Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Kata Kunci :
Patchouli alkohol, primadona, “crude”, fraksinasi, rotavapor,
fraksi, komponen, GC
1. Pendahuluan
Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam
(Pogostemon cablin Benth) dengan cara penyulingan daunnya. Minyak nilam
merupakan salah komoditasi ekspor andalan minyak atsiri Indonesia. Sebagai
komoditas ekspor, minyak nilam mempunyai prospek yang baik karena dibutuhkan
secara kontinyu dalam industri parfum, kosmetik, sabun, farmasi dan lainnya.
Penggunaan minyak nilam dalam industri-industri ini disamping baunya yang
khas juga karena minyak nilam bersifat fiksatif. Sifat fiksatif ini disebabkan oleh
komponen utamanya patchouli alkohol (C15H26O) yang tergolong kedalam oxygenated
terpen. Komponen utama minyak nilam adalah senyawa α-pinene, β-pinene, β-
patcholen, α-guajen, α-patchoulen, bulneswen, norpatchoulenol, patchouli alkohol,
pogostol, dll.
Pada umumnya minyak yang berasal dari hasil penyulingan daun nilam
mempunyai kadar patchouli alkohol yang masih rendah yaitu dibawah 30 %. Kondisi
ini menyebabkan rendahnya harga minyak nilam dipasaran. Bahkan sering terjadi
terjadi kecurangan dengan cara menambah volume dengan bahan-bahan pemalsu.
Untuk meningkatkan kadar komponen utama minyak nilam ini dapat dilakukan dengan
proses fraksinasi menggunakan rotavapor dengan pengaturan suhu fraksinasi.
*)
Disampaikan pada “Konferensi Nasional Minyak Atsiri” di Hotel Singgasana, Surabaya 2-4
Desember, 2008, Dit Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Ditjen IKM, Depperin
2
2. Tujuan
Kajian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik pemisahan minyak nilam
dengan metode fraksinasi menggunakan rotavapor, dan mengetahui pengaruh suhu
fraksinasi terhadap sifat fisiko kimia minyak nilam yang dihasilkan.
3. Metode Penelitian
3.1. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan adalah minyak nilam dari UKM Nilam di Majenang
Jawa Barat. Alat-alat yang digunakan adalah rotavapor, tabung reaksi,
erlenmeyer, neraca massa digital Sartorius (ketelitian (0,001), polarimeter,
densitometer, refraktometer, gelas ukur, pipet, labu pemisah, GC, dan GC-MS.
3.3. Metodologi
Ada 4 variabel perlakuan fraksinasi dalam penelitian ini yaitu suhu fraksinasi
minyak nilam 120oC, 125oC, 130 oC dan 135 oC.
*)
Disampaikan
2 pada “Konferensi Nasional Minyak Atsiri” di Hotel Singgasana, Surabaya
2-4 Desember, 2008, Dit Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Ditjen IKM, Depperin
3
o
Pemisahan lemak nabati (rotavapor) 150 C Lemak nabati
(Residu)
*)
Disampaikan
3 pada “Konferensi Nasional Minyak Atsiri” di Hotel Singgasana, Surabaya
2-4 Desember, 2008, Dit Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Ditjen IKM, Depperin
4
Standard mutu minyak nilam menurut SNI disajikan pada tabel 1 dan
Karakteristik Minyak Nilam Hasil Kajian pada tabel 2.
Karakteristik SNI-06-2385-1998
Bobot jenis dan putaran optik pada tabel 2 menunjukkan bahwa mutu minyak
nilam yang digunakan sebagai bahan penelitian memenuhi standar SNI.
