat tipis, sedangkan kenyataan yang terjadi
adalah selisih negatif yang cukup besar (susut di atas toleransi). Apabila
diperhatikan maka perubahan tersebut mendekatkan kesusutan yang terjadi dengan
toleransi yang ditetapkan dalam perjanjian sewa angkutan kapal PT Pusri dengan
PT SLL.
Seharusnya jumlah tonase dalam B/L awal menjadi dasar dalam perhitungan
susut.
39 BPK RI/AUDITAMA V
terbukti dengan sengaja melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya maupun
orang lain dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, kepada yang bersangkutan
agar dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
40 BPK RI/AUDITAMA V
pinjaman PT Pusri ke PT PK belum akurat ditunjukkan dengan beberapa item suku
cadang yang dipinjam bernilai 0.
41 BPK RI/AUDITAMA V
a. PT Pusri dengan YPM No.298/SP/DIR/2001 dan No.227/YPM.XII/2001
tanggal 30 Nopember 2001 untuk pelayanan kesehatan karyawan PT Pusri dan
keluarganya yang masih aktif.
b. Yayasan Kesejahteraan Karyawan PT Pusri (YKKP) dengan YPM
No.487A/SPKKP/2001 tanggal 30 Nopember 2001 untuk pelayanan kesehatan
karyawan PT Pusri yang sudah pensiun dan keluarganya.
Pembayaran biaya pelayanan kesehatan oleh PT Pusri dan YKKP kepada
YPM dilaksanakan dengan sistem premi (tetap) sesuai jumlah dan klasifikasi
peserta yang terdiri dari karyawan PT Pusri yang masih aktif maupun karyawan
yang sudah pensiun beserta keluarganya. Biaya pelayanan kesehatan yang
dikeluarkan oleh YPM dalam 3 (tiga) tahun berturut-turut selalu lebih besar dari
jumlah premi yang diterima atau dengan kata lain YPM selalu mengalami defisit.
Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Biaya Pelayanan
Premi Defisit
Tahun Kesehatan
(Rp) (Rp)
(Rp)
2002 19.301.256.900,00 21.008.306.755,00 1.707.049.855,00
2003 34.787.495.936,00 37.667.469.076,00 2.879.973.140,00
2004 38.369.070.820,00 41.147.886.801,00 2.778.815.981,00
42 BPK RI/AUDITAMA V
Seperti diketahui bahwa pensiunan Pejabat PT Pusri yang bukan berasal dari
karyawan PT Pusri pada saat yang bersangkutan berakhir jabatannya dan tidak
ditunjuk lagi telah diberikan fasilitas berupa asuransi purna jabatan. Khusus
pensiunan Pejabat PT Pusri yang berasal dari instansi lain tentunya sudah diikutkan
dalam program pelayanan kesehatan di instansi tempat mereka bekerja
sebelumnya. Dengan demikian kebijakan pemberian pelayanan kesehatan kepada
pensiunan Pejabat PT Pusri yang bukan berasal dari karyawan PT Pusri adalah
tidak tepat, karena seharusnya mereka dapat mengajukan pelayanan kesehatan
kepada instansi asal yang bersangkutan sebelum menjadi pejabat di PT Pusri.
Biaya pelayanan kesehatan pensiunan Pejabat PT Pusri dan keluarganya
yang bukan berasal dari karyawan PT Pusri dan menjadi tanggung jawab atau
beban PT Pusri untuk tahun 2004 sebesar Rp 1.157.660.960,00 dengan rincian
tagihan YPM, sebagai berikut :
SURAT YPM
NO
NOMOR TANGGAL JUMLAH
1 092/YPM.III/2004 29-03-2004 50.598.702
2 171/YPMV/2004 13-05-2004 366.489.757
3 248/YPM.VII/2004 13-07-2004 231.295.643
4 365/YPM.IX/2004 15-09-2004 251.794.008
5 461/YPM.IX/2004 20-10-2004 76.642.074
6 569/YPM.XII/2004 17-12-2004 147.142.551
7 021/YPM.I/2005 18-01-2005 33.698.225
Jumlah 1.157.660.960
43 BPK RI/AUDITAMA V
bukan berasal dari karyawan PT Pusri saat ini sedang dipersiapkan, tetapi usaha-
usaha untuk menekan biaya sudah dilakukan seperti memutuskan hubungan kerja
dengan rumah sakit provider di Jakarta yang taripnya cukup tinggi antara lain:
Rumah Sakit (RS) Metropolitan Medical Centre, RS Pondok Indah dan RS PT
Siloam Healthcare .
6. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 12 (dua belas) temuan atas
kepatuhan terhadap pengendalian intern. Dari 12 (dua belas) temuan tersebut telah
ditindaklanjuti dan dianggap selesai sebanyak 9 (sembilan) temuan dan sisanya
sebanyak 3 (tiga) temuan masih dalam proses ditindaklanjuti, yaitu:
Dari hasil pemeriksaan tindak lanjut s.d 31 Desember 2004 draft surat
perjanjian tersebut masih dalam proses penyelesaian.
44 BPK RI/AUDITAMA V
b. Gudang pupuk di beberapa Pemasaran Pusri Daerah senilai Rp10.035,80
juta diragukan status kepemilikannya
Berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumentasi kepemilikan gudang
pada beberapa Pemasaran Pusri Daerah (PPD) diketahui bahwa beberapa
gudang pupuk tersebut dibangun di atas tanah yang disewa dari pihak ketiga.
Bentuk perjanjian kerjasama tersebut berupa penyerahan bidang-bidang tanah
dari pihak ketiga untuk dipergunakan khusus sebagai lokasi gudang
penyimpanan pupuk PT Pusri berikut prasarana lainnya.
Salah satu perjanjian kerjasama persewaan tanah adalah dengan PT
Kereta Api Indonesia (KAI), berupa bidang-bidang tanah yang terletak di
emplasemen stasiun dan jalur-jalur kereta api. Kerjasama tersebut dituangkan
dalam surat perjanjian dengan Perumka No.269/HK/UM/1998 dan PT Pusri
No.295/SP/DIR/1998 tanggal 31 Desember 1998 sebagai kelanjutan perjanjian
kerjasama sebelumnya yang berlaku selama 5 (lima) tahun terhitung mulai
tanggal 1 Januari 1998 sampai dengan tanggal 31 Desember 2002 dengan luas
tanah keseluruhan 210.671,95 m2.
Berdasarkan keterangan dari pihak PT Pusri diketahui bahwa sejak
berakhirnya kontrak sewa tanah pada tanggal 31 Desember 2002, belum
dilaksanakan perpanjangan kontrak sewa tanah dan PT Pusri masih menunggu
penawaran dari PT KAI. Disamping itu di dalam perjanjian tersebut tidak diatur
secara jelas mengenai status kepemilikan atas gudang jika kontrak sewa tanah
berakhir.
Dari hasil pemeriksaan tahun buku 2004 diketahui bahwa PT KAI telah
menanggapi surat tersebut dan berkeinginan untuk melanjutkan kerjasama di
atas dan karenanya pada tanggal 6 Mei 2004 PT Pusri telah membentuk Tim
untuk membahas kerjasama dan menyiapkan perpanjangan kontrak sewa tanah
tersebut.
45 BPK RI/AUDITAMA V
BPK RI menyarankan agar PT Pusri melakukan percepatan kerja dari Tim
dimaksud dan segera melakukan perpanjangan kontrak sewa tanah tersebut
serta dalam perjanjian mengatur tentang status kepemilikan atas gudang setelah
kontrak sewa tanah berakhir.
c. Terdapat tanah di PPD Sulawesi Selatan yang dikuasai pihak ketiga dan
di PPD Jawa Timur belum didukung sertifikat atas nama PT Pusri
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas kepemilikan tanah pada kedua PPD
tersebut diketahui sebagai berikut:
a. Tanah di PPD Sulawesi Selatan (Sulsel)
Tanah perumahan yang terletak di Jalan AP Pettarani Kelurahan Masale
Kecamatan Panakkukang Kota Makassar telah dimiliki oleh PPD Sulsel
sejak tahun 1981 dengan bukti kepemilikan berupa Sertifikat Hak Guna
Bangunan (SHGB) No.20, 21, 22 dan 23 tanggal 3 Nopember 1981 yang
berlaku selama 20 tahun. SHGB tersebut terdaftar di Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Kantor Pertanahan Kota Makassar dengan luas tanah
sebesar 6.169 m2. Sejak tahun 1986 di atas tanah tersebut telah didirikan
bangunan berupa rumah dinas sebanyak empat buah yang dihuni oleh
karyawan PPD Sulsel.
Kantor Pertanahan Kota Makassar dengan surat No.570-892-53-01 tanggal
11 Juni 2002, menyatakan bahwa setelah dilakukan pengukuran sesuai
batas penguasaan yang ditunjuk diperoleh luas 5.628 m2 atau terjadi
kekurangan seluas 541 m2 dari ukuran semula sehingga Kantor Pertanahan
Kota Makassar hanya dapat menerbitkan surat ukur sesuai keadaan dan luas
yang dikuasai.
Pada tanggal 25 Nopember 2002 dilakukan perbandingan sket tanah hasil
pengukuran petugas ukur Kantor Pertanahan Makassar dengan sket tanah
pada SHGB PPD Sulsel dengan hasil sebagai berikut :
1) Kekurangan luas tanah tersebut terjadi pada SHGB No. 99 (eks No.20
tahun 1981), GS No.2869/1981.
46 BPK RI/AUDITAMA V
2) Hasil pengecekan fisik di lapangan diketahui bahwa kekurangan luas
tanah disebabkan tanah tersebut telah dikuasai oleh pihak PT
Asindoindah Griyatama (PT AG) berupa jalan dan bangunan rumah.
