You are on page 1of 13

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN KOTA PONTIANAK

YANG BERORIENTASI WATERFRONT CITY

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yang
mempunyai tujuan sebagaimana temaktub dalam Alenia ke-4 Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Adapun tujuan Negara Indonesia adalah :
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2) Memajukan kesejahteraan umum
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yang kedua, yaitu memajukan
kesejahteraan umum, maka diadakan pembangunan lingkungan. Dengan adanya
pembangunan lingkungan ini maka akan tercapai masyarakat adil dan makmur seperti
yang dicita-citakan.
Untuk mendapatkan hasil pembangunan lingkungan yang dicita-citakan, maka
diadakan perencanaan tata ruang kota. Dalam perencanaan tata ruang kota, direncanakan
aspek-aspek pengembangan kota dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan,
sehingga didapatkan lingkungan yang nyaman. Perencanaan tata ruang kota ini
merupakan salah satu wewenang daerah otonom.
Adapun yang dimaksud dengan daerah otonom adalah “kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakarat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah otonom
mempunyai hak otonom untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.
Masalah otonomi daerah telah banyak mendapat sorotan dari berbagai kalangan,
baik eksekutif (pemerintah) maupun dari pakar non pemerintah. Pandangan-pandangan
mereka cukup kontras dalam memandang masalah otonomi daerah. Hal ini dapat
dipahami karena masalah otonomi daerah merupakan suatu problematika yang
berdimensi luas, yang tidak hanya mencakup masalah finansial atau kemampuan daerah
dalam membiayai pembangunan, tetapi juga menyangkut dimnsi yuridis, adminstratif, dan
politis yang langsung atau tidak langsung akan menyentuh berbagai kepentingan
didaerah.
Sedikitnya ada dua hal yang selalu dipertimbangkan dengan adanya otonomi
daerah, yaitu :
1) Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi daerah, dipandang perlu untuk lebih
menekankan prinsi-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan
keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
2) Bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan, baik didalam maupun di luar
negeri, serta tantangan persaingan persaingan global, dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,
nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan
dengan pangaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah, sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.

1
Kalimantan Barat dengan ibukotanya Pontianak merupakan salah satu wilayah
propinsi yang merupakan daerah otonom yang mempunyai tipikal kota air. Disebut
sebagai kota air karena keberadaan Kota Pontianak terletak sepanjang tepian Sungai
Kapuas sehingga mempunyai kebudayaan sungai yang sangat kuat, Hal ini dibuktikan
oleh sejarah terbentuknya kota Pontianak yang bermula dari tepian Sungai Kapuas, yaitu
dengan berdirinya pusat pemerintahan/kerajaan Keraton Kadariyah yang terletak ditepi
sungai Kapuas.
Adanya pusat pemerintahan di tepi sungai dari zaman dahulu sampai sekarang
tetap merupakan pemandangan yang umum. Pemukiman-pemukiman tumbuh di daerah
tepi sungai karena para pemukim mendekati sumber air bagi kegiatan mereka sehari-hari.
Ketika kemudian pemukiman-pemukiman ini berkembang menjadi kota pada sepanjang
tepian sungai, pada kiri kanan sungai yang sejajar dengan jalan didirikan atau dibangun
berbagai bangunan, gedung dan rumah yang diperlukan bagi pemukiman penduduk,
pabrik, industri, pelabuhan dan kegiatan ekonomi lainnya.
Sekarang ini Kota Pontianak telah berkembang menjadi kota yang besar. Pontianak
masih akan terus berkembang sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan
tuntutan kebutuhan masyarakat akan fasilitas kota modern. Agar perkembangan Pontianak
dapat memenuhi standar kualitas kota yang menyenangkan untuk ditinggali para warga
masyarakatnya, maka pengembangan kota Pontianak harus dilakukan secara berencana,
terarah dan teratur. Untuk itulah diperlukan kebijaksanaan pemerintah daerah dalam
penataan ruang yang dalam hal ini berorientasi pada waterfront city atau “kota air” karena
kota Pontianak mempunyai tipikal kota air tepian sungai yaitu sungai Kapuas.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Kota pontianak
Kota Pontianak yang didirikan oleh Sultan Syarief Abdurrahman Alkadrie pada hari
Rabu tanggal 23 Oktober 1771 bertepatan dengan tanggal 14 Radjab 1185, sampai
dengan saat ini merupakan Ibukota dari Propinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah
107,82 Km2 dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Pontianak serta Kabupaten
Kuburaya.
Letak Kota Pontianak memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan kota-
kota lain yang ada di Indonesia, ini dikarenakan Kota Pontianak berada di posisi garis
khatulistiwa yaitu 00 02’ 24” Lintang Utara sampai 00 05’ 37” Lintang Selatan dan 1090 16’
25” Bujur Timur sampai 1090 23’ 24” Bujur Timur. Keunikan lainnya adalah Kota Pontianak
berada tepat dipersimpangan Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai
Landak dengan lebar rata-rata setiap permukaan sungai ± 400 meter dan kedalaman air
antara 12 – 16 meter.
Seperti pada umumnya daerah tropis, Kota Pontianak mempunyai suhu rata-rata
26,1 0C - 27,4 0C dengan kelembaban udara berkisar antara 86 % - 92 % serta lama
penyinaran matahari berkisar antara 34% - 78%. Kedudukan Kota Pontianak pada dataran
delta di Muara Sungai Kapuas yang merupakan dataran rendah diaman fluktuasi
ketinggian antara 0,5 – 0,75 m di atas permukaan laut menyebabkan Kota Pontianak
rentan terhadap genangan yang disebabkan air pasang maupun hujan.

