You are on page 1of 18

RISET PARTISIPATIF

MENGETAHUI KEBUTUHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA


DI KABUPATEN ACEH UTARA

1. PENDAHULUAN
Tuntutan peningkatan pendapatan perkapita telah mendorong negara untuk
mengeksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran dengan tujuan mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Salah satunya cara adalah melalui penggunaan
teknologi canggih yang padat modal serta memerlukan energi yang besar. Hal ini ternyata
telah menyebabkan terpinggirkannya masyarakat yang tidak memiliki modal yang cukup
dalam pemanfaatan SDA khususnya masyarakat miskin local terutama perempuan yang
lebih jarang mendapatkan akses terhadap pengelolaan sumberdya alam. Efek dari
globalisasi yang mengarahkan manusia sebagai objek dari penerapan teknologi. Sehingga
mendorong pola pikir kebanyakan orang bahwa teknologi adalah alat yang bukan lagi
menjadi pembantu aktifitas manusia, justru teknologi dipakai sebagai alat untuk
menguasai manusia lainnya. Hal ini diperparah akan dampak teknologi maju saat ini yang
selalu menciptakan ketergantungan apabila tidak ada persiapan penguasaan teknologi
tersebut terhadap penggunanya. Upaya rehabilitasi dan rekonsruksi bencana tsunami di
Aceh yang dilakukan oleh berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negeri, telah
menambah semakin terpinggirkan keberadaan masyarakat akan akses masyarakat untuk
menciptakan inovasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat.
Sebagian besar upaya yang dilakukan cenderung mendatangkan teknologi dari luar tanpa
dilakukan kajian mendalam akan dampak dan kesesuaian teknologi tersebut.
Masyarakat sebagai pelaku utama dari inovasi dan penerap teknologi yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan merupakan komponen terpenting dalam riset ini.
Secara individual pemahaman akan TTG cenderung lamban bergerak di masyarakat
sehingga tujuan pencapaian teknologi tepat guna sebagai alat atau pintu masuk mencapai
perubahan sosial dan kedaulatan masyarakat cenderung akan berjalan di tempat. Hal ini
merupakan implikasi dari minimnya akses informasi yang sampai di masyarakat bawah
akan teknologi. Padahal, dalam keseharian masyarakat sendiri, penerapan teknologi tepat
guna tersebut sudah dilakukan sejak dahulu meskipun butuh inovasi-inovasi baru yang
merupakan pengembangan dari teknologi tersebut agar sesuai dengan masanya. Dalam
perencanaan pembangunan ekonomi berkelanjutan Aceh Utara, sasaran pokok
pemerintah daerah adalah :
1. Menurunkan jumlah penduduk miskin serta
2. terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran
3. diversifikasi kegiatan ekonomi perdesaan dalam upaya memperluas akses
masyarakat perdesaaan ke sumber daya produktif
4. meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan melalui peningkatan kualitas,
penguatan kelembagaan sosial masyarakat perdesaan
5. membaiknya infrastruktur yang ditunjukkan dengan meningkatkan kualitas dan
kuantitas pembangunan serta sarana penunjang pembangunan.
Salah satu strategy yang dapat ditempuh adalah dengan memaksimalkan peran-peran
teknologi lokal yang berkelanjutan.
Sebaliknya, implikasi dari tidak terbendungnya teknologi dengan orientasi industri telah
merusak tatanan sosial kemasyarakatan di Aceh Utara. Paradigma berfikir masyarakat
cenderung berorientasi pada penguasaan sumber daya, individualistis serta tidak lagi peka
terhadap norma-norma lingkungan. Seluruh sumber daya di eksplorasi secara besar-
besaran tanpa memikirkan keberlanjutannya. Riset ini membuktikan ternyata teknologi
canggih telah membantu mempercepat pengelolaan sumber daya alam dengan orientasi
ekonomi kapitalistik. Hal ini akan terus mengalir jika tidak ada upaya untuk
membendung pesatnya kemajuan teknologi yang tidak membumi tersebut. Peran serta
pemerintah guna mendorong pengembangan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan
dinilai sangat penting untuk saat ini. Sejalan dengan 5 sasaran pokok pemerintah yang
disebutkan diatas, penyebaran teknologi sederhana hasil inovasi rakyat merupakan salah
satu metode mudah yang dapat menjadi affirmative action terhadap 5 capaian
pembangunan ekonomi berkelanjutan diatas