Menindaklanjuti hal tersebut, telah diadakan beberapa kali pertemuan
antara PPD Sulsel dan PT AG. Berdasarkan data terakhir yang
diperoleh pada tanggal 12 Desember 2003 diadakan pertemuan antara
PT AG dengan PPD Sulsel yang ditindaklanjuti dengan melakukan
peninjauan lokasi oleh PT AG dan PPD Sulsel secara bersama-sama.
Dari peninjauan tersebut diperoleh data dan fakta bahwa lokasi tanah
dimaksud dalam penguasaan PT AG. Penyelesaian akan dilakukan
secara kekeluargaan dengan beberapa alternatif sebagai berikut :
a) Tanah yang dikuasai dikembalikan kepada PT Pusri.
b) Tanah yang dikuasai ditukar dengan tanah milik PT AG yang
terletak di sebelah/berbatasan dengan pagar kawat tanah PT Pusri.
c) Tanah yang dikuasai dibeli oleh PT AG sesuai dengan NJOP tahun
berjalan.
Ketiga alternatif penyelesaian tersebut baru dapat dilaksanakan
apabila telah disetujui oleh manajemen masing-masing baik PT AG
maupun PT Pusri. Sampai dengan pemeriksaan atas Laporan Keuangan PT
Pusri tahun buku 2003 berakhir persetujuan manajemen PT AG dan PT
Pusri belum diberikan.
Perkembangan selanjutnya diketahui bahwa berdasarkan surat dari PT
AG No.002/AIG/WR/II/2004 tanggal 27 Februari 2004 menyatakan tanah
tersebut adalah milik PT AG yang dibeli dari Sdr. M Dahlan Mustofa
berdasarkan Akta Pelepasan Hak Legalitas Camat Panakkukang
No.08/III/8/KP/IV/1991.
Atas permasalahan yang belum dapat diselesaikan tersebut maka pada
tanggal 7 September 2004 telah diadakan pertemuan antara PT Pusri, PT
AG dan BPN Kota Makassar yang menyimpulkan bahwa masing-masing
PT Pusri dan PT AG mempunyai bukti hak yang kuat dan kedua belah
pihak sepakat akan melakukan pertemuan dimana hasilnya akan diserahkan
kepada BPN Kota Makassar.
47 BPK RI/AUDITAMA V
b. Tanah PPD Jawa Timur
Tanah GPP Jember berlokasi di Jl. Stasiun Rambipuji, Desa Rambigundam
seluas 7.980 m2 dan 3.000 m2 senilai Rp45.926.500,00 dengan bukti
kepemilikan sertifikat hak milik (SHM) No. 39 dan Petok No. 1714 masih
terdaftar atas nama M.N. Thoyib dengan Akta Jual Beli masing-masing No.
168/1976 dan 169/1976. Menurut keterangan dari Bagian Administrasi
Umum dan Keuangan PPD Jawa Timur, pengajuan balik nama belum
dilakukan ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Permasalahan atas tanah PPD Jawa Timur belum sepenuhnya dapat
ditindaklanjuti yaitu adanya hambatan dalam pengurusan balik nama karena
tidak adanya surat Sertifikat Tanah yang Asli maupun surat Jual Beli Tanah
yang Asli, dan sebagai langkah awal sedang diupayakan penggantian
sertifikat asli melalui BPN setempat dengan menunjuk Notaris Elly
Herawati Sutedjo SH yang selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan
pengurusan balik nama sertifikat atas nama PT Pusri.
7. Hasil Pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2002 terdapat 8 (delapan) temuan atas
kepatuhan terhadap pengendalian intern. Dari 8 (delapan) temuan tersebut telah
ditindaklanjuti dan dianggap selesai sebanyak 6 (enam) temuan dan sisanya
sebanyak 2 (dua) temuan masih dalam proses ditindaklanjuti, yaitu:
48 BPK RI/AUDITAMA V
a. Penjualan pupuk kepada beberapa perkebunan besar tidak sesuai dengan
Juklak Penjualan yang berlaku
Dalam tahun 2003, antara lain terdapat penjualan kepada tiga perkebunan
besar yaitu PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (PT SMART),
PT Astra Agro Lestari Tbk. (PT AAL), dan PT Minamas Gemilang (PT MMG)
dengan total nilai sebesar Rp110.363.334.352,00 dan US$147,607.91.
Penjualan tersebut dilakukan melalui proses tender.
Hasil pemeriksaan pada tahun 2003 menunjukkan bahwa hasil
pemeriksaan pada tahun 2002 tersebut belum sepenuhnya ditindaklanjuti oleh
manajemen PT Pusri dan masih terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Realisasi pengiriman pupuk dilaksanakan mendahului Surat Perjanjian Jual
Beli (SPJB).
2) Penjualan dilaksanakan secara kredit selama 30 hari tanpa didukung
jaminan berupa deposito atau bank garansi seperti yang disyaratkan.
Belum dapat dilaksanakannya tindaklanjut atas permasalahan tersebut
berdasarkan penjelasan PT Pusri disebabkan penjualan pupuk kepada beberapa
perkebunan besar dilakukan melalui proses tender, dimana PT Pusri harus
mengikuti ketentuan tender tersebut seperti cara pembayaran, penyerahan
pupuk dan sebagainya, yang ketentuan-ketentuannya berbeda dengan SPJB dan
POB Penjualan kepada distributor.
Selanjutnya pada tahun 2004 PT Pusri telah menyempurnakan materi
kontrak/perjanjian penjualan pupuk untuk semester I tahun 2004 sesuai Surat
Perjanjian Jual Beli Pupuk antara PT Pusri dengan PT SMART
No.24/SP/DIR/2004 tanggal 24 Januari 2004, pelaksanaannya antara lain
adalah :
a. PPN dibayar dulu oleh pembeli sebelum PO dibuat dan pupuk diserahkan
ke pembeli.
b. PO diterbitkan oleh pembeli dan dikirim langsung ke PPD/Pwk. di daerah,
copy PO diteruskan ke Kantor Pusat PT Pusri untuk pemantauan dan tertib
administrasi pelaksanaannya.
49 BPK RI/AUDITAMA V
c. Pola penagihan desentralisasi (satu pintu) melalui Dinas AUK Niaga untuk
verifikasi kelengkapan dan validasi data tagihan sebelum disampaikan ke
pembeli (PT.AAL)
d. Copy kontrak yang memuat hak dan kewajiban disampaikan ke PPD/Pwk.
yang bersangkutan
e. Keterlambatan pengiriman pupuk oleh penjual dikenakan denda, sebaliknya
keterlambatan pembayaran oleh pembeli dikenakan denda.
Sedangkan penyusunan POB Penjualan untuk mengakomodir setiap jenis
penjualan sedang dalam proses penyempurnaan.
50 BPK RI/AUDITAMA V
a. Terdapat kekurangan tagihan penjualan listrik kepada PT KPA
Berdasarkan Utility Agreement antara PT PKT Tbk dan PT KPA tanggal 31 Juli
1997 diketahui bahwa PT PKT Tbk akan menyediakan utilitas yang antara lain
berupa listrik. Tarif listrik sesuai schedule B (Price Calculation for Utilities
and Steam and CO2) dalam perjanjian tersebut ditetapkan dengan
memperhitungkan beban listrik yaitu:
Beban Tarif listrik(US$/KWH)
25%-40% Capacity US$(0.045 + 0.02NGP)/KWH
40%-70% Capacity US$(0.0375 + 0.02NGP)/KWH
>70% Capacity US$(0.045 + 0.02NGP)/KWH
Keterangan : NGP = Natural Gas Price
Selain itu ditambah dengan 10% untuk commitment fee, biaya administrasi dan
operasi dan tambahan biaya investasi untuk memasok listrik ke PT KPA.
Mekanisme penjualan listrik oleh PT PKT Tbk kepada PT KPA adalah sebagai
berikut:
1) PT KDM memasok listrik ke PT PKT Tbk, PT KPA dan PT Kaltim Parna
Industri. PT PKT Tbk menyediakan bahan baku berupa gas bumi untuk
listrik yang khusus dipakai oleh PT PKT Tbk dan PT KPA.
2) PT KDM menagih biaya pengolahan listrik yang disalurkan ke PT PKT
Tbk dan PT KPA melalui sistem kompensasi kepada PT PKT Tbk.
3) Selain dari PT KDM, PT KPA juga mendapat pasokan listrik dari Kaltim-
3 (PT PKT Tbk).
4) Setiap bulan PT PKT Tbk mengirimkan tagihan atas pemakaian listrik oleh
PT KPA yang dikirim dari Kaltim-3 maupun yang dipasok dari PT
KDM.
Penjualan listrik kepada PT KPA meliputi listrik untuk unit clorin yang
dipakai untuk memompa air laut dari POPKA ke PT KPA, listrik untuk unit-
unit operasional PT KPA dan listrik untuk gudang.
