Professional Documents
Culture Documents
Pada kaki basis dialiri arus yang cukup untuk mengaktifkan kerja dari transistor, arus I B yang
cukup besar juga akan mengakibatkan arus yang melalui IC juga cukup sangat besar, karena
sesuai persamaan IE = IC + IB sedangkan IE ≈ IC , akibat arus yang besar tersebut transistor
akan cepat panas dan jika hal ini tetap dibiarkan maka transistor dapat rusak, untuk
menanggulangi hal ini maka pada kaki emitor diberi resistor (R2), resistor ini
mengakibatkan Vce semakin turun sehingga suhu di transistor dapat ditahan untuk tidak
naik, dengan cara ini suhu di transistor masih diambang toleransi yang tidak merusak
transistor, R2 juga sering disebut sebagai pengendali suhu pada rangkaian penguat kelas A.
Sekarang perhatikan kapasitor yang dirangkai secara parallel dengan R2 (C1) kapasitor ini
disebut sebagai kapasitor byapass karena memiliki XC yang kecil, fungsi dari capasitor
bypass juga untuk memudahkan analisa AC pada rangkaian, hal yang perlu diperhatikan
adalah nilai dari XC harus 20x dibawah nilai R2, sehingga nilai dari capasitor itu sendiri
dapat ditentukan dengan persamaan
XC= 12πfC
Jika diperhatikan pada bagian yang paling dekat dengan Vcc terdapat kapasitor juga yang dipasang secara parallel
terhadap Vcc, kapasitor ini sering disebut juga sebagai kapasitor decoupling (C3), karena kapasitor ini menjaga agar
sinyal distorsi yang dihasilkan dari rangkaian tidak mempengaruhi input.
Pada bagian output dipasang sebuah inductor (L1), inductor ini disebut juga sebagai RFC
(Radio Frequency Cook) yang kerjanya hampir mirip dengan LPF, fungsinya adalah
meloloskan dc dan menahan arus AC agar AC tidak naik ke Vcc kembali, pada Radio
Frequency RFC berfungsi untuk menahan arus AC.
Penguat kelas A cocok untuk menguatkan frekuensi kecil, karena tidak membutuhkan daya
yang besar, karena itu penguat kelas A sering dipasang pada bagian awal untuk
menguatkan frekuensi kecil yang kemudian dikuatkan lagi oleh penguat yang lain baik kelas
B maupun kelas C.
http://elkakom.telkompoltek.net/2010/07/rangkaian-penguat-kelas_01.html
Rangkaian Penguat Kelas C
Sebelumnya pada Penguat kelas B perlu 2 transistor untuk bekerja dengan baik, maka ada penguat
yang disebut kelas C yang hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa aplikasi yang memang hanya
memerlukan 1 phase positif saja. Contohnya adalah pendeteksi dan penguat frekuensi pilot,
rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat kelas C bekerja aktif hanya pada
phase positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa
sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat kelas C
adalah seperti pada rangkaian diatas.
Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang sengaja dibuat bekerja pada
daerah saturasi. Rangkaian L C pada rangkaian tersebut akan ber-resonansi dan ikut berperan penting
dalam me-replika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan frekuensi yang sama.
Rangkaian ini jika diberi umpanbalik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan
pada pemancar. Penguat kelas C memiliki efisiensi yang tinggi bahkan sampai 100%, namun tingkat
fidelitasnya memang lebih rendah. Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan dari
penguat jenis ini.
KELEBIHAN
Lebih efisien. Karena dapat memperkuat sinyal hanya pada frekuensi tertentu saja. Pada penguat
kelas C ada rangkaian tambahan berupa kapasitor dan induktor atau disebut juga sirkuit resonan.
Rangkaian ini fungsinya sebagai filter frekuensi. Nilai C dan L akan mempengaruhi nilai
frekuensi yang akan diperkuat. Jadi hanya satu jenis frekuensi dan kelipatannya saja yang dapat
diperkuat.