2. LOKASI RISET

Penelitian ini dilakukan di 22 kecamatan yang terdapat pada kabupaten Aceh Utara.
Secara Geografis kabupaten ini terletak pada posisi 4º 54' – 5º 18' Lintang Utara (LU) dan
96º 20' – 97 º 21' Bujur Timur (BT). Keadaan topografinya sangat bervariasi, dari dataran
rendah sampai berbukit dan sedikit pegunungan. Rata-rata ketinggian daerah ini adalah
125 m di atas permukaan laut. Dataran rendah pada umumnya terdapat di sepanjang
kawasan pantai dan jalan negara yang memanjang dari arah Barat ke Timur, sedangkan
dataran tinggi/perbukitan dan pergunungan terdapat di sepanjang daerah pedalaman di
bagian selatan. Sekitar 43,6 % dari luas wilayah ini berada pada ketinggian 25 - 500 m di
atas permukaan laut, sementara tingkat kemiringannya sangat bervariasi, mulai datar
sampai curam
Luas wilayah Aceh Utara kurang lebih 3.296,86 Km2 atau sekitar 329.686 Ha,
Wilayah tersebut terbagi 850 desa dan 2 kelurahan, yang terbagi ke dalam 56 buah
mukim dan 26 kecamatan. Kecamatan tersebut tersebar di 3 kawasan, yaitu ; dataran
tinggi, dataran rendah dan kawasan pesisir. Sebanyak 780 buah desa berada di kawasan
dataran rendah dan pesisir dan 70 desa di kawasan berbukit. Desa yang terletak di daerah
berbukit dijumpai di 12 kecamatan.

Penelitian kualitatif akan dilaksanakan di satu kabupaten pada dua puluh dua
Kecamatan yang diwakilkan oleh 22 desa. Para surveyor direkrut untuk melakukan
survey pada 22 desa tersebut dengan kuota kerja 1 orang terhadap 2 desa. Mereka akan
bekerja dalam tim lapangan, yang langsung di koordinir oleh dua peneliti utama
(coordinator peneliti). Lokasi riset adalah sebagai berikut:
2.1. Pemilihan Kecamatan
Tujuan dari pemilihan kecamatan untuk penelitian kualitatif adalah memilih 22
kecamatan yang berbeda untuk diteliti. Kecamatan yang dipilih adalah seluruh kecamatan
di Aceh Utara terkecuali kecamatan baru (hasil pemekaran)

Variabel yang menentukan kecamatan yang terpilih.


1. kawasan dataran tinggi
2. kawasan dataran rendah
3. kawasan pesisir

2.2. Pemilihan Desa

Setiap Kecamatan diambil 1 desa sebagai lokasi penelitian. Penentuan desa didasarkan
pada beberapa kriteria dibawah ini :
a. Besar dan kepadatan populasi (yang paling padat dan yang paling sedikit)
b. Perbandingan jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan
c. Tingkat pendidikan masyarakat (perbandingan antara yang paling rendah
dengan yang paling tinggi)
d. Luas dan tata guna lahan (perbandingan antara yang paling luas dengan
yang paling sempit)
e. Sumber mata pencarian utama masyarakat desa bersangkutan (dibagi atas
klasifikasi kawasan)
f. Sumber daya alam yang tersedia (sumber daya yang terbagi atas
klasifikasi kawasan)
g. Kondisi infrastruktur desa di berbagai tingkatan (jalan, listrik, air bersih,
sekolah, kesehatan, pasar, MCK dsb.) (yang paling maju dan yang paling
terbelakang)
Penentuan lokasi desa didasarkan pada hasil observasi awal yang dilakukan
dengan mengacu pada seluruh kriteria-kriteria diatas.
3. TUJUAN RISET

Tujuan dari pelaksanaan riset partisipatif ini adalah :

1. Mengetahui jenis-jenis teknologi yang pernah dan sedang digunakan saat ini
untuk mengelola sumber daya alam di lokasi penelitian

2. Mengetahui masalah yang dihadapi oleh masyarakat Aceh Utara dalam


penggunaan teknologi

3. Mengetahui kebutuhan TTG yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk


menjawab pengelolaan sumber daya alam yang ada.