Dari hasil pemeriksaan terhadap faktur-faktur penjualan berikut lampiran
pendukungnya seperti Berita Acara (BA) pemakaian utilitas PT KPA, BA
pemakaian steam dan/atau listrik dari PT Kaltim Daya Mandiri (PT KDM)
menunjukkan bahwa Perhitungan harga penjualan listrik kepada PT KPA
51 BPK RI/AUDITAMA V
adalah sebesar US$0.06/KWH sehingga terdapat kekurangan penagihan sebesar
Rp3.212.435.605,00 dengan rincian sebagai berikut:
Periode Nilai Commitment Fee Total
Jan-Okt 04 US$ Rp US$ Rp US$ Rp
Penjualan 1.947.997 17.537.698.574 194.800 1.753.769.857 2.142.796 19.291.468.431
Seharusnya 2.262.356 20.346.944.929 226.236 2.034.694.493 2.488.592 22.381.639.422
Kekurangan 314.359 2.920.396.913 31.436 292.039.691 345.795 3.212.436.605
Nilai rupiah berdasarkan kurs bulan Desember 2004 USD1/Rp9.290,00
52 BPK RI/AUDITAMA V
KDM sebesar 7.762,96 ton. Harga yang dibayarkan oleh PT PKT Tbk
kepada PT KDM adalah US$5.604/ton atau US$43,503.63
b) Dari faktur penjualan utilitas bulan Januari dan Februari 2004 diketahui
PT PKT Tbk menjual 7.762,96 ton steam super heater tersebut kepada
PT KPA dengan harga US$4.5/ton + 10% commitment fee atau
US$38,421.90.
Dengan demikian harga penjualan utilitas PT PKT Tbk kepada PT KPA
yang ditetapkan berdasarkan harga natural gas sebesar US$1.7/MMBTU
belum disesuaikan dengan harga natural gas yang berlaku pada saat ini
yaitu berkisar antara US$2.17 s.d. US$2.85 per MMBTU
Selain itu diketahui harga steam/ton yang ditagihkan oleh PT PKT Tbk
kepada PT KPA ini lebih rendah jika dibandingkan dengan harga steam/ton
berdasarkan perjanjian penyediaan utilitas dengan perusahaan-perusahaan
joint venture lainnya. Perbandingan harga steam/ton menurut perjanjian
penyediaan utilitas kepada perusahaan-perusahaan joint venture adalah
sebagai berikut:
Perjanjian Penyediaan Utilitas Harga/ton Keterangan
antara PT PKT Tbk
dengan
PT KMI (PT Kaltim Methanol US$5, jika NGP=US$1/MMBTU Harga akan direview setiap dua
Indonesia) + Overhead 10% tahun sekali terhitung sejak
No. 793/SP-BTG/1996 Atau penetapan harga terakhir
Tgl 10/10/96 US$2.5 + (US$2.5xNGP) Harga akan bervariasi sesuai
+ Overhead 10% Dengan biaya produksi dan
kesepakatan PKT dan KMI
PT KPI (PT Kaltim Parna Industri) US$4.0 + (US$2.0 xNGP), Harga akan direview setiap
No.895/SP-Btg/97 Jika NGP>US$1.75/MMBTU dua tahun sekali
Tgl 29 Sept 1997 + 10% commitment fee
PT KPA US$4.5, jika NGP = US$1.7MMBTU Harga akan bervariasi sesuai
tgl 31 Juli 1997 +10 % commitment fee biaya produksi
53 BPK RI/AUDITAMA V
Berdasarkan review terhadap kontrak penyediaan utilitas antara PT PKT
Tbk dengan perusahaan joint venture lainnya yaitu PT KMI diketahui harga
hidrogen sebesar US$12.00/MMBTU merupakan harga yang dihitung
berdasarkan harga natural gas sebesar US$1/MMBTU.
Perbandingan harga hidrogen/MMBTU menurut perjanjian penyediaan
utilitas kepada perusahaan-perusahaan joint venture adalah sebagai berikut:
Perjanjian Penyediaan
Utilitas antara Harga/MMBTU Keterangan
PT PKT Tbk dengan
PT KMI US$12, jika NGP=US$1/MMBTU Harga akan direview setiap 2 tahun sekali
No. 793/SP-BTG/1996 +10% overhead terhitung sejak penetapan harga terakhir
Tgl 10/10/96 Atau Harga akan bervariasi sesuai dengan
US$7.5 + (US$4.5 xNGP) produksi dan kesepakatan PKT dan KMI
+ 10% overhead
54 BPK RI/AUDITAMA V
Sesuai perhitungan dalam Lampiran harga penjualan listrik untuk periode
Januari s.d Oktober 2004 berdasarkan faktur-faktur penjualan seharusnya
sebesar US$2,488,591.60 (US$2,262,356.00 + commitment fee
US$226,235.60).
b. Kontrak penyediaan utilitas antara PT PKT Tbk dengan PT KPA mengatur:
1) Harga steam dan hidrogen disesuaikan dengan harga natural gas yang
dibayarkan oleh PT PKT Tbk kepada Pertamina.
2) Harga penjualan steam sebesar US$4.5/ton + 10% commitment fee dihitung
berdasarkan harga natural gas US$1.7/MMBTU.
c. Harga natural gas untuk menghitung harga penjualan hidrogen seharusnya
sebesar US$1.7/MMBTU. Sesuai hasil review tagihan natural gas dari
Pertamina dari bulan Januari-Juli 2004 diketahui harga gas sudah melebihi
US$1.7/MMBTU.
Hal ini terjadi karena kelalaian Biro Keuangan dan Biro Akuntansi dalam
melakukan perhitungan/rekonsiliasi piutang serta kelalaian pihak manajemen PT
PKT Tbk tidak melakukan pengkajian ulang terhadap harga utilitas berupa steam
dan hidrogen.
55 BPK RI/AUDITAMA V
memberikan teguran dan memintakan pertanggungjawaban kepada Biro Keuangan
dan Biro Akuntansi dalam melakukan perhitungan/rekonsiliasi piutang.
56 BPK RI/AUDITAMA V
Dari kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan gudang di Tambak
Langon masih belum mencerminkan pengelolaan persediaan yang baik yaitu
menjaga persediaan dari kerusakan dan memberikan dukungan yang cukup handal
untuk perhitungan nilai persediaan secara akurat sebagai dasar nilai persediaan
dalam laporan keuangan.
Hal ini terjadi karena KPP Surabaya kurang baik dalam mengelola persediaan
pupuk di Gudang Tambak Langon.
57 BPK RI/AUDITAMA V
e. Jumlah pengelola gudang sebanyak dua belas orang yang terdiri dari satu orang
kepala gudang, satu orang tenaga pengaman dan sepuluh orang tenaga
pengawas dianggap cukup memadai karena tidak semua gudang dibuka pada
saat bersamaan dan tenaga pengawas dapat diperbantukan ke gudang lainnya
atau membantu administrasi gudang. Namun demikian, saat ini masih dikaji
ulang mengenai jumlah tenaga pengawas gudang sesuai dengan kebutuhan.
58 BPK RI/AUDITAMA V
Dalam aktivitas pengangkutan/bongkar-muat pupuk maupun persediaan
pupuk yang tersimpan pada gudang-gudang penyangga PT PKT Tbk dapat terjadi
adanya kemasan pupuk cacat atau pupuk menjadi caking/membatu karena lama
tersimpan di gudang atau karena hal lain, sehingga pupuk tidak layak dijual sebagai
pupuk bersubsidi.
Dari hasil pemeriksaan secara uji petik pada KPP Surabaya dan KPP
Makassar serta data yang diperoleh dari Pemasaran Wilayah (Sarwil) PT PKT Tbk
diketahui ada sejumlah pupuk urea bersubsidi yang tidak layak untuk dijual sebagai
pupuk urea bersubsidi, dan dinyatakan oleh KPP/Sarwil sebagai pupuk sweeping.
Mutasi pupuk sweeping tahun 2004 pada KPP Surabaya dan KPP Makassar
adalah sebagai berikut :
(Satuan Kg)
Jml Pupuk Persd. Pupuk
KPP Penjualan
Sweeping Sweeping
Jawa Timur 245.127 121.343 123.784
Makassar 152.050 152.050 -
Data di atas menunjukkan bahwa KPP dan Sarwil telah melakukan penjualan
pupuk sweeping. Pupuk sweeping pada KPP Surabaya dijual dengan harga hanya
berkisar Rp500,00/kg kepada PT Alva Cahaya Raya, UD Panen Raya, PT Astri
dan CV Hidayat selaku distributor PT PKT Tbk, sedangkan pupuk sweeping pada
KPP Makassar seluruhnya dijual kepada CV Astri selaku distributor PT PKT Tbk
dengan harga Rp500,00/kg.
Dari penelitian lebih lanjut terhadap proses penjualan pupuk sweeping,
ternyata sampai saat ini PT PKT Tbk belum memiliki prosedur penanganan pupuk
sweeping dan prosedur penjualan pupuk sweeping pada gudang-gudang penyangga.
Kewenangan untuk menyatakan pupuk sebagai pupuk sweeping, menjual dan
menetapkan harganya menjadi wewenang Kepala KPP/Sarwil.
Dengan kondisi demikian manajemen PT PKT Tbk belum mempunyai alat
kendali terhadap pupuk urea bersubsidi yang oleh KPP/Sarwil dinyatakan sebagai
pupuk sweeping, spesifikasi maupun nilai dari harga jualnya.
59 BPK RI/AUDITAMA V
melindungi perusahaan dari kemungkinan terjadinya penyalahgunaan pupuk
sweeping oleh pihak-pihak diluar perusahaan.
Hal ini terjadi karena pihak manajemen PT PKT Tbk lambat dalam
mengantisipasi dan membuat kerangka pengendalian terhadap terjadinya pupuk
bersubsidi yang tidak layak untuk dijual.
60 BPK RI/AUDITAMA V
Selain lokasi pada tabel di atas, masih terdapat lokasi operasional pemasaran
PT PKT Tbk yang belum memiliki NPWP, yaitu KPP di Nusa Tenggara Timur,
Papua, Manado, Gorontalo, Palu, Kendari, Ambon, Samarinda dan operasi
Balikpapan.
61 BPK RI/AUDITAMA V
Mataram, Nusa Tenggara Timur dan Palu semuanya menggunakan NPWP :
01.000.072.7-724.001 yang merupakan NPWP Kantor Pusat PKT Tbk di
Bontang.