2
Gambar 1. Peta Kota Pontianak
Salah satu misi kota Pontianak adalah ”Mewujudkan tata ruang, tata kota dan
wilayah yang seimbang dan berwawasan lingkungan ”. Misi ini ditetapkan untuk tujuan
mewujudkan penataan ruang kota yang berwawasan lingkungan dengan memfokuskan
kepada meningkatkan kualitas fisik lingkungan hidup yang lebih seimbang, tidak melebihi
ambang batas baku mutu lingkungan, meningkatkan kualitas tata ruang kota yang
berwawasan lingkungan, meningkatkan pengawasan pendirian bangunan mengurangi
penggunaan material kayu dalam pembangunan, mempercepat pemanfaatan kawasan
perdagangan serta meningkatkan RTH dalam kota.
Arah kebijakan pembangunan di tempuh dalam Mewujudkan Tata Ruang, Tata
Kota dan Wilayah yang Seimbang dan Berwawasan Lingkungan dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Meningkatkan kualitas fisik lingkungan hidup yang lebih seimbang, tidak melebihi
ambang batas baku mutu lingkungan
2) Meningkatkan kualitas tata ruang kota yang berwawasan lingkungan
3) Meningkatkan pengawasan dalam penerapan aturan pendirian bangunan
4) Mengurangi penggunaan material kayu dalam pembangunan
5) Mempercepat pemanfaatan kawasan perdagangan
Strategi pembangunan dalam “Mewujudkan tata ruang, tata kota dan wilayah yang
seimbang dan berwawasan lingkungan ”peningkatan pengendalian dan pengawasan
terhadap pemanfaatan ruang dengan tujuan pembangunan sebagai berikut :
1) Mewujudkan penataan ruang & kota yang berwawasan lingkungan dengan sasaran
yang ingin dicapai tersedianya sarana dan prasarana pengawasan pencemaran air
dan udara, tersedianya sarana dan prasarana pengawasan pencemaran air dan
udara, tersedianya perencanaan kawasan-kawasan strategis dan cepat tumbuh,
meningkatnya pengendalian penataan ruang dengan kebijakan pembangunan
ditetapkan adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan kualitas fisik lingkungan hidup yang lebih seimbang, tidak
melebihi ambang batas baku mutu lingkungan dengan program prioritas
pembangunan sebagai berikut :
a.1). Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
dengan kegiatan prioritas sebagai berikut :
- Koordinasi penilaian kota sehat/ adipura
- Pemantauan kualitas lingkungan
- Peningkatan kinerja perusahaan (Proper)
- Koordinasi pembahasan amdal
- Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup

3
a.2). Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan
lingkungan hidup dengan kegiatan prioritas sebagai berikut :
- Pengembangan data dan informasi lingkungan
- Peningkatan kapasitas adiwiyata
a.3). Program peningkatan pengendalian polusi dengan kegiatan prioritas
sebagai berikut :
- Pengujian emisi kendaraan bermotor
- Pengujian emisi/polusi udara akibat aktivitas industri
- Pengendalian limbah kegiatan usaha
- Pengawasan limbah kegiatan usaha
- Pengadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pengawasan dan
pengendalian Pencemaran lingkungan hidup
- Pengujian kualitas udara ambient dan kebisingan sarang burung walet
a.4). Program pengendalian kebakaran hutan dengan kegiatan prioritas sebagai
berikut :
- Koordinasi pengendalian kebakaran hutan
b). Meningkatkan kualitas tata ruang kota yang berwawasan lingkungan dengan
program prioritas pembangunan sebagai berikut :
b.1). Program perencanaan tata ruang dengan kegiatan prioritas sebagai berikut :
- Penyusunan rencana detail tata ruang (RDRT)
- Penyusunan GSB, DMJ dan GSS
- Penataan dan pengendalian bangunan billboard/ megatron di kota pontianak
- Perencanaan dan penyusunan peraturan teknis reklame
b.2). Program pemanfaatan ruang dengan kegiatan prioritas sebagai berikut :
- Pembuatan peraturan Walikota tentang bangunan
- Penyusunan norma, standar dan kriteria pemanfaatan ruang
- Updating data sistem informasi bangunan kota pontianak
- Sistem informasi advis planning
b.3). Program penilaian kelayakan fungsi bangunan gedung dengan kegiatan
prioritas sebagai berikut :
- Penilaian kelayakan fungsi bangunan gedung
c). Meningkatkan pengawasan pendirian bangunan dengan program prioritas
pembangunan sebagai berikut :
c.1. Program pengendalian pemanfaatan ruang dengan kegiatan prioritas sebagai
berikut :
- Pengawasan dan penertiban bangunan
- Penyuluhan tata ruang dan IMB
- Penyusunan prosedur dan manual pengendalian pemanfaatan ruang
- Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan
ruang
- Penyusunan Norma, Standar dan Kriteria pemanfaatan kawasan perdagangan
(aturan Isentif dan disinsentif)
Rencana alokasi pemanfaatan ruang pada prinsipnya merupakan perwujudan dari
upaya pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal di suatu wilayah melalui
pemanfaatan yang diyakini dapat memberikan suatu proses pembangunan yang
berkesinambungan (sustainable development).

