Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
A. Membincangkan Istilah Filsafat dan Filsafat Hukum
Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan memiliki pengertian yang cukup luas,
misalnya saja apa yang oleh Plato sijelaskan sebagai “ilmu/ajaran tentang
kesunyataan abadi” atau sebagaimana dijelaskan oleh Aristoteles sebagai
ilmu/ajaran tentang kebenaran, dengan demikian meliputi metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika, yang ruang lingkupnya paling tidak meliputi
empat hal yaitu:
a. Apa yang dapat kita ketahui?
b. Apa yang harus kita perbuat?
c. Apa yang dapat kita harapkan?, dan
d. Apa manusia itu?
Kata filosofi diambil dari perkataan Yunani yaitu Philos (suka, cinta) dan Sophia
(kebijaksanaan). Jadi kata itu berarti cinta kepada kebijaksanaan. Ada lima definisi
filsafat. Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Kedua, filsafat adalah
proses kritik atau pemikiran terhadap pemikiran dan sikap yang sangat kita junjung
tinggi. Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan yang
dibedakan dari filsafat kritik. Keempat, filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta
penjelasan tentang arti kata dan konsep. Kelima, filsafat adalah sekumpulan
problema-problema yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia yang
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Adapun istilah filsafat yang dikenal, yang ada kaitannya dengan filsafat hukum
antara lain: legal philosophy, philosophy of law, legal theory, jurisprudence, rechts
filosofie dan lain sebagainya. Pengertian filsafat hukum pun ada berbagau pendapat,
yaitu merupakan ilmu, bagian dari filsafat yang objeknya hukum, menyangkut hati
nurani, merupakan filsafat terapan dan praktis, merupakan filsafat teoretis,
merupakan filsafat khusus yaitu hukum, merupakan sub species dari filsafat etika
dan lain sebagainya.
Permasalahan filsafat hukum diantaranya meliputi:
1. Masalah tujuan hukum, mengapa orang menaati hukum,
mengapa Negara berhak menghukum, hubungan hukum dengan kekuasaan,
masalah pembinaan hukum.
2. Masalah hakikat hukum, yang didukung oleh teori-teori:
Imperatif (asal mula hukum), Indikatif (kenyataan-kenyataan social yang
mendalam), Optatif (tujuan hukum, keadilan).
3. Masalah konsepsi-konsepsi tentang hukum yang
dikemukakan oleh para pendukung aliran-aliran dalam filsafat hukum, mulai
dari aliran Hukum Alam, Aliran Positivisme Hukum, Mazhab Sejarah, Aliran
Sociological Jurisprudence, Mazhab Unpad, Anthropological Juriprudence.
Pengertian
Pengertian filsafat hukum antara lain:
a. Filsafat hukum merupakan ilmu. Hal ini dikemukakan Plato dan Aristoteles. Ilmu
di sini diartikan sebagai kegiatan berpikir;
b. Filsafat hukum berkaitan dengan persoalan nurani manusia sebagaimana
dijelaskan oleh Gustav Radbruch. Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa
filsafat hukum merupakan bagian dari filsafat yang objeknya khusus hukum.
c. Filsafat hukum merupakan filsafat khusus, hal ini dikemukakan oleh
Zevenbergen.
d. Filsafat hukum merupakan filsafat terapan, hal ini dikatakan oleh Zoachim
Friedrich. Filsafat hukum dapat diterapkan di dalam masyarakat dengan cara
menyusun teori hukumnya.
e. Filsafat hukum merupakan filsafat praktis. Dapat diartikan, bahwa filsafat hukum
agar mudah diterapkan harus pula disusun teori hukumnya; kalau dihubungkan
dengan pengertian jurisprudence akan sama artinya. Mochtar Kusumaatmadja
memberi pengartian pada yurisprudensi yaitu ilmu yang mempelajari pengertian
dasar dan sistem hukum secara lebih mendalam. Pengertian-pengertian dasar
dan sistem hukum tersebut, disebut pula teori hukum.
f. Filsafat hukum merupakan filsafat teoretis. Menurut Bellefroid dalam inleiding tot
de Recht Wettenschap, bahwa ilmu hukum meliputi:
1) Recht dogmatiek;
2) Algemeine Recht leer (termasuk di dalamnya teori hukum);
3) Recht Sociologie, Recht vergelijking, Recht historie;
4) Recht Politiek;
5) Recht filosofie.
Jadi pengertian teoretis di sini, bahwa filsafat hukum dibicarakan tersendiri begitu
pula teori hukum.
g. Bender berpendapat bahwa: filsafat adalah genus, filsafat etika adalah spesies
dan filsafat hukum merupakan sub spesiesnya
B. Logika
Istilah logika dalam bahasa Inggris disebut Logic, Latin Logica, Yunani Logike
atau Logikes yaitu apa yang termasuk ucapan yang dapa dimengerti atau akal
budi yang berfungsi baik, teratur, sistematis, dapat dimengerti. Logika itu adlah
ilmu tentang berpikir (Definisi Nominal), ilmu pengetahuan dan kecakapan utnuk
berpikir dengan lurus, teratur, dan betul (Definisi Realis); “logic si the science and
art of correct thinking”.