KEKURANGAN
• Amplitudo terpotong
• Tidak bagus untuk power besar
• Memotong Modulasi
PENGGUNAAN
Untuk penguat kelas C biasanya digunakan pada rangkaian gelombang radio, misalnya pada
antena untuk memperkuat sinyal yang memiliki frekuensi tertentu.
Cara lain untuk mengatasi cross-over adalah dengan menggeser sedikit titik Q pada garis
beban dari titik B ke titik AB (gambar-1). Ini tujuannya tidak lain adalah agar pada saat transisi
sinyal dari phase positif ke phase negatif dan sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor Q1
dan Q2. Pada saat itu, transistor Q1 masih aktif sementara transistor Q2 mulai aktif dan demikian
juga pada phase sebaliknya. Penguat kelas AB merupakan kompromi antara efesiensi (sekitar
50% - 75%) dengan mempertahankan fidelitas sinyal keluaran.
Ada beberapa teknik yang sering dipakai untuk menggeser titik Q sedikit di atas daerah
cut-off. Salah satu contohnya adalah seperti gambar-3 berikut ini. Resistor R2 di sini berfungsi
untuk memberi tegangan jepit antara base transistor Q1 dan Q2. Pembaca dapat menentukan
berapa nilai R2 ini untuk memberikan arus bias tertentu bagi kedua transistor. Tegangan jepit
pada R2 dihitung dari pembagi tegangan R1, R2 dan R3 dengan rumus VR2=(2VCC) R2/(R1+R2+R3).
Lalu tentukan arus base dan lihat relasinya dengan arus Ic dan Ie sehingga dapat dihitung
relasiny dengan tegangan jepit R2 dari rumus VR2=2x0.7+Ie(Re1+Re2). Penguat kelas AB ternyata
punya masalah dengan teknik ini, sebab akan terjadi penggemukan sinyal pada kedua
transistornya aktif ketika saat transisi. Masalah ini disebut dengan gumming.
Untuk menghindari masalah gumming ini, ternyata sang insinyur (yang mungkin saja
bukan seorang insinyur) tidak kehilangan akal. Maka dibuatlah teknik yang hanya mengaktifkan
salah satu transistor saja pada saat transisi. Caranya adalah dengan membuat salah satu
transistornya bekerja pada kelas AB dan satu lainnya bekerja pada kelas B. Teknik ini bisa
dengan memberi bias konstan pada salah satu transistornya yang bekerja pada kelas AB
(biasanya selalu yang PNP). Caranya dengan menganjal base transistor tersebut menggunakan
deretan dioda atau susunan satu transistor aktif. Maka kadang penguat seperti ini disebut juga
dengan penguat kelas AB plus B atau bisa saja diklaim sebagai kelas AB saja atau kelas B
karena dasarnya adalah PA kelas B. Penyebutan ini tergantung dari bagaimana produk amplifier
anda mau diiklankan. Karena penguat kelas AB terlanjur memiliki konotasi lebih baik dari kelas
A dan B. Namun yang penting adalah dengan teknik-teknik ini tujuan untuk mendapatkan
efisiensi dan fidelitas yang lebih baik dapat terpenuhi.
Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang
memiliki 3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Berdasarkan susunan
semikonduktor yang membentuknya, transistor dibedakan menjadi dua tipe, yaitu transistor PNP
dan transistor NPN.
Untuk membadakan transistor PNP dan NPN dapat dari arah panah pada kaki emitornya. Pada
transistor PNP anak panah mengarah ke dalam dan pada transistor NPN arah panahnya mengarah
ke luar.
Pada prinsipnya, suatu transistor terdiri atas dua buah dioda yang disatukan. Agar transistor
dapat bekerja, kepada kakikakinya harus diberikan tegangan, tegangan ini dinamakan bias
voltage. Basisemitor diberikan forward voltage, sedangkan basiskolektor diberikan reverse
voltage. Sifat transistor adalah bahwa antara kolektor dan emitor akan ada arus (transistor akan
menghantar) bila ada arus basis. Makin besar arus basis makin besar penghatarannya.