Perlakuan menggunakan varisasi suhu fraksinasi 120oC, 125oC, 130 oC dan
135oC memperlihatkan data bobot jenis, putaran optik, dan masing-masing
senyawa kimia dominan yang terdeteksi pada hasil analisa GC-MS dirangkum
dalam tabel3
*)
Disampaikan
4 pada “Konferensi Nasional Minyak Atsiri” di Hotel Singgasana, Surabaya
2-4 Desember, 2008, Dit Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Ditjen IKM, Depperin
Tabel 2. Karakteristik Minyak Nilam Hasil Kajian
Crude Refine F1 F2 F3 F4
(bebas (120oC) (125oC) (130oC) (135oC)
lemak)
Bobot Jenis 0,9310 0,9420 0,9310 0,948 0,965 0,982
Putaran optik (α) (-45,40o) – (-39,45o) – (-47,88o) – (-58,99o) – (-39,98o) –
(-88,50o) (-79,66o) (-82,65o) (-61,50o) (-69,96o)
Analisa lemak positip Negatip - - - -
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
coklat tua kecoklatan muda- muda- muda- muda-
Yield, % 70 - - - -
*)
Disampaikan pada “Konferensi Nasional Minyak Atsiri” di Hotel Singgasana, Surabaya 2-4 Desember, 2008, Dit Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Ditjen IKM,
Depperin
Adanya senyawa lemak nabati dalam minyak nilam crude, menyebabkan kadar
Patcohouli Alkohol (PA) dan Norpatchoulenol dalam minyak nilam refine (24%) dan
(26,9%) mengalami penurunan dibanding dalam minyak nilam crude (28.9%) dan
(27,2%). Hal ini dimungkinkan karena senyawa PA dan Norpatchoulenol merupakan
golongan fraksi berat sehingga dalam proses pemisahan lemaknya sebagian terikut
dalam fraksi lemak nabati yang terdapat dalam residu pada proses pemisahan minyak
nilam pada suhu 150 oC.
Hal ini relatif tidak tertjadi penurunan pada ketiga senyawa lainnya, bahkan terjadi
peningkatan kadarnya selain karena senyawa Bulnesen, Alpha - patchoulen dan Αlpha
- guajen tergolong fraksi ringan disamping terjadinya pergeserean % ase karena
menurunnya kadar PA dan Norpatchoulenol. Penghilangan lemak nabati dalam minyak
nilam crude juga menyebabkan minyak nilam refine memiliki warna kuning kecoklatan
lebih cerah dibanding warna kuning coklat tua pada crude.
Fraksi 1, 2, 3 dan 4 juga semakin meningkat kadar Pa nya mulai 15,2%, 26,9%,
42,2% dan 54,8%. Sebaliknya semakin menurun kadar Norpatchoulenol mulai 29,3%,
27,1%, 25% dan 16,2%, kadar Bulnesen mulai 13,3%, 10,7%, 7,3% dan 5,2%, kadar
Alpha – patchoulen mulai 8,9%, 7,3%, 4,5% dan 2,9%, kadar Αlpha – guajen mulai
24,9%, 19,2%, 11,9% dan 8%.
Ini menguatkan bahwa suhu fraksinasi rendah yaitu 120oC menghasilkan destilat
(fraksi 1) yang berisi lebih banyak senyawa-senyawa yang tergolong fraksi ringan yang
mudah menguap seperti Bulnesen, Alpha – patchoulen, Αlpha – guajen dan juga lebih
banyak senyawa fraksi tengah yaitu Norpatchoulenol. Pada peningkatan suhu
fraksinasi mulai 120 oC, 125 oC, 130 oC dan 135 oC akan terlihat pola yang sama, yaitu
terjadi peningkatan kadar fraksi berat sebaliknya terjadi penurunan kadar fraksi ringan
dan fraksi tengah seperti terlihat dalam tabel 3.
Fraksi 1, 2, 3 dan 4 juga memperlihatkan semakin meningkatkan bobot jenisnya,
mulai 0,9310, 0,948, 0,965 dan 0,982. Hal ini memperkuat data semakin meningkatnya
fraksi berat yang diperoleh dari terkondensasinya golongan senyawa-senyawa yang
tergolong sebagai fraksi berat seiring dengan peningkatan suhu fraksinasi. Disamping
menurunnya fraksi ringan seiring dengan peningkatan suhu fraksinasi.
*)
Disampaikan pada “Konferensi Nasional Minyak Atsiri” di Hotel Singgasana, Surabaya 2-4
Desember, 2008, Dit Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Ditjen IKM, Depperin
2
6. Daftar Pustaka
*)
Disampaikan
2 pada “Konferensi Nasional Minyak Atsiri” di Hotel Singgasana, Surabaya 2-4
Desember, 2008, Dit Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Ditjen IKM, Depperin