4. HASIL YANG DIHARAPKAN DALAM PELAKSANAAN RISET

1. Teridentifikasi jenis-jenis teknologi yang pernah dan sedang digunakan saat ini
untuk mengelola sumberdaya alam di lokasi penelitian

2. Teridentifikasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat Aceh Utara dalam


penggunaan teknologi

3. Teridentifikasinya kebutuhan TTG yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat


untuk menjawab pengelolaan sumber daya alam yang telah ada

5. RUANG LINGKUP RISET


Adapun yang menjadi ruang lingkup riset partisipatif ini adalah:

1. Teknologi Pangan

Meliputi tentang aspek-aspek pendukung ketersediaan pangan di masyarakat,


penggunaan teknologi, alat-alat bantu serta efisiensi teknologi yang digunakan.

2. Teknologi Sanitasi Air

Meliputi aspek sumber air yang digunakan bagi kehidupan sehari-hari, teknologi
peningkatan kualitas air bersih yang digunakan untuk konsumsi dan pertanian serta
kebijakan dan peran pihak-pihak terkait dalam usaha penyediaan air bersih
3. Teknologi Energi
Mencakup tentang pandangan masyarakat tentang sumber-sumber energi, tingkat
pengetahuan sosialisasi akan teknologi energi alternative dan kebijakan pemerintah
terhadap kemandirian energi lokal di Aceh Utara

6. METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu
pendekatan deskriptif dengan melakukan survei korelatif serta komparatif. Metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan studi dokumen, observasi, serta
wawancara langsung dengan respondens. Dalam menganalisis/olah data penelitian ini
menggunakan teknik analisis rasional yang non parametrik. Metode pokok yang menjadi
acuan dalam pelaksanaan riset adalah :
1. Menekankan partisipasi
Penekanan partisipasi dilakukan oleh peneliti/surveyor dalam pelaksanaan riset.
Hal ini dilakukan dengan menyertakan pelibatan langsung obyek penelitian.
Sehingga data yang didapatkan nantinya diharapkan dapat menjadi representasi
aspirasi masyarakat kecil Aceh Utara.
2. Observasi
Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-
kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan
dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi
dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak
mungkin. Tahap selanjutnya peneliti melakukan observasi yang terfokus. Salah
satu peranan pokok dalam melakukan observasi ialah untuk menemukan interaksi
yang kompleks dengan latar belakang sosial yang alami
3. Wawancara (In-depth Interview)
Wawancara dilakukan face to face dengan responden, alat bantu pelaksanaan
wawancara ialah panduan. Wawancara dimulai dengan mengemukakan topik
yang umum untuk membantu surveyor memahami perspektif makna yang
diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualiatif, bahwa
jawaban yang diberikan harus dapat membeberkan perespektif yang diteliti bukan
sebaliknya, yaitu perspektif dari peneliti sendiri.
4. Kajian Dokumen
Kajian dokumen yang dilakukan merupakan sarana pembantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, profil desa
pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode
pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa
mengganggu obyek atau suasana penelitian. Peneliti dengan mempelajari
dokumen-dokumen tersebut dapat mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut
oleh obyek yang diteliti. Penggunaan dokumen ini berkaitan dengan apa yang
disebut analisa isi. Cara menganalisa isi dokumen ialah dengan memeriksa
dokumen secara sistematik bentuk-bentuk komunikasi yang dituangkan secara
tertulis dalam bentuk dokumen secara obyektif.

7. TAHAPAN-TAHAPAN RISET
7.1 Persiapan
1. Penyusunan panduan
- Pengumpulan dokumen – dokumen pendukung untuk menyusun panduan Riset
- Penyusunan draft panduan Riset
- Workshop penyusunan panduan Riset
- Finalisasi panduan
2. Study dokumen
- Pengumpulan dokumen yang relevan
- Study dan analisis dokumen
3. Penentuan lokasi dan responden
- Perumusan criteria lokasi dan responden
- Observasi calon lokasi riset
- Penetapan lokasi riset
4. Pembentukan team survey :
- Perumusan criteria calon surveyor
- Perekrutan calon surveyor
- Penetapan team survey
- Pembekalan team survey

Pelaksanaan
1. Pengambilan data
- Koordinasi surveyor dengan pemerintah kecamatan dan kelurahan/desa
- Koordinasi dengan responden untuk menyepakati waktu dan tempat
- Wawancara dan pengecekan teknologi yang digunakan
- Inputing data hasil wawancara
- Klarifikasi Validitas data
- Refleksi metode dan panduan survey
2. Inputing dan kompilasi data hasil survey
3. Workshop penyusunan pelaporan hasil survey
- Presentasi hasil survey
- Kajian dan analisis hasil survey
- Penyusunan pelaporan
4. Presentasi hasil riset
Study dokumen

Menyusun panduan
pelaksanaan riset
PERSIAPAN

Penentuan lokasi dan responden


melalui observasi

Pembentukan team survei

Pengambilan data melalui wawancara dan


transek lapangan

Inputting dan kompilasi data


hasil survey

PELAKSANAAN

Workshop penyusunan
pelaporan hasil survey

Presentasi hasil survey

8. POPULASI SAMPEL DAN SAMPLING


a. Populasi
Unit/bagian yang menjadi subjek penelitian adalah petani, nelayan, peternak serta
pedagang dengan basis pengambilan data dalam lingkup keluarga. Hal ini didasarkan
oleh sebab penggunaan teknologi lebih banyak diserap oleh 4 populasi grass root ini
dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Sampel/responden
Sampel mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun jumlah.Ukuran sampel
ditentukan dengan rumus Slovin: n = N / (1+ N.e2) dengan tingkat kesalahan
maksimum sebesar 30 %.( buat arti dari rumus dan sumber)
c. Penentuan responden
Penentuan sample/respondensi yang akan diwawancarai didasarkan pada tujuan yang
dipengaruhi oleh desain riset (purposive). Tujuan yang menjadi acuan kriteria pemilihan
sdample ini didasarkan pada beberapa kriteria. Adapun kriteria tersebut yaitu :
1. Tingkat kesejahteraan
2. Tingkat pendidikan
3. Keterwakilan Lelaki – perempuan
4. Kepemilikan asset lokal
5. peran responden terhadap kebijakan lokal (desa)
HASIL PENELITIAN

Sesuai dengan metodologi penelitian yang dikembangkan diatas maka didapatkan


jumlah total responden yang diwawancarai pada penelitian ini berjumlah 422 orang yang
mewakili 422 keluarga. Distribusi hak suara antara laki-laki dan perempuan ditentukan
oleh kuantitas yang berimbang antara laki-laki dan perempuan atas pembagian kategori
mata pencaharian masing-masing responden disetiap desa dengan jumlah penduduk yang
berbeda. Sehingga didapatkan jumlah responden laki-laki sebesar 184 dan responden
perempuan sebesar 238 responden. Pada tabel dibawah dapat dilihat detail responden
yang menjadi objek wawancara penelitian ini :
Tabel responden penelitian(jelskan mengpa lebih banyak perempuan yang dijadikan responden)
Jumlah Responden
Jenis Mata Pencaharian
Kawasan Kecamatan Nama desa
Laki-laki Perempuan
P1 N P2 P3 L
I Dataran tinggi 1. Kutamakmur Panton rayeuk I 12 14 10 - 4 4 8*
2. Nibong Keulilhei 11 7 11 - 3 1 3*
3. Langkahan Seureke 6 4 10 - - - -
4. Paya bakong Peurupok 13 9 10 - 4 - 8*
5. Matang kuli Meunasah blang 11 11 10 - 5 7 -
6. Sawang Teupin reusep 13 6 10 - 5 - 4*
7. Nisam antara Seumirah 15 4 10 9 - -
8. Cot girek Cot girek 10 10 20 - - - -
9.Simpang keuramat Paya leupah 16 6 11 - - 1 10*
10. Tanah luas Rayeuk meunye 10 4 10 - - - 4*
II Dataran rendah 1. Lhoksukon Lhok sentang 9 5 9 - - - 5*
2. Baktiya Ujong dama 5 3 8 - - - -
3. Syamtalira aron Meunasah U 9 4 10 - 2 - 1
4. Meurah meulia Baree blang 2 6 - - 8 -
5. Tanah jambo aye Glp Umpung Unoe 11 4 10 5 - -
6. Baktiya barat Matang Paya 10 6 10 - 5 - 1*
III Pesisir 1. Tanah pasir Gampong pande 11 11 9 6 - - 8 **
2. Samudera Tanjung hagu 8 8 9 - 2 - 5*
3. Seunodon Teupin kuyuen 20 16 10 8 7 3 8***
4. Muara batu Pinto makmu 3 9 10 - 2 - -
5. Dewantara Lancang barat 26 26 11 11 10 9 11*
6. Syamtalira bayu Blang patra 7 11 10 - 3 5*
Keterangan :
P1 : Petani sawah/kebun/tambak L : lain-lain
P2 : Pedagang * : peternak
P3 : Industri rumah tangga ** : pandai besi
N : Nelayan ***: petani garam
Penelitian ini terbagi atas beberapa hasil temuan berdasarkan metodologi serta
lingkup penelitian. Adapun pembagian dari data yang didapatkan adalah sebagai berikut :