Berbagai bentuk transistor yang terjual di pasaran, bahan selubung kemasannya juga ada
berbagai macam misalnya selubung logam, keramik dan ada yang berselubung polyester.
Transistor pada umumnya mempunyai tiga kaki, kaki pertama disebut basis, kaki berikutnya
dinamakan kolektor dan kaki yang ketiga disebut emitor.
Suatu arus listrik yang kecil pada basis akan menimbulkan arus yang jauh lebih besar diantara
kolektor dan emitornya, maka dari itu transistor digunakan untuk memperkuat arus (amplifier).
Terdapat dua jenis transistor ialah jenis NPN dan jenis PNP. Pada transistor jenis NPN tegangan
basis dan kolektornya positif terhadap emitor, sedangkan pada transistor PNP tegangan basis dan
kolektornya negatif terhadap tegangan emitor.
Agar transistor dapat bekerja maka pemberian tegangan muka pada transistor harus seperti diatas
yaitu:
• Dioda BE di beri bias maju (forward bias)
• Dioda BC di beri bias mundur (reverse bias)
Penguatan arus pada common base : α = Ic/ Ie . Sifat-sifat rangkaian common base adalah:
• Impedansi input rendah
• Impedansi output tinggi
• Penguatan arus <1
• Penguatan teganagan besar
• Tidak mengalami perubahan fase pada output
Common Colector
Penguatan arus pada common colector : γ = Ie/ Ib . Sifat-sifat rangkain common colector
adalah:
• Impedansi input tinggi
• Impedansi output rendah
• Penguatan arus besar
• Penguatan tegangan <1
• Penguatan daya kecil
• Tidak mengalami perubahan fase pada output
Common Emitor
Penguatan arus pada common emitor : β = Ie/ Ib . Sifat-sifat rangkaian common emitor adalah:
• Impedansi input rendah
• Impedansi output tinggi
• Penguatan tegangan besar
• Penguatan daya besar
• Output mengalami perubahan fase 180o terhadap input
• FIELD EFFECT TRANSISTOR
Field Effect Transistor (FET) adalah suatu jenis transistor khusus. Tidak seperti transistor biasa,
yang akan menghantar bila diberi arus basis, transistor jenis ini akan menghantar bila diberikan
tegangan (jadi bukan arus). Kaki kakinya diberi nama Gate (G), Drain (D) dan Source(S).
FET
Beberapa Kelebihan FET dibandingkan dengan transistor biasa ialah antara lain penguatannya
yang besar, serta desah yang rendah. Karena harga FET yang lebih tinggi dari transistor, maka
hanya digunakan pada bagianbagian yang memang memerlukan. Ujud fisik FET ada berbagai
macam yang mirip dengan transistor. Seperti halnya dengan transistor, ada dua jenis FET yaitu
KanalN dan KanalP. Kecuali itu terdapat beberapa macam FET ialah Junktion FET (JFET) dan
Metal Oxide Semiconductor FET (MOSFET).
• MOSFET
Metal Oxide Semiconductor FET (MOSFET) adalah suatu jenis FET yang mempunyai satu
Drain, satu Source dan satu atau dua Gate. MOSFET mempunyai input impedance yang sangat
tinggi. Mengingat harga yang cukup tinggi, maka MOSFET hanya digunakan pada bagianbagian
yang benarbenar memerlukannya. Penggunaannya misalnya sebagai RF amplifier pada receiver
untuk memperoleh amplifikasi yang tinggi dengan desah yang rendah.
Mosfet
Dalam pengemasan dan perakitan dengan menggunakan MOSFET perlu diperhatiakan bahwa
komponen ini tidak tahan terhadap elektrostatik, mengemasnya menggunakan kertas timah,
pematriannya menggunakan jenis solder yang khusus untuk pematrian MOSFET.