4
Undang-Undang Penataan Ruang menyatakan bahwa pola pemanfaatan ruang
adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi, serta karakter
manusia dan/atau aktivitas alam. Wujud dari pola pemanfaatan ruang meliputi pola lokasi,
sebaran, permukiman, tempat kerja, industri, pertanian, serta pola penggunaan tanah
perdesaan dan perkotaan.
Secara garis besar, alokasi pemanfaatan ruang yang dituangkan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2002-2012, sebagian besar diperuntukan
untuk kawasan permukiman, dimana pada tahun 2012 nanti diperkirakan mencapai
54,41% (5.866,27 ha) dari total luas lahan yang dimiliki Kota Pontianak saat ini. Setelah itu
diikuti oleh kawasan konservasi (pelestarian alam) sekitar 12,49% (1.347,16 ha), kawasan
sentra agribisnis sebesar 7,42% (800 ha), dan kawasan jasa perdagangan seluas 4,55%
(491,00 ha).
Penggunaan lahan secara umum di Kota Pontianak lebih bercirikan perkotaan,
artinya sebagian besar lahan digunakan sebagai daerah permukiman yaitu seluas
5.735,22 Ha (53,19%) dari seluruh wilayah Kota berdasarkan data tahun 2000.
Penggunaan lahan permukiman tersebut telah melebihi limit yang telah direncanakan
dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) 1994-2004 seluas 4.700 Ha (43,59%).
Tabel 1.
Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang
Kota Pontianak Hingga Tahun 2012
No Jenis Penggunaan Luas lahan (ha) Persentase (%)
1 Pemukiman 5.866,27 54,41
2 Jasa perdagangan 491,00 4,55
3 Jasa perkantoran 48,65 0,45
4 Perkantoran pemerintah 127,81 1,19
5 Militer 9,80 0,09
6 Industri 139,75 1,30
7 Jasa pergudangan 68,44 0,63
8 Fasilitas Ibadah 5,60 0,05
9 Fasilitas Pendidikan 269,86 2,50
10 Fasilitas Kesehatan 27,60 0,26
11 Fasilitas Olahraga 65,24 0,61
12 Taman Kota 7,51 0,07
13 Parawisata 126,15 1,17
14 Pelestarian Alam/konservasi 1.347,16 12,49
15 Pelabuhan Ikan 7,31 0,07
16 Pelabuhan Industri 23,54 0,22
17 Pelabuhan Penumpang 15,13 0,14
18 Pelabuhan Barang 35,29 0,33
19 Fasilitas Transportasi Darat/Terminal 52,34 0,48
20 Kawasan Sentra Agribisnis 800,01 7,42
21 Boulevard 5,00 0,05
22 Jalur Hijau/Sempadan Jalan 353,89 3,28
23 TPA 30,00 0,28
24 Subpusat Kota 45,92 0,43
25 PPL 49,16 0,46
26 Sungai 746,88 6,93

5
27 Pulau 3,70 0,03
28 Pembangkit Tenaga Listrik 12,97 0,12
Luas Total Kota Pontianak 10.782,00 100,00

II.2. Sungai kapuas


Sungai Kapuas merupakan sungai yang berada di Kalimantan Barat. Sungai ini
merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang + 1.143 km. Sungai Kapuas
memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat kota pontianak. Sungai kapuas menjadi
urat nadi bagi kehidupan masyarakat yang berada di sepanjang aliran sungai dan daerah
sekitarnya.