1. SEKTOR ENERGI
A. Sektor energi bagi kebutuhan rumah tangga
Rata-rata masyarakat Aceh Utara masih menggunakan kayu bakar sebagai sumber
energi yang digunakan untuk memasak. Penggunaan kayu bakar sebagai sumber energi
domestik masih sangat tinggi dan sebanding dengan minyak tanah. Minyak tanah sering
digunakan untuk penerangan. Hanya 20 persen dari responden yang menggunakannya
untuk memasak. Penggunakan kayu bakar dengan rata-rata penggunaan antara 20 hingga
30 kg/harinya per rumah tangga menjadi masalah bila dikaitkan penebangan hutan Aceh.
Hal ini memperlihatkan bahwa kerentanan masyarakat terhadap sumber energi terutama
energi domestik masih sangat tinggi. Penggunaan kayu bakar ini dimanfaatkan sebagai
beberapa kegunaan diantaranya dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Penggunaan sumber energi


400
Penerangan
350
Masak
300 Lain-lain
Pengguna

250

200

150

100

50

0
Kayu bakar M inyak tanah Gas

Jenis

Penggunaan kayu bakar sebagai sumber energi domestik yang dimanfaatkan sebagai
bahan bakar dalam memasak masih dominan meskipun demikian penggunaan kayu guna
kebutuhan lain seperti dijual dan untuk dibuat sebagai kayu olahan masih rendah
dilakukan oleh masyarakat setempat. Sementara posisi minyak tanah sebagai energi
rumah tangga masih didominasi oleh pemanfaatannya sebagai bahan bakar penerangan.
Hal ini menggambarkan bahwa akses listrik di sebagian besar pedesaan di Kabupaten
Aceh Utara masih sangat minim

B. Akses listrik di masyarakat

300
250
200
Pengguna

150
100
50
0
P e n e ra n g a n K e b u tu h a n la in

Ke g u n a an

Dari 422 Responden yang diwawancarai, didapatkan bahwa sebanyak 138 responden
belum dapat mengakses listrik karena berbagai alasan diantaranya adalah mahalnya biaya
pemasangan yang ditetapkan mengakibatkan salah satu kebutuhan dasar warga negara ini
menjadi sulit untuk diakses oleh masyarakat pedesaan. Titik minimnya akses listrik
umumnya adalah desa-desa yang wilayahnya terletak dikawasan dataran tinggi seperti
Kecamatan Baktiya, Nisam Antara, Sawang dan Cot girek. Kebijakan PLN yang
mengharuskan masyarakat mengambil arus listrik minimal 4 ampere juga menjadi salah
satu faktor tidak meratanya akses listrik di kabupaten ini. Pendapat responden terhadap
berbagai permasalahan listrik dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
70
Responden yang mengatakan
60

50

40

30

20

10

0
Biaya instalasi yang Kebijakan yang tidak Harga listrik/KWH Buruknya kinerja PLN
mahal merata yang labil

Jenis keluhan

2. SEKTOR AIR
A. Sumber daya air bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat

350 Minum

MCK
300
Mata pencaharian
250
Responden

200

150

100

50

0
Air kemasan/isi Air sumur gali Air sumur bor Air sungai Air PDAM Air Hujan
ulang
Jenis Sumber Air

Pada grafik diatas terlihat bahwa penggunan air sumur gali masih dominan di masyarakat
Aceh Utara, namun sebagian besar dari pengguna air sumur gali tersebut mengeluhkan
bahwa air yang digunakan masih belum layak untuk dikonsumsi. akses PDAM terhadap
penyediaan air bersih dimasyarakat terlihat masih sangat minim, yaitu sekitar 20 %.
Sementara sebagian daerah yang kuantitas air tanah dan permukaannya minim masih
mengkonsumsi air hujan sebagai air minum. 30 % dari 249 responden yang bermata
pencaharian sebagai petani sawah saat penelitian ini dilakukan menyatakan sejak
bobolnya Krueng Pase tidak lagi menggunakan air sungai sebagai sumber air bagi mata
pencaharian mereka.

350 Air kemasan


300 Air sumur gali
Air sumur bor
250
Air sungai
Jumlah responden

200 Air PDAM


Air hujan
150

100

50

0
Kualitas air y ang buruk Sulit mendapatkanny a Harga yang mahal
Jenis k eluhan

Dari hampir seluruh responden yang menggunakan air sumur gali mengatakan bahwa
kualitas air yang mereka gunakan masih buruk. Jenis keluhan yang menyatakan kualitas
air tersebut buruk beragam yang diantaranya air sering berwarna, berasa payau dan asin,
terkadang menyebabkan penyakit serta berbau. Ironisnya 50 % dari pengguna air hujan
tidak mengetahui jika air hujan tersebut tidak sehat dan dapat menimbulkan penyakit. Air
PDAM yang juga digunakan di beberapa tempat secara kualitas masyarakat mengakui
bahwa air tersebut baik, namun akses untuk mendapatkan pelayanan PDAM tersebut
masih sangat terbatas. Selain itu permasalahan pada air PDAM ini juga adalah harga yang
diakui oleh masyarakat tergolong mahal.
B. Teknologi yang diterapkan dalam mengolah sumber air
Selama ini masyarakat masih sangat konvensional dalam mengolah sumber air yang ada.
Air yang didapatkan langsung dikonsumsi meskipun mereka tahu bahwa kualitas air yang
diperoleh tersebut jauh dari tingkat kelayakan standard air konsumsi. Bagi wilayah-
wilayah yang menjadi imbas langsung tsunami dalam beberapa tahun belakangan telah
ada sistem pengolahan air bersih yang diterapkan. Namun hal ini sering terkendala oleh
permasalahan biaya operasional alat yang besar sehingga pengelolaannya tidak
berkelanjutan. Dibawah ini merupakan grafik tingkat teknologi sistem pengolahan air
yang digunakan oleh masyarakat :

200
180
160
responden

140
120
100
80
60
40
20
0
Te kn o lo g i Te kn olo g i inte n sTe
if kn o lo g i te p a t gu n a
ko n ve n s io n al

J e n is te k n o lo g i ya n g d ig u n a k a n

3. SEKTOR PANGAN
A. Sumber bahan pangan

Pada sektor pangan riset dilakukan guna mengetahui sejauh mana ketahanan pangan yang
dicerminkan oleh perilaku konsumtif di 22 sample desa pada kabupaten Aceh Utara.
Kebutuhan terhadap teknologi tepat guna di sektor ini dapat diindikasikan apabila
perilaku konsumtif masyarakat meninggi. Artinya jika pola konsumsi meningkat akses
dan kontrol masyarakat terhadap sumber daya alamnya akan berkurang yang disebabkan
oleh kapitalisasi penguasaan sumber daya alam lokal semakin meningkat.
400 Usaha sendiri
Membeli
350
Bantuan

300
Responden

250

200

150

100

50

0
Beras Sayuran/hijauan Ikan/protein hewani
Jenis bahan pangan

Pada grafik diatas jelas terlihat 3 item sektor pangan tersebut lebih besar didapatkan oleh
masyarakat dengan jalan membeli dibandingkan dengan hasil usaha mereka sendiri
(berkebun, bertani dan menangkap ikan) masyarakat lebih memilih untuk membeli
kebutuhan pokok mereka. Pada item beras misalnya, hampir 95 % masyarakat yang
diwawancarai menerima beras bantuan dari pemerintah, namun mereka juga harus
membeli beras tersebut. Ironisnya dari 75 % petani yang menjadi responden 60 %
diantaranya mengakui bahwa mereka juga harus membeli beras tersebut. Realita ini
menunjukkan kerawanan pangan yang diakibatkan oleh krisis knowledge. Petani hanya
memproduksi gabah dan dijual sehingga ketersediaan pangan keluarga tidak tersedia.
Kasus ini juga terjadi pada sektor perkebunan dan kelautan. Masyarakat selalu menjual

You might also like