Seperti halnya pada FET, terdapat dua macam MOSFET ialah Kanal P dan Kanal N.
Bias Transistor
Untuk dapat bekerja, sebuah transistor membutuhkan tegangan bias pada basisnya. Kebutuhan
tegangan bias ini berkisar antara 0.5 sampai 0.7 Volt tergantung jenis dan bahan
semikonduktor yang digunakan.
Untuk transistor NPN, tegangan bias pada basis harus lebih positif dari emitor. Dan untuk
transistor PNP, tegangan bias pada basis harus lebih negatif dari emitor. Semakin tinggi arus
bias pada basis, maka transistor semakin jenuh (semakin ON) dan tegangan kolektor-emitor
(VCE) semakin rendah.
Bias Transistor
Pada gambar terlihat bahwa TR1 adalah termasuk jenis NPN, jadi tegangan bias pada basis
(Vbb) harus lebih positif dari emitor (Vee). Untuk memudahkan maka Vcc ditulis dengan +Vcc
dan Vee ditulis dengan -Vee. Dan TR2 adalah termasuk jenis PNP, jadi tegangan bias padabasis
(Vbb) harus lebih negatif dari emitor (Vee). Untuk memudahkan maka Vcc ditulis dengan -Vcc
dan Vee ditulis dengan +Vee.
Transistor sebagai Saklar
Dengan mengatur bias sebuah transistor sampai transistor jenuh, maka seolah akan didapat
hubung singkat antara kaki kolektor dan emitor. Dengan memanfaatkan fenomena ini, maka
transistor dapat difungsikan sebagai saklar elektronik.
4. tegangan
5. arus
6. daya
1. kelas A : Titik kerja diatur agar seluruh fasa sinyal input diatur
2. kelas B : Titik kerja diatur pada suatu sisi ekstrim saja, sehingga
3. kelas AB : Titik kerja diatur dua ekstrim dari kelas A dan kelas
B. Jadi sinyal output sama dengan nol pada satu bagian namun
Amplifier Kelas A
Titik beban transistor pada penguat kelas A diletakkan di antara titik A dan B,
biasanya untuk menghasilkan kinerja yang baik maka titik beban diletakkan tepat di tengah-
tengah garis beban. Hal ini memiliki maksud agar sinyal keluaran akan memiliki bentuk sinyal
yang simetri antara siklus negatif dan positif. Supaya diperoleh titik beban yang tepat
ditengah, maka VCE dirancang supaya sama besar dengan VCC/2. Untuk menghasilkan ini,
maka IB dirancang supaya menghasilkan ICRC sama dengan VCC/2. Penguat kelas A dapat
diwujudkan dengan rangkaian seperti Gambar 3.
Penguat kelas A dirancang untuk menguatkan sinyal-sinyal kecil. Sedangkan
kekurangan dari penguat jenis ini adalah ketika tidak ada sinyal masukan, maka transistor
akan tetap mengkonsumsi arus listrik.
Amplifier Kelas B (push-pull)
Amplifier Kelas AB
Untuk mengatasi permaslahan distorsi pada penguat kelas B, maka dibuatlah penguat
kelas AB. Penguat ini memiliki titik beban yang berada sedikit di atas titik B (Gambar 2),
yaitu transistor dalam kondisi dibias dengan tegnagn ambang sebesar VBE. Dalam kondisi ini,
maka dalam keadaan tanpa sinyal Vin, transistor tidak mengkonsumsi arus listrik. Sedangkan
ketika Vin muncul maka sinyal ini tidak terpotong oleh tegangan VBE sehingga sinyal
keluarannya tidak mengalami distorsi. Contoh dari penguat kelas AB adalah seperti pada
Gambar 5.
Jenis Kapasitor:
1. Kapasitor tetap, terdiri atas kapasitor polar dan nonpolar.
2. Kapasitor variable, jenis ini memiliki nilai kapasitas yang bisa diubah-
ubah.Jenisnya ada dua macam, yaitu parko dan trimer.