Gambar 2. Sungai Kapuas


Bagi masyarakat kota Pontianak dan daerah yang dilalui sungai ini, sungai kapuas
memiliki banyak fungsi. Salah satu fungsi sungai kapuas adalah sebagai sarana
transportasi yang dapat menghubungkan satu daerah satu ke daerah lain di wilayah
Kalimantan Barat. Sungai kapuas juga dijadikan sebagai sumber air PAM yang dikelola
oleh PDAM kota Pontianak untuk keperluan MCK masyarakat kota Pontianak. Selain itu
sungai Kapuas juga merupakan sumber mata pencaharian masyarakat dengan dengan
menjadi penangkap ikan (nelayan)untuk menambah penghasilan keluarga.
Keberadaan sungai kapuas juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial budaya
masyarakatnya. Salah satunya adalah adanya permukiman penduduk di tepian Sungai
Kapuas dengan budaya kehidupan masyarakatnya yang cukup unik dan
ketergantungannya terhadap air sungai sebagai sumber kehidupan.
Permukiman penduduk yang berada di atas sungai sangat dipengaruhi oleh pasang
surut wilayah perairan, sehingga kondisi lingkungannya yang dinamis tercermin dari
penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan Sungai Kapuas tidak hanya
oleh masyarakat permukiman tersebut, namun juga oleh hampir seluruh masyarakat Kota
Pontianak dengan berbagai kepentingan.
Aktivitas permukiman, pelayaran, perdagangan, industri, dan pariwisata mewarnai
kehidupan di wilayah ini. Konsekuensinya adalah dampak dari berbagai aktivitas tersebut
bagi penurunan kualitas lingkungan sungai dan kehidupan penduduk di permukiman tepi
sungai. Salah satu dampak yang sangat terasa adalah berupa pencemaran air oleh logam
berat seperti merkuri (air raksa). Pencemaran sungai Kapuas oleh merkuri dan logam
berat lainnya dikarenakan aktivitas pertambangan emas yang banyak dilakukan oleh
masyarakat diberbagai daerah aliran sungai Kapuas.

II.3. Water front city


Kota Tepian Air (Water Front City) pada hakekatnya adalah permukiman yang
menempatkan perairan  sebagai 'halaman' dan memanfaatkan 'halaman' tersebut untuk
kepentingan publik dan  dikelola sedemikian rupa sehingga dapat menjadi sumber dana
untuk ongkos pemeliharaan  kebersihan, keteduhan, keindahan dan keberfungsian untuk
menjaga keberlanjutan.

6
Kawasan Water Front City dapat didefinisikan sebagai :
1) The Dynamic area of the cities and towns where land and water meet (Breen, Ann
and Rigby dalam M.Tahir, 2005)
2) Tanah atau tepi sungai, pelabuhan atau tanah semacam itu disebuah kota dengan
dermaganya (Salim Peter dalam M.Tahir, 2005)
3) Tepian laut atau bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan-
pelabuhan (M.Tahir, 2005)
4) Lahan atau area-area yang terletak berbatasan dengan air terutama merupakan
bagian kota yang menghadap ke arah perairan baik berupa laut, sungai, danau dan
sejenisnya (M.Tahir, 2005)
Pengembangan Water Front City adalah suatu usaha penataan dan pengembangan
bagian atau kawasan kota yang skala kegiatan dan fungsi yang ada sangat beragam
dengan intensitas tinggi sebagai kegiatan perkotaan baik untuk fungsi perumahan,
pelabuhan dan perdagangan komersial dan industri hingga kawasan wisata.
Breen (1994, dalam M.Tahir, 2005) membedakan Water Front City berdasarkan
pertemuannya dengan badan air sebagai berikut :
1) Waterfront Tepian Sungai
Merupakan waterfront yang terjadi karena adanya pertemuan langsung antara
daratan dengan badan air berupa tepian sungai, secara umum memiliki ciri sebagai
berikut :
 Umumnya jalur transportasi
 Digunakannya sebagai irigasi lahan pertanian dan perkebunan
 Pengembangannya sangat tergantung pada kondisi lingkungan sekitar dan
musim.
2) Waterfront Tepi laut
Merupakan area waterfront yang terjadi karena pertemuan langsung antara daratan
dengan badan air berupa pantai dan tepian laut, secara umum memiliki ciri sebagai
berikut :
 Umumnya sebagai daerah pelabuhan samudera
 Sebagai area pemukiman nelayan
 Sebagai muara dari berbagai aliran sungai
 Pengembangannya dapat didominasi oleh karakteristik laut itu sendiri.
3) Waterfront Tepi Danau
Merupakan area waterfront yang terjadi karena pertemuan langsung antara daratan
dengan badan air berupa tepian air yaitu tepian danau dan pada umumnya
pengembangannya bersifat khusus.
Selain itu, pembagian Water Front City juga berdasarkan aktivitas yang
dikembangkan, yaitu :
1) Cultural waterfront
Mewadahi aktivitas budaya, pendidikan dan ilmu pengetahuan.
2) Environmental waterfront
Pengembangan waterfront yang bertumpu pada usaha peningkatan kualitas
lingkungan yang mengalami degradasi, memanfataakan potensi dari keaslian
lingkungan yang tumbuh secara alami.
3) Historical waterfront
Pada umumnya berkembang sebagai upaya konservasi dan restorasi bangunan
bersejarah di kawasan tepi air.