Selain PPh Pasal 21, berdasarkan pengujian secara uji petik atas pembayaran
PPh Pasal 23 bulan Desember 2004 diketahui bahwa dokumen SSP atas PPh
Pasal 23 untuk lokasi Samarinda, Bali, Makassar, Banyuwangi, Balikpapan
dengan total sebesar Rp119.490.657,00 semuanya masih dipusatkan di Bontang
atau memakai NPWP Kantor Pusat Bontang yaitu 01.000.072.7-724.001.
Sesuai dengan UU No. 16 tahun 2000 tentang ketentuan umum dan tatacara
perpajakan menyebutkan bahwa :
a. Tempat pendaftaran untuk memperoleh NPWP adalah ke Kantor Pelayanan
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Wajib Pajak. Jadi,
Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat, maka yang
bersangkutan juga wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha Wajib Pajak tersebut;
b. Pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan
dilakukan berdasarkan asas domisili;
c. Bukti pemotongan pajak penghasilan dianggap sah apabila diisi dengan
lengkap dan benar
62 BPK RI/AUDITAMA V
Hal ini terjadi karena jumlah pegawai KPP PT PKT Tbk masih kurang
sehubungan dengan pembentukan KPP masih baru dan kekurangtelitian pegawai
dalam pengisian dokumen bukti pemotongan pajak.
5. Penetapan harga jual pupuk urea prill curah kepada PT Pupuk Sriwidjaja
(Persero) dan PT Petrokimia Gresik merugikan perusahaan sebesar
Rp12.055,57 juta
Dalam rangka pengamanan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi
untuk sektor pertanian, maka Direktorat Jenderal Industri Kimia, Agro dan Hasil
Hutan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Ditjen IKAH) menugaskan PT
PKT Tbk untuk menambah pasokan pupuk urea kepada PT Pupuk Sriwidjaja (PT
Pusri), PT Petrokimia Gresik (PT PG) dan PT Pupuk Kujang (PT PK) untuk
beberapa wilayah di Jawa. Realisasi pelaksanaan Surat Ditjen IKAH tersebut yaitu
sebagai berikut:
63 BPK RI/AUDITAMA V
Pembeli Ijin Ditjen IKAH Penyerahan Tujuan Realisasi Harga/Ton Nilai Jual Kantong/
No. Ton (Ton) Sblm PPN Sblm PPN Curah
PT PUSRI 347/IKAH/V/2004 10.000 FOB Bontang Jatim 10.352,499 710.000,00 7.350.274.290,00 CURAH
578/IKAH/VII/2004 8.274 FOB Bontang Jateng 8.273,697 710.000,00 5.874.324.870,00 CURAH
18.274 18.626,196 13.224.599.160,00
Dari data di atas diketahui bahwa realisasi penjualan pupuk urea kepada tiga
produsen pupuk mencapai 167.786,06 ton atau 104% dari ijin realokasi yang
disetujui dengan nilai penjualan sebesar Rp124.587.888.860,80. Kelebihan ini
terutama terjadi pada penjualan kepada PT PG.
Dengan demikian, penjualan pupuk urea dalam bentuk curah dengan syarat
penyerahan FOB Bontang, harga jualnya minimal sebesar Rp789.192,00 untuk
pengiriman sekitar bulan Mei s.d. Juni 2004.
64 BPK RI/AUDITAMA V
Sementara itu, realisasi penjualan kepada PT Pusri dari bulan April s.d. Juli
2004 sebanyak 18.626,196 ton dan realisasi kepada PT PG dari bulan Januari s.d.
Juli 2004 sebanyak 133.605,996 ton, masing-masing dengan harga jual sebesar
Rp710.000,00 per ton dengan syarat penyerahan Free On Board (FOB) Bontang.
Hal ini menunjukkan bahwa harga jual urea curah yang diberikan PT PKT Tbk
kepada PT Pusri dan PT PG lebih rendah dibandingkan dengan HPP sebagaimana
yang diterapkan untuk penjualan pupuk urea kepada PT PK seperti terlihat pada
tabel di bawah ini:
Pembeli Syarat Periode Realisasi Harga/Ton HPP
Penyerahan Penyerahan (Ton) Sblm PPN
65 BPK RI/AUDITAMA V
Hal ini disebabkan sebagai berikut :
a. Tidak konsistennya manajemen PT PKT Tbk dalam menerapkan kalkulasi
harga jual pupuk urea eks realokasi Ditjen IKAH untuk sesama anggota
Holding.
b. Manajemen PT PKT Tbk lemah dalam melakukan negosiasi harga jual dengan
PT Pusri dan PT PG.
6. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 8 (delapan) temuan atas
kepatuhan terhadap pengendalian intern. Dari 8 (delapan) temuan tersebut telah
ditindaklanjuti dan dianggap selesai sebanyak 6 (enam) temuan dan sisanya
sebanyak dan 2 (dua) temuan masih dalam proses ditindaklanjuti, yaitu:
66 BPK RI/AUDITAMA V
memperoleh pendapatan usaha dari produk utilitas berupa listrik untuk 5 (lima)
tahun terakhir sebesar Rp1.377.048.000,00.
Dalam tanggapan tindak lanjut, PT PKT Tbk menjelaskan bahwa PT PKT Tbk
telah melakukan penagihan ke PT Pertamina pada tanggal 23 Januari 2005.
b. Beberapa bagian atas hak kepemilikan tanah PT PKT Tbk dikuasai oleh
kelompok masyarakat
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik di lapangan atas aset PT PKT Tbk berupa
tanah bersertifikat, terdapat sertifikat hak pakai No.01 ternyata tidak seluruhnya
dalam penguasaan PT PKT Tbk, karena terdapat beberapa pihak yang
menguasai tanah tersebut dengan mendirikan bangunan rumah tinggal dan
berkebun. Sertifikat Hak Guna Bangunan No.673 masih berdiri satu bangunan
rumah atas nama Daeng Ngalle, dan bangunan tersebut berdekatan dengan
rumah Direksi. Pengadilan Negeri Tenggarong melalui putusan
No.24/Pid.C/2003/PN.Tgr tanggal 12 Juni 2003 telah menetapkan untuk
membongkar, namun sampai dengan saat pemeriksaan bangunan tersebut
masih tetap berdiri dan dikuasasi oleh yang bersangkutan. HGB No.65
mendapat tuntutan dari Kelompok Tani Padaidi dan Djamalewa serta
Kelompok Tani Gunung Kempeng. Selain itu Kelompok Tani Gunung
Kempeng juga menuntut HGB No.10. HGB No.673 berdiri bangunan atas
nama Simon Takdu Cs.
67 BPK RI/AUDITAMA V
Selain itu, setiap penyerobotan/penggunaan tanah tanpa ijin dari PT PKT Tbk,
akan dilakukan proses hukum sesuai ketentuan yang berlaku dan masuk pada
perkara tindak pidana ringan (Tipiring). Sampai dengan tahan 2004, terdapat 15
putusan Tipiring atas penyerobotan/penggunaan tanah tanpa ijin dari PT PKT
Tbk.
68 BPK RI/AUDITAMA V
Hal tersebut disebabkan Biro Ketenagakerjaan PT Pupuk Kujang belum
menyusun pedoman dan uraian tugas berdasarkan SK Direksi Nomor:
014/SK/DU/X/2004 mengenai perubahan struktur organisasi PT Pupuk Kujang.
2. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam tahun buku 2003 terdapat 1 (satu) temuan atas kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dari 1 (satu) temuan tersebut telah ditindaklanjuti
seluruhnya dan dianggap selesai.
3. Hasil pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam tahun buku 2002 terdapat 4 (empat) temuan atas kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dari 4 (empat) temuan tersebut telah
ditindaklanjuti seluruhnya dan dianggap selesai.
69 BPK RI/AUDITAMA V
D. PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM)
1. Penyimpanan stock urea digudang lini 2 belum rapi
Kondisi penyimpanan stock opname pupuk urea pangan dan sweeping di
gudang Mabar Medan belum rapi, posisi pupuk bagian atas bergelombang dan
masih terdapat letak pupuk yang tidak dalam posisi yang sebenarnya, posisi baris
tidak lurus dan tidak terdapat jalan yang digunakan untuk melakukan perhitungan
fisik.
Penyimpanan pupuk tersebut belum disusun dalam beberapa blok sehingga
sirkulasi pupuk yang tersedia disusun dalam 1 (satu) blok sehingga sirkulasi pupuk
yang masuk dan keluar belum optimal terutama pupuk yang posisinya ditengah.
Kantong pupuk yang pecah serta sisa tumpahan pupuk dipengantongan berupa
pupuk sweeping ditempatkan dibeberapa tempat serta penyusunannya belum tertata
rapi.
70 BPK RI/AUDITAMA V
KAP Soetjatna, Mulyana & Rekan menyarankan agar manajemen :
a. Persediaan pupuk yang ada disusun per blok atau stapel, tiap blok atau stapel
diberi kartu stok untuk memonitor posisi sisa yang tersedia pada tiap blok atau
stapel dan dibatasi oleh jalan atau lorong agar memudahkan dalam
penghitungan stok persediaan
b. Melakukan stock opname secara periodik minimal 2 kali setahun agar posisi
stok pupuk digudang dapat selalu dimonitor jumlahnya dan melakukan
rekonsiliasi secara bulanan catatan administrasi dengan catatan pengelola
gudang serta catatan persediaan menurut akuntansi
c. Meninjau kembali Surat Perjanjian Pengelolaan dan Penyimpanan (Stock
Holder) Nomor 033/SP/Dir/PIM/LSM/I/2004 tanggal 2 Januari 2004 pada
pasal 3 tentang Tanggung Jawab atas Pekerjaan dan Kehilangan, untuk
menambahkan klausul agar dalam pengelolaan dan penyimpanan petugas
gudang karyawan PT PIM bekerjasama dengan pengelola gudang PT Dermaga
Ujung Baru dan menetapkan tata cara penyimpanan yang sebaik-baiknya.
2. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam tahun buku 2003 terdapat 4 (empat) temuan atas kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dari 4 (empat) temuan tersebut telah
ditindaklanjuti seluruhnya dan dianggap selesai.
3. Hasil pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam tahun buku 2002 terdapat 3 (tiga) temuan atas kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dari 3 (tiga) temuan tersebut telah ditindaklanjuti
seluruhnya dan dianggap selesai.
71 BPK RI/AUDITAMA V
khusus atau di bawah tarif yang berlaku umum. Pemberian tarif khusus tersebut
dimaksudkan sebagai bentuk persiapan penyertaan saham PT PG pada PT PON.
Dengan adanya fasilitas pelabuhan dan sewa rute pipa, PT PON yang didirikan di
Jakarta pada tahun 1996 dapat menggunakan pelabuhan PT PG untuk membongkar
bahan baku dan memuat produknya dari Pabrik Octanol di Gresik. Pabrik Octanol
tersebut menghasilkan tiga produk yaitu 2-Ethyl Hexanol (2EH atau Octanol),
Normal-Butyl Alcohol (NBA), dan Iso-Butyl Alcohol (IBA). Octanol adalah bahan
kimia dasar berbentuk alkohol cair yang dipergunakan sebagai bahan dalam proses
pembuatan plastik. Sedangkan NBA dan IBA dipergunakan sebagai bahan baku
pembuatan cat.
Persiapan penyertaan saham PT PG pada PT PON telah dilakukan dengan
ditandatanganinya dokumen berikut :
a. Surat Perjanjian Penyertaan Saham PT PG Dalam PT PON
No.456/11/01.02/45/SP/ 1996 tanggal 14 Nopember 1996 yang ditandatangani
tiga pihak, yaitu PT Eterindo Anugerah Prakarsa, PT Tirtamas Majutama dan
PT PG yang dalam hal ini diwakili oleh Direktur Utama.
Nilai penyertaan saham PT PG yang akan ditempatkan adalah sebesar
US$2.350.000,00 atau sebesar 5% dari modal sendiri PT PON sebesar
US$47.000.000,00. Penyertaan tersebut dilakukan PT PG dalam bentuk antara
lain : pemberian harga khusus selama 8 tahun untuk jasa bongkar/muat
pelabuhan dan sewa rute pipa. Tarif umum jasa pelabuhan dan sewa rute pipa
masing-masing sebesar US$3,00 dan untuk maksud penyertaan diberikan tarif
khusus (50%), yaitu untuk jasa pelabuhan sebesar US$1,50 per ton dan untuk
sewa rute pipa sebesar US$1,50 per inci meter per tahun.
b. Surat Perjanjian antara PT PG dengan PT PON tentang Sewa Menyewa
Fasilitas No.454/11/01.02/45/SP/1996 tanggal 14 Nopember 1996. PT PG
diwakili oleh Direktur Utama.
Perjanjian ini merupakan pelaksanaan dari perjanjian penyertaan saham di atas
yang mengatur masalah penjualan jasa PT PG kepada PT PON atas jasa
pelabuhan dan sewa rute pipa. Dalam perjanjian dinyatakan bahwa tarif khusus
untuk jasa pelabuhan sebesar US$1,50 per ton dan untuk sewa rute pipa sebesar
US$1,50 per inci meter per tahun.
72 BPK RI/AUDITAMA V
Tarif khusus tersebut diberikan pada periode tahun 1996 s.d April 2001,
sedangkan mulai bulan Mei 2001 PT PG tidak lagi memberikan tarif khusus yaitu
untuk jasa pelabuhan sebesar US$3,00 per ton dan untuk sewa rute pipa sebesar
US$3,00 per inci meter per tahun. Hal tersebut dilakukan setelah PT PG melakukan
analisis dan penelitian mendalam atas rencana penyertaan saham PT PG pada PT
PON. Melalui surat No.1454/05/KU.01.04/04/DR/2001 tanggal 15 Mei 2001 yang
ditujukan kepada PT PON, PT PG menyatakan tidak ikut dalam penyertaan saham
pada PT PON karena kinerja perusahaan tersebut kurang baik. Sedangkan
pemberitahuan tentang perubahan tarif masing-masing menjadi sebesar US$3,00
dilakukan melalui surat Kepala Kompartemen Komersial
No.1604/05/SA.04.05/23/DR/2001 tanggal 28 Mei 2001.
Dengan ketidakikut-sertaan PT PG dalam penyertaan saham, maka PT PG
merencanakan akan melakukan addendum atas Surat Perjanjian yang sedang
berjalan. Sementara terhadap kekurangan pembayaran yang merupakan nilai
persiapan penyertaan yang telah terhimpun s.d April 2001 sebesar
US$1.171.178,48, PT PG telah melakukan penagihan kepada PT PON melalui dua
faktur dengan rincian sebagai berikut:
JUMLAH
No. FAKTUR TANGGAL URAIAN
(US$)
0554/FK.JL-FU/2001 28 Mei 2001 Jasa pelabuhan 1998 s.d April 2001 581.678,48
0560/FK.JL-FU/2001 30 Mei 2001 Sewa rute pipa Nov 1996 s.d Nov 2001 589.500,00
Total 1.171.178,48
Menanggapi kedua surat tersebut di atas dan adanya tagihan tersebut, PT
PON melalui surat No.F-PJAR/PKG-035/VII/2001 tanggal 6 Juli 2001 meminta
penjelasan kepada PT PG atas kekurangan tagihan biaya sewa tahun 1996 s.d 2001
karena dalam surat PT PG No.1604/05/SA.04.05/23/DR/2001 tanggal 28 Mei 2001
hanya menyebutkan tentang penggunaan tarif baru sebesar US$3,00 mulai bulan
Mei 2001. Hal ini menunjukkan PT PON merasa keberatan atas tagihan yang
dilakukan oleh PT PG, sehingga sampai dengan akhir bulan Desember 2004 PT
PON belum melunasi tagihan tersebut, sementara itu addendum Surat Perjanjian
masih dalam proses. Pembuatan addendum tersebut sesuai dengan kesepakatan
para pihak yang dituangkan dalam Side Letter No.457/11/01.02/45/SP/1996
tanggal 14 Nopember 1996 yang menyatakan bahwa apabila PT PG tidak jadi ikut
73 BPK RI/AUDITAMA V
dalam penyertaan saham pada PT PON, maka semua Surat Perjanjian yang telah
dibuat akan dilakukan perubahan seperlunya sesuai peraturan yang berlaku.
2. Hak PT Petrokimia Gresik atas klaim pada pembelian bahan baku Rock
Phosphate sebesar US$349,03 ribu belum diakui oleh Guizhou Wengfu
Chemi-Phos Imp & Exp Corp China
PT PG pada tahun 2003 menandatangani kontrak pengadaan bahan baku Rock
Phosphate (RP) dengan Guizhou Wengfu Chemi-Phos Imp & Exp Corp
(GWCPIEC) China No. WFPGPR0304 tanggal 15 Juli 2003. RP tersebut akan
74 BPK RI/AUDITAMA V
digunakan sebagai bahan baku pupuk SP-36. Jumlah RP yang dibeli sesuai
perjanjian adalah 300.000,00 MT dengan jenis low grade, yang akan dikirim dalam
7 kali pengapalan (shipment) mulai Agustus 2003 s.d Juni 2004 berdasarkan Order
Pembelian/Purchasing Order (PO) yang diterbitkan oleh PT PG. Kesepakatan yang
disetujui kedua belah pihak antara lain adalah pembayaran dilakukan dengan cara
menggunakan usance L/C, dan PT PG berhak mengajukan klaim atas kualitas RP
yang dikirimkan oleh GWCPIEC jika terdapat perbedaan antara sertifikat kualitas
(certificate of analysis) yang dikeluarkan pada saat pemuatan ke kapal dan
sertifikat kualitas pada saat tiba di pelabuhan bongkar (discharging) yang
dilakukan oleh Sucofindo, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap 0,10% penyimpangan kandungan P2O5, PT PG berhak atas klaim sebesar
US$0,145/MT.
b. Setiap 0,10% penyimpangan kandungan MgO, PT PG berhak atas klaim
sebesar US$0,046/MT.
c. Setiap 0,10% penyimpangan kandungan H2O, PT PG berhak atas klaim sebesar
kelebihan kuantitas H2O dikalikan harga RP.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen pengadaan RP dari GWCPIEC adalah
sebagai berikut:
a. Selama tahun 2004 dilakukan 5 kali pengiriman melalui kapal sebanyak
187.836,00 MT. Setelah tiba di gudang Gresik dilakukan uji kualitas yang
dilakukan oleh Sucofindo.
Dari hasil uji kualitas diketahui bahwa PO No.352/LN/2004 sebanyak
37.102,00 MT memenuhi standar kualitas yang ditetapkan dalam perjanjian.