Fungsi Kapasitor:
1. Memisahkan arus bolak-balik dari arus searah.
2. Meratakan arus keluaran dari suatu penyearah arus.
3. Memilih gelombang pada pesawat penerima radio
4. Mengontrol frekuansi pada rangkaian osilator
5. Menyimpan muatan listrik
Kapasitor
- Kapasitor tantalum
- Kapasitor Keramik
Resistor
Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di titik
tertentu yang ada pada garis bebannya. Titik beban transistor pada penguat
kelas A diletakkan di antara titik A dan B, biasanya untuk menghasilkan
kinerja yang baik maka titik beban diletakkan tepat di tengah-tengah garis
beban. Hal ini memiliki maksud agar sinyal keluaran akan memiliki bentuk
sinyal yang simetri antara siklus negatif dan positif. Supaya diperoleh titik
beban yang tepat ditengah, maka VCE dirancang supaya sama besar dengan
VCC/2. Untuk menghasilkan ini, maka IB dirancang supaya menghasilkan
ICRC sama dengan VCC/2.
Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja pada
daerah aktif. Penguat tipe class A disebut sebagai penguat yang memiliki
tingkat fidelitas yang tinggi. Asalkan sinyal masih bekerja di daerah aktif,
bentuk sinyal keluarannya akan sama persis dengan sinyal input. Namun
penguat kelas A ini memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% -
50%. Ini tidak lain karena titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun
tidak ada sinyal input (atau ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap
bekerja pada daerah aktif dengan arus bias konstan. Transistor selalu aktif
(ON) sehingga sebagian besar dari sumber catu daya terbuang menjadi
panas. Karena ini juga transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan
pendingin ekstra seperti heatsink yang lebih besar.
Penguat Daya RF
Rizki P.P/0831130077/2C
Penguat daya RF dirancang untuk dioperasikan pada frekuensi (Fc ) 100 MHz, dengan daya
keluaran (Pout ) 1000 mW pada tegangan (VCC ) 12 V. Frekuensi kerja ditetapkan karena berhubungan
dengan transistor dan nilai komponen yang akan digunakan, yaitu induktor dan kapasitor. Tegangan catu
ditetapkan untuk menentukan resistansi beban kolektor ( RL) yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya
keluaran yang diharapkan. Penguat daya RF dirancang untuk menghasilkan keluaran sebesar 1000 mW
dengan sinyal masukan 7,94 mW (daya keluaran osilator pada sistem 50Ω ).Penguat daya RF akan
dibuat dari tiga tingkatan penguat, yaitu penguat I, penguat II, dan penguat III. Penguat I akan
dioperasikan pada kelas A, sedangkan penguat II dan penguat III akan dioperasikan pada mode
campuran kelas C. Perolehan daya transistor bipolar untuk penguat daya mode campuran kelas C
khasnya adalah 5-14 dB (Krauss et al, 1990).
Penguat daya RF dirancang pada tegangan catu 12 V, sehingga penalaan rangkaian resonansi
dan jaringan penyesuai impedansi dilakukan pada tegangan catu 12 V. Sinyal masukan penguat daya RF
diambil dari keluaran osilator pada frekuensi dasar 100 MHz. Variasi tegangan catu dimulai dari 12 V
kemudian diturunkan tiap 0,5 V sampai tegangan catu 9 V. Kemudian dari 12 V dinaikkan tiap 0,5 V
sampai tegangan catu 13,5 V. Penalaan rangkaian hanya dilakukan pada tegangan catu 12 V dan tidak
dilakukan pada setiap variasi tegangan catu. Hal ini dimaksudkan agar resistansi beban yang dilihat dari
kaki kolektor tiap tingkatan penguat adalah tetap.
