You are on page 1of 8

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR

TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC


Marwan Effendy
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura
email : effendy@ums.ac.id

ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi putaran poros
kompresor terhadap prestasi kerja mesin pendingin. Penelitian ini intinya apakah
bertambahnya kecepata putar poros kompresor akan meningkatkan koefisien
prestasi ataukah sebaliknya.
Dalam penelitian ini digunakan alat uji sebuah mesin pendingin AC sederhana
yang terdiri kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator dengan
menggunakan refrigeran R-134a. Untuk membuat variasi putaran poros
kompresor dilakukan dengan melakukan beberapa perubahan ukuran diameter
puli motor listrik yang menggerakkan kompresor. Variasi diameter puli motor
listrik yang digunakan adalah d = 62 mm, d = 77 mm, d = 91 dan d = 103 mm.
Dengan bertambahnya diameter puli motor listrik maka kecepatan putar poros
kompresor yang dihasilkan akan semakin besar. Sistem tersebut kemudian
diujikan pada ruangan yang memiliki beban lampu 200 watt dengan beban panas
Q = 680 Btu/hr dan beban ruangan secara keseluruhan sebesar 1249,55 Btu/hr.
Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa semakin kecil putaran poros
kompresor maka kerja yang dilakukan akan semakin kecil. Dengan kecilnya kerja
yang dilakukan kompresor, koefisien prestasi yang dihasilkan akan meningkat.
Pada n = 727,3 rpm; 871,8 rpm; 1058 rpm dan 1184 rpm secara berurutan COP
yang dihasilkan sebesar 9,21; 8,53; 7,44 dan 6,92. Namun waktu yang dibutuhkan
dalam proses pendinginan ruangan sampai temperatur tertentu semakin
bertambah.

Kata-kata kunci: mesin pendingin, kompresor, koefisien prestasi, refrigeran

PENDAHULUAN Perkembangan dan penerapan sistem


Refrigerasi adalah pengeluaran kalor refrigerasi pada perumahan, perkantoran
dari suatu ruangan dan kemudian maupun pada kendaraan bermotor terutama
mempertahankan keadaannya sedemikian mobil dewasa ini mengalami peningkatan
rupa sehingga temperaturnya lebih rendah yang pesat. Buktinya adalah banyak
dari temperatur lingkungannya. Pada industri, perkantoran, perumahan maupun
prinsipnya refrigerasi merupakan terapan kendaraan yang dilengkapi dengan Air
dari teori perpindahan kalor dan Conditioner (AC) yang bertujuan untuk
thermodinamika. mengkondisikan dan menyegarkan udara
ruangannya

MEDIA MESIN Volume 6 No.2 Juli 2005 55


ISSN 1411-4348
.
Gambar 1. Sistem Pendinginan AC mobil

Sistem refrigerasi yang paling perubahan kecepatan kompresor akan


sederhana memiliki komponen utama yaitu mempengaruhi kinerja sistem pendingin.
kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan Unjuk kerja di sini didefinisikan sebagai
evaporator(Arismunandar, 2002). Untuk koefisien prestasi.
mendapatkan suhu udara yang sesuai
dengan yang diinginkan banyak alternatif TINJAUAN PUSTAKA
yang dapat diterapkan, diantaranya adalah Berkaitan dengan topik yang akan dikaji
dengan menaikkan koefisien perpindahan yakni pengaruh putaran kerja kompresor
kalor kondensasi (Yawara, 2003) dan terhadap koefisien prestasi (COP) mesin
dengan menambahkan kecepatan udara pendingin sebenarnya sudah pernah
pendingin pada kondensor sehingga akan dilakukan beberapa ilmuwan, diantaranya
diperoleh harga koefisien prestasi yang Wertenbach (2003) dalam SAE
lebih besar(Kusnanto, 2004). Lebih lanjut Cooperative Research. Hasil penelitiannya
Kusnanto mengatakan bahwa dengan apabila dilukiskan seperti pada gambar 2.
menambahkan kecepatan udara pendingin
pada kondensor maka laju aliran massa Prinsip Kerja Mesin Pendingin
akan menurun sehingga menyebabkan Prinsip kerja mesin pendingin merujuk
daya kompresor juga mengalami pada siklus kompresi uap standar.
penurunan. Namun demikian fenomena ini Dalam sebuah mesin pendingin, refrigeran
perlu dikaji lebih jauh. dialirkan dalam saluran pipa-pipa.
Suatu pemikiran baru yang muncul Sebelum masuk kompresor, refrigeran
adalah bagaimana jika diameter puli motor dengan kondisi uap jenuh dikompresikan
listrik penggerak kompresor divariasi sehingga uap keluar kompresor menjadi
diameternya? Dengan dirubahnya ukuran uap panas lanjut. Uap tersebut mengalir
puli tersebut akan berubah pula kecepatan pada bagian kondensor untuk melepaskan
putar poros kompresor. Semakin besar puli kalor ke lingkungan sehingga terjadi
pada motor listrik jumlah putaran proses kondensasi. Uap berubah menjadi
kompresor juga akan semakin besar. cair jenuh kemudian melewati dryer,
Fenomena ini menarik untuk dikaji apakah selanjutnya menuju katup ekspansi dan

56 Pengaruh Kecepatan Putar Poros Kompressor terhadap Prestasi


Kerja Mesin Pendingi AC oleh Marwan Effendy ~ hal 55-62
mengalami penurunan sampai tekanan dikompresikan. Siklus berjalan terus
evaporator. Pada evaporator cairan dari menerus sehingga di dapat temperatur
katup ekspansi mengalami evaporasi yang diinginkan.
sehingga berubah menjadi uap jenuh dan
masuk ke dalam kompresor untuk

Gambar 2. Putaran poros kompresor vs COP (Wertenbach, 2003)

Gambar 3. Siklus kompresi uap (Stoecker,1996)

Gambar 4. Diagram P-h siklus kompresi uap.

MEDIA MESIN Volume 6 No.2 Juli 2005 57


ISSN 1411-4348
Proses-proses yang membentuk siklus m& ref = Laju aliran massa refrigeran
kompresi uap standar adalah : [lbm/min]
Proses 1-2, merupakan kompresi
adiabatik dan reversibel dari uap jenuh METODE PENELITIAN
menuju tekanan kondensor. Apabila
Bahan dan Alat
perubahan energi kinetik dan energi
Peralatan yang digunakan dalam
potensial diabaikan, maka kerja kompresor
penelitian ini adalah peralatan dari mesin
adalah
refrigerasi dengan pendingin udara, tetapi
W& in = m& ref ⋅ (h2 − h1 ) .......................[1] peralatan ini mempunyai kapasitas yang
lebih kecil bila dibandingkan dengan
Proses 2-3 adalah proses pelepasan
ukuran sebenarnya..
kalor reversibel pada tekanan konstan,
a. Kompresor AC mobil merk sanden
menyebabkan penurunan panas lanjut
Kompresor digunakan untuk
(desuperheating) dan pengembunan
mengkompresikan refrigeran.
refrigeran. Kapasitas laju aliran kalor
b. Kondensor AC ruangan
kondensasi
Kondesor berfungsi untuk melepas
Q& out = m& ref ⋅ (h2 − h3 ) ......................[2] kalor refrigeran kelingkungan.
Proses 3-4 ialah proses ekspansi tidak c. Katup Ekspansi termostatik
reversibel pada entalpi konstan, dari cairan Katup ekspansi digunakan untuk
jenuh menuju tekanan evaporator. Proses menurunkan tekanan dari kompresor
pencekikan (throttling process) pada hingga mencapai tekanan evaporator.
sistem pendingin terjadi di dalam pipa d. Evaporator AC mobil
kapiler atau katup ekspansi. Proses di sini Evaporator berfungsi untuk meneyerap
berlangsung pada proses adiabatik, panas atau untuk proses evaporasi.
sehingga e. Filter Dryer
Digunakan untuk menyaring kotoran
h4 = h3 ............................................[3]
halus agar tidak menyumbat katup
Proses 4-1 merupakan penambahan ekspansi.
kalor reversibel pada tekanan tetap, yang f. Kipas Udara Pendingin
menyebabkan penguapan menuju uap Kipas yang digunakan kipas dengan
jenuh. Kapasitas laju aliran kalor evaporasi penggerak motor listrik 3 phasa.
dirumuskan g. Ruangan Penyekat
Q& in = m& ref ⋅ (h1 − h4 ) .......................[4] Agar waktu yang dibutuhkan untuk
pendingin ruangan lebih cepat maka
Istilah prestasi di dalam siklus perlunya ruangan terbatas. Ruangan
refrigerasi disebut dengan koefisien nantinya dibuat dari triplek dengan
prestasi atau COP yang didefinisikan isolator aluminium foil
sebagai : h. Orifice
Q& h − h4 Orifice digunakan untuk mencari laju
COP = in = 1 .....................[5] aliran refrigeran, dengan menerapkan
W& in h 2 − h 1 persamaan kontinuitas aliran dan
dimana : persamaan Bernoulli
h1 = Entalpi keluar evaporator [Btu/lb] i. Motor Listrik
h2 = Entalpi masuk kondensor [Btu/lb] Motor listrik yang digunakan adalah
h3 = Entalpi keluar kondensor [Btu/lb] motor 2 fase dengan daya 2 HP. Motor
h4 = Entalpi masuk evaporator [Btu/lb] listrik sebagai penggerak kompresor

58 Pengaruh Kecepatan Putar Poros Kompressor terhadap Prestasi


Kerja Mesin Pendingi AC oleh Marwan Effendy ~ hal 55-62
j. Pompa Vakum d. RH-meter
Berfungsi untuk mengisikan refrigeran Untuk mengukur kelembaban udara
ke dalam sistem mesin pendingin e. Anemometer
k. Refrigeran 134a Untuk mengukur kecepatan udara pada
isapan kipas dan blower
Alat Ukur
a. Termokopel f. Rotameter
b. Pengukur tekanan (pressure gauge) Untuk melakukan kalibrasi alat ukur
c. Manometer air raksa orifice

Instalasi Penelitian Kipas

ORIFICE KONDENSOR

P3 , T3 P2 , T2 Kerja
P5 , T5 udara Kompresor

Katup ekspansi
blower
P4 , T4 P1 , T1

EVAPORATOR
DRYER

Udara dingin
T6
Cabin

Gambar 5. Susunan perangkat penelitian

Gambar 6. Rancangan instalasi pengujian dan kabin

MEDIA MESIN Volume 6 No.2 Juli 2005 59


ISSN 1411-4348
Jalannya Penelitian diagram P-h untuk refrigeran Freon-12.
1. Komponen utama, alat pendukung dan Dari pembacaaan ini diketahui besarnya
alat pengukur yang telah dikalibrasi harga entalpi pada setiap titik yaitu h1, h2,
dirakit seperti diagram gambar h3, h4 (kJ/kg), dan laju aliran massa
instalasi penelitian. refrigeran (lbm/min). Harga enthalpi ini
2. Instalasi yang telah terakit dites selanjutnya sebagai dasar untuk
kebocoran dan penyetelan peralatan. menghitung efek refrigerasi, kerja
3. Pemvakuman untuk memastikan tidak kompresi, dan koefisien prestasi dengan
adanya udara di dalam sistem. Setelah memanfaatkan persamaan [1] sampai [4].
itu pengisian refrigeran dilakukan
secara perlahan-lahan dengan
menghidupkan kompresor. Pengisian HASIL DAN PEMBAHASAN
refrigeran ini sampai dianggap cukup, Perubahan putaran poros kompresor
keadaan ini ditandai bila refrigeran terhadap kerja kompresor
pada filter dryer tidak ada gelembung Dalam penelitian ini digunakan alat uji
uap. sebuah mesin pendingin AC yang terdiri
4. Pengambilan data dilakukan setelah kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan
mesin berjalan selama sekitar satu jam evaporator dengan menggunakan
atau setelah bekerja pada kondisi refrigeran R-134a. Untuk membuat variasi
tunak. putaran poros kompresor dilakukan dengan
5. Data-data yang dicatat yaitu suhu, melakukan beberapa perubahan ukuran
tekanan dan perbedaan tekanan pada diameter puli motor listrik yang
orifice dengan variasi putaran kerja menggerakkan kompresor. Variasi
poros kompresor. Untuk membuat diameter puli motor listrik yang digunakan
variasi putaran poros kompresor adalah d = 62 mm, d = 77 mm, d = 91 dan
dilakukan dengan melakukan beberapa d = 103 mm. Dengan bertambahnya
perubahan ukuran diameter puli motor diameter puli motor listrik maka kecepatan
listrik yang menggerakkan kompresor. putar poros kompresor yang dihasilkan
Variasi diameter puli motor listrik akan semakin besar. Sistem tersebut
yang digunakan adalah d = 62 mm, d kemudian diujikan pada ruangan yang
= 77 mm, d = 91 dan d = 103 mm. memiliki beban lampu 200 watt dengan
Dengan bertambahnya diameter puli beban panas Q = 680 Btu/hr dan beban
motor listrik maka jumlah putaran ruangan secara keseluruhan sebesar
poros kompresor yang dihasilkan akan 1249,55 Btu/hr.
semakin besar. Sistem tersebut Gambar 7 merupakan hasil pengujian yang
kemudian diujikan pada ruangan yang dilakukan pada pagi hari, siang hari dan
memiliki beban lampu 200 watt sore hari dibandingkan dengan riset yang
dengan beban panas Q = 680 Btu/hr dilakukan oleh Wertenbach (2003). Hasil
dan beban ruangan secara keseluruhan pengujian menunjukkan tren yang sama
sebesar 1249,55 Btu/hr. yakni naiknya kecepatan putar poros
kompresor akan meningkatkan kerja
Data hasil pencatatan berupa tekanan kompresor. Hasil ini menguatkan riset
dan temperatur selanjutnya diplot pada Wertenbach (2003).

60 Pengaruh Kecepatan Putar Poros Kompressor terhadap Prestasi


Kerja Mesin Pendingi AC oleh Marwan Effendy ~ hal 55-62
21500

20500

19500
pagi hari
18500 (P ukul 10.00 WIB )
Wkompresor (Btu/hr)

17500
siang hari
16500 (P ukul 11.45 WIB)

15500 so re hari
(P ukul 13.45 WIB )
14500

13500 SAE
COOP ERA TIVE
RESEA RCH
12500 2003

11500

10500
600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700

Putaran (Rpm)

Gambar 7. Hubungan kecepatan putar poros kompresor dengan kerja kompresor

9.9
9.4
8.9 Pagi hari
8.4 (Pukul 10.00 WIB)
7.9
7.4 siang hari
6.9 (Pukul 11.45 WIB)
COP

6.4
5.9 sore hari
(Pukul 13.45 WIB)
5.4
4.9
4.4 SAE
COOPERATIVE
3.9
RESEARCH, 2003
3.4
2.9
700 900 1100 1300 1500

Putaran (Rpm)

Gambar 8. Hubungan kecepatan putar poros kompresor dengan koefisien prestasi

MEDIA MESIN Volume 6 No.2 Juli 2005 61


ISSN 1411-4348
Koefisien prestasi KESIMPULAN
Koefisien prestasi adalah perbandingan Berubahnya harga kecepatan putar
antara kalor yang diperlukan untuk poros kompresor (rpm) tidak banyak
mempertahankan temperatur ruangan yang berpengaruh terhadap dampak refrigerasi.
diinginkan dengan kerja yang dilakukan Semakin tinggi kecepatan putar poros
oleh kompresor. Koefisien prestasi kompresor ternyata tidak menyebabkan
merupakan suatu bentuk penilaian dari besarnya nilai COP, karena harga COP
mesin refrigerasi, semakin besar harga yang diperoleh dari penelitian yang
koefisien prestasi suatu mesin refrigerasi dilakukan adalah sebaliknya. Yaitu harga
maka akan semakin baik kerja mesin COP menurun seiring dengan
tersebut. meningkatnya harga kecepatan putar poros
Dari penelitian yang dilakukan kompresor. Tetapi semakin besar harga
menunjukkan bahwa semakin tinggi COP yang diperoleh waktu yang
putaran poros kompresor maka kerja yang dibutuhkan dalam mengkondisikan
dilakukan akan semakin besar. Dengan ruangan justru semakin lama
besarnya kerja yang dilakukan kompresor
maka koefisien prestasi yang dihasilkan PERSANTUNAