Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, berbagai
masalah tersebut diidentifikasi sebagai berikut:
1. Keterampilan siswa dalam berkelompok dan bekerja sama kurang, keaktifan
siawa dalam mengikuti pembelajaran kurang, serta terdapat siswa yang belum
4
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang akan diteliti dibatasi
pada metode pembelajaran dan prestasi belajar akuntansi. Dibawah ini dijelaskan
mengenai definisi masalah di atas sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh guru untuk
menerapkan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam kegiaytan nyata
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
a. Metode group investigation adalah penyajian pembelajaran oleh guru
di mana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang heterogen
beranggotakan 5-6 siswa.
b. Metode think pair share adalah penyajian pembelajaran oleh guru
dimana siswa saling berpasangan dan berdiskusi tentang suatu pertanyaan atau
isu.
2. Prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar akuntansi yang mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
3. Mata pelajaran akuntansi yang dijadikan sebagai objek penelitian dikhususkan
pada pokok bahasan Laporan Keuangan di SMA Negeri 2 Surakarta kelas XI IPS.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas , maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
5
1. Apakah terdapat perbedaan antara metode group investigation dan metode think
pair share dalam pembelajaran akuntansi ditinjau dari prestasi belajar siswa
SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011?
2. Metode manakah yang lebih efektif di antara metode group investigation dan
metode think pair share ditinjau dari prestasi belajar siswa SMA Negeri 2
Surakarta tahun ajaran 2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian disini adalah untuk menjawab semua permasalahan yang
telah dirumuskan dalam perumusan masalah tersebut diatas. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara metode group investigation
dan metode think pair share dalam pembelajaran akuntansi ditinjau dari prestasi
belajar siswa SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui metode mana yang lebih efektif di antara metode group
investigation dan metode think pair share dalam pembelajaran akuntansi ditinjau
dari prestasi belajar siswa SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif
dalam pengembangan pengetahuan dalam dunia pendidikan, dan sebagai bahan
pertimbangan bagi calon peneliti lain dalam penelitian di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Lebih mudah menguasai materi serta lebih berani bertanya dan
menjawab pertanyaan sehingga akan terjadi peningkatan kualitas mereka dalam
aspek pengetahuan, keterampialn dan sikapnya.
6
b. Bagi guru
Sebagai masukan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang
tepat sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung lebih menarik dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi Peneliti
Sarana untuk menerapkan ilmu yang telah peneliti peroleh di bangku
perkuliahan serta untuk membekali peneliti sebagai calon guru untuk memilih
model dan metode pembelajaran yang tepat.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses seseorang memperoleh kecakaapan,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak kecil sampai akhir hayat
seseorang. Artinya, proses belajar tidak akan pernah berhenti. Hal ini karena
manusia selalu berkembang mengikuti perubahan yang terjadi pada lingkungan
yang ada di sekitarnya sehingga proses belajar pada manusia tidak akan pernah
berhenti.
Menurut Slameto (2003:2), “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Gage (1984) dalam Martinis Yamin (2003:98) mendefinisikan
belajar sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya diakibatkan
pengalaman. Sedangkan menurut Ausebel (1968) dalam Martinis Yamin
(2003:102), dalam teori bermaknanya menjelaskan bahwa belajar merupakan
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan
bahwa belajar adalah proses mengaitkan informasi baru yang dilakukan
seseorang sebagai upaya untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.
Slameto (2003:3-5), menjelaskan tentang ciri-ciri perubahan tingkah laku
dalam pengertian belajar yaitu :
1) Perubahan terjadi secara sadar
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
8
1. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2. Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-
mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
3. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan.
4. Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
5. Motif adalah tujuan yang akan dicapai.
6. Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di
mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan
baru.
7. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi.
c) Faktor kelelahan, yaitu faktor yang disebabkan karena daya tahan tubuh
menurun. Faktor kelelahan ada dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani,
1. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
2. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2) Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu, yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a) Faktor keluarga, yaitu siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, orang tua yang
memahami perkembangan anak serta latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah, yaitu faktor yang terdapat dalam lingkungan sekolah
sehingga mempengaruhi belajar siswa. Faktor ini meliputi metode
11
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa dan relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, keadaan gedung
sekolah, metode belajar dan tugas sekolah.
c) Faktor masyarakat. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa sehingga harus diatur sedemikian rupa
agar membantu proses belajar siswa. Yang termasuk faktor masyarakat
adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan
bentuk kehidupan masyarakat.
3. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Gino (1999:30) menjelaskan bahwa istilah “pembelajaran” sama dengan
“instruction” atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan)
mengajar atau mengajarkan (Purwadarminta, 1976:22). Bila pengajaran diartikan
sebagai perbuatan mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada
yang diajar atau belajar yaitu siswa. Denagn demikian pengajaran diartikan sama
dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar
mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.
Menurut Bruner dalam Nasution (2008:9-10), proses pembelajaran siswa
melibatkan tiga fase atau episode, yakni (1) informasi, (2) transformasi, (3)
evaluasi.
Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah informasi. Informasi tersebut ada yang menambah pengetahuan, ada
yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan
dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya.
Dalam fase transformasi, informasi tersebut harus dianalisis, diubah, atau
ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam fase ini, siswa perlu
mendapatkan bantuan guru.
12
Dalam fase evaluasi, siswa akan menilai mana informasi yang diperoleh dari
transformasi itu yang dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
b. Ciri-ciri Pembelajaran
Gino (1999:36) menjelaskan bahwa dalam menentukan ciri-ciri
pembelajaran, dalam hal ini ditekankan pada unsur-unsur dinamis dalam proses
belajar siswa, yaitu:
1) Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri seseorang atau siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat dicapai. (Sardiman, A.M., 1992:75-
76)
2) Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi belajar
perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa, dan memperhatikan
karakteristik siswa agar dapat diminati siswa.
3) Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat yang dapat membantu
siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar misalnya media cetak (buku-buku
paket), media elektronik (radio, TV, tape recorder), dan lain-lain.
4) Suasana belajar yang dapat menimbulkan aktivitas atau kegairahan belajar
siswa bila terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa serta adanya kegairahan dan kegembiraan belajar.
5) Kondisi siswa yang belajar berbeda satu dengan yang lain. Sehingga kegiatan
pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa sedangkan
guru hanya sebagai fasilitator.
4. Metode Mengajar
a. Pengertian Metode Mengajar
Kualitas dan keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada
model dan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru. Bila guru mampu
13
memilih model dan metode pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi siswa
serta materi yang akan diajarkan, maka proses pembelajaran akan berjalan
dengan baik sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.
Menurut Edgar B. Wesley dan Stanley P. Wronski (1965:339) dalam Abdul
Azis Wahab (2009:83), metode mengajar dapat diartikan sebagai proses atau
prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat melalui
makna belajar menjadi aktif. Syaiful bahri Djamarah, (1991 : 72) mengemukakan
pendapatnya mengenai metode mengajar sebagai berikut, metode adalah salah
satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut A. Samana (1992:123), metode mengajar adalah kesatuan
langkah kerja yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan rasional tertentu,
masing-masing jenisnya bercorak khas dan semuanya berguna untuk mencapai
tujuan pengajaran tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu proses,
prosedur atau langkah kerja yang digunakan dan dikembangkan untuk mencapai
tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemilihan metode mengajar yang tepat, maka
proses belajar akan berlangsung dengan baik dan akhirnya akan berpengaruh
pada prestasi belajar siswa.
b. Macam-macam Metode Mengajar
Pada dasarnya metode mengajar dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif
1) Pembelajaran langsung adalah adalah metode yang sering dipakai oleh guru-
guru untuk memberikan materi di sekolah. Dalam pembelajaran langsung,
proses belajar mengajar terpusat pada guru sehingga guru lah yang lebih aktif
mengajar. Jenis-jenis pembelajaran langsung yaitu:
a) Metode ceramah adalah sebuah metode dimana guru menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada siswa. Di sini guru lah yang
lebih aktif, sedangkan siswa cukup mendengarkan dan mencatat hal-hal
yang penting.
14
Setelah beberapa menit guru dapat memilih secara acak pasangan yang ingin
berbagi di hadapan kelas. Proses ini dapat dilakukan dengan meminta inisiatif
siswa. Siswa biasanya lebih rela untuk merespon setelah mereka memiliki
kesempatan untuk mendiskusikan ide-ide mereka dengan teman sekelas karena
jika jawabannya salah, rasa malu dapat dirasakan bersama. Selain itu, tanggapan
yang diterima sering lebih intelektual sehingga melalui proses ini siswa dapat
mengubah atau merefleksi ide-ide mereka.
Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share, ada
tiga langkah yang harus dilaksanakan yaitu:
1) Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan
bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
2) Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan
gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal
guru member waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
3) Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk
berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai
sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan (Arends
disadur Tjokrodihardjo dalam Trianto, 2007).
1) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
2) Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
3) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota
kelompok.
4) Interaksi lebih mudah.
5) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
6) Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan
idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kelas.
8) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam
komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil.
9) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi
secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya,
10) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
7. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as
well and as quickly as possible” yang artinya “Kebutuhan untuk prestasi adalah
mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit
dengan baik dan secepat mungkin”. Winkel (1996:162) mengatakan bahwa
“prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya”. Sedangkan menurut W.J.S Purwadarrninto ( 1987: 767 ) prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak
pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan “. Jadi
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari
proses belajarnya yang terlihat dari perubahan tingkah laku mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan
menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri,
a) Kecerdasan atau intelegensi
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang
penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang.
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi
22
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak
akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
8. Akuntansi
a. Hakikat Akuntansi
Warren dkk (2005:10) menjelaskan bahwa: “secara umum, akuntansi dapat
didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.
Littleton (Muhammad, 2002:10) mendefinisikan: “tujuan utama dari akuntansi
adalah untuk melaksanakan perhitungan periodik antara biaya (usaha) dan hasil
(prestasi). Konsep ini merupakan inti dari teori akuntansi dan merupakan ukuran
yang dijadikan sebagai rujukan dalam mempelajari akuntansi.”
Accounting Principle Board Statement No. 4 (Muhammad, 2002:10)
mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk
memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu
badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif.
American Institute of Certified Public Accountant (Muhammad, 2002:11)
mendefinisikan sebagai berikut: “akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran
moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan
termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.”
Dalam hal ini akuntansi yang dipelajari dan dijadikan penelitian adalah
siklus akuntansi perusahaan jasa, dimana menurut Banu Swasta dan Ibnu Sukotjo
(2002: 12) ”Perusahaan dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi produksi
yang menggunakan dan mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk
memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”.
24
Proses pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru atau pengajar, tapi juga
terpusat pada siswa sebagai subjek pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar,
guru sebagai fasilitator diharap dapat memaksimalkan potensi siswa yang dapat
digunakan dalam belajar. Fungsi guru sebagai fasilitator dapat berjalan dengan
maksimal jika dalam merancang proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan
langkah-langkah yang urut dan sistematis yang memungkinkan terjadinya
penyempurnaan terhadap tujuan, bahan, ataupun strategi belajar mengajar melalui
proses umpan balik yang diperoleh dari evaluasi.
Metode mengajar adalah suatu proses, prosedur atau langkah kerja yang
digunakan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk
mencapai proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, hendaknya guru
mengunakan variasi dalam metode pembelajaran. Melalui model pembelajaran
kooperatif metode GI dan TPS diharapkan dapat menumbuhkan suasana baru dalam
proses belajar mengajar.
Model pembelajaran kooperatif metode group investigation melibatkan siswa
sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group
process skills). Selain itu metode group investigation mengajarkan siswa untuk
bersikap demokratis. Sikap demokratis ditunjukkan oleh keputusan-keputusan yang
dikembangkan siswa dalam kelompok tersebut. Guru dan murid memiliki status yang
sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi
tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif
dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta
membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang
dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh
kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan
diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.
26
Model pembelajaran kooperatif metode think pair share merupakan salah satu
model pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme yang merupakan
perpaduan antara belajar mandiri dan belajar berkelompok. TPS memiliki prosedur
yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk
berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Misalkan seorang guru baru
saja menyelesaikansuatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas dan
guru menginginkan siswa memikirkan lebih mendalam tentang apa yang telah
dijelaskan atau dialami..
Pada penelitian ini pengajaran dilaksanakan menggunakan metode Group
Investigation dan Think Pair Share. Dari kedua metode ini, prestasi belajar
dibandingkan lalu dicari mana yang lebih baik digunakan dalam pembelajaran
akuntansi
Dari uraian diatas untuk mempermudah pemikiran tersebut
digunakan ilustrasi kerangka berfikir sebagai berikut:
Siswa Dibandingkan
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu persoalan yang masih
perlu dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan landasan teori serta kerangka pemikiran
di atas, maka hipotesis dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Ada perbedaan antara metode group investigation dan metode think pair share
dalam pembelajaran akuntansi ditinjau dari prestasi belajar siswa SMA Negeri 2
Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
2. Metode group investigation lebih efektif daripada metode think pair share dalam
pembelajaran akuntansi ditinjau dari prestasi belajar siswa SMA Negeri 2
Surakarta tahun ajaran 2010/2011?