7
4) Mixed-Use waterfront
Pengembangan diarahkan pada penggabungan fungsi perdagangan, rekreasi,
perumahan, perkantoran, transportasi, wisata dan olahraga.
5) Recreational waterfront
Pengembangan waterfront dengan fungsi rekreasi.
6) Residental waterfront
Pengembangan waterfront dengan fungsi utama sebagai perumahan
7) Working waterfront
Kawasan waterfront yang menampilkan sisi kelautan
Konsep penataan kota sebagai waterfront city bisa mencakup kota-kota yang
berlokasi di tepi pantai maupun kota-kota di tepi sungai. Banyak kota di dunia yang telah
berhasil dikembangkan dengan konsep waterfront city. Ada dua kota internasional yang
berlokasi di tepi sungai dan patut dijadikan acuan contoh perbandingan untuk Kota
Pontianak, yaitu Kota Kuching di negara bagian Sarawak, Malaysia, dan Kota San Antonio
di negara bagian Texas, Amerika Serikat.
Kota Kuching di Malaysia yang jaraknya sekitar 7 jam berkendaraan mobil dari Kota
Pontianak (Kalimantan Barat) dapat dijadikan contoh acuan waterfront city karena punya
iklim dan kondisi fisik yang mirip dengan Kota Pontianak. Kawasan pusat Kota Kuching
dilintasi Sungai Sarawak dan kota ini menjadi waterfront city yang dapat memadukan
keseimbangan penataan kawasan komersial (perdagangan dan jasa) dengan kawasan
permukiman penduduk. Jalur pejalan kaki ( pedestrian path) di kawasan waterfront city di
Kuching ini juga ditata rapi dan asri dengan dukungan taman-taman bunga.
Selain itu, di sepanjang kawasan waterfront city ini juga terdapat hotel, pertokoan,
restoran, dan bahkan tempat beribadah. Kesan sebagai kota modern bernuansa
tradisional bisa terasa juga di Kota Kuching ini, seperti tercermin dari pertokoan modern
(shopping mall) yang bisa berdampingan dengan pasar tradisional. Menariknya lagi,
walaupun air Sungai Sarawak tidak terlalu jernih, sungai yang melintas di kawasan
waterfront city Kuching ini bisa bersih dari sampah.
Sementara itu, Kota San Antonio di Texas juga patut dijadikan contoh acuan karena
berhasil dikembangkan sebagai waterfront city modern yang dapat mempertahankan
bangunan bersejarah dan dapat menonjolkan nuansa kesenian dan budaya setempat.
Kawasan waterfront city di pusat kota ini yang terkenal dengan sebutan Riverwalk (Paseo
Del Rio) dilengkapi teater alam terbuka di tepi sungai.
Selain itu, penataan kawasan waterfront city San Antonio juga dapat
mempertahankan konservasi bangunan bersejarah (La Villita). Penataan kawasan pusat
Kota San Antonio sebagai waterfront city seperti ini terbukti menjadi daya tarik utama
wisatawan untuk berkunjung ke kota tersebut. Bahkan, kawasan Riverwalk ini sudah
menjadi penyedot utama daya tarik wisatawan yang berkunjung ke negara bagian Texas.
Para wisatawan di Kota San Antonio pada umumnya sangat menikmati perjalanan wisata
dengan perahu (boat cruise) selama sekira 1 jam menyusuri sungai di kota yang juga
terkenal dengan tim bola basketnya ini.

III. PEMBAHASAN
III.1. Pengembangan Water Front City
Sebagai kota yang terbelah aliran sungai, sudah seharusnya kota Pontianak
memelihara dan memanfaatkan identitasnya sebagai Kota Tepian Air. Karena itu, konsep
pengembangan kota yang mengarah pada Water Front City perlu diterapkan dengan
pengelolaan yang profesional.

