You are on page 1of 19

Diskursus Islamisasi Iptek

(Merancang Gagasan Baru Pengembanga IPTEK Islami)

Oleh: Ahmad Fauzi1

I. Pendahuluan
Di era globalisasi ini, perkembangan ilmu dan teknologi sangat cepat. Sejumlah
penemuan dan inovasi memberikan kontribusi yang tinggi munculnya produk-produk baru
yang memudahkan pekerjaan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan kebanyakan para
ilmuwan yang muncul berasal dari negeri barat yang rata-rata bukan dari kaum muslim.
Lantas dimanakah para ilmuwan muslimin itu? Apakah kaum muslim kini menyadari
bahwa kita sedang mengalami apa yang dimaksud dengan ghozwul fikri (perang
pemikiran).
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sedemikian cepat, membuat
manusia terlena. Disadari atau tidak, secara langsung para kaum Nasrani dan Yahudi
mengubah pola perang mereka, dari fisik menjadi pemikiran. Melalui teknologi, saluran
komunikasi, informasi perang itu terjadi. Lihat saja berbagai situs di internet yang
terkadang kita tidak ketahui sumbernya benar/tidak, menjadi saluran/strategi perang
pemikiran yang efektif. Lihat saja kenyataannya, tidak sedikit situs-situs jaringan seperti
Friendster, dsb menjadi rutinitas dan hal yang utma bagi tiap remaja untuk mencari teman,
dsb. Dan bila kita tidak cerdik menyikapi perkembangan teknologi dan informasi ini, kita
bisa terseret bahkan menjadi budak teknologi dan tidak sedikit terjadi waktu sholat/ibadah
terbuang karena ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan bila manusia telah terjauh dai iman,
dari Islam dan Tuhannya, ilmu yang ia miliki tidak akan memberi manfaat, malah dapat
menjadi penghambat atau menimbulkan kerusakan.
Oleh sebab itu sebagai insan cendekia yang bernafaskan Islam, sudah selayaknya
dalam menuntut ilmu dan mengikuti perkembangan teknologi, hendaknya juga dilandasi
oleh iman, dan secara cerdik memanfaatkan saluran informasi dan teknologi itu untuk
menghadapi perlawanan terselubung kaum Nasrani dan Yahudi. Sudah seharusnya kaum

1
Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 2007. Makalah ini merupakan tugas
individu pada mata kuliah Teknologi Pendidikan Agama Islam dengan dosen pengampu Ki Supriyoko.

1
muslimin mengendalika teknologi untuk kebaikan dengan memanfaatkan teknologi untuk
kemajuan umat.2
II. Pembahasan
A. Definisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Menurut Sutrisno hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-
pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang
dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Sedangkan ilmu itu
sendiri (yang berasal dari kata science) adalah rangkaian keterangan tentang
sesuatu yang berasal dari pengamatan yang disusun dalam sebuah system untuk
menentukan hakekat dari yang dimaksud. Dari pengertian ini terlihat bahwa rasio
lebih domain.
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al-Qur’an. Kata ini
digunakan dalam arti proses pencapain pengetahuan dan objek pengetahuan.
Sedangkan teknologi dlam kamus besar bahasa Indonesia, teknologi diartikan
sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan
berdasarkan proses teknis.” Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains
untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Dalam al-
Qur’an menurut sebagaian ulama terdapat sekitar 750 ayat yang berhubungan
dengan teknologi.3
Menurut pemikiran manusia secara umum, hakekat ilmu adalah hubungan antara
subyek terhadap obyek (timbal balik) menurut suatu idea (cita-cita). Selain definisi
tersebut, masih banyak definisi lain tentang ilmu dan ilmu pengetahuan dari para
ahli, tetapi bagaimana halnya menurut al-Qur’an?
Pada al-Baqarah: 31 secara fungsional berlaku pada kita bahwa ilmu yang pertama
adalah wahyu Allah. Firman-Nya:
Dan dia mengajarkan kepada Ada nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: ‘sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”
Dan juga dijelaskan dalam surat ar-Rahman ayat 1 dan 2 bahwa al-Qur’an adalah
suatu ilmu (Tuhan) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al-Qur’an.
2
http://www.tukerpikiran.blogspot.com. Diakses tanggal 20 Maret 2008, jam 15.30 WIB
3
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Jakarta: Mizan, 1998), hal. 441

