You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan


jumlahnya terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan
beberapa penelitian, mereka orang-orang kulit putih yang lebih banyak menderita
jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya mereka
terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit
terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian kanker
kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak penampilan)
juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal bagi penderita.

Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan mengadakan
pemeriksaan biopsi, diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh karena itu
sebelumnya kanker kulit dapat dideteksi secara dini. Tetapi kenyataannya masih
banyak pasien datang berobat untuk kanker kulit berada dalam stadium lanjut, disertai
kerusakan-kerusakan setempat yang sulit diobati atau dengan anak sebar. Hal ini
sangat disayangkan oleh karena kalau dideteksi sedini mungkin dapat segera
dilakukan tindakan pengobatan, maka hasilnya akan sangat memuaskan. Oleh karena
itu pengetahuan mengenai tanda-tanda dini dari kanker kulit sangat penting, baik
untuk pasien, maupun untuk para praktisi dokter dan petugas kesehatan.

Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia ialah
karsinoma sel basal (basalioma), karsinoma sel skuamosa, yang tergolong non
melanoma dan melanoma maligna. Karsinoma sel basal adalah paling umum. Di
Amerika, sekitar 800.000 orang mengidap kanker ini setiap tahun, 75% kanker kulit
adalah kanker sel basal. Karsinoma sel skuamosa juga didapati pada 200.000 orang
Amerika setiap tahun. Melanoma adalah yang paling jarang dijumpai tetapi

1
menyebabkan paling banyak kematian. Menurut WHO, sebanyak 160.000 orang
mengidap melanoma setiap tahun dan sebanyak 48.000 kematian dilaporkan setiap
tahun.

Kanker merupakan penyebab kematian yang ke enam di Indonesia, sedangkan


pada negara-negara maju merupakan penyebab kematian yang kedua setelah
penyakit-penyakit kardiovaskuler. Kanker diderita oleh semua golongan masyarakat.
Golongan social yang ekonominya kurang umumnya berobat pada stadium lanjut,
sehingga sangat sukar untuk menyembuhkannya walaupun dengan cara-cara
pengobatan yang mutakhir seperti sekarang ini.

Khusus keganasan kulit memang sedikit disinggung di seminar Kanker


Nasional pertama maupun yang kedua. Akan tetapi semua pihak mengakui bahwa
keganasan kulit merupakan 3 besar di antara keganasan payudara dan leher rahim
(serviks). Pada beberapa daerah seperti di Medan malah menduduki tempat teratas.

I.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis serta penatalaksanaan dari tumor
ganas kulit.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari
pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit (Graham, R, 2005).
Pertumbuhan tumor ini lambat, dengan beberapa macam pola pertumbuhan sehingga
memberikan gambaran klinis yang bervariasi, bersifat invasif, serta jarang
mengadakan metastasis (Nila,2005). Basalioma adalah merupakan kanker kulit yang
timbul dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut ; yang paling umum dan
jarang bermetastasis ; kekambuhan umum terjadi (Brunner and Suddarth, 2000).

Kanker kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit dan

berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam kulit. Tumor

ganas kulit merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit
yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke
bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit
juga bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang terkena.

II.2 Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia (adhi juanda, dkk, 2000). Menurut Price dan Wilson
(1995), kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-
otot dan organ dalam tubuh.

Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan epidermis,
dermis dan subkutan (Price dan Wilson, 1995). Berikut akan diuraikan mengenai
masing-masing lapisan :

3
A. Lapisan epidermis (kutikel)
Bagian ini merupakan lapisan yang terluar dari kulit dan terdiri dari lima
lapisan (lima stratum), yaitu: stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (Adi Juanda, dkk, 2000)
1. Stratum korneum (lapisan tanduk), terletak paling luar dan terdiri dari
beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya
telah berubah menjadi keratin (zat tanduk) (Adi Juanda,dkk, 2000)
2. Stratum lusidum, terdapat dibawah lapisan korneum, selnya pipih, sudah
banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali
dan tembus sinar. (Syaifuddin, 1996)
3. Stratum granulosum (lapisan keratohidin), merupakan dua atau lapisan
sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kakr dan terdapat inti
diantaranya. Butir-butir ini terdiri atas keratohialin dimana sel mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Lapisan ini juga tampak jelas pada
telapak tangan dan telapak kaki. (Adhi Juanda, dkk, 2000).
4. Stratum spinosum (stratum malphigi) disebut juga pickle cell layel.
Merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm dan
terdiri dari s-8 lapisan. Jika dilihat di bawah mikroskop sel-selnya
berbentuk polygonal/ banyak sudut dan mempunyai tanduk (spina)
(Syaifuddin, 1998).
5. Stratum basale, terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnas) yang
tersusun vertikal pada perbatasan derma epidermal, berbaris seperti pagar.
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis paling bawah. (Adhi Juanda,
dkk, 2000).

4
Gambar lapisan dari epidermis :

B. Lapisan dermis (korneum)


Merupakan lapisan di bawah epidermis yang tersusun atas jaringan
fibrous dan jaringan ikat yang elastis. Pada permukaan dermis tersusun papil-
papil kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh darah kapiler. Di dalam
dermis terdapat ujung akhir saraf sensoris dan kelenjar keringat yang
berbentuk tabung berbelit-belit dengan jumlah banyak (Pearce, 2000).

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap


sebagai “True Skin”. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di
punggung dan paling tipis pada palpebrae. Hubungan antara dermis dan
epidermis ini tidaklah sebagai bidang yang rata, tetapi berbentuk gelombang.
Bagian dermis yang menonjol ke dalam epidermis dinamakan papilla,
sedangkan bagian epidermis yang menonjol ke dermis disebut rete ridge.
Papila ini pada telapak tangan dan jari-jari terutama tersusun linier yang
memberikan gambaran kulit yang berbeda-beda sebagai dermatoglyphic (sidik
jari). Bagian dermis papiler ini tebalnya sekitar seperlima dari tebal dermis

5
total. Bagian bawah dari dermis papiler ini dinamakan dermis retikuler yang
mengandung vasa darah dan lymphe, serabut syaraf, adnexa dan lainnya.

Dermis ini tersusun dari beberapa unsur atau organ yang meliputi:
unsur seluler, unsur fibrous, substansi dasar, pembuluh darah dan limphe,
sistem saraf. Kelima unsur atau organ yang menyusun dermis akan kita bahas
satu demi satu.

 Unsur seluler lebih banyak didapatkan pada stratum papillaris yang


terdiri dari:

 fibroblast: merupakan sel pembentuk unsur untuk fibrous dan


substansi dasarnya.

 Sel mast : merupakan sel pembentuk dan penyimpanan


histamine dan histamine like substance yang berperan dalam
anafilaksis.

 Makrofag : merupakan sel fagosit yang berfungsi memfagosit


bahan-bahan asing fan mikroorganisme.

 Leukosit : Banyak dijumpai pada proses-proses peradangan


yang dapat berupa mononuclear ataupun granulosit.

 Unsur fibrous lebih padat pada stratum retikularis dibandingkan pada


stratum papilaris. Unsur fibrous terdiri dari :
 Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan
ikat, serabut ini terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin
dari rantai polypeptide. Serabut ini bertanggung jawab pada
ketegangan kulit merupakan unsure pembentuk garis langer
(cleavage line)
 Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut
elastin, ini juga dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya

6
lebih halus disbandingkan dengan kolagen. Serabut elastin ini
bertanggung jawab atas elastisitas kulit.
 Retikulin : Merupakan serabut kolagen yang masih muda dan
hanyalah dapat dilihat dengan pewarna khusus.
 Substansi dasar, tersusun dari bahan mukopolisakaris (asam hialuronat
dan dermatan sulfat), yang juga dibentuk oleh fibroblast. Substansi
dasar hanya merupakan 0,1% dari berat kering jaringan ikat, tetapi
substansi dasar ini mampu menahan sejumlah air, sehingga akan
menempati ruang terbesar dari dermis.
 Pembuluh darah dan limfe :
Pada kulit yang masih normal, darah yang sampai pada kulit
merupakan 10% dari seluruh peredaran darah dalam tubuh. Pembuluh
darah di dalam kulit terdiri dari 2 plexus yaitu :
1. Plexus superficialis : terdapat pada bagian atas dermis dan
tersusun sejajar dengan epidermis. Plexus superficialis ini
terdiri dari atas kepiler-kapiler, endarteriole dan venulae
yang member makan ke papilla.
2. Plexus profunda : Terdapat pada bagian bawah dermis atau
dekat subcutis dan terutama terdiri atas pembuluh-
pembuluh darah yang lebih besar dari pada plexus
superficialis.
Pada jari-jari di antara arteriole dan venulae terdapat kelompokan otot polos
yang mempunyai fungsi khusus yaitu mengatur shunt arterio-venosa dan sering
dinamakan glomus. Sedangkan pembuluh limfe biasanya mengikuti pembuluh darah.

Kulit diinervasi oleh kira-kira 1.000.000 serabut saraf aferen. Sebagian besar
terdapat pada wajah dan ekstremitas, sedangkan pada punggung relative sedikit.
Serabut saraf ini mempunyai akson dengan badan sel yang berada pada dorsal root
ganglia . Serabut saraf ini masuk kulit melalui lapisan lemak subkutan, kemudian

7
masing-masing terbagi dua yaitu serabut saraf bermyelin dan serabut saraf tidak
bermyelin. Serabut saraf bermyelin berjalan horizontal membentuk anyaman dengan
serabut yang sama, kemudian naik ascenden bersama pembuluh darah dan
menginervasi dermis bagian superficial. Dalam perjalanan selanjutnya serabut ini
dibungkus oleh sel Schwann dan sebagian tidak bermyelin. Sebagian berakhir di
dermis, beberapa melakukan penetrasi membrane basalis tetapi tidak jauh melanjut ke
epidermis. Ada 3 macam serabut saraf yang terdapat pada kulit, yaitu :

1. Serabut adrenergic : berfungsi untuk menginervasi pembuluh darah (untuk


vasokonstriksi pembuluh darah, m erector papilare (untuk kontraksi otot
tersebut), dan kelenjar apokrin (untuk pengatur sekresi kelenjar apokrin.
2. Serabut kolinergik : berfungsi menginervasi kelenjar ekrin.
3. Serabut sensorik : berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar tubuh. Ada
beberapa akhiran serabut saraf sensorik, yaitu : 1. Korpuskulum Meisnerri, 2.
Korpuskulum Paccini, 3. Akhiran serabut saraf bebas.

Ketiga akhiran serabut sensorik tersebut lebih jauh adalah sebagai berikut :

1. Korpuskulum Meisnerri berfungsi menerima rangsangan sentuhan dan


tekanan ringan. Terdapat pada papilla dermis dan paling banyak dapat
dijumpai pada telapak tangan dan kaki.
2. Korpuskulum Paccini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan dalam
dan terdapat pada dermis bagian dalam terutama pada bagian-bagian badan
yang sering menahan beban berat.
3. Akhiran saraf rambut bebas berfungsi untuk menerima rangsangan panas,
dingin, nyeri, gatal. Akhiran saraf bebas ini terdapat terutama pada papilla
dermis dan sekitar folikel rambut.

Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis.
Dengan menggunakan mikroskop electron, membrane ini dapat dilihat terdiri dari 4
komponen yaitu : membrane sel dari sel basal dengan hemidesmosom, celah

8
intermembranous, lamina basalis, komponen fibrous dermis yang dapat dilihat
dengan mikroskop biasa dengan pewarna khusus menggunakan PAS. Zone membran
basalis ini merupakan filter semipermeable yang memungkinkan pertukaran sel dan
cairan antara dermis dan epidermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical
strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.

C.Lapisan subkutis (hypodermis)

Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar dan berisi sel-
sel lemak merupakan sel bulat, besar dengan inti terdesak ke pinggir sitoplas lemak
yang bertambah lapisan sel-sel lemak disebut poni kulus adipose yang berfungsi
sebagai cadangan makanan. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi,
pembuluh darah dan getah bening (Adhi Juanda, dkk, 2000).

Gambar Anatomi Kulit :

9
II.3 Fisiologi Kulit

Kulit sebagai organ paling luar dari tubuh manusia selain mempunyai fungsi
utama untuk menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetika,
ras, indicator sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antara satu dengan yang
lain (Adhi Juanda, dkk, 2000). Berikut ini akan diuraikan satu persatu fungsi kulit
bagi kehidupan manusia (Adhi Juanda, dkk, 2000) :

 Fungsi proteksi ; fungsi ini kulit melindungi tubuh dari gangguan luar
baik berupa fisik maupun mekanik seperti gesekan, tarikan dan
tekanan. Proteksi Terhadap gangguan kimia seperti zat-zat kimia iritan
: asam/asa kuat, lisol, karbol, dan gangguan dari panas seperti radiasi
dan sinar ultraviolet. Selain itu juga proteksi terhadap gangguan dari
mikroorganisme, seperti jamur, bakteri, dan virus.
 Fungsi absorbs ; kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, laruran
dan benda padat, tetapi larutan yang mudah menyerap air, larutan dan
benda padat, tetapi larutan yang mudah menguap lebih cepat diserap
begitu juga zat yang larut di dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap
CO2, O2 dan H2O memungkinkan kulit ikut mengambil bagian dalam
fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya dipengaruhi tebal tipisnya
kulit, jenis hidrasi dan kelembapan.
 Fungsi eksresi ; kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang
tidak berguna seperti Nacl, Urea, Asam urat, dan amonid. Sebum yang
diproduksi meminyaki kulit dan menahan evaporasi (penguapan air),
sehingga kulit tidak menjadi kering. Dengan diproduksinya lemak dan
keringat menyebabkan keasaman pada pH kulit 5 – 6,8.

10
 Fungsi persepsi ; adapun ujung-ujung saraf pada dermis dan subkutis
memungkinkan kulit menjadi indera persepsi panas, dingin, rabaan,
dan tekanan.
 Fungsi pengatur suhu (termoregulasi) ; kulit melakukan peran ini
dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah dikulit.
 Fungsi pembentukan pigmen ; sel pembentuk pigmen disebut
melanosit yang terdapat distratum basale. Jumlah melanosit dan
jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosom) menentukan warna
kulit ras dan individu.
 Fungsi keratinisasi ; keratiniasi merupakan perubahan keratonis
menjadi sel tanduk. Proses kreatinisasi ini berlangsung terus menrus
sepanjang kehidupan. Lamanya proses ini berlangsung 14 – 21 hari
yang memberikan perlindungan terhadap infeksi secara mekanik
fisiologis.
 Fungsi pengubahan pro vitamin D ; dengan bantuan sinar matahari
(ultra violet) kulit dapat mengubah dan dihidruksi kolesterol (pro
vitamin D) menjadi vitamin D.
 Fungsi kosmetik ; tanpa diragukan lagi, kulit memberikan arti penting
bagi estetika individu sehingga kulit yang sehat akan memberikan
performance yang menarik pada individu.

II.4 Etiologi

Lebih dari 90 % penyebab basalioma yaitu terpapar sinar matahari atau


penyinaran ultraviolet lainnya. Sering muncul usia > 40 tahun. Faktor resiko lainnya :

a. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan
rambut pirang atau merah).
b. Pemaparan sinar X yang berlebihan.

11
c. Senyawa kimia arsen
d. Trauma
e. Ulkus kronis (Marwali, 2000)

II.5 Patofisiologi

Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Basalioma


berasal dari sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel basal terjadi pada
daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan
leher. Untungnya tumor ini jarang sekali bermetastasis. Pasien dengan kanker sel
basal tunggal lebih mudah mendapat kanker kulit.

Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang
gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar
dan membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel
basal harus menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar
karsinogen yang terdapat di dalam sinar matahari.

Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan, radiologi, sebelumnya


untuk menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet panjang (UVA) yang
dipancarkan oleh alat untuk membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar matahari
juga merusak epidermis dan di anggap sebagai karsinogen. Tumor ini ditandai oleh
nodul eritromatosa, halus dan seperti mutiara, bagian tengah mengalami ulserasi dan
perdarahan, meninggi dan memiliki pembuluh telangiektatik pada permukannya.

II.6 Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah predileksinya


terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher.
Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki dan
kulit kepala. Gambaran klinik basalioma bervariasi terbagi menjadi 5 bentuk :

12
1. Tipe Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens, merupakan jenis yang paling
sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Paling sering
mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi dan tepi kelopak mata.
Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan seperti mutiara,
berdiameter kurang dari 2 cm, denggan tepi meninggi. Permukaannya tampak
mengkilat, sering dijumpai adanya teleangiektasis dan kadang-kadang dengan
skuama yang halus atau krusta tipis. Berwarna seperti mutiara, kadang-kadang
seperti kulit normal sampai eritem yang pucat. Lesi membesar secara perlahan
dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan tepi yang
meninggi, keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami ulserasi (disebut
ulkus rodens), dengan destruksi jaringan di sekitarnya.
2. Tipe Berpigmen, gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodulo-ulseratif.
Bedanya, pada jenis ini berwarna coklat atau hitam berbintik-bintik atau
homogen, yang secara klinis dapat menyerupai melanoma.
3. Tipe Morfea atau fibrosing atau sklerosing, biasanya terjadi pada kepala dan
leher. Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih
kekuningan dengan batas tidak jelas. Lesi tampak sebagai bercak
sklerodermatosa dan tidak member kesan karsinoma sel basal bila dilihat oleh
mata yang tidak berpengalaman. Pertumbuhan perifer diikuti oleh perluasan
sklerosis di tengahnya.
4. Tipe Superfisial, lesi biasanya multipel, mengenai badan. Secara klinis
tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang,
berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi,
seperti benang atau kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik
kronis.
5. Tipe Fibroepitelioma, paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara
klinis, lesi berupa papul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek,
dengan permukaan halus atau noduler, dengan warna yang bervariasi.

13
Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal
berperan penting, yaitu:

A. Sindroma Epitelioma Sel Basalnevoid, dikenal pula sebagai sindroma


Gorlin-Goltz. Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi
yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu :
1. Karsinoma sel basal multipel yang terjadi pada usia muda.
2. Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki.
3. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk.
4. Kista pada tulang rahang.
5. Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.

Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ


multipel yang berhubungan dengan sindroma ini.

B. Nevus sel basal unilateral linier, merupakan jenis yang sangat jarang
dijumpai. Lesi berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk
striae, distribusi zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi biasa dijumpai
sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya usia.
C. Sindroma bazex, sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex,
diturunkan secara dominan, dengan cirri khas sebagai berikut :
1. Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka
lebar, seperti ice-pick marks, terutama pada ekstremitas.
2. Epitelioma sel basal kecil, multipel pada wajah, biasanya timbul
pertama kali pada saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang-
kadang dapat juga timbul pada akhir masa anak-anak.

Disamping itu dapat pula dijumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis


generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.

14
Gambar penderita basalioma :

II. 7 Histopatologi

Banyak gambaran patologi yang berbeda yang ditemukan pada karsinoma sel
basal, namun semuanya menunjukkan proliferasi sel-sel dengan inti basofilik yang
relatif besar dan sitoplasma yang tidak penuh.

 Tipe Nodulo-ulseratif, menunjukkan massa ireguler dari sel-sel basaloid yang


terletak dalam dermis, dengan sel-sel paling atas membentuk lapisan palisade
di tepinya. Ciri khas stroma disekelilingnya memperlihatkan reaksi fibrosa.
Lesi-lesi ini dapat berdiferensiasi ke struktur adneksa yang mirip struktur
imatur dari folikel, kelenjar atau sebaseus.
 Tipe Berpigmen, tipe ini melanin tampak dalam stroma dan sel-sel tumor.

15
 Tipe Sklerosing, gambaran yang menonjol adalah stroma fibrotik padat yang
hanya mengandung sedikit sel tumor dalam bentuk untaian-untaian sempit.
 Tipe Superfisial, massa sel-sel basaloid meluas ke dalam dermis superficial,
tetapi tetap berhubungan dengan epidermis di atasnya.
 Tipe Fibroepitelial, menunjukkan fibrosis stroma yang menonjol, dan tampak
untaian-untaian anastomosis tipis yang panjang dari sel-sel basaloid yang
meluas dari permukaan epidermis.

Gambar lapisan kulit dibawah mikroskop :

II.8 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Baughman, CD & Hackley J.C, 2000, pemeriksaan diagnostik yang


biasa dilakukan pada penderita. Basalioma adalah :

a) Evaluasi histologis
b) Biopsi

II.9 Terapi

Terdapat banyak alternatif pengobatan pada karsinoma sel basal yaitu :

1. Kuretase dan elektrodesikasi


 Keuntungan :

16
i. Tehniknya sederhana.
ii. Meninggalkan luka yang teratur dan kering.
 Kerugian :
i. Tidak efektif untuk tumor primer yang luas atau residif.
ii. Tidak didapat konfirmasi batas tepi pembuangan jaringan yang
adekuat.
2. Bedah eksisi
 Keuntungan :
i. Penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering.
ii. Dari segi kosmetik baik, memungkinkan pengambilan jaringan
tumor secara menyeluruh dan dapat ditentukan batas eksisi
dengan pemeriksaan histopatologi.
 Kerugian :
i. Membutuhkan waktu.
ii. Biaya mahal.
iii. Memerlukan pengalaman yang luas.
iv. Pengambilan jaringan normal dapat berlebihan
3. Radioterapi
 Keuntungan :
i. Bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan
metode pembedahan.
ii. Bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan anestesi umum.
iii. Pada umumnya karsinoma sel basal sangat radio-sensitif.
 Kerugian :
i. Memerlukan peralatan yang mahal.
ii. Memerlukan kunjungan yang berulang kali.
iii. Memberikan efek samping yang signifikan.

17
4. Bedah beku
 Keuntungan :
i. Tehniknya cepat.
ii. Peralatan yang dibutuhkan sederhana.
iii. Tidak mempengaruhi syaraf, pembuluh darah besar, tulang
rawan, dan sistem saluran air mata.
iv. Bermanfaat pada daerah tumor yang sulit diterapkan dengan
metode pengobatan lainnya, seperti kelopak mata.
v. Dapat dikombinasi dengan metode lainnya, seperti kuretase.
vi. Dapat digunakan untuk pengobatan tumor yang luas bagi
penderita rawat jalan.
 Kerugian :
i. Rasa nyeri dan edema.
ii. Timbul bula, edema, dan lesi yang basah.
iii. Dapat terjadi hipopigmentasi.
iv. Batas tepi tumor perlu ditentukan terlebih dahulu.
v. Resisten untuk jenis morfea atau jenis adenoid.
5. Bedah mikrografik Mohs
 Keuntungan :
i. Evaluasi histopatologi pada tepi irisan mendekati 100%
dibandingkan dengan tehnik seksi vertikal tradisional.
ii. Dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan
ditelusuri semua fokus-fokus tumor yang masih tertinggal.
iii. Reseksi hanya pada daerah tumor, sehingga dapat menghemat
jaringan atau meminimalkan jaringan yang hilang.
 Kerugian :
i. Memerlukan dokter dan petugas laboratorium histopatologi
yang terlatih.

18
ii. Biayanya mahal.
6. Beberapa cara pengobatan baru meliputi : 5-fluorourasil yang dikombinasi
dengan kuretase ringan; retinoat; interferon; terapi fotodinamik.

Tiap metode tersebut pada umumnya memberikan hasil penyembuhan yang


hampir sama baiknya. Tiap klinik mempunyai cara pengobatan tertentu, sesuai
fasilitas dan pengalamannya masing-masing. Dalam memilih metode pengobatan
yang tepat untuk karsinoma sel basal, perlu diperhatikan beberapa faktor berikut :

A. Faktor penderita
 Keadaan umum dan usia penderita.
 Sosio-ekonomi penderita.
B. Faktor tumor
 Lokasi dan hubungannya dengan jaringan sekitarnya (perlekatan
dengan tulang rawan, tulang, daerah mata, bibir).
 Ukuran tumor.
 Jenis histologi.
 Riwayat tumor (rekurensi, pengobatan sebelumnya).
 Terjadinya metastasis.
C. Faktor fasilitas
 Peralatan yang ada.
 Pengalaman dan keahlian dokter yang mengobati.
D. Faktor metode yang akan digunakan
 Mempertimbangkan kemungkinan komplikasi yang terjadi,
terutama daerah wajah.
 Memilih metode yang telah dikuasai dengan angka kesembuhan
yang tinggi

II. 10 Prognosis

19
Pengobatan pada karsinoma sel basal primer biasanya memberikan angka
kesembuhan sekitar 95%; sedangkan pada karsinoma sel basal rekuren sekitar 92%.

Dijumpai angka kekambuhan 5 tahun pada metode kuretase dan


elektrodesikasi; bedah eksisi; radioterapi; bedah beku; bedah mikrografik Mohs
masing-masing sebesar 7,7%; 10,1%, 8,7%, 7,5%, 1%.

Pengobatan pada karsinoma sel basal rekuren adalah lebih sulit daripada
karsinoma sel basal primer, dan angka kekambuhan setelah dilakukan prosedur yang
kedua adalah tinggi. Pengobatan pilihan pada kasus ini adalah bedah mikrografik
Mohs yang memberi angka kekambuhan 5 tahun sebesar 5,6%; sedang bila dilakukan
dengan cara lain sebesar 19,9%.

20
BAB III

KESIMPULAN

1. Tumor ganas kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit
dan berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam
kulit.
2. Menurut jenis sel yang berdiferensiasi, tumor ganas kulit diklasifikasikan
sebagai berikut: karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS)
dan melanoma maligna (MM).
3. Menurut etiologinya, tumor ganas kulit dapat disebabkan oleh (1) faktor
ekstrinsik berupa paparan sinar ultraviolet, paparan sinar-X, pemakaian bahan
kimia dan adanya jaringan parut yang luas dan lama; (2) faktor intrinsik
berupa genetik, sistem imun yang rendah dan ras.
4. Karsinoma sel basal biasanya terdapat pada wajah dan leher dengan gejala
klinis berupa nodul ulseratif, berpigmen, morfea, superfisial dan
fibroepitelioma. Biasanya ditandai dengan tepi ulkus yang meninggi tanpa
adanya metastasis jauh.
5. Diagnosis tumor ganas kulit ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang.
6. Penanganan KSB dan KSS biasanya dengan mengangkat tumor, baik dengan
cara kuretase dan elektrodesikasi maupun memotongnya dengan pisau bedah.
Sedangkan penanganan MM prinsipnya adalah melakukan eksisi yang pada
awalnya dilakukan pengukuran ketebalan invasi terlebih dahulu dengan teknik
Breslow thickness.
7. Prognosa dari KSB adalah baik dengan angka kesembuhan skitar 95%
sedangkan pada KSS tergantung dari lokasi, ukuran, tingkat diferensiasi sel-

21
sel dan kedalaman perluasannya, dan pada MM prognosa ditentukan oleh sifat
tumor, stadium klinis, lokasi metastase dan faktor penderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2008. Penyakit Kanker Kulit. Diakses dari


http://www.ubatpenyakit.blogjo.com/ubat/penyakit-kanker-kulit.
2. Djuanda. A., Hamzah. M., Aisah. S., 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
Tumor Kulit, Melanoma Maligna, edisi 3 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin FKUI, Jakarta.
3. Lim Pei-wen, Sharen, 2008. Kanker Kulit. Diakses dari
http://wikipedia.org/kanker_kulit.htm
4. Agung, Gusti, 1985. Tumor Ganas Dini Kulit. Cermin Dunia Kedokteran.
FKUI, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
5. Anonim, 2006. Mengenal Kanker Kulit. Diakses dari
http://www.dharmais.co.id
6. Perdanakusuma, David, 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan
Luka. Diakses dari http:// surabayaplasticsurgery.blogspot.com/2008/05/
anatomi-fisiologi-kulit-dan-penyembuhan.html
7. Price, Wilson, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
EGC, Jakarta.
8. Graham, R. 2005. Lecture Notes on Dermatologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga
9. Anonim, 2006. Nutrisi Pada Penderita Kanker Kulit. Diakses dari
http://www.dharmais.co.id

10.Harahap, marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates

22
23

You might also like