Sedangkan terhadap 4 PO lainnya yaitu No.865/LN/2003, No.062/LN/2004,
No.149/LN/2004 dan No.440/LN/2004 sebanyak 150.734,00 MT, kualitasnya
berada di bawah standar yang ditetapkan dalam perjanjian sehingga PT PG
berhak atas klaim.
b. Terhadap RP yang kualitasnya di bawah standar, PT PG telah mengirimkan
surat pemberitahuan kepada GWCPIEC sebanyak 5 kali, terakhir dengan
faximili No.86-851-6831558/65-62221422 tanggal 6 September 2004. Dalam
surat pemberitahuan tersebut dijelaskan bahwa atas PO No.440/LN/2004, PT
PG berhak atas klaim sebesar US$81.618,50 setara Rp758.235.865,00 (kurs
75 BPK RI/AUDITAMA V
US$1,00 = Rp9.290,00). Sedangkan untuk 3 PO lainnya jumlah klaim yang
diperhitungkan adalah sebesar US$140.987,15 setara Rp1.309.770.623,50
sehingga total perhitungan klaim atas keempat PO tersebut adalah sebesar
US$222.605,65 setara Rp2.068.006.488,50. Atas semua klaim tersebut,
GWCPIEC belum memberikan tanggapan kepada PT PG sehingga PT PG
belum melakukan penagihan.
c. Dari hasil perhitungan kembali (rekalkulasi) atas klaim yang sudah
diberitahukan kepada GWCPIEC diketahui bahwa dalam perhitungan klaim
yang dilakukan oleh PT PG terdapat kekeliruan dan diperhitungkan terlalu kecil
dari yang seharusnya. Jumlah perhitungan klaim yang sudah diberitahukan
kepada GWCPIEC atas 4 PO tersebut di atas sebesar US$222.605,65 setara
Rp2.068.006.488,50 sedangkan hasil perhitungan kembali sebesar
US$288.984,60 setara Rp2.684.666.934,00, sehingga terjadi kekurangan
perhitungan sebesar US$66.378,95 (US$288.984,60 – US$222.605,65) setara
Rp616.660.445,50.
d. Pada tahun 2004 PT PG mengikat kontrak baru dengan GWCPIEC dengan
kontrak No.WFPGPR0405 tanggal 13 Juli 2004. Masa berlaku kontrak adalah
sejak ditandatangani kontrak s.d September 2005. Isi dari kontrak baru tersebut
sama dengan kontrak sebelumnya. Selama tahun 2004 GWCPIEC telah
melakukan dua kali pengiriman dengan PO No.619/LN/2004 dan
No.663/LN/2004 masing-masing sebanyak 36.693,00 MT dan 41.829,00 MT.
Hasil uji kualitas yang dilakukan Sucofindo menunjukkan bahwa RP atas PO
No.619/LN/2004 kualitasnya di bawah standar yang ditetapkan. Hasil
perhitungan atas penyimpangan kualitas yang menjadi hak atas klaim PT PG
adalah sebesar US$60.040,76 setara Rp557.778.660,40.
Dengan demikian secara keseluruhan PT PG berhak atas klaim sebesar
US$349.025,36 (US$288.984,60 + US$60.040,76) setara Rp3.242.445.594,40.
76 BPK RI/AUDITAMA V
Hal tersebut mengakibatkan PT PG tidak dapat memanfaatkan dana dengan
segera sebesar US$349.025,36 setara Rp3.242.445.594,40.
77 BPK RI/AUDITAMA V
bongkar, muat dan bunker baik untuk kapal-kapal milik, charter, hirepurchase dan
kapal-kapal lain yang digunakan untuk mengangkut barang-barang guna keperluan
pihak kedua dan atau barang pihak ketiga. Penyerahan hasil pendapatan jasa-jasa
pelabuhan oleh masing-masing pihak dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya.
Tarif jasa pelabuhan ditetapkan sesuai dengan peraturan dan ketentuan tarif
yang berlaku di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Sedangkan untuk tarif sewa
permukaan air diperlakukan tarif Pelabuhan Gresik. Cara pelaksanaan pungutan
jasa pelabuhan diatur dan ditetapkan oleh Pihak Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya.
Adapun pembagian hasil pendapatan jasa-jasa pelabuhan yang dipungut dari
pihak ketiga ditetapkan sebagai berikut:
No Keterangan PT PG PT Pelindo III
1. Uang tambat 50% 50%
2. Wharfage/Uang Dermaga 50% 50%
3. Pas Pelabuhan 50% 50%
4. Penjualan Air 80% 20%
Dalam pengelolaan dermaga tersebut, PT Pelindo III menyediakan semua blanko
pemakaian-pemakaian jasa pelabuhan oleh pihak ketiga sekaligus melakukan
penagihannya, sedangkan PT PG hanya mengadministrasikan dan menagih
penjualan air kepada pihak ketiga. Salinan perhitungan nota tagihan kepada pihak
ketiga atas pemakaian jasa pelabuhan dikirim kepada PT PG. Berdasarkan nota
tagihan tersebut, PT PG membuat faktur tagihan kepada PT Pelindo untuk
mendapatkan bagi hasil jasa pelabuhan. Untuk tagihan periode tahun 1996 s.d 2002
sebesar Rp1.765.223.758,42, PT PG telah mengeluarkan faktur tagihan dari bulan
April 1996 s.d Maret 2002, namun PT Pelindo III belum melakukan pembayaran.
Sejak tagihan terakhir bulan Maret 2002, PT PG tidak pernah lagi melakukan
penagihan atau mengupayakan rekonsiliasi sehingga sd tanggal 31 Desember 2004
saldo piutang PT PG kepada PT Pelindo III tidak ada mutasi sama sekali.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pada tanggal 20 Nopember
2001 Pemerintah Daerah Gresik mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No.19
tahun 2001 tentang Kepelabuhanan di Kabupaten Gresik. Pasal 11 ayat (3) Perda
tersebut menyatakan bahwa kewenangan pengelolaan wilayah perairan dalam batas
78 BPK RI/AUDITAMA V
4 mil dari daratan sepanjang teritorial wilayah daratan kabupaten Gresik berada
ditangan Pemerintah Kabupaten Gresik. Menindaklanjuti Perda tersebut, pada
tanggal 11 Juli 2002 Bupati/Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik
mengeluarkan Keputusan No. 63 tahun 2002 tentang Tarif Jasa Pelayanan
Kepelabuhanan oleh Penyelenggara Pelabuhan di Kabupaten Gresik. Dengan
dikeluarkannya keputusan ini maka pengelolaan jasa Kepelabuhanan Dermaga
Khusus PT PG tidak lagi dilakukan oleh PT Pelindo III melainkan diambil alih
oleh Pemda Kabupaten Gresik.
Saldo piutang PT PG kepada PT Pelindo III per 31 Desember 2004 sebesar
Rp1.765.223.758,42 yang merupakan bagi hasil jasa pelabuhan dari tahun 1996 sd
2002 dapat dirinci sebagai berikut:
No. Asal piutang Nilai
1. Faktur th 1996 1.219.735,00
2. Faktur th 1997 2.146.689,50
3. Faktur th 1998 24.968.710,36
4. Faktur th 1999 2.556.840,00
5. Faktur th 2000 1.800.105,72
6. Faktur th 2001 274.194.895,50
7. Faktur th 2002 1.458.336.782,34
Jumlah 1.765.223.758,42
79 BPK RI/AUDITAMA V
BPK-RI menyarankan agar PT PG segera melakukan rekonsiliasi lebih lanjut
untuk menetapkan jumlah yang pasti dan selanjutnya melakukan penagihan secara
intensif.
4. Terdapat sisa barang yang sudah dibeli dari tahun 2001 s.d 2004 senilai
Rp21.939,22 juta namun belum diambil oleh unit peminta barang
Selama tahun 2004, Biro Pengadaan PT PG melakukan pembelian barang
yang diminta oleh unit peminta barang/user (dhi. 5 Departemen) baik pembelian
dalam negeri maupun pembelian impor. Status barang tersebut adalah stock item
(SI), dengan kategori intransit (I) atau suku cadang penyangga (Z), dimana apabila
barang tersebut sudah datang maka harus langsung diambil dan dipakai oleh unit
peminta barang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Perencanaan dan Pengendalian
Biro Pengadaan (Candal Ro Daan) diketahui bahwa s.d bulan Nopember 2004
masih terdapat barang yang telah dibeli dan diterima namun belum diambil oleh
unit peminta barang senilai Rp13.074.833.956,20 dengan rincian sebagai berikut:
No. Unit Peminta Barang (User) Nilai (Rp)
1. Dep. Pemeliharaan I (Har I) 7.285.818.963,01
2. Dep. Pemeliharaan II (Har II) 3.120.483.900,27
3. Dep. Pemeliharaan III (Har III) 1.774.997.150,16
4. Dep. Prasarana Pabrik & Kawasan (PPK) 467.106.027,00
5. Dep. Peralatan & Permesinan (Latsin) 426.427.915,76
Jumlah 13.074.833.956,20
Jumlah tersebut merupakan barang yang datang dari bulan Januari s.d Nopember
2004 dengan rincian waktu, unit peminta barang dan nilai sebagai berikut:
Bulan Departemen Jumlah
Har I *) Har II Har III PPK Latsin Total
Januari 185.343.503,40 35.043.498,25 12.896.270,00 160.828.126,76
Pebruari 254.351.754,32 44.224.772,00 5.926.170,00 0,00
Maret 36.133.750,00 284.225.463,91 3.001.840,00 0,00
April 280.936.677,96 325.113.931,00 8.750.825,00 0,00
Mei 169.167.459,85 35.886.408,00 21.772.080,00 10.831.000,00
Juni 214.015.118,83 64.909.320,00 9.579.920,00 0,00
Juli 180.239.673,10 158.699.477,00 14.085.100,00 0,00
Agustus 82.184.558,00 128.838.744,00 17.219.912,00 0,00
September 56.117.063,54 88.054.470,00 78.714.000,00 31.652.637,00
Oktober 444.758.581,58 448.509.655,00 82.578.560,00 106.822.656,00
Nopember 120.047.980,00 161.491.411,00 212.581.350,00 116.293.496,00
7.285.818.963,01 3.120.483.900,27 1.774.997.150,16 467.106.027,00 426.427.915,76 13.074.833.956,20
*) yang dicatat saat kedatangan barang adalah nomor terima barang (TB)
80 BPK RI/AUDITAMA V
Berdasarkan penjelasan dari PT PG diketahui bahwa belum diambilnya barang
tersebut antara lain dikarenakan barang yang akan diganti ternyata masih bisa
diperbaiki dan dipakai lagi serta ketika diperlukan barang tersebut belum datang.
