You are on page 1of 15

KARAVILAGENIN C SEBAGAI ANTIMALARIA

HO
H3C

CH3
Dosen
H3C Mega Santoso, Ph.D
H

Zulfakar Tribuana Said


CH3 CH3
(20510053)
HO
OCH3
H3C CH3

BIO-ORGANIK
Anopheles Mosquito

Pada tahun 2008, ada lebih dari 200 juta kasus malaria
diantaranta menimbulkan satu juta kematian yang sebagian
besar terjadi pada anak-anak di Afrika. Nyamuk anopheles
hidup di daerah yang rendah di atas  permukaan laut, yaitu
pada ketinggian di bawah 2500 m di sekitar ekuator atau di
bawah 1500 m untuk daerah yang jauh dari ekuator. Dengan
semakin meningkatnya pemanasan iklim global membuat
nyamuk ini semakin bisa hidup ke daerah subtropis yang
membuat peta penyebaran geografis semakin membesar.
Terdapatnya risiko endemi di daerah-daerah tertentu juga
sangat bervariasi karena pengaruh musiman dan wilayah
The malaria plasmodium
geografis.
Siklus Hidup Plasmodium
Beberapa diantaranya
Natural Product
(Karavilagenin) dapat
Plasmodium falciparum menjadi kajian yang baik
(Spesies yang sangat berbahaya) dalam mengembangkan
obat anti-malaria

Maka dibutuhkan suatu


zat aktif yang bersifat
terapetik terhadap jenis
plasmodium falciparum
Resisten terhadap obat malaria
klorokuin dan antifolat
Momordica balsamina L. (Cucurbitaceae),
juga disebut sebagai apel balsam atau labu
afrika. Tumbuhan ini biasanya digunakan
secara tradisional sering digunakan untuk
mengobati penyakit diabetes dan malaria di
wilayah Afrika.

Cucurbitaceae

Ekstrak Metanol
Dilakukan esterifikasi
sehingga bersifat lebih
Didapat sitotoksik dengan uji
senyawa p.falcifarum CQ-
Karavilagenin sensitif (3D7) dan
yang strain CQ-resistant
merupakan (Dd2).
Jenis 7b-methoxycucurbita-5,24-diene-3b,23(R)-diol
Triterpenoid
Jalur Biosintesis Mevalonat (Triterpenoid)
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesa
terpenoid adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh
koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen
menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan
ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis
aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana
ditemukan pada asam mevalinat. reaksi-reaksi berikutnya
adalah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi
menghasilkan Isopentenil pirofosfat (IPP) yang selanjutnya
berisomerisasi menjadi Dimetil alil pirofosfat (DMAPP) oleh
enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung
secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan
ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren
untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi
karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP
terhhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan
elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat yang
menghasilkan Geranil pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara
bagi semua senyawa monoterpenoid.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan
GPP dengan mekanisme yang sama menghasilkan Farnesil
pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi
semua senyawa seskuiterpenoid. senyawa diterpenoid
diturunkan dari Geranil-Geranil Pirofosffat (GGPP) yang
berasal dari kondensasi antara satu unit IPP dan GPP
dengan mekanisme yang sama.
Preparasi Ester Karavilagenin
H3C
O
HO CH3

H3C O
H
CH3

H H
N

CH3 CH3 O

HO
O O
OCH3
H3C CH3 O
OCH3
O

1 (Karavilagenin C) Karovoate F (7)

N O

O
1 (Karavilagenin C) O O

Cl

OCH3
Karovoate H (8)
R

N R = NO2, 9
O
R = Cl, 11
O

1 (Karavilagenin C) O
Cl
R

Karovoate I (9) R
HO
OCH3

Karovoate K (11)

N R = NO2, 10
R
R = Cl, 12

1 (Karavilagenin C) O
Cl
Karovoate J R O
(10) O
OCH3

Karovoate L (12)
OCH3

N
O
13
O

1 (Karavilagenin C) O
Cl
H3CO

Karovoate M (13) HO OCH3


OCH3

OCH3
14
N

1 (Karavilagenin C) O
Cl
H3CO O
O
OCH3
Karovoate
N (14)
N O
15
O

1 (Karavilagenin C) O

Cl

Karovoate
N (15) HO
OCH3

O
16
N

1 (Karavilagenin C) O

Cl

O
O
OCH3
Karovoate P
(16)
Mekanisme Reaksi Asilasi dengan katalis Piridin

O
O
O

N O
N +
O
O

O O

N H +
N
+ R OH
R O

O
O
N H +
N +
O
HO
Mekanisme Reaksi Asilasi dengan katalis Piridin

O O

Cl N
N + Cl

O O

N N H + R O
+ R OH

N H + Cl N + HCl
Aktivitas in Vitro Senyawa Derivat Karavilagenin

IC50 + SD Indeks Selektivitas


P. Falcifarum 3D7 P. Falcifarum Dd2 MCF7 cells MCF7/3D7 MCF7/Dd2
Senyawa
µM µg/mL µM µg/mL µM
Activity
0,5 + 0,01 0,3 + 0,01 0,5 + 0,03 0,3 + 0,01 68,1 + 1,62 151,2 126,0
Highest Karovoate B (3)
65,2 + 5,3 47,8 + 3,9 56,6 + 1,2 41,5 + 0,9 > 133,3 > 2,0 > 2,4
Lowest Karovoate P (16)
Aktivitas senyawa antimalaria ditentukan sebagai Nilai IC (Inhibition
Concentration) yang antara lain terdiri dari 3 Kriteria, yaitu:
Sangat baik (Excellent Activity) : IC50 < 1 µM
Baik (Good Activity) : 1 < IC50 < 10 µM
Sedang (Moderate Activity) : 10 < IC50 < 30 µM
IC50 + SD Indeks Selektivitas
P. Falcifarum 3D7 P. Falcifarum Dd2 MCF7 cells MCF7/3D7 MCF7/Dd2
Senyawa
µM µg/mL µM µg/mL µM
0,5 + 0,01 0,3 + 0,01 0,5 + 0,03 0,3 + 0,01 68,1 + 1,62 151,2 126,0
Karovoate B (3)
65,2 + 5,3 47,8 + 3,9 56,6 + 1,2 41,5 + 0,9 > 133,3 > 2,0 > 2,4
Karovoate P (16)

O
H3C

O CH3

H3C
O H3C
H
CH3 O CH3

H3C
H
H H CH3

CH3 CH3 H H

O O CH3 CH3
OCH3
H3C CH3 O
O
OCH3
H3C CH3
Karovoate B (3)
Karovoate P (16)
IFAT FISIKO-KIMIA MOLEKUL

Untuk melihat korelasi antara efek sterik suatu molekul terhadap aktivitas antimalaria
sebelumnya, maka dilakukan uji sifat fisiko-kimia. Pada kenyataannya, senyawa dengan
volume molekuler antara 536,1 dan 618,4 menunjukan aktivitas yang sangat baik/baik,
sedangkan yang mempunyai nilai antara 682,3 hingga 737,1 memperlihatkan efek yang
lemah atau bisa dikatakan tidak aktif terhadap sel plasmodium falciparum.

You might also like