2
Dan yang dimaksud ilmu dalam al-Qur’an adalah rangkaian keterangan yang
bersumber dari Allah yang diberikan kepada manusia baik melalui rasul-Nya
ataupun langsung kepada manusia yang menghendakinya tentang alam semesta
sebagai ciptaan Allah yang bergantung menurut ketetntuan dan kepastianNya
Ada lagi yang mendefinisikan ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan
tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah
(scientific method) (jujun S. Suriasumantri, 1992). Sedang teknologi adalah
pengetahuan dan ketrampilam yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia sehari-hari (Jujun S. Suriasumantri,1986). Perkembangan iptek,
adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam,
dan mengembangkan iptek (agus, 1999).4 Sedangkan teknologi pendidikan sedikit
berbeda dengan pengertian teknologi secara umum. Teknologi pendidikan
digunakan dalam bahasa inggris adalah instructional technology atau educational
technology. Salah satu pendapat ialah bahwa instructional technology means the
media bern of communication revolution wich can be used for instructional
purpose alongside the teacher, the book, and blackboard (commission on
instructional technology dalam Norman Beswick, Resource-Based Learning, 1997
hal 39). Jadi yang diutamakan ialah media komunikasi yang berkembang secara
pesat sekali yang dapat dianfaatkan dalam pendidikan. Alat-alat teknologi ini lazim
diebut “hardware”, antara lain berupa TV, radio, video tape, computer, dan lain-
lain.5
Dilain pihak ada pendapat bahwa teknologi adalah pengembangan, penerapan dan
penilaian system-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar manusia. Disini diutamakan proses belajar itu sendiri
disamping alat-alat yang dapat membantu proses belajar itu. Jadi teknologi
pendidikan itu mengenai software maupun hardware, software antara lain
menganalisis dan mendesain urutan atau langkah-langkah belajar berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai dengan metode penyajian yang serasi serta penilaian
keberhasilannya.6

4
http:// www.freelist.orgarchipvesnasional.com. Diakses pada tanggal 21 Maret 2008
5
Nasution, teknologi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal.1
6
Ibid, hal

3
B. Perspektif Al-Qur’an tentang Ilmu Pengetahuan dan teknologi
Berkat ilmu pengetahuan dan teknologi, kini jarak tidak lagi menjadi masalah
yang berarti dalam dimensi hidup manusia. Dunia menjadi kecil, siapapun bisa
saling bercerita panjang lebar dari dua sisi dunia yang berbeda. Semua pekerjaan
rutin bisa diselesaikan dengan cepat. Tapi ternyata itu tak membuat manusia
mengaku lebih bahagia. Manusia menjadi miskin terhadap perasaan
kemanusiaannya sendiri. Di manakah sumber masalahnya? Manusianya? Ipteknya?
Maka kita bisa mengalami mengapa di Jepang yang kabarnya sangat menghargai
waktu demikian pesat berkembang budaya “pachinko” dan game. Tentu disebabkan
mereka tak beriman akan kehidupan setelah mati, dan tak mempunyai batasan
tentang hiburan.
Kini umat Islam hanya sebagai konsumen yang ada sekarang. Kalaupun mereka
ikut berperan di dalamnya, maka-secara umum- mereka tetap di bawah kendali
pencetus sains tersebut. Ilmuwan-ilmuwan muslim masih sulit menghasilkan
teknologi-teknologi eksak-apalgi non eksak- untuk menopang kepentingan khusus
umat Islam. Dunia Islam mulai bangkit (kembali) memikirkan kedudukan sains
Islam pada decade 70-an. Pada 1976 dilangsungkan seminar internasional
pendidikan Islam di Jedah. Dan semakin ramai diseminarkan di tahun 80-an.7
Terkadang manusia tidak menyadari bahwa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang muncul didalam pemikiran mereka akan alam beserta isinya terdapat dalam
al-Qur’an. Namun bukanya justru kembali ke al-Qur’an, malah mencari dari
sumber berbagai buku dan, internet dan sebagainya. Padahal jawaban-jawaban dari
masalah pengetahuan itu secara tersurat/tersirat terdapat dalam al-Qur’an.
Mulai dari hal yang kecil, seperti metodologi penelitian. Islam memandang bahwa
dalam menyusun penelitian, seorang pneliti harus dapat memandang secara jujur
dan melepaskan subyektifnya, baik subyektif dalam hal perasaan maupun
lingkungannya. Dalam Al-Maidah ayat 27-31 disebutkan bahwa seorang anak
Adam yang mengambil kesimpulan berdasarkan subyektifnya, akan berakibat
pembenuhan terhadap saudaranya. Akibat dari tindakan-tindakannya yang tidak

7
http://dhanarbayu.wordpress.com. Diakses pada tanggal 23 Maret 2008 pada pukul 16.15 WIB