Hal yang sama terjadi juga pada tahun 2003, yaitu jumlah barang yang sudah dibeli
namun belum diambil oleh unit peminta barang sebesar Rp24.557.259.729,22.
Rincian barang yang belum diambil per 31 Desember 2003 terjadi pada
Departemen berikut:
No. Departemen Nilai (Rp)
1. Pemeliharaan I 17.206.023.829,81
2. Pemeliharaan II 1.483.800.946,68
3. Pemeliharaan III 3.249.896.354,95
4. Prasarana Pabrik & Kawasan 1.681.000.489,00
5. Peralatan & Permesinan 936.538.108,78
Jumlah 24.557.259.729,22
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik atas administrasi dan fisik
barang yang belum diambil diketahui bahwa dari jumlah barang yang belum
diambil per 31 Desember 2003 ternyata diantaranya terdapat barang yang berasal
dari pengadaan tahun 2001 dan 2002 dengan rincian sebagai berikut:
Pengadaan tahun
No. User Jumlah
2001 2002 2003
1. Pemeliharaan I 3.000.000,00 1.096.145.639,07 16.106.878.190,74 17.206.023.829,81
2. Pemeliharaan II 0,00 28.161.232,00 1.455.639.714,68 1.483.800.946,68
3. Pemeliharaan III 0,00 433.107.255,59 2.816.789.099,36 3.249.896.354,95
4. Prasarana Pabrik & Kawasan 88.708.907,00 231.921.120,00 1.360.370.462,00 1.681.000.489,00
5. Peralatan & Permesinan 0,00 36.362.253,80 900.175.854,98 936.538.108,78
Jumlah 91.708.907,00 1.825.697.500,46 22.639.853.321,76 24.557.259.729,22
Dari jumlah tersebut diketahui bahwa pada tahun 2004 terjadi mutasi di
Departemen Pemeliharaan I sebesar Rp10.163.945.289,67, di Departemen
Pemeliharaan II sebesar Rp1.009.181.861,71, di Departemen Pemeliharaan III
sebesar Rp2.322.417.840,45, di Departemen Prasarana Pabrik & Kawasan sebesar
Rp1.300.221.196,00 dan di Departemen Peralatan & Permesinan sebesar
Rp897.109.654,98, atau seluruhnya sebesar Rp15.692.875.842,81 sehingga sisa
barang yang belum diambil per 29 Desember 2004 seluruhnya sebesar
Rp8.864.383.886,41.
81 BPK RI/AUDITAMA V
Seharusnya barang yang sudah dibeli oleh Ro Daan atas permintaan user
dengan kategori intransit atau suku cadang penyangga segera diambil dari gudang
logistik Ro Daan dan langsung dipakai.
a. Terjadi pembelian barang yang tidak tepat waktu dan tidak tepat sasaran.
b. Perencanaan dan pengendalian pada kelima unit peminta barang tersebut di atas
tidak berjalan dengan baik.
PT PG menjelaskan bahwa sisa barang yang belum diambil oleh unit pemakai
dari Januari s.d Nopember 2004 sebesar Rp13,074 milyar, diantaranya sebesar Rp
1,485 milyar merupakan barang insurance (suku cadang penyangga) dan sisanya
sebesar Rp11,589 milyar akan dipasang oleh Dep Har I, Dep Har II, Dep Har III,
Dep PPK dan Dep Latsin pada tahun 2005 pada saat Perbaikan Tahunan dan untuk
kebutuhan/pemeliharaan rutin. Sedangkan sisa barang yang belum diambil oleh
unit pemakai periode 2001, 2002 dan 2003 sebesar Rp8,864 milyar, diantaranya
sebesar Rp2,477 milyar merupakan barang insurance dan sisanya sebesar Rp6,387
milyar akan dipasang oleh Dep Har I, Dep Har II, Dep Har III, Dep PPK dan Dep
Latsin pada tahun 2005 pada saat Perbaikan Tahunan dan untuk
kebutuhan/pemeliharaan rutin.
BPK-RI menyarankan agar Bagian Candal pada kelima unit peminta barang
tersebut dalam mengajukan permintaan pembelian barang disesuaikan dengan
kebutuhan senyatanya. Selain itu agar Bagian Candal pada Biro Pengadaan lebih
cermat lagi memproses setiap permintaan pembelian dari unit peminta barang.
82 BPK RI/AUDITAMA V
dan mengeluarkan uang dengan yang melakukan pencatatan, yang memberikan
otorisasi atas penerimaan dan pengeluaran uang. Selain itu petugas Keuangan harus
melakukan rekonsiliasi bank setiap akhir bulan secara teratur sehingga diharapkan
saldo bank menurut pembukuan selalu sesuai dengan saldo fisik yang ada di
banknya.
PT PG menyimpan dana operasional perusahaan pada 10 bank dalam 37
rekening yang terdiri dari rekening giro aktif sebanyak 29 rekening untuk
operasional perusahaan dan 8 rekening untuk penyaluran Kredit Modal Kerja dan
Kredit Investasi. Kesepuluh bank yang mengelola dana perusahaan tersebut adalah
BCA, BNI, BRI, Standard Chartered Bank, Citybank, Bank Mandiri, Bank Syariah
Mandiri, Bukopin, Bank DBS Indonesia dan Bank Hongkong Shanghai Bank
Corporation (HSBC).
Berdasarkan struktur organisasi PT PG, Biro Keuangan terdiri dari dua
bagian, yaitu Perbendaharaan dan Pajak & Asuransi (Paransi). Bagian
Perbendaharaan membawahi Seksi Penagihan, Seksi Pembayaran dan Seksi
Pengelolaan dana. Rekonsiliasi bank di PT PG merupakan tugas dari Seksi
Pengelolaan Dana dan dijelaskan bahwa selama tahun 2004 rekonsiliasi bank tidak
dilakukan secara teratur setiap bulan. Rekonsiliasi bank hanya dilakukan pada
akhir tahun yaitu bulan Desember bersamaan dengan penyusunan laporan
keuangan akhir tahun perusahaan.
Seksi Penagihan mempunyai tugas mencatat hasil penagihan atau pelunasan
atas penjualan setiap bulan yang antara lain dari distributor dengan mengecek
transaksi penerimaan masuk dari rekening koran bank dan mencocokkan dengan
catatan dari Bagian Pemasaran. Namun Seksi Penagihan kadang-kadang
mengalami kesulitan terhadap pelunasan yang dilakukan distributor dengan cara
transfer bank atau melalui ATM karena tidak ada keterangan yang jelas. Untuk
pelunasan yang belum dapat ditelusuri tersebut dananya tetap tersimpan dalam
rekening bank. Oleh karena tidak pernah dilakukan rekonsiliasi bank secara teratur,
maka setiap bulan akan selalu terdapat selisih atas penerimaan uang antara
pembukuan Akuntansi dengan saldo rekening bank secara fisik sehingga jumlah
penerimaan dana akan terus terakumulasi dan menjadi dana outstanding. Dana
outstanding ini berdampak pada saldo piutang usaha setiap akhir bulan.
83 BPK RI/AUDITAMA V
Menurut penjelasan Biro Keuangan, timbulnya dana outstanding tersebut
karena belum dilakukan pembukuan atas sejumlah uang masuk di bank atas
pembayaran distributor yang belum dapat diidentifikasikan dan juga karena terjadi
penumpukan (overload) pekerjaan di Seksi Penagihan sehingga terlambat dalam
membukukan uang yang telah diterima.
Bagian Keuangan selama ini memperlakukan dana yang outstanding tersebut
tetap tersimpan dalam rekening bank sebagai rekening yang belum diketahui.
Sedangkan yang menjadi dasar jumlah saldo bank di laporan keuangan interim
adalah saldo bank menurut pembukuan Akuntansi. Pada akhir tahun, dana
outstanding yang belum diketahui sumbernya akan dibukukan sebagai Uang Muka
Penjualan.
Bagian Keuangan mengalami kendala untuk melakukan rekonsiliasi bank
karena yang menangani rekonsiliasi bank hanya dilakukan oleh satu orang petugas
sedangkan jumlah rekening bank yang digunakan ada 29 rekening giro dan
dilakukan setiap bulan.
Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara saldo bank menurut rekening koran dengan saldo menurut
pembukuan Akuntansi, yaitu saldo rekening bank lebih tinggi dari saldo menurut
buku pada bulan Januari, Juni, Oktober dan Nopember tahun 2004. Rincian
perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pada bulan Januari 2004, saldo rekening koran lebih besar Rp42 milyar
b. Pada bulan Juni 2004, saldo rekening koran lebih besar Rp60 milyar
c. Pada bulan Oktober 2004, saldo rekening koran lebih besar Rp69 milyar
d. Pada bulan Nopember 2004, saldo rekening koran lebih besar Rp87 milyar
84 BPK RI/AUDITAMA V
b. Timbulnya dana outstanding yang mempengaruhi nilai saldo piutang usaha
setiap akhir bulan.
c. Tujuan sistem akuntansi sebagai salah satu sarana pengaman asset perusahaan
tidak tercapai.
6. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 2 (dua) temuan. Temuan
tersebut seluruhnya telah ditindaklanjuti pada tahun 2004 dan dianggap selesai.