8
Kawasan Water Front City disini merupakan kawasan yang berorientasi ke badan
perairan (dalam hal ini berupa sungai) membentuk karakter koridor sungai. Kawasan
tersebut dicirikan dengan orientasi bangunan yang menghadap ke sungai, atau dengan
kata lain bagian muka bangunan menghadap sungai. Kawasan Water Front City yang
direncanakan untuk kota Pontianak merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pusat-pusat
kegiatan yang bervariasi dengan lokasi menyebar di sepanjang Sungai Kapuas.
Pusat – pusat kegiatan tersebut meliputi :
1) Kawasan makam Batu Layang
Merupakan kawasan bersejarah di Kecamatan Pontianak Utara. Kegiatan yang
direncanakan mendominasi kawasan ini adalah wisata sejarah. Kegiatan lainnya
yang akan dialokasikan disekitar kawasan tersebut berupa kegiatan perdagangan,
pelabuhan, dan industri. Untuk memelihara nilai estetika kegiatan wisata makam
Batu layang, maka kegiatan industri harus tetap menyediakan area yang ditanami
pepohonan disekelilingnya, yang juga berfungsi sebagai penyangga ( buffer).
2) Kawasan Tugu Khatulistiwa
Merupakan kawasan wisata dengan landmark berupa tugu khatulistiwa. Kawasan
ini direncanakan memiliki aksesibilitas dan keterkaitan dengan rencana Zona Wisata
Khatulistiwa (ZWK) yang direncanakan berlokasi disebelah timur laut tugu
khatulistiwea tersebut.
3) Kawasan di sekitar Siantan
Merupakan kawasan dengan dominasi kegiatan komersial yang heterogen, meliputi
jasa-jasa perdagangan (pertokoan, ruko, pasar) dan industri. Untuk memberikan
sentuhan estetika dan peningkatan kualitas udara dari kawasan yang dipenuhi oleh
kegiatan komersial tersebut, kawasan ini dilengkapi dengan fasilitas jalur hijau
berupa taman di tepi Sungai Kapuas.
4) Kawasan disekitar kaki jembatan-jembatan Sungai Landak dan Sungai Kapuas Kecil
Kawasan ini merupakan kawasan yang tidak diperuntukkan bagi lahan terbangun.
Walaupun dalam tata ruangnya dialokasikan untuk kawasan pemukiman,namun
khusus dikaki jembatan-jembatan ini perlu disediakan ruang terbuka hijau (public
park) untuk alasan keamanan dan estetika lingkungan.
5) Kawasan Cagar Budaya di sekitar Masjid Jami dan Keraton Kadriah (Tanjung Pulo /
Beting) dengan kawasan pemukiman sekitarnya.
Pada kawasan ini, direncanakan peningkatan daya tarik dan keunikan Kota
Pontianak serta peningkatan pemanfaatan berbagai fasilitas dan bangunan yang
telah ada, seperti berikut :
 Pembangunan bangunan yang tinggi (bisa berupa menara) sebagai landmark
tepat di lokasi yang terbelah tiga oleh perpotongan sungai-sungai Kapuas,
kapuas Kecil, dan Landak.
 Gertak (jalan berupa jembatan kayu yang khas) disepanjang pinggiran sungai
dapat lebih ditingkatkan fungsinya, sehingga tidak hanya terbatas pemenuhan
akan aksesibilitas, namun juga sebagai tempat duduk-duduk menikmati
pemandangan ke arah sungai sambil menyantap makanan/minuman. Untuk itu
pada beberapa tempat di sepanjang gertak tersebut disediakan kursi-kursi dan
meja kecil yang dilengkapi tenda payung atau sejenisnya sebagai peneduh,
lampu-lampu penerang, serta diperasri dengan keberadan tanaman-tanaman di
dalam pot. Selain meningkatkan fungsi dan nilai estetika untuk menambah daya
tarik kegiatan wisata, pemanfaatan ruang seperti ini juga dapat meningkatkan
nilai ekonomis dari gertak tersebut. Para penduduk setempat dapat

9
memanfaatkan kesempatan atau peluang ini sebagai salah satu sumber
pendapatannya dengan berjualan makanan, minuman, maupun cendera mata.
Untuk mendukung peningkatan daya tarik wisata dari pemanfaatan gertak ini
diperlukan peningkatan dalam hal kebersihan dan keasrian lingkungan. Dalam
hal ini, peranan masyarakat menjadi sangat penting.
 Rumah – rumah penduduk setempat dapat dimanfaatkan sebagai homestay
untuk tempat menginap kelompok wisatawan yang menginginkan untuk
memperoleh pengalaman kehidupan penduduk asli. Sama halnya dengan butir
kedua di atas, untuk menjamin homestay ini agar menarik bagi wisatawan,
mutlak diperlukan peningkatan dalam hal kebersihan dan kesehatan lingkungan
dan kebiasaan sehari-hari masyarakat / penduduk setempat, terutama pemilik
dan pengelola homestay.
 Di samping dimanfaatkan sebagai homestay, penduduk setempat juga dapat
memanfaatkan rumah-rumah mereka sebagai tempat berjualan cinderamata
dan makanan khas Pontianak.
6) Kawasan senghie
Kegiatan yang berlangsung di sekitar kawasan ini didominasi oleh kegiatan
komersial. Namun demikian, pada lokasi yang langsung berbatasan dengan sungai
direncanakan untuk dijadikan ruang terbuka hijau atau tamna, yang memiliki
multifungsi, selain sebagai taman dan pedstrian tempat orang bisa berjalan-jalan
sambil menikmati pemandangan ke arah sungai, sebagai media untuk meningkatkan
kualitas udara karena keberadaan pepohonannya, penambah nilai estetika, serta
sebagai sempadan sungai yang diharapkan turut membantu kualitas perairan
sungai.
7) Kawasan Taman Alun Kapuas
Ciri yang menonjol dari kawasan ini adalah keberadaan kantor pemerintahan (kantor
walikota) yang bisa langung terlihat dari arah Sungai Kapuas. Taman di tepi Sungai
Kapuas (Taman Alun Kapuas) direncanakan untuk dapat menampung berbagai
kegiatan yang meliputi dermaga wisata air yang melayani pemakaian perahu-perahu
wisata (cruise), olah raga air, tempat berjualan seperti kios, cafe, tepat bermain, dan
taman kota.
8) Kawasan Jeruju
Merupakan kawasan komersial dengan aktivitas utamanya berupa perdagangan.
Wisata, industri, jasa perkantoran, dan pergudangan.
9) Kawasan di sekitar Pelabuhan Nipah Kuning
Kawasan ini merupakan pintu masuk ( gate way) menuju kawasan Water Front City.
Di samping keberdaan pelabuhan, aktivitas lain yang direncanakan berlokasi di
sekitar kawasan ini meliputi perdagangan, permukiman dan kawasan konservasi.
Rencana pengembangan kawasan kota Pontianak yang berorientasi pada Water
Front City dilandasi oleh :
1) Merupakan kebijaksanaan pemerintah daerah dalam penataan ruang.
Oleh karena itu walapupun swasta diizinkan untuk berperan dalam pembangunan
Pontianak sebagai Water Front City, akan tetapi hal ini bukan berarti bahwa penatan
ruangnya tidak menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Pontianak. Jadi
masalah penataan ruang tetap memerlukan perencanaan Pemerintah daerah.
2) Water Front City bukan proyek pemerintah.
Dengan demikian peran serta swasta dalam pengembangan Water Front City
sangat penting dalam hal ini.

10
3) Sesuai dengan kondisi dan kultur budaya masyarakat kota Pontianak yang
berorientasi pada kehidupan di tepian sungai.
Sejak awal dari terbentuknya Kota Pontianak memanfaatkan daerah aliran sungai
Kapuas sebagai tempat pemukiman dan kegiatan fisik masyarakat lainnya sehingga
terbentuk kultur kota sungai.
4) Searah dengan tuntutan pembangunan.
Adanya perkembangan jumlah penduduk dan teknologi menuntut adanya
pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota
Pontianak.
5) Memanfaatkan struktur alam dan geografisnya.
Yang dalam hal ini Pontianak identik dengan banyaknya sungai dan hutan yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pontianak.
Pengembangan kota Pontianak sebagai Water Front City juga dilihat dari potensi
yang ada disekitar tepian sungai kapuas, antara lain :
1) Industri rumah tangga
2) Galangan perahu tradisonal
3) Kafe
4) Perikanan/karamba
5) Tempat pelelangan ikan (TPI) tradisional
6) Perniagaan
7) Transportasi air
8) Wisata air, terdiri dari :
a) Susur air/tepian sungai Kapuas (menggunakan sampan/kano)
b) Pemancingan
c) Panorama sungai
Untuk menjamin eksistensi dan keberlangsungan ( sustainability) kawasan Water
Front City di Kota Pontianak, ada beberapa persyaratan umum yang perlu dipenuhi antara
lain meliputi :
a) Tetap terpeliharanya kualitas perairan Sungai Kapuas, Sungai Kapuas Kecil, dan
Sungai Landak. Untuk itu setiap pelaku kegiatan yang berlokasi di kawasan Water
Front City berkewajiban untuk memelihara kelestarian lingkungan perairan sungai.
Misalnya dalam hal pembuangan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.
Dalam hal ini, diperlukan suatu sistem dan peraturan mengenai pengelolaan dan
pengawasan lingkungan perairan sungai, yang melibatkan berbagai pihak seperti
pemerintah, swasta, dan masyarakat.
b) Adanya sistem yang mengatur pengelolaan kawasan Water Front City secara
keseluruhan, untuk mencegah terjadinya konflik berbagai kepentingan, dan untuk
mengupayakan terjadinya sinergitas antarkegiatan dan antarpusat-pusat kegiatan
yang ada di kawasan tersebut. Pengelolaan disini meliputi pengelolaan keuangan,
operasional dan pemelihaaan masing-masing kegiatan. Bentuknya bisa berupa Tim
Koordinasi Pengelola Kawasan Water Front City.
c) Adanya upaya untuk memperbaiki nilai estetika lingkungan, sehingga mampu
mendukung daya tarik kawasan Water Front City tersebut sebagai daerah tujuan
wisata. Salah satu upaya misalnya melalui pendekatan urban design kota tropis
yang memperhatikan arsitektur tradisional, pemanfatan pepohonan, dan penataan
bangunan.
d) Ditegakkannya hukum/peraturan pengelolaan dan pengawasan di kawasan Water
Front City dan sekitarnya secara tegas.