4
mampu menyelesaikan permaasalahan secara tuntas, membuatnya bingung sendiri.
Selain itu, ayat ini menjelaskan bahwa manusia banyak pula mengambil pelajaran
dari alam dan jangan segan-segan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah
tingkatan pengetahuannya.
Pandangan al-Qur’an tentang alam dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsip
dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an
surat al-Alaq ayat 1-5. Berikut ini beberapa potongan ayat tentang teknologi:
Katakanlah;”perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang member peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman”. (Yunus:101)
Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-bennarnya, dan janganlah kamu tergesa-
gesa membaca al-Qur’an sebelu disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan
katakanlah:’Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku Ilmu pengetahuan (Thaahaa:
114)
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adaka kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali padamu dengan tidak
menemukan sesuatau cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaaan payah. (Al-
Mulk: 3-4)
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhammulah yang maha
pemurah, yang mengajar manusia denga perantaraan kalam. Dia mengajarkan
manusia apa yag tidak diketahuinya. (al-alaq: 1-5)
..perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-
tanda kekuasaa (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling
(dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Al-maidah: 75)
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu
mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat

5
mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada (Al-hajj: 46)
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, Bagaimana Allah menghidupkan
bumi yang sudah Mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian
benar-benar (berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati). Dan Dia
maha kuasa atas segala sesuatu. (Ar-Ruum: 50).
Dalam perspektif Islam, kata Dr. Ramui, sains adalah salah satu alat mencapai
ketinggian taraf hidup manusia dalam rangka ubudiah kepada Allah dan menuju
ketakwaan. Sebaliknya, pendekatan sains dalam acuan tamadun Barat yang secular
ternyata banyak mengundang malapetaka kepada kehidupan manusia sejagat. “sains
tidak lagi difokuskan kepada membentuk keharmonian dan kemanfaatan manusia di
planet ini, sebaliknya mencetuskan sengketa dan pencabulan terhadap hak-hak
kemanusiaan,” jelas beliau.
Dr. Ramli menambahkan, pencapaian sains pada zaman kegemilangan tamadun
Islam sebelum tercetusnya kemajuan sains Barat telah memberikan keseluruhan
asas jawaban terhadap kemelut yang ditimbulkan oleh sains modern. Sains Islam
dalam khidmat cemerlangnya kepada tamadun dunia telah membentuk
keharmonian sejagat dengan pendekatan holistic dan melandasi garis petunjuk
Qur’an dengan sebutan rahmatan lil alamin. “ternyata ia telah dikecapi nikmatnya
oleh manusia sejagat, ‘jelasnya.8
C. Peran Islam dalam Perkembangan IPTEK
Sumbangan sains Islam dalam semua bidang keilmuan telah menyadarkan dunia
hari ini betapa ilmu yang berimplikasikan tauhid senantiasa mengarah kepada
kedamaian, tolerasi dan hubungan balik sesame manusia dan alam. Malangnya
sumbangan agung dan jasa yang amat bermakna ini sengaja dilupakan serta
dinafikan oleh dunia Barat. Sains Islam telah deketepikan dan digantikan dengan
gagasan sains berasaskan kemuihidan yang menjurus kepada kemusnahan sejagat..
atas alasan ini, umat Islam tidak terkejut dengan pernyataan Adam Hart Davis,
seorang juru foto, penulis dan pengacara sains TV di badan penyiarn Britain (BBC)
ketika memberi komen terhadap buku Muslim Heritage In Our Worl Berkata: I

8
http;//www4.spaceutm.edu.my/news.aspx?newsld=33, diakses pada tanggal 23 maret 2008, pukul 16.20 WIB

6
wish I had this book fifty years ago”. Sehubungan itu, pusat Pengajian Islam dan
Pembangunan Sosial (PPIPS), Universitas Teknologi Malaysia (UTM) dengan
kerjasama Sekolah Pendidikan profesioanal dan Pendidikan Berterusan
(SPACEUTM) akan menganjurkan Seminar Antar Bangsa Sains Dan Teknologi
Islam (InSIST’OB)-menghidupkan kembali keagungan ilmu sains Islam.9
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma secular seperti yang ada
sekarang. Paradigm Islam ini menyatakan bahwa aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qo’idah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini
bukan berarti menjadi aqidah Islam sebagi sumber segala macam ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan aqidah Islam dapat
diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan
tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan syariah islam (yang lahir dari aqidah
Islam) seagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar
atau criteria inilah yang seharusnya digunakan umat Islam, bukan sandar manfaat
(pragmatism/utilitariansme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan
halal-haram (hokum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek,
jika telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah
diharamkan oleh syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya,
walaupun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.10
Pada masa daulah Abbasyiah (750-1258 M) di Bagdad yang didirikan oleh Saffah
dan Mansur mencapai keemasannya mulai dari Mansur sampai Wathiq dan yang
paling jaya adalah periode Harun dan putranya, Ma’mun. 11 kholifah Abu Ja’far
Abdullah Al-Manshur (752-775 M) telah mempekerjakan para penterjemah untuk
menterjemahkan buku-buku kedokteran, ilmu pasti dan filsafat dari bahasa Yunani,
Persia dan Sanakrit. Demikian juga pada masa kekholifahan al Makmun ibn Harun
ar-Rasyid (813-832 M), kegiatan penterjemahan digalakkan lagi, dengan