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian memegang peranan penting dalam penulisan karya ilmiah,
karena apabila peneliti salah dalam menggunakan metode penelitian maka hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu dalam suatu penelitian
hendaknya digunakan metode yang tepat agar tercapai tujuan yang diharapkan.
29
M Dibandingkan
30
Ke II X2 O2
Keterangan:
M : Menyamakan kedua kelas
Ke I : Kelas Eksperimen I
Ke II : Kelas Eksperimen II
X1 : Pengajaran dengan metode group investigation
X2 : Pengajaran dengan metode think pair share
O1 dan O2 : Tes akhir setelah perlakuan
Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memilih subjek secara acak dari
suatu populasi
1) Menentukan dua kelas yang akan dijadikan objek penelitian di SMA Negeri 2
Surakarta, diambil dua kelas secara acak dan diperoleh kelas XI IPS 1 dan XI IPS
4
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
a. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 236), “Metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan
sebagainya”. Fungsi metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk
mendapatkan data, seperti sejarah SMA N 2 Surakarta, daftar siswa yang
menjadi sampel dan data-data lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini
b. Metode Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 139), “Tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok”. Pada penelitian yang akan dilakukan, metode tes digunakan
untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa. Langkah-langkah
membuat tes terdiri dari:
1. Menbuat kisi-kisi item tes
2. Menyusun item tes
3. Mengadakan uji coba tes
3. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) “Instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap
dan sistematis sehingga hasilnya mudah diolah”. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah soal tes berupa soal obyektif yang dibuat sama antara kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II. Langkah-langkah membuat tes terdiri dari:
a) Membuat kisi-kisi item tes
b) Menyusun item tes
34
B
P=
JS
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = jumlah seluruh siswa
Klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:
1,00-0,30 : Sukar
0,30-0,70 : Sedang
0,70-1,00 : Mudah
b. Daya Pembeda
Menurut Suharsimi Arikunto (2005:211), daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Angka yang menunujukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
BA BB
D= - = PA-PB
JA JB
35
Keterangan :
D = Diskriminasi
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
c. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument (Suharsimi Arikunto, 2005:44). Untuk
menghitung validitas soal tes digunakan rumus korelasi Product Moment dari
Person yaitu:
N ∑ XY − ( ∑ X )( ∑Y )
r xy =
( n ∑ X 2 − ( ∑ X ) 2 )( n ∑Y 2 − ( ∑Y ) 2 )
Keterangan:
r xy = koefisien korelasi variabel x dan y
N = jumlah subyek uji coba
X = jumlah skor-skor X
Y = skor total soal
Kriteria item dinyatakan valid jika r xy > rtabel. Sedangkan criteria item dinyatakan
tidak valid jika r xy < rtabel.
d. Reliabilitas
36
r11 =
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya soal
Vt = varians total
p = banyaknya subyek yang menjawab benar
q = 1-p
Kriteria pengujian menurut Masidjo (1995: 243) adalah jika r11 > r table item
tersebut dinyatakan reliabel
(Sudjana,2002: 355)
Keterangan:
F = harga linieritas
37
c. Uji Indepedensi
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor, dilakukan dengan
menguji ketergantungan antara dua faktor variabel dalam penelitian. Uji statistic
yang digunakan adalah rumus product moment:
n∑ X 1 X 2 − ( ∑ X 1 )( ∑ X 2 )
rx1x2 =
{n∑ X 1
2 2
}{
− ( ∑ X 1 ) n∑ X 2 − ( ∑ X 2 )
2 2
}
(Sudjana,2002: 369)
Keterangan:
rx1x2 = koefisien korelasi antara dua prediktor
X = jumlah skor prediktor
N = jumlah responden
2. Uji Hipotesis
a. Pengujian hipotesis pertama dan kedua menggunakan rumus korelasi product
moment dari Pearson yakni sebagai berikut:
n( ∑ XY ) −( ∑ X ∑Y )
r xy =
( n ∑ X 2 − ( ∑ X ) 2 )( n ∑Y 2 − ( ∑Y ) 2 )
a1 ∑ x1 y + a 2 ∑ x 2 y
R y (1, 2 ) =
∑ y2
(Sutrisno Hadi, 2001: 25)
Keteranagn
RY (1, 2 ) = koefisien korelasi antara Y dengan X 1 dan X 2
a1 = koefisien prediktor X 1
a2 = koefisien prediktor X 2
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Harsanto, Radno. 2005. Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis dan Kreatif.
Jakarta: Grasindo.
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.