Induktor yang dibuat adalah induktor satu lapis dengan inti udara. Persamaan yang digunakan
adalah:
L=0,39r2n2/9r+10p
Untuk mengurangi perbedaan nilai induktansi yang dipilih dengan induktansi yang diinginkan, maka
diameter kawat email dan radius induktor yang digunakan bervariasi. Diameter kawat email yang dipilih
adalah: 0,5 mm; 0,85 mm; dan 1 mm. Diameter induktor yang dipilih adalah 5 mm dan 10 mm
Kesimpulan :
1. Penguat daya RF yang dirancang dapat digunakan untuk menguatkan sinyal 100 MHz, karena
dengan daya masukan 0,40 mW penguat daya RF mampu menghasilkan daya keluaran 1000 mW.
2. Pada tegangan catu 12 V, daya keluaran maksimal 1148,15 mW, distorsi harmonik kedua 0,07%,lebar
pita 8 MHz, dan tingkat sinyal jauh lebih besar dari tingkat derau.
3. Distorsi harmonik kedua yang dihasilkan akan semakin kecil dengan bertambahnya tegangan catu.
Nilai terkecil distorsi harmonik kedua adalah 0,05 % pada tegangan catu 13,5 V; sedangkan nilai terbesar
distorsi harmonik kedua adalah 0,39 % pada tegangan catu 9 V.
4. Derau yang dihasilkan oleh penguat daya RF tidak dapat diamati, dan hal ini menunjukkan bahwa
derau yang dihasilkan adalah sangat kecil dibandingkan dengan sinyal yang diinginkan (100
MHz) ,sehingga bisa diabaikan.
Penguat Kaskade
Viyoga Baskoro/0831130058/2A/TT
Tujuan
Penguat kaskade digunakan untuk memperbesar penguatan dari penguat tunggal.
Prinsip Kerja
Pada gambar penguat kaskade diatas terdiri dari 2 jenis penguat yaitu penguat Common
Drain(JFET) dan penguat Kelas A(Transistor). Pada penguat Common Drain impedansi masukan
dan keluaran didefinisikan sebagai berikut:
Zi = R1
Zo = R2 || R3 || 1/gm
Impedansi keluaran pada kondisi R2 ≥ 10R3 , adalah:
Zo = R3 || 1/gm
Penguatan tegangan yaitu:
AV = gm (R2 || R3) / [ 1 + gm (R2 || R3) ]
Penguatan tegangan pada kondisi , adalah:
AV = gmR3 / (1 + gmR3)
Output dari penguat Common Drain digunakan sebagai input dari penguat kelas A. Kapasitor C3
digunakan untuk menahan komponen DC masuk ke penguat Common Drain. C4 yang terpasang
parallel dengan R7 pada kaki emitor berfungsi sebagai kapasitor by pass yang melewatkan
komponen AC langsung ke ground. Kapasitor C5 digunakan untuk mengkopling komponen DC
agar tidak masuk kembali ke penguat.
Untuk menghubungkan dua penguat, pengaruh input tingkat kedua pada resistansi sinyal AC dari
tingkat pertamanya harus dipertimbangkan. Pada gambar diatas, garis beban AC dari Q1 terdiri
dari kombinasi parallel antara R2,R4,R5 dan Rin (resistansi input Q2).
Pengaruhnya adalah mengurangi resistansi beban AC pada Q1 sehingga akan mengurangi level
sinyal output AC pada kolektor Q1.
Gain tegangan untuk Q2, AV2 = - R6 / [(1 + β)(R'7 + R7)]
Gain tegangan untuk Q1, AV2 = - gmR'D
Dimana gm adalah transkonduktansi dari Q1 (JFET) dan R'D adalah resistansi beban Q1 yang
dinyatakan sebagai berikut:
1/R'D = 1/R2 + 1/R4 + 1/R5 + 1/Rin
Tapi jika kapasitor C3 terbuka, maka gain tegangan Q1 akan dapat diberikan sebagai berikut:
AV2 = - gmR2
Sehingga gain tegangan untuk penguat kaskade dinyatakan sebagai berikut:
AV = AV1 x AV2 = gmR'D x [ R6 / (1 + β)(r'7 + R7)]