9
http://skuadpsn.multiply.com/reviews/item/I, diakses pada tanggal 23 Maret 2008, pukul 16.20 WIB.
10
http://www.freelist.orgachipvesnasioanl.com. Diakses paa tanggal 23 Maret 2008, pukul 16.20 WIB.
11
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 1997). Hal. 167

7
mendirikan Darul Hikmah atau akademi ilmu pengetahuan pertama di dunia, yang
terdiri dari perpustakaan , pusat penterjemahan, observatorium bintang dan
universitas (darul ulum), bahkan fakultas kedokteran telah didirikan sejak tahun
765 M, juga al-Makmun pernah mengirimkan penerjemah ke Konstinopel, Roma
dan lain-lain.
Oleh karena itu, lahirlah ilmu pengetahuan dari kalangan Islam sendiri, baik yang
sifatnya memperkaya karya-karya asing yang telah ada maupun sama sekali baru.
Dengan demikian, begitu besarnya sumbangan kalangan muslimin kepada ilmu
pasti, fisika, kimia, farmasi, kedokteran, ilmu hayat, ilmu bintang dan ilmu bumi,
sehingga mutlak diperlukan berbagai tangga bagi peningkatan ilmu pengatahuan
dan teknologi selanjutnya, hal ini juga telah disempurnakan oleh Islam di
Andulisia, Spanyol.
Jadi ilmu pengetahuan dan teknologi yang pernah mendapat perhatian kaum
muslimin saat itu adalah ilmu pasti dan segala macam cabangnya yaitu ilmu hitung,
aljabar, ilmu ukur, mekanika, ilmu bintang dan ilmu bumi alam, juga ilmu
pengetahuan alam (natural science) yang terdiri dari fisika, kimia, biologi, dan
berbagai macam ilmu yang lain.
Adapun tokoh ilmuwan dalam bidang matematika antara lain: Muhammad ibn
Musa al-Khawarizm, al-Kindi, Tsabit ibn Qurral, Abu Waffa’ al-Buzjani, al-
Haitsam, Ihwanus Shafa, Ibnu Sina, Umar Khayam, Nashirudin Al-Thusi,
Baharudin Al-Amili, Mulla Muhammad Baqin Yazdi. Sedangkan tokoh dalam
bidang fisika antara lain: Quthubuddin al-Syirazi, Ibnu haitsam, Abu Raihan al-
Biruni, Abul Fath Abdurrahman Al-Khatani. Dan masih banyak lagi ilmuwan
Muslim yang telah memberikan sumbangan atau yang ikut berperan.
Hal ini tampaknya menjadi salah satu proyek ilmuwan Barat untuk mengkaji
pengaruh Islam terhadap Eropa. Mereka telah melakukan beberapa penelitian dan
mewujudkan beberapa tulisan. W. Montgomery Watts menunjukkan beberapa
pengaruh pemikiran Islam terhadap pemikiran di Eropa, yang berarti juga terhadap
perkembangan dunia Barat. Maka ia mengajak Eropa bukan hanya untuk mengakui
dan berterimakasih atas jasa Islam terhadap Eropa, namun juga untuk meluruskan

8
kesalaha-kesalahan yang telah diperbuat Eropa selama berbad-abad12. Bahkan
menurut Weeramantry, pemikiran John Locke dan Roussseau, terutama sekali
mengenai teori mereka tentang kedaulatan (sovereignty), mendapat pengaruh dari
pemikiran Islam. Locke ketika menjadi mahasiswa Oxford sangat frustasi dengan
disiplinnya, namun tertarik untuk mengikuti ceramah dan kuliah Edward Peacooke,
professor dala bidang studi Arab. Kemudian perhatian pemikiran Locke adalah
mengenai problem-problem tentang pemerintahan, kekuasaan dan kebebasan
individu. Montesquiqe juga tidak lepas dari pemikiran Islam, indeed there many
specific to the qur’an and the Islamic law in the writing 13. Ia terpengaruh oleh Ibn
Khaldun tentang bidang sejarah dan sosiologi, di mana Montesquieu ini banyak
mempengaruhi savigny yang pemikiran sosiologi dan sejaahya sangat berpengaruh
pada pemikiran Barat sampai kini.14
D. Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) disatu sisi memang
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai
sarana modern industry, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat
bermanfaat. Dengan ditemukan mesin jahit, dalam satu menit bisa dilakukan sekitar
7000 tusukan jahit. Bandingkan kalu kita menjahit dengan tangan, hanya bisa 23
tusukan permenit (Qardhawi, 1997). Dahulu, Ratu Isabella (Italia) di Abad XVI
perlu waktu 5 bulan dengan sarana komunkasi tradisional untuk memperoleh kabar
penemuan benua Amerika oleh Colombus.
Lalu abad XIX orang Eropa perlu dua minggu untuk memperoleh berita
pembunuhan presiden Abraham Lincoln. Tapi, pada 1969, dengan sarana
komunikasi canggih, dunia hanya perlu waktu 13 detik untuk mengetahui kabar
pendaratan Neil Amstrong di bulam (Winarno, 2004). Dulu orang naik haji dengan
kapal laut bisa memakan waktu17-20 hari untuk sampai ke Jeddah. Sekarang
dengan naik pesawat, kita hanya perlu 12 jam saja.