C. Mazhab dan Aliran Pemikir Hukum
- Aliran Hukum Alam
Hukum alam adalah hukum yang digambarkan berlaku abadi, yang
norma-normanya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, Adil, dari alam
semesta dan dari akal budi manusia. Sebagai hukum yang kekal dan abadi,
begitu jauh tidak terikat oleh waktu dan keadilan dalam tingkatan yang paling
mutlak kepada segenap umat manusia. Hukum alam adalah hukum yang
berakar pada bathin manusia atau masyarakat, dan hukum alam itu lepas
dari konvensi, perundang-undangan atau lain-lain alat kelembagaan.
Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besarnya, Soejoeno Koesoemo Sisworo,
mengemukakan sub-sub aliran hukum kodrat (nama lain dari hukum alam),
terdiri dari tiga kelompok besar, yaitu:
1. Aliran Zaman Kuno di Yunani dan Romawi; Anaximander, Heraclitos,
Parminides, Pitagoras, Kaum Sofist, Socrates, Plato, Aristoteles, Kaum
Stoa/Zeno, Seneca;
2. Dari abad pertengahan, Agustinus dan Thomas Aquinas
3. Zaman Baru; Macchiaveli, Jean Bodin, Grotius (Hugo de Groot),
Hobbest, Pufendorf, John Locke, Rousseau.
Immanuel Kant, membedakan Ilmu Hukum Metafisis dan Ilmu Hukum
Empiris. Bertolak dari persepsi hukumnya yang memandang hukum sebagai
suatu keharusan, Kant menganggap hukum alam bersumber pada
kategoriche Imperative. Konsepsi dasarnya adalah “bertindaklah kamu
demikian, sehingga alasan tindakamu dapat dijadikan alasan bertindak oleh
manusia lainnya. Oleh Kant, pembedaan hukum dengan moral didasarkan
pada motivasi tindakan itu. Adlaah moral jika motif bertindaknya bersifat
intern, adalah hukum, jika motif bertindaknya adalah ekstern.
Dari keseluruhan periode aliran hukum alam/hukum kodrat dapat
diabstrasikan 3 karakteristik yang umum fundamental yaitu:
1. Hukum kodrat sama halnya dengan alam, Tuhan dan akal
budi, adalah tetap abadi dan berlaku bagi umum bagi semua zaman dan
bangsa-bangsa.
2. Hukum kodrat hanya dapat dikenali secara tunggal oleh dan
dengan akal budi.
3. Hukum kodrat berfungsi bukan sekedar sebagai mata ukuran
bagi hukum positif, tapi lebih dari itu, yakni sebagai batu penguji yang
radikal revolusioner, dalam arti manakah hukum positif itu nyata-nyata
bertentangan dengan hukum kodrat maka hukum positif dapat
dikesampingkan dan atau dilanggar.
- Utilitarianisme
Tokoh terkemuka aliran ini adalah Jeremy Bentham, John Stuart Mill
dan Rudolf von Jhering. Menurut Bentham, hakikat kebahagiaan adalah
kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari kesengsaraan. Menurutnya,
“The aim of law is The Greatest Happiness for the Greatest Number”.
Menurut John Stuart Mill juga berpendapat bahwa suatu perbuatan itu
hendaknya bertujuan untuk mencapai sebanyak mungkin kebaikan.
Menurutnya, “keadilan bersumber pada naluri manusia untuk menolak
dan membalas kerusakan yang diderita, baik oleh diri sendiri maupun
oleh siapa saja yang mendapatkan simpati dari kita. Perasaan keadilan
akan memberontak terhadap kerusakan, penderitaan,... hakikat keadilan,
dengan demikian mencakup semua persyaratan moral yang hakiki bagi
kesejahteraan umat manusia”.
Jhering menggabungkan pemikiran Bentham dan Stuart Mill.
Menurutnya, “Tujuan adalah pencipta dari seluruh hukum; tidak ada suatu
peraturan hukum yang tidak memiliki asal-usul pada tujuan ini, yaitu pada
motif yang praktis”. Tujuan hukum adalah kesejahteraan yang sebesar-
besarnya bagi rakyat, dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-
akibat yang dihasilkan dari proses penerapan hukumm. Berdasarkan
orientasi itu, maka isi hukum adalah ketentuan tentang pengaturan
penciptaan kesejahteraan Negara.
- Mazhab Hukum Historis
Pelopor aliran ini adalah Friedrich Karl von Savigny. Menurutnya,
perkembangan hukum tidak semata-mata merupakan bagian dari jiwa
rakyat, melainkan juga menjadi bidang ilmu hukum. Kekuatan untuk
membentuk hukum terletak pada rakyat, yang terdiri dari kompleksitas
individu dan perkumpulan-perkumpulan. Mereka mempunyai ikatan
rohani dan menjadi kesatuan jiwa dan bangsa. Hukum adalah bagian dari
rohani mereka, yang juga mempengaruhi perilaku mereka. Pembentuk
undang-undang harus mendapatkan bahnnya dari rakyat dan ahli hukum
dengan mempertimbangkan perasaan hukum dan keadilan masyarakat.