You are on page 1of 13

Filsafat hukum adalah filsafat hukum

yang diterapkan pada hukum atau gejala


gejala hukum.
Dalam filsafat pertanyaan pertanyaan
paling dalam dibahas dalam hubungan
dengan makna, landasan, struktur, dan
sejenis lainya.
Dalam filsafat hukum, pertanyaan
pertanyaan ini difokuskan, pada
keterberian keterberian yuridikal.
• Dalam kepustaan filsafat hukum didifinisikan:
Sebagai sebuah disiplin spekulatif , yang berkenan denganya
penalaran penalaranya tidak selalu dapat diuji secara rasional ,
dan yang menyibukan diri dengan latar belakang dari pemikiran
(I.Tammelo):
• Sebagai refleksi atas dasar dasar dari kenyataan (yuridikal)
suatu bentuk dari berpikir sistematikal yang hanya akan merasa
puas dengan hasil hasil timbul dari dalam pemikiran (kegiatan
berfikir) itu sendiri dan yang mencari suatu hubungan teoritikal
terreflesi , yang didalamnya gejala gejala (hukum) dapat
dimengerti dan dipikirkan (D.Meuwissen);
• Sebagai disiplin yang mencari pengetahuan tentan hak hak
(sifat) dari keadilan , pengetahuan tentang bentuk keberadaan
transaden dan immanen dari hukum , pengetahuan tentang nilai
nilai yang didalamnya hukum berperan tentang hukum dan
keadilan , pengetahuan tentang struktur dari pengetahuan
tentang moral dan dari ilmu hukum , dan pengetahuan tentang
hubungan antara hubungan dengan moral (J.Darbellay).
- Hukum dan kekuasaan
-Apakah sebabnya orang menanti
hukum
- Apakah sebabnya negara berhak
menghukum seseorang
- Etika dan kode etika profesi hukum

- Keadilan

- Hak azasi manusia


Hubungan antara hukum dan kekuasaan digambarkan dalam
suatu slogan :
“ Hukum tanpa kekuasaan adalah angan angan , kekuasaan tanpa
hukum adalah kelaliman “ (Mochtar kusumaatmadja)

Peperzak mengemukakan hubungan antara hukum dengan


kekuasaan dengan 2 cara :
1. Dari konsep sanksi ; perilaku yang menyimpang memerlukan
sanksi bagi penegakan aturan aturan hukum . Penggunaan
sansi memerlukan legimitasi yudiris agar menjadi kekerasan
yang sah
2. Konsep penegakan konstitusi ; termasuk penegakan prosedur
yang benar dalam pembinaan hukum mengasumsikan
digunakanya kekuatan ( force )
 Hukum memerlukan kekuasaan untuk
kedudukanya.

 Kekuasaan diperlukan oleh karena hukum bersifat


memaksa.
Dalam usaha menjawab pertanyaan diatas , teori
teori tentang mengapa orang mentaati hukum
penting untuk disimak kembali .
Negara adalah badan yang mewakili tuhan didunia
yang memiliki kekuasaan penuh untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum didunia . Para
pelanggar ketertiban itu perlu memperoleh
hukuman agar hukuman agar ketertiban hukum
tetap terjamin
 Otoritas negara yang bersifat monopoli pada
kehendak manusia itu sendiri yang menghendaki
adanya kedamaian ketentraman dalam
masyarakat
 Mereka telah memberikan kuasa kepada negara
untuk menghukum seseorang yang melanggar
ketertiban.
Karena negaralah yang berdaulat , maka hanya negara itu sendiri yang
berhak menghukum seseorang yang mencoba mengganggu ketertiban
dalam masyarakat.
Negara yang menciptakan hukum , jadi segala sesuatu harus tunduk pada
negara
Adanya hukum karena adanya negara.
. Hukum sendiri sebenarnya juga kekuasaan
. Dalam kaitan ini , van Aveldoorn membagi ;
1. Hukum obyektif – Kekuasaan yang bersifat mengatur
2. Hukum subyektif – kekuasaan yang diatur oleh hukum obyektif
. Hukum merupakan salah satu sumber kekuasaan.
. Hukum merupakan pembatas kekuasaan guna menghindari penyalah
gunaan kekuasaan (abuse of power)
1. Teori kedaulatan Tuhan
“ …segala hukum adalah hukum ketuhanan . Tuhan sendirilah yang
menetapkan hukum , dan pemerintah pemerinta duniawi adalah pesuruh
pesuruh kehendak tuhan “
Hukum dianggap sebagai kehendak Tuhan . Manusia sebagai salah satu
ciptaan-Nya wajib patuh pada hukum ketuhanan ini.
2. Teori perjanjian sosial
Orang taat dan tunduk pada oleh karena berjanji untuk mentaatinya .
Hukum dianggap sebagai kehendak bersama , suatu hasil konsensus
(perjanjian) dari segenap anggota masyarakat.
Dalam kegiatan dan perjanjian sosial , Thomas Hobbes dalam bukunya “ de
cive (1642) dan “leviathan (1651) pada intinya mengemukakan :
“ pada mulanya manusia hidup dalam berperang ( bella omnium contra
omnes) .agar tercipta suasana damai dsan tentram.
 Maka diadakanlah perjanjian antara mereka
( Pactum unionis ) , disusul dengan perjanjian antara
mereka dengan seseorang tertentu ( pactum
sibjectionis ) yang diserahi kekuasaan tersebut
bersifat absolut.

 Berbeda dengan Hobbes , Jhon Locke dalam bukunya


“ Le treatises on civil government (1960)
berpendapat “ pada saat perjanjian diadakan
disertakan syarat syarat:
- Pembatasan kekuasaan, dan
- Tidak boleh melanggar HAM
 Inti pemikiran teori ini adalah bahwa ditaatinya hukum
itu karena negara menghendakinya.

 Hans kalsen dalam salah satu bukunya “ Das problem


der souveranitat und die Theorie vas volkerecshts “,
Menganggap bahwa orang tunduk pada hukum karena
merasa wajib mentaatinya karena hukum itu adalah
kehendak negara ( wille des staates )
 Hukum mengikat bukan karena negara
menghendakinya , melainkan karena merupakan
perumusan dari kesadarn hukum rakyat.
 H. Krabbe berpendapat bahwa kesadaran hukum
yang dimaksud berpangkal pada perasaan hukum
setiap individu , yaitu perasaan bagaimana hukum
itu seharusnya.
 Kesadaran setiap individu kemudahaan oleh
krebbe dimaksudkan berasal dari perasaan hukum
bagian tersebar dari anggota masyarakat.

You might also like