12
A. Qodri Azizi, Melawan Globalisasi, Reinterpretasi Ajaran Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 145
13
C.G. Weeramantry, slamic Jurisprudence: an International Perspective (London: The Macmillan Press, tpt). Hal.
106
14
A. Qodri Azizy,…hal. 146

9
Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negative karena merugikan dan
membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan
ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Pada tahun
1995, Elizebetta, seorang bayi Italia, lahir dari rahim bibinya setelah dua tahun
ibunya (bernama Luigi) meninggal. Ovum dan sperma oran tuanya yang asli,
ternyata telah disimpan di bank, kemudian baru dititipkan pada bibinya, Elenna
adik Luigi (Kompas, 16/01/1995). Bayi tabung di Barat bisa berjalan walaupun asal
usul sperma dan ovumnya bukan dari suami isteri (Hadipermono, 1995).
Bioteknologi dapat digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah
berbahaya, menjadi lebih berbahaya, misalnya mengubah sifat genetic virus
influenza hingga mampu membunuh manusia dalam beberapa menit saja (Bakry,
1996). Cloning hewan rintisan Ian Willmut yang sukses menghasilkan domba
cloning bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan pada manusia (Human Kloning).
Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit
mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya. Beberapa
varian tanaman hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi
kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet sebagai
sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses
pornografi, kekerasan, dan perjudian.
Disinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk
ditengok kembali. Dapatkah agama member tuntunan agar kita memperoleh
dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negative seminal
mungkin? Sejauh manakah agama islam dapat berperan dalam mengendalikan
perkembangan teknologi modern?15
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad
ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka
Yunani di Eropa pada abad ke 14 M. berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa
kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali kedalam bahasa Latin.

15
http://www.freelist.orgarchipvesnaional.com diakses pada tanggal 25 Maret 2007, pukul 16.45 WIB.

10
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat
kejam, tetepi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-
gerakan itu adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani Klasik (renaissance)
pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M,
rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18
M.16
Kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi sangat dipengaruhi oleh factor social
ekonomi dan politik serta didorong oleh penghargaan dan perhatian yang tinggi dari
pihak penguasa. Kondisi yang demikian mampu melahirkan tokoh-tokoh ilmuwan
muslim yang bangkit semangat keilmuwannya, yang menentukan kelahiran suatu
kebuyaan-kebudayaan dan peradaban. Maka pentas bahwa kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi terjadi pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah,
terutama di saat pemerintah dipegang oleh para penguasa yang arif dan cinta ilmu17.
Dr. Ramli manambah, pencapaian sains pada zaman egemilangan tamaddun Islam
sebelum tercetusnya kemajuan Barat telah memberikan keseluruhan asas jawaban
terhadap kemelut yang ditimbulkan oleh sains modern. Sains Islam berkhidmat
cemerlangna kepada tamaddun dunia telah membentuk keharmonian sejagat
dengan pendekatan Holistik dan melandasi garis petunjuk Qur’an dengan sebutan
rahmatan lil ‘alamin. “ternyata ia telah dekecapi nikmatnya oleh manusia sejagat,
jelasnya18
E. Paradigma Hubungan Agama-IPTEK
Seperti telah dijelaskan terdahulu, ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan
tentang gejala alam yang diperoleh melalu proses yang disebut metode ilmiah
(scientic method) (Jujun S. Suriasumantri, 1986). Sedangkan teknologi adalah
pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia sehari-hari (Jujun S. Suriasumantri, 1986). Perkembangn iptek
adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam,
dan mengembangkan iptek (Agus,1999). Agama yang dimaksud di sini adalah

16
http://www.cyberq.com/index.php?pustaka/detail/10/1/pustaka-156.htm,1 diakses pada tanggal 25 Maret
2007, pukul 16.45 WIB.
17
Mansur, Peradaban Islam Lintas Sejarah (Yogyakata: Global Pustaka Utama, 2004), Hal. 77.
18
http://www.spaceatum.edu.my/news/aspx?newsId=33, diakses pada tanggal 26 Maret 2008, pukul 16.00 WIB

