Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Kira-kira pada pergantian abad ini banyak orang islam Indonesia mulai menyadari
bahwa mereka tidak mungkin berkompetisi dengan keuatan-kekuatan yang menanantang dari
pihak kolonialisme Belanda. Mereka mulai menyadari perlunya perubahan-perubahan,
apakah ini dengan mulai mengali mutiara-mutiara Islam dari masa lalu yang telah memberi
kesanggupan kepada kawan-kawan mereka seagama pada abad Tengah untuk mengatasi
Barat dalam ilmu pengetahuan serta memeperluas daerah pengaruh, atau menggunakan
metode-metode baru yang telah dibawa ke Indonesia oleh pihak kolonial serta pihak misi
Kristen.
Salah satu daerah di Indonesia yang pada masa pergerakan perjuangan kemerdekaan
menunjukan corak yang sangat dinamis dalam perjuangan pergerakan melalui pendidikan
adalah Minangkabau (Sumatetra Barat). Satu catatan sejarah memeiliki makna yang cukup
penting adalah langkah yang dilakukan oleh Syekh Abdullah Ahmad dengan beberapa ulama
lainnya, yang mempelopori berdirinya Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) pada tahun 1919
di Surau Jembatan Besi Padang Panjang. PGAI merupakan organisasi keagamaan pertama
yang lahir di Sumatrera Barat yang anggotanya terdiri dari ulama-ulama Minagkabau yang
peduli terhadap kemajuan pendidikan Islam.
Salah satu bentuk pembaharuan pendidikan yang dikembangkan PGAI adalah dengan
didirikannya Normal Islam pada 1931, Normal Islam dikelola dengan sistem pendidikan
modern pada saat itu. Selanjutnya PGAI mendirikan Sekolah Islam Tinggi (SIT) pada 9
September 1940. Waktu itu yang baru dibuka hanya Fakultas Syariah, Pendidikan dan Bahasa
Arab. PGAI memiliki kontribusi yang sangat besar dalam usaha-usaha dalam pembaharuan
pendidikan Islam di Minangkabau (Sumatera Barat).
Bagian Kedua
Menakar Pembaharuan Pendidikan Islam
Pembaharuan dapat diartikan dengan apa saja yang belum dipahami, diterima, atau
dilaksanakan oleh penerima pembaharuan, meskipun mungkin bukan hal yang baru bagi
orang lain. Menurut Abdul-Rahman Saleh, Pembaharuan biasanya dipergunakan sebagai
peroses perubahan untuk memperbaiki keadaan yang ada sebelum ke cara atau situasi dan
kondisi yang lebih baik dan lebih maju, untuk mencapai suatu tujuan yang lebih baik dari
sebelumnya.
Sejarah memaparkan bahwa pada masa kejayaan Islam antara tahun 750-1250 M.
Umat islam pernah menganut pola berpikir rasional sebagaimana yang dilakukan aliran
teologi Mu’tajilah sebagai respons terhadap perkembangan budaya dan sosial yang ada kala
itu. Pemikiran rasional ini dimungkinkan oleh kontak ulama-ulama yang ada pada masa
1|Page
Abbasiyah dengan filsafat Yunani. Akibat perkenalan itu terjadilah persinggunngan ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat dikalangan umat Islam dengan ilmu-ilmu warisan
Yunani. Akibat persinggungan itu, maka lahirlah tokoh-tokoh ilmuwan Islam yang menekuni
berbagi bidang keilmuwan, baik ilmu keagamaan maupun ilmu kealaman.
Kejayaan dalam agama islam itu berjalan perlahan setelah Bagdhad dihancurkan oleh
tentara Mongol pada tahun 1258, namun bidang ilmu pengetahuan umat Islam mengalami
kemunduran. Pada jaman ini disebut jaman pertengahan (1250-1800). Perkembangan
ilmuwan Islam yang muncul pada abad itu relatif sediit. Umat islam mulai sadar akan
ketinggalannya dari dunia barat sekitar abad 19. Menyadari hal tersebut, maka lahirlah tokoh-
tokoh pembaharuan, seperti Rifa’ah Badawi al-Thahtawi dengan gagasan cinta tanah air.
