Professional Documents
Culture Documents
Percobaan
1. Eksperimen Api warna
pendahuluan hijau dan
a.
logam
Memanaskan
b.
sekeping logam warna
tembaga pada nyala kemerah-
pembakar merahan
Sekeping tembaga
+ 2 ml HNO3 encer
dan dipanaskan
Percobaan
1 Pembuatan Terbentuk
Tembaga (I) oksida endapan
a
merah
1 gram glukosa +
jingga
2
Benedict
Larutan
a
Reaksi antara
warna hijau
tembaga (I) oksida
b
dan tembaga (II) Larutan
c oksida dengan asam warna biru
Larutan
berwarna
putih susu
¢
Eksperimen pendahuluan dilakukan dengan cara memanaskan sekeping logam pada nyala
api. Pada saat dilakukan pemanasan, api berubah menjadi hijau disekeliling logam dan warna
pada logam setelah dipanaskan berwarna kemerah-merahan. Hal ini menunjukkan bahwa
tembaga mengalami oksidasi menjadi tembaga (I) oksida.
2 Cu + O2 2CuO
Percobaan selanjutnya, dengan dimasukkan logam tembaga yang kedalam tabung reaksi
ditambahkan 2 ml larutan HNO3 dan dipanaskan menghasilkan gas perak. Selanjutnya dengan
ditambahkan larutan NaOH pada 2 ml larutan CuSO4 dan dipanaskan, sehingga menghasilkan
larutan warna biru dengan disertai penggumpalan di bagian atas larutan dan penambahan NaOH
sebanyak 7 tetes. Pada saat larutan NH3 pada 2 ml larutan CuSO4 dan dipanaskan, sehingga
larutan berwarna ungu dengan penambahan NH3 sebanyak 8 tetes. Pada penambahan 2 ml
larutan CuSO4 ke dalam HCl pekat larutan berubah menjadi hijau, dengan penambahan HCl
sebanyak 14 tetes. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Pembuatan tembaga (I) oksida Percobaan pembuatan tembaga (I) oksida dilakukan dengan
mereaksikan 1 gram glukosa dengan larutan benedict sehingga terbentuk endapan merah jingga.
Hal ini menunjukkan bahwa pada penambahan glukosa akan mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4
tabung reaksi dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Endapan jingga yang dihasilkan merupakan
tembaga (I) oksida yang terbentuk. Reaksinya yaitu :
CuSO4 + 2NaOH Cu(OH)2+ Na2SO4
Ô
" + +
( #
$ #%
, # !
# + ) ( &# $ #% -
# &# & $#
#
( %*
.&
CuCl2 + Cu 2CuCl
Pada percobaan ini diharapkan terbentuk endapan warna biru sebagai endapan tembaga. Namun
pada kenyataannya endapan tersebut tidak dapat terbentuk, maka kesalahan dapat terjadi karena
kekurangcermatan praktikan dalam melaksanakan praktikum. Larutan dipanaskan maka
menghasilkan warna larutan menjadi hitam kemudian menyaringnya dan menambahkan 200 ml
air maka menghasilkan larutan berwarna putih kebiru ± biruan.
dipanaskan
CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
Ô
. # , &
) &
$ $ $ # % " &
& # #) # ( & $(
$ " # % $ &#
( *
,
# $ &# % & & # %
#$ & #
(
,/012'
,& &" ( #*
! 3 & ( % $(
# (
3
# "&
, 3
3
(
) ,
3
&
# # ( $% &
c
Eksperimen pendahuluan dilakukan dengan cara memanaskan sekeping logam pada nyala
api. Pada saat dilakukan pemanasan, api berubah menjadi hijau disekeliling logam dan warna
pada logam setelah dipanaskan berwarna kemerah-merahan. Hal ini menunjukkan bahwa
tembaga mengalami oksidasi menjadi tembaga (I) oksida.
2 Cu(s) + O2 ĺ 2CuO(s)
Percobaan selanjutnya, dengan dimasukkan logam tembaga yang ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan larutan HNO3 dan dipanaskan sehingga menghasilkan gas perak. Selanjutnya
dengan ditambahkan larutan NaOH pada larutan CuSO4, sehingga menghasilkan larutan
berwarna biru dengan disertai penggumpalan di bagian atas larutan dan penambahan NaOH
NaOH berlebih menyebabkan endapan yang terbentuk menjadi melarut. Pada saat larutan NH3
ditambahkan pada larutan CuSO4, terbentuk larutan berwarna biru dan endapan berwarna biru
dengan penambahan NH3 secara berlebih endapan yang terbentuk menjadi melarut serta warna
larutan biru pekat. Pada penambahan larutan CuSO4 ke dalam HCl pekat larutan yang semula
berwarna biru berubah menjadi memudar warnanya. Setelah penambahan larutan NH3 berlebih
terbentuk larutan berwarna hijau. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2HCl + CuSO4 ĺ CuCl + H2SO4
2 HNO3 ĺ 2NO + H2O + 3O2
3O + 3 Cu ĺ 3CuO
2HNO3 + 3Cu ĺ 2NO + H2O + 3CuO
" #$
1. Bilangan oksidasi dari tembaga pada :
a. CuCO3
Cu + 4 + (-2.3) = 0
Cu = +2
b. Cu(OH)2
Cu + (-2) = 0
Cu = +2
c. Cu(NH3)4SO4
Cu + 0 + 6 + (-8) = 0
Cu = +2
a. CuCl42-
Cu + (-4) = -2
Cu = +2
2. Reaksi antara Cu2O dan H2SO4 encer :
2Cu2O + 4H+ + 2SO42- 4Cu + 2SO2 + 2H2O + 2O2
oksidator : H2SO4
reduktor : Cu2O
3. Senyawa tembaga (I) stabil dalam larutan air bila keadaan tembaga (I) mengalami
disproporsionasi dalam alrutan air dan bila konsentrasi dari tembaga tersebut sangat rendah.
4. Konfigurasi dari :
Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1
Cu+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s0
Cu2+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d9 4s0
Ditinjau dari struktur elektron yang lebih stabil adalah Cu+, karena elektronnya terisi penuh,
sedangkan untuk ion Cu2+ tidak stabil karena orbital tidak terisi penuh elektron.
5. a. Cu+ Cu2+ + 2e Eo = -0,34 V
Cu+ + 2e- Cu Eo = +0,52 V
2Cu+ Cu2+ + Cu Eo = 0,18 V
b. Ion Cu+ mengalami disproporsionasi dalam larutan air meskipun stabil dalam keadaan bebas
air. Tembaga (I) klorida tidak melarut dalam air sehingga dengan demikian Cu+ tidak mengalami
disproporsionasi. Tembaga (I) klorida membentuk ion Cu (I) klorida lebih stabil terhadap CU (II)
klorida. Hal ini terjadi karena Cu+ mudah teroksidasi menjadi Cu (II). Tembaga (I) klorida cukup
stabil dan mudah dibuat dengan terurainya tembaga (II) klorida pada saat pemanasan menjadi
tembaga (I) klorida.
c. Contohnya : Cu2+ + 4H2O Cu(H2O)42+