11
agama Islam, yaitu agama yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW,
untuk mengatur hubungan manusia dengan penciptanya (denga aqidah dan aturan
ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak,
makanan, dan pakaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan
aturan muamalah dan uqubat/ system pidana (An Nabhani, 2001).
Bagaimana hubungan agama dan iptek? Secara garis besar, berdasarkan tujuan
ideology yang mendasari hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma
(lihat Yahya Farghal, 1990:99-119):
Pertma, paradigma secular, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek
adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideology sekularisme Barat, agama
telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al diin an al-hayah). Agama tidak dinafikan
eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia
dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/public. Paradigma ini
memandang agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologism,
epistemologis,dan aksiologis. Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abad
XIX di Barat sebagai jalan keluar dari kontradiksi ajaran Kristen (khususnya teks
Bible) dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Semula ajaran Kristen
dijadikan standar kebenaran ilmu pengetahuan. Tapi ternyata banyak ayat Bible
yang berkontradiksi dan tidak relevan dengan fakta ilmu pengetahuan. Contohnya,
menurut ajaran gereja yang resmi, bumi itu datar seperti halnya meja dengan empat
sudutya. Padahal faktanya, bumi itu bulat berdasarkan penemuan ilmu pengetahuan
yang diperoleh dari pelayaran Magellan. Dalam Bible dikatakan:
Kemudian dari pada itu, aku melihat malaikat berdiri pada keempat penjuru angin
bumi dan mereka menahan kempat angin bumi, supaya jangan ada angin yang
bertiup di darat, atau di laut, atau di pohon-pohon (Wahyu-Wahyu 7: 1)
Kalau konsiten dengan teks Bible, maka fakta sains bahwa bumi bulat tentu harus
dikalahkan oleh teks Bible (Adian Husaini, Mengapa Barat Menjadi Sekula-
Liberal, www.insistnet.com). Ini tidak masuk akal dan problematic. Maka, agar
tidak problematic, ajaran Kristen dan Ilmu pengetahuan akhirnya dipisahkan satu
sama lain dan tidak boleh saling intervensi.

12
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideology sosialisme yang
menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama tidak ada, dus, tidak ada hubungan
dan kaitan apa pun dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas
secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi
lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secar sekularistik, yaitu
tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan
vertical manusia-tuhan. Sedang dalam dalam paradigma sosialis, agama dipandang
secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dalam
kehidupan. Paradigma tersebut didasarkan pada pemikiran Karl Marx yang ateis
dan memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena menurutnya
agama membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam.
Karl Marx mengatakan: religion is the sign of the oppressed creature, the heart of
heartless world, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is opium of the
people. (agama adalah keluh kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang
tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi yang tanpa ruh/spirit.
Agama adalah candu bagi rakyat (lihat Karl Marx, Contribution to The Criteque of
Hegel’s Philosophy Of Right, termuat dalam On Religion, 1957: 141-142), dalam
Ramly, 2000; 165-166).
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis
didasarkan pad aide besar materialism, khususnya materialism dialekti (Yahya
Farghal, 1994: 112). Paham materialism dialektis adalah paham yang memanang
adanya keseluruhan proses perubahan yang erjadi terus menerus melalui proses
dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang
sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri (Ramly, 2000: 110).
Ketiga, Pardigma Islam, yaitu paradigma yang emandang bahwa agama adalah
dasar pengatur kehidupa. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan.
Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-qur’an dan al-hadist
menjadi aqidah fikriyah, yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh
bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-Nabhani, 2001).
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya

13
berdasarkan aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat
ang pertama kali turun.
Ayat ini berate manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikiran itu tidak boleh lepas
dari Aqidah Islam, karena iqro’ haruslah dengan bismi robbika, yaitu tetap
berdasran iman kepada Allah, yaitu merupakan asa aqidah Islam.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus dalam ilmu pengetahuan bukan
berada pada pengetahuab atau filsafat manusia yang sempit, meainkan beerada pada
ilmu Allah yang mencangkup dan meliputi segala sesuatu (Yahya Farghal, 1994:
117)
Paradigma ang dibawa Rasulullah SAW yang meletakkan aqidah Islam yang
berasakan syahadat sebagai asas ilmu pengetahuan. Beliau mengajak memeluk
aqidah Islam lebih dahulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah tersebut sebagai
pondasi dan standar bagi erbagai pengatahuan. Ini dapat ditunjukan misalnya dari
suatu peristiwa ketika di masa Rasulullah SAW terjadi gerhana matahari, yang
bertepatan dengan wafatnya putra beliau (Ibrahim). Orang-orang berkata bahwa
gerhana ini terjadi karena meninggalnya Ibrahim, maka Rasulullah SAW segera
menjelaskan:
Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau
kelahiran seseorang, akan tetapi keduanya termasu tanda-tanda kekuasaan Allah.
Dengannya Allah memperingatkan hambaNya (HR. Al-Bukhari dab An-Nasa’i)
Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakkan aqidah Islam
sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena adalah
tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungannya dengan nasib
seseorang. Hal ini sesuai aqidah muslim tertera dalam al-Qur’an:
Sesungguhnya langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal. (QS Ali Imran: 190)
Ini paradigma Isla yang menjadikan aqidah Islam sebagai dasar segala pengatahuan
seorang muslim. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat
dan saleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek.