Pembaharuan tersebut pada prinsipnya mengajak umat Islam untuk bangkit dari tidur
lelapnya agar dapat melepaskan diri dari keterbelakangan dan tekanan penjajah. Dengan
demikian jelas bahwa latar belakang terjadinya pembaharuan dalam Islam karena ada
perasaan tertinggal dari kemajuan dunia Barat.
Kata pendidikan ditinjau dari segi etimologi berasal dari kata dasar didik yang berarti
“ memelihara dan memberi latihan, ajaran, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran”. Sedangkan secara terminologi pendidikan adalah usaha yang dilakukan seseorang
atau sekelompo orang untuk mempengaruhi orang lain yang bertujuan untuk mendewasakan
manusia seutuhnya, baik lahir maupun batin. Artinya, dengan pendidikan, manusia bisa
memiliki kesetabilan dalam pandangan hidup dan kesetabilan dalam nilai-nilai kehidupan
dengan penuh rasa tanggung jawab.
Menurut Moh. Al-Toumy Al-Syaibany, dalah mengubah tingkah laku individu dalam
kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar
melalui proses pendidikan yang mengandung nilai-nilai Islami agar mendapatkan
kebahagiaan Dunia dan Akhirat. Bertolak dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan
pembaharuan pendidikan Islam adalah upaya umat Islam baik oleh tokoh maupun lembaga
untik melakukan perubahan dalam pendidikan Islam ke arah yang lebih berkualitas dengan
cara menyumbangkan pemikirannya sesuai dengan tuntutan zaman dengan tetap berpedoman
kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
2|Page
Bagian Ketiga
Sumatera Barat Akhir Abad 19-Awal 20
Sebelum bangsa Barat datang ke Minagkabau, masyarakat sangat menonjol dalam hal
adat istiadat. Bagi masyarakat Minangkabau, adat merupakan aturan kehidupan sosial,
bahkan tidak ada bandingannya, karena mereka sangat teguh dalam memegang adat. Sikap
orang Ninangkabau menjunjung tinggi adat ini disebabkan mereka meyakini bahwa adat yang
mereka pedomi merupakan warisan leluhur mereka yang paling berharga yang harus
dipelihara. Sikap keterikatan dengan adat adat ini sedemikian kuat, sehimgga orang tidak
mungkin memahami struktur sosial budaya Minangkabau tanpa memperhatikan pengaruh
adat dalam kehidupannya.
Kedua, fase pengaruh Hindu dan Budha, mulai abad VI M sampai abad VII M. Fase
ini adat Minangkabau berakulturasi dengan ajaran Hindu-Budha. Ajaran ini sangat mudah
diterima, karena dalam beberapa hal persesuaian dengan adat sebelumnya yang dipengaruhi
oleh animisme dan dinamisme. Ketiga, adalah fase Islam. Pada awal kedatangan Islam ke
Minangkabau, tidak ditemukan adanya resistensi dari masyarakat setempat.
3|Page
Kondisi Sosial Intelektual
Pertentangan antara dua kelompok ini hampir mirip dengan pertentangan kaum Adat
dan Paderi, hanya sja beda dengan aktualisasinya. Pertentangan ini hanya sebatas pada adu
argumentasi alam mempertahankan pendapatnya masing-masing. Pertentangan yang
demikian merupakan tonggak bagi munculnya semangat untuk pengkajian secara intens
dikalangan masyarakat Minangkabau. Atau lebih tepatnya sebagai tonggak bagi dimulainya
era modern Islam di Minangabau.
Pada dasarnya pendidikan Islam di Sumatera Barat sebelum tahun 1900 terdiri dari
dua tingkat saja yaitu tingkat pengajian Al-Qur’an dan pengajian kitab.
Dalam sistem pengajian Al-Qur’an yang dipakai adalh guru duduk di tengah-tengah
murid atau guru berada disebelah ujung Surau, sedangkan murid duduk mengelilinginya
dalam bentuk seperempat lingkaran. Sistem pendidikan yang seperti itu disebut surau.
Tingkat pengajaran Al-Qur’an ini juga terbagi atas dua bagian yaitu :
Pada tingkat ini yang dipelajari adalah kitab-kitab agama yang bertuliskan Arab saja,
seperti kitab tafsir, hadist, dan fiqih yang bercorak tradisional. Terdapat pula kitab lain separti
nhwu dan sharaf. Murid-murid yang telah lulus dalam tingkat ini dapat dikatakan sudah
menguasai ajaran agama Islam secara agak mendalam an mereka suadah bisa menguasai
4|Page
pengetahuan tata bahasa Arab. Dengan demikian mereka dapat memperdalam sendiri
ilmunya karena sudah memiliki alat untuk membahas kitab-kitab.
Gerakan Paderi yang sering dikatakan sebagai “fundamentalis” dan mirip dengan
wahabi ini berawal dengan kepulangan Haji Sumanik yang melaksanakan Haji pada tahun
1803. Ia ingin juga melaksanakan pemurnian yang sama di Kampung halamannya. Upaya
gerakan Paderi memodernisasi juga memberi pengaruh yang signifikan. Paling tidak gerakan
ini berhasil memperkuat pengaruh agama Islam dalam sistem kemasyarakatan. Kemenangan
belanda atas Paderi memaksakan keadaan baru bagi daerah ini. Pendidikan agama mengalami
kemunduran, tidak saja karena tekan Belanda tetepi juga dikarenakan merosotnya ekonomi
masyarakat pribumi sebagai akibat monopoli perdagangan. Kemunduran diperparah lagi
dengan upaya Belanda mendirikan seolah-sekolah sekuler, yang kemudian berhasil menarik
simpati masyarakat demi kepentimngan ekonomi dan gengsi sosial.
Dalam keadaan seperti ini Surau tampak secara berangsur-angsur mulai kehilangan
perannya yang dulu menjadi sentral masyarakat Minangkabau. Semakin banyak Surau yang
terlantar karena tidak adanya murid, di samping itu tidak adanya guru yang dapat
menggantikan karena wafat dalam perang Paderi.
Di atas sudah disebutkan keadaan Surau yang semakin termarginalisasi sebagai akibat
kekalahan perang Paderi dan pembangunan sekolah secara besar-besaran oleh Belanda.
Berhadapan dengan keadaan ini, lembaga-lembaga pendidikan Islam tidak mempunyai
pilihan lain kecuali dengan memoderenosasi baik secara kelembagaan, maupun karakteristik
isinya. Sedikit demi sedikit Surau mengalami transformasi merespon keadaan yang
mengitarinya. Pembaharuan yang dialami Surau ini terutama berkaitan dengan buku-buku
yang semula satu macam saja kemudian berkrembang, menjadi berbagai kitab untuk setiap
displin ilmu. Pada masa ini kitab yang ditulis sudah tidak dipelajari lagi. Kitab yang dipakai
sudah kitab cetaan semua yang dipesan langsung dari Mesir.
5|Page
Kaum Muda dan Munculnya Madrasah
Pada tahun 1918 berdiri pula perkumpulan Sumatera Thawalib yang mendirikan
sekolah-sekolah agama. Kemudian pada 1920 berdiri PGAI yang kemudian mendirikan
Normal Islam, Sekolah modern untuk mempersiapkan guru-guru agama islam. Pada 10
Oktober 1915 Zainudin Labay el-Yunusi mendirikan Diniyah School. Sekolah ini hanya
bertahan 2 tahun karena mendapattantangan yang keras dari masyarakat. Kemudian adiknya
Rahmah el-Yunusiah mendirikan pula Diniyah School Puteri pada 1 November 1923.
Bagian Keempat
Sejarah Kelembagaan PGAI
Lahirnya suatu organisasi dilatarbelakangi oleh peristiwa pada masa sebelumnya dan
akan melakukan kegiatan yang sesuai dengan cita-cita. Kira-kira pada pergantian abad ini
banyak orang islam Indonesia mulai menyadari bahwa mereka tidak mungkin berkompetisi
dengan keuatan-kekuatan yang menanantang dari pihak kolonialisme Belanda. Mereka mulai
menyadari perlunya perubahan-perubahan, apakah ini dengan mulai mengali mutiara-mutiara
Islam dari masa lalu yang telah memberi kesanggupan kepada kawan-kawan mereka seagama
pada abad Tengah untuk mengatasi Barat dalam ilmu pengetahuan serta memeperluas daerah
pengaruh, atau menggunakan metode-metode baru yang telah dibawa ke Indonesia oleh pihak
kolonial serta pihak misi Kristen.
Salah satu daerah di Indonesia yang pada masa pergerakan perjuangan kemerdekaan
menunjukan corak yang sangat dinamis dalam perjuangan pergerakan melalui pendidikan
6|Page
adalah Minangkabau (Sumatetra Barat). Satu catatan sejarah memeiliki makna yang cukup
penting adalah langkah yang dilakukan oleh Syekh Abdullah Ahmad dengan beberapa ulama
lainnya, yang mempelopori berdirinya Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) pada tahun 1919
di Surau Jembatan Besi Padang Panjang. PGAI merupakan organisasi keagamaan pertama
yang lahir di Sumatrera Barat yang anggotanya terdiri dari ulama-ulama Minagkabau yang
peduli terhadap kemajuan pendidikan Islam.
Selanjutnya pada pasal 1 ayat b, dijelaskan bahwa perkumpulan ini berdiri selama 29
tahun terhitung semenjak mendapat pengakuan hukum. Tujuan PGAI tercantum dalam pasal
2 yaitu:
1. Akan menjaga hak dan kehormatan guru-guru agama Islam menurut keharusan agama
itu.
2. Akan memperbaii hal dan nasibnya guru-guru agama Islam menurut janji-janji yang
telah ditetapkan pemerintah tentang memelihara kesucian agama Islam dan
kemerdekaan guru-guru yang mengembangkan agama.
3. Akan memajukan dan memperbaiki pengajaran agama Islam.
4. Akan berdaya upaya akan memberi pertolongan atas kesengsaraan hidupnya guru-
guru agama Islam, yang mana merasa oleh perkumpulan.
5. Akan mengusahakan dan menunjang pendirian sekolah-sekolah tempat mempelajari
agama Islam.
6. Akan berikhtiar mencari kesempatan menyampaikan atau menyempurnakan
keperluan agama Islam.
Maksud yang menjadi tujuan tersebut akan dijalankan semata-mata untuk mengingat
undang-undang pemerintah dan keselamatan umum.
Dari sekian nama di atas agaknya Haji Abdullah Ahmad memegang peranan utama
dalam pembentukan PGAI, karena dialah yang bertindak sebagai organisatornya.
Haji Abdullah Ahmad dilahirkan di Padang Panjang pada 1878 M. Orang tuanya
bernama Ahmad, seorang ulama dan sodara kain di Padang Panjang. Semasa kecil Abdullah
Ahmad sangat rajin belajar agama Islam. Selesai belajar dengan syekh yang satu ia
melanjutkan belajar dengan syekh yang lain yang ilmu pengetahuan agamanya lebih tinggi.
Namun dalam hatinya masih tidak ada kepuasan, ilmu agama yang diperolehnya dirasakan
belumlah lengkap. Oleh sebab itu, pada 1895 ia pergi menunaikan ibadah haji ke Mekkah
sambil menuntut ilmu di sana.
7|Page
Selama di Mekkah ia belajar dengan Syekh Ahmad Khatib seorang ulama besar yang
mengajar di Masjidil Haram. Syekh Ahmad Khotib (1852-1915) adalah putra Minangkabau
yang berjuang di Mekkah untuk bangsanya Indonesia. Tidak sedikit murid-muridnya yang
menjadi ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia, terutama ulama-ulama Islam yang ada di
Minangkabau semua merupakan muridnya. Dari syekh inilah Haji Abdullah Ahmad
menerima ide-ide pembaharuan Islam.
Setelah belajar kurang lebih empat tahun lamanya di Mekkah beliau kembali ke tanah
air . pada 1940 beliau mendirikan surau Jembatan Besi yang digunakan untuk tempat belajar
dengan menggunakan sistem pembelajaran halaqoh lalu ditekarnya dengan sistem
pembelajaran sama seperti Belanda. Perubahan sistem pendidikan yang dilakukan belia
mendapat sorotan dari masyarakat bahkan beliau dianggap kafir karena telah mencontoh
pendidikan Belanda. Oleh sebab itu beliau pindah ke Padang dan mendirikan Abadiyah
school pada 1909. Dan pada tahun 1915 berubah nama menjadi HIS Abadiyah. Setelah
kemerdekaan, HIS abadiyah pun berubah nama menjadi SD, SMP dan SMA yang kita lihat
sekarang.
Untu mengenang jasa dan perjuangannya, maka Gubernur kepala Daerah Sumatera
Barat dengan surat keputusannya menganugrahkan Piagam Penghargaan kepada beliau
sebagai pejuang masyarakat.
Program kerja PGAI dapat digambarkan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan. Di
bawah ini akan kita lihat beberapa dari program PGAI untuk mencapai tujuan organisasi
tersebut.
8|Page
pertama melakukan pembaharuan pendidikan Agama di Sumatera Barat dengan
memasukan ilmu pengetahuan umum ke dalam kurikulumnya. Murid yang masuk
Normal Islam adalah tamatan Thawalib, Diniyah, Tarbiyah dan lain-lain. Sekolah-
sekolah tersebut adalah sekolah swasta yang tumbuh akibat tertutupnya kesempatan
untuk memasuki sekolah-seolah Belanda.
Para guru yang mengajar di Normal Islam adalah mereka yang berpengalaman
mengajar dan adapula di antara mereka yang yang memeperdalam pengetahuannya di
Mesir selama beberapa tahun. Motivasui guru mengajar sejalan dengan perkembangan
pergerakan bangsa pada waktu itu. Pada dadsarnya kurikulum Normal Islam dapat
dibagi menjadi 3 bagian yang meliputi ilmu agama dan bahasa Arab, ilmu pendidikan
dan ilmu jiwa, ilmu pengetahuan umum dan bahasa asing. Pembaharuan sistem ini
dilengkapi dengan sarana yang cukup seperti buku-buku, alat peraga dan
laboratorium.
3. Melengkapi Sarana Pendidikan
9|Page
Bagian Kelima
Dalam kaitan dengan ide-ide pembaharuan yang dilakukan PGAI sebagai pembaharu
pendidikan di Sumatera Barat dapat dikategorikan dalam beberapa aspek, di antaranya
sebagai berikut.
1. Aspek Kelembagaan
Dalam pembaharuan pendidikan yang dilakukan PGAI tidak berjalan lancar begitu
saja. Ada hal-hal yang menunjang dan ada pula hal-hal yang menghambat yang mengganjal.
Faktor Penunjang
Faktor Penghambat
10 | P a g e
Implikasi Usaha PGAI Dalam Pembaharuan Pendidikan Islam Terhadap Pencapai
Tujuan
Keberadaan Normal Islam dalm realitas, telah mengukir sejarah banyak dalam
konteks pembaharuan sistem pendidikan madrasah dan sekaligus telah mempengaruhi pola
pikir intelektual Islam Minangkabau tentang konsep pendidikan Islam. Pengaruh itu dapat
dilihat dari:
Sistem yang dikembangkan Normal Islam telah pula menjadi model lembaga-lembaga
pendidikan ketika itu. Semua lembaga berusaha memesukan ilmu pengetahuan umum di
dalam kurikulumnya. Bila dicermati pesantern modern yang tumbuh dan berkembang
sejak awal tahun tujuh puluhan di berbagai wilayah Indonesia berkaca pada Pesantren
Modern Gontor. Padahal Pondok Pesantren Modern Gontor juga berkaca terhadap sistem
pendidikan Normal Islam.
Penerimaan murid pada Normal Islam yang tidak membedakan antara orang miskin
dan orang kaya, laki-laki dan perempuan, bangsawan atau bukan. Pengaruhnya
menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan, persamaan , persaudaraan, dan
semangat demokrasi. Banyak alumni Normal Islam yang aktif berkecimpung dalam
pergerakan, umumnya mereka menjadi tokoh dan pemimpin.
11 | P a g e