11
III.2. Permasalahan
Dalam pengembangan kota Pontianak sebagai kawasan Water Front City ada
beberapa hal yang masih menjadi kendala antara lain :
1) Bencana banjir
Secara umum penyebab banjir di kota Pontianak dikarenakan letak
geografis wilayahnya yang berdekatan dengan sungai, ketinggian tempat
hanya 0.5 – 0.75 m diatas permukaan laut, serta tingginya curah hujan dan
air pasang. Selain faktor diatas, salah satu pemicu terjadinya banjir adalah
berkurangnya daerah serapan air dikarenakan banyaknya pembukaan lahan
baru untuk pemukiman yang telah melebihi batas yang telah ditetapkan.
2) Masalah pencemaran sungai
a) Kotoran dan sampah
Masalah kebersihan adalah salah satu masalah yang sangat rumit
untuk ditangani. Hal ini dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang
membuang sampah dan kotoran ke sungai seperti sisa makanan,
kotoran manusia dan hewan, plastik dan sebagainya. Selain mengotori
sungai, keberadaan sampah dan kotoran ini juga mengurangi estetika
(keindahan sungai) dan menimbulkan kekeruhan.
b) Limbah logam
Masalah paling serius yang belum dapat diselesaikan pemerintah kota
Pontianak adalah pencemaran sungai Kapuas oleh logam merkuri
akibat pertambangan emas. Keberadaan logam merkuri sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia.

III.3. Action Plan


Dalam rangka mengatasi masalah diatas, pemerintah kota Pontianak melakukan
berbagai langkah antara lain :
1) Melaksanakan revisi RTRW
Salah satu hal yang menjadi revisi untuk RTRW kota Pontianak mendatang
adalah penetapan ruang terbuka hijau (RTH). Wilayah yang akan diperuntukkan
ke depan untuk RTH kota Pontianak adalah kecamatan Pontianak Utara.
2) Penegakan hukum melalui operasi PETI untuk penambang emas illegal di Kota
Pontianak.

IV. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang dikemukakan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
ada 3 hal yang menjadi alasan dikembangkannya kota Pontianak yang beroriantasi pada
Water Front City, antara lain :
1) Letak geografis
Secara geografis, letak kota Pontianak dilalui oleh sungai Kapuas.
2) Pariwisata
Banyak objek pariwisata di kota Pontianak yang dikembangkan dari potensi sungai
Kapuas.
3) Transportasi
Salah satu fungsi utama sungai Kapuas adalah sarana transportasi air.

12
V. REFERENSI
Anonim, 2007, Peranan Pemerintah Daerah dalam Penertiban Penambang Emas
Tanpa Izin (PETI) di Daerah Aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi
Kabuoaten Sintang, melalui
http://jurnalskripsitesis.wordpress.com/2007/06/15/peranan-pemerintah-
daerah-dalam-penertiban-penambangan-emas-tanpa-izin-peti-di-daerah-
aliran-sungai-kapuas-dan-sungai-melawi-kabupaten-sintang/
Chandra Bayu, 2007, Perubahan Pola Ruang Perkotaan Dalam Transformasi Sosial
Budaya Masyarakat Tepian Sungai di Pontianak Kalimantan Barat, Tesis,
Semarang : UNDIP.
Dieny Ferbianty, 2007, Kota Bandung Sebagai Water Front City, melalui
http://dieny.wordpress.com/2007/04/07/kota-bandung-sebagai-
%E2%80%9Dwaterfront-city%E2%80%9D/
Katalog Buku Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Pontianak Tahun 2002 -
2012, Pemerintah Kota Pontianak
M.Tahir, 2005, Pemanfaataan, Ruang Kawasan Tepi Pantai Untuk Rekreasi Dalam
Mendukung Kota Tanjung Pinang Sebagai Water Front City, Tesis,
Semarang : UNDIP.
Romiyanto, tanpa tahun, Studi Faktor-Faktor Penyebab Banjir Pada Daerah
Tangkapan Parit Tokaya Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak ,
melalui http://www.scribd.com/doc/38861272/Studi-Penyebab-Banjir-Parit-
Tokaya-Pontianak http://www.scribd.com/doc/38861272/Studi-Penyebab-
Banjir-Parit-Tokaya-Pontianak
Sunardi, 2001, Reformasi Perencanaan Tata Ruang Kota , Opini dalam Harian
RADAR BANYUMAS, Jum’at Wage 12 April 2001 sebagai bahan diskusi
dalam Temu Alumni MPKD UGM Yogyakarta, 10 - 11 September 2004
Syahroni, 2010, Sampah di sungai Kapuas, melalui
http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=43779
Yohanes Firzal, 2010, Pengembangan Kawasan Tepian Sungai Sebagai Kawasan
Business Baru Kota Pekanbaru, LOCAL WISDOM-JURNAL ILMIAH ONLINE,
ISSN: 2086-3764 Volume: II, Nomor: 3, Halaman: 29 - 34, September 2010.

13

You might also like