Kedua temuan tersebut dan tindak lanjutnya adalah:
a. Pelaksanaan pembinaan industri kecil kapur dan fosfat alam yang diserahkan
pelaksanaannya kepada PT Graha Cipta Sarana (PT GCS) tidak sesuai dengan
Surat Direktur Produksi No.1400/05/HU.03.03/13/DR/2000 tanggal 19 Mei
2000. Tindak lanjut terhadap temuan tersebut adalah PT PG telah memutus
kontrak dengan PT GCS, karena PT GCS tidak melakukan kewajiban berupa
pembinaan kepada industri kecil. Mulai tahun 2004 pelaksanaan pembinaan
industri kecil kapur dan fosfat alam dilakukan oleh Biro Pengadaan PT PG
b. Perjanjian Kerjasama Sewa Gudang dengan PT Bhanda Ghara Reksa (PT
BGR) belum sepenuhnya selaras dengan SPJB antara PT PG dengan
Distributor Pupuk, terutama mengenai pembagian beban biaya gudang. Tindak
85 BPK RI/AUDITAMA V
lanjut mengenai pembagian beban biaya gudang, PT PG telah memberlakukan
pemberian sanksi denda terhadap keterlambatan penebusan DO. Hal tersebut
dilakukan agar PT PG tidak menanggung beban sewa gudang atas sisa pupuk
milik Distributor yang masih tersimpan di gudang penyangga.
86 BPK RI/AUDITAMA V
a. Mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah rekening bank yang dimiliki
dengan cara hanya membuka satu Rekening Utama (Main Account) untuk
transaksi penerimaan dan Operasional account untuk transaksi pengeluaran
atau.
b. Menugaskan personal yang secara khusus menangani/bertanggung jawab dalam
pengelolaan rekening bank.
c. Meningkatkan koordinasi antar bagian/divisi/departemen untuk memperlancar
arus dokumen/informasi.
87 BPK RI/AUDITAMA V
Supaya kondisi tersebut di atas tidak terulang terus-menerus dikemudian hari
dan laporan keuangan yang disajikan menggambarkan nilai yang wajar, Kantor
Akuntan Publik Gatot Permadi Joewono merekomendasikan agar perusahaan
(Bagian Marketing) secara periodik sebaiknya membuat laporan status proposal
dan melakukan penyesuaian sebagaimana mestinya.
88 BPK RI/AUDITAMA V
Kantor Akuntan Publik Gatot Permadi Joewono merekomendasikan agar
droping dana tersebut segera dipertanggungjawabkan dan dilakukan penyesuaian
sebagaimana mestinya.
89 BPK RI/AUDITAMA V
Hal tersebut mengakibatkan tidak dapat diyakini apakah harga yang
dibayarkan kepada subkontraktor tersebut merupakan harga yang wajar dan
bersaing.
90 BPK RI/AUDITAMA V
dihindari, sebagaimana yang diatur dalam Kebijakan No.430-PL-006 butir 6.b
untuk menghindari adanya permintaan yang sama dari proyek-proyek lainnya.
c. Jika pekerjaan suatu subkontraktor dinilai kurang bagus dan tidak sesuai
dengan skedul yang telah disepakati, sebaiknya kepada subkontraktor tersebut
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Verifikasi (3.1)
Pembayaran (3.2)
91 BPK RI/AUDITAMA V
Hal tersebut mengakibatkan proses pembayaran dan pencatatan hutang
kepada kedua sub kontraktor tersebut tidak termonitor pada departemen keuangan
(cq. treasury) dan departemen akuntansi (cq. bagian verifikasi).
92 BPK RI/AUDITAMA V
b. Sebaiknya monitor pembayaran dan pencatatan atas hutang tersebut tetap
dilakukan oleh Departemen Akuntansi dan Departemen Keuangan Kantor
Pusat.
93 BPK RI/AUDITAMA V
Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman bagian
personalia site atau Chief Administration & Finance atas kebijakan yang telah
digariskan oleh kantor pusat (home office).
94 BPK RI/AUDITAMA V
Hal ini disebabkan adanya tuntutan dari masyarakat setempat yang tergabung
dalam Tim Swadaya Masyarakat Dawuan (TSMD) untuk membagi paket-paket
pekerjaan kepada rekanan lokal.
95 BPK RI/AUDITAMA V
Sesuai Kebijakan No.430-pl-007-b tanggal 15 Mei 1997 tentang Kebijakan
Evaluasi dan Penentuan Pemenang Tender Pengadaan Proyek antara lain
menyebutkan penyerahan pekerjaan kepada bukan penawar terendah dan
bertanggung jawab tidak diijinkan kecuali dengan ijin khusus dari Direksi atau
owner (bila diperlukan).
Hal tersebut diatas dapat merugikan pihak lain (pemenang pertama) yang
pada gilirannya dapat menimbulkan potensi masalah (tuntutan) dari pemenang
pertama.
Pihak manajemen menjelaskan bahwa tender pada paket ini hanya melibatkan
rekanan lokal yang telah punya pengalaman sebagai labor supply. Pada analisa dan
evaluasi tender tersebut sama sekali tidak menampilkan harga karena harga sudah
ditentukan berdasarkan skala gaji dan UMR. Dari hasil tender dihasilkan
rekomendasi bahwa PT Hurip Utama dan Dwi Putra memenuhi syarat untuk
menjadi rekanan. Walaupun PT Hurip Utama memiliki skor yang lebih tinggi
(pengalaman lebih lama), tetapi Project memutuskan untuk menunjuk CV Dwi
Putra sebagai subkontaktor untuk labor supply tersebut dengan pertimbangan
pemerataan mengingat bahwa PT Hurip Utama telah banyak terlibat langsung
dengan PT Pupuk Kujang dengan ruang lingkup pekerjaan yang lebih besar.
Construction Manager Proyek Kujang 1B telah menindaklanjuti dengan membuat
surat kepada Direktur Operasi untuk melaporkan dan sekaligus meminta
persetujuan mengenai hal tersebut di atas sesuai dengan surat No.K1B-M-RS/RI-
0014 tanggal 10 Januari 2005
96 BPK RI/AUDITAMA V
9. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2003 terdapat 3 (tiga) temuan atas kepatuhan
terhadap pengendalian intern. Dari 3 (tiga) temuan tersebut telah ditindaklanjuti
seluruhnya dan dianggap selesai.
Dalam pemeriksaan tahun buku 2004 tidak ada temuan yang perlu diungkapkan.
1. Hasil Pemeriksaan tahun 2003 yang masih dalam proses tindak lanjut
Persediaan Hand Traktor belum laku dijual
Persediaan barang dagangan berupa Hand traktor di cabang-cabang sebanyak
14 unit dengan harga pokok Rp126.000.000,00 masih belum laku dijual.
2. Hasil pemeriksaan tahun 2002 yang masih dalam proses tindak lanjut
Dalam pemeriksaan tahun buku 2002 terdapat 2 (dua) temuan atas kepatuhan
terhadap pengendalian intern. Dari 2 (dua) temuan tersebut telah ditindaklanjuti
dan dianggap selesai sebanyak 1 (satu) temuan, sedangkan sisanya sebanyak 1
(satu) temuan yang masih dalam proses tindak lanjut, yaitu:
97 BPK RI/AUDITAMA V
Pengendalian atas Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain senilai Rp16.116,38
juta kurang memadai
a. Piutang Usaha
Sampai dengan pemeriksaan 31 Desember 2004, terdapat piutang usaha
macet dan piutang usaha berpotensi macet yaitu :
Piutang Usaha Macet
- Kantor Pusat Rp 1,905,786,017.00
- Kantor Cabang Surabaya Rp 1,237,480,762.00
- Kantor Cabang Bandung Rp 417,034,061.00
- Kantor Cabang Medan Rp 414,322,842.00
- Kantor Cabang Palembang Rp 167,879,123.00
- Kantor Cabang Padang Rp 25,907,380.00
4,168,410,185.00
Penyisihan s.d 31 Desember 2004 Rp (4,168,410,185.00)
Piutang Usaha Berpotensi Macet
- Kantor Cabang Lampung Rp 3,166,599,795.00
Kantor Cabang Surabaya Rp 2,045,533,728.00
Kantor Cabang Medan Rp 729,937,136.00
Kantor Cabang Pekanbaru Rp 526,992,000.00
Kantor Cabang Palembang Rp 429,055,500.00
Kantor Cabang Semarang Rp 239,163,720.00
Kantor Cabang Bandung Rp 228,315,011.00
Kantor Cabang Padang Rp 172,950,212.00
7,538,547,102.00
Penyisihan s.d 31 Desember 2004 Rp (2,531,237,436.00)
Saldo Piutang Berpotensi Macet Rp 5,007,309,666.00
Piutang tersebut diatas pada umumnya terjadi sebelum tahun 2003
98 BPK RI/AUDITAMA V
Bandung sebesar Rp2.262.624.168,00 merupakan transaksi penjualan
tahun 1997 dan sebelumnya yang diakibatkan pada saat tersebut sistem
pengendalian intern perusahaan sangat lemah.
2) Piutang usaha berpotensi macet
Piutang usaha berpotensi macet di cabang-cabang tersebut diatas sebesar
Rp7.538.547.102,00 merupakan transaksi penjualan tahun 1999 sampai
dengan tahun 2001 yang disebabkan lemahnya analisa kredit kepala cabang
pada saat melakukan penjualan kredit. Piutang usaha tersebut berpotensi
macet karena tidak sesuai dengan jadwal pembayaran dan sama sekali tidak
membayar lagi dan jaminan yang diterima cabang sebagian besar tidak
dapat dijual karena pemilik jaminan bukan kreditur yang bersangkutan.
99 BPK RI/AUDITAMA V
b. Piutang Lain-lain