14
Aqidah Islam sebagai Dasar Iptek
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus
dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek, inilah paradigma Islam
sebagaimana yang telah dibawa Rasulullah SAW. Paraadigma Islam inilah yang
seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat in. bukan paradigma sekuler yang
ada sekarang.
Diakui atau tidak, kini umat Islam telah terjerumus dalam sikap membebek dan
mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup,
termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler iniah
yan bisa menjelaskan, mengapa di dalam system pendidikan yang diikuti orang
Islam diajarkan system ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal
harm. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan
konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim.
Misalnya teori darwn yang dusta dan sekaligus bertolak belakng dengan aqidah
Islam. Kekeliruan paradigmatic ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu peybahan
fundamental dan perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekule yang
ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang bahwa aqidah Islam yang
seharusnya dijadikan basis bagi bagnunan ilmu pengetahuan manusia.
Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika aqidah Islam
dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari
Al-Qur’an dan al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandirisasi
benar salahnya dengan tolok ukur al-qur’an dan al-hadits dan tidak boleh
bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996: 12)
Jika kita menjadikan aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti bahwa
ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat
tertentu, atau hadits tertentu. Kalaupun ada ayat atau hadits yang cocol dengan
fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu,
bukan berarti konsep iptek harus bersumber pada ayat atau hadist tertentu.
Misalnya saja dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan bahwa matahari sebagai
pancaran cahaya dan panas (QS Nuh: 16), bahwa langit (bahan alam semesta)
berasal dari asap (gas) sedangkan galaksi-galaksi tercipata dari kondensasi

15
(pemekatan) gas tersebut (QS Fushilat; 11-12), dan seterusnya. Ada sekitar 750
ayat dalam al-qur’an yang semacam ini (lihat Al-Baghdadi, 2005: 113). Ayat-ayat
ini menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan
menjadi tolok ukur kesimpulan iptek, bukan berarti bahwa konsep iptek wajib
didasarkan pada ayat-ayat tertentu.
Jadi, yang dimaksud menjadian aqidah Islam sebagai landasan iptek bukanlah
bahwa konsep iptek wajib bersumber kepada al-qur’an dan al-hadist, tapi yang
dimaksud, bahwa iptek wajib berstandar pada al-qur’an dan al-hadits. Ringkasnya,
al-qur’an dan al-hadits adalah standee (miqyas) iptek, dan bukannya sumber
(ashdar) iptek. Artinya, apa pun konsep iptek yang dikembangkan, harus sesuai
dengan al-qur’an dan al-hadits, tidak boleh bertetangan. Jika suatu konsep iptek
bertentangan dengan al-qur’an dan al-hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak.
Mislanya saja tteori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi
dari organism sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam
menjadi organism yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang.
Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi
hasil dari evolusi organism sederhana. Ini bertentangan dengan firman Allah yang
menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa seluruh manusia
sekarang adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya
sebagaimaa fantasi teori Darwin (Zallum, 2001).
Implikasi lain dari prinsip ini, yaitu al-qur’an dan al-hadits hanyalah standar iptek,
dan bukan sumber iptek, adalah umat Islam boleh mengambil iptek dari sumber
kaum non musli. Dahulu Nabi SAW menerapkan penggaian parit di sekeliling
Madinah, padahal strategi militer itu berasal dari tradisi kaum Persia yang
beragama Majusi. Dahulu Nabi SAW juga pernah memerintahkan dua sahabat
mempelajari teknik persenjataan ke yaman, padahal Yaman dahulu adalah ahlu
kitab. Umar bin Khatab pernah mengambil system administrasi dan pendataan
Baitul Mal yang berasal dari Romawi yan beragama Kristen. Jadi, selama tidak
bertantangan dengan aqidah Islam iptek dapat diadopsi dari kaum non islam.19
Maka dari itu pendidikan mutlak dilakukan. Pendidikan adalah suatu peristiwa

19
http://www.freelist.orgarchipvesnasional.com diakses tanggal 26 Maret 2008, pukul 16.00 WIB

16
penyampaian atau suatu proses transformasi. Dalam proses transformasi itu,
disamping ada subjek atau yang meyampaikan materi, ada pula objek atau yang
menerima penyampaian materi itu. Hal ini mengandung makna komunikasi.
Komunikasi tersebut tentunya tidak dapat berlangsung dalam ruang hampa,
melainkan dalam suasana yang mengandung tujuan. Harus diusahakan
pencapaiannya dengan mengarahkan segala daya upaya pendidikan, seperti; bahasa,
metode, alat evolusi, dan sebagainya.20
Pendidikan mencangkup pengertian sekaligus, yakni Tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib.
Maka pengertian pendidik terutama Islam sebagai Murabbi, Mu’allim, dan
Mu’addib sekaligus.21
Menurut Azyumardi Azra, pendidikan Islam adalah nilai-nilai social
kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran al-qur’an dan
sunnah, atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan
bagi manusia. Warisan pemikiran Islam terdahulu merupakan juga merupakan
dasar penting yang tidak boleh dilupaka dalam pendidikan Islam. Hasil pemikiran
para Ulama, filosof, cendekiawan Muslim, khususnya dalam pendidikan menjadi
rujukan penting dalam pengembangan Islam.22
Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kecerdasan, kepribadian dan
kemandirian anak sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 UU Sisdiknas, mengacu
pada tujuan pendidikan nasional seperti itu maka penjabaran ranah tujuan menjadi
sangat luas; seperti ideology pendidikan, kualitas bangsa, penguasaan iptek,
karakter, kemandirian dan sebagainya.23 Tujuan pendidikan hakekatnya adalah
suatu perwujudan dari niai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang
diinginkan. Nilai-nilai ideal itu mempengaruhi dan mewarnai pola kepribadian
manusia, sehingga gejala dalam perilaku lahiriyah.24

20
Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an (Jakarta: Penamadani, 2005, cet.III, hal. 154
21
HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), cet I, ha. 11
22
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Mellinium Baru (Jakarta Logos, 1999), hal. 9
23
Ki Supriyoko, Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Pustaka pahima, 2007), hal.xiii
24
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 108

17
III. Penutup
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui
proses yang disebut metode ilmiah (scientific method). Sedang teknologi adalah
pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memeperdalam, dan mengembangkan iptek.
Dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua) yang perlu diperhatikan. Pertama,
menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi,
paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat
Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam
sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat
(utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan
iptek. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah aka nada
berbagai berkah Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi memang berdampak positif,
yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern idustri,
komunikasi, dn tansportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat dan lain-lain. Tetapi di sisi
lain, tak jarang iptek berdampak negative karena merugikan dan membahayakan kehidupan
dan martabat manusia.
Bom atom telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasak pada tahun
1945 dan masih banyak lao contoh lain, belum lagi dampak negative dan nformasi
teknologi bagi para pemuda sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan masa yang
akan datang.
Sudah seharusnya kaum muslimin mengendalikan teknologi untuk kebaikan bukan menjadi
budak teknologi sehingga dapat menghadapi pesaingan global dengan memanfaatkan
teknologi untuk kemajuan umat.

18
Daftar Pustaka
Arief, armai. Pengatar ilmu dan metodologi pendidikan Islam. Jakarta: ciputat press, 2002
Azra, Azyumardi.pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Melinium Baru.
Jakarta: Logos, 2004.
Azizi, A. qodri. Melawan Globalisasi, Reinterprestasi Ajaran Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004.
Bahreisj, Hossein. Menengok Kejayaan Islam. Surabaya: Bina Ilmu, 1995.
Baiquni, Achmad. Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Yogyakarta: Dana Bakti
Prima Yasa, 2001.
Bakry, Nurchlis et.al. Bioteknologi dan Al-Qur’an Referensi Dakwah Da’i Modern.
Jakarta: Gema Insani Press, 1996
Mansur. Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004.
M. Abdul Karim. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 1997.
M. Chabib Thoha. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
http://tukerpikiran.blogspot.com. Diakses tanggal 20 Maret 2008, jam 15.30 WIB
http://www.hizbut-tahrir.or.id.com. Diakses tanggal 20 Maret 2008, jam 15.30 WIB
http://www.freelist.orgarchipvsnasional.co. diakses tanggal 21 Maret 2008
http://www.dhanarbayu.wordpress.com. Diakses tanggal 23 Maret 2008, pukul 16.45 WIB
http://www.spaceutm.edu.my/news/news.aspx?newsld=33. Diakses tanggal 23 Maret 2008,
pukul 16.45 WIB
http://www.skuadpsn..multiply.com/reviews/item/1. diakses pada tanggal 23 Maret 2008,
jam 16.20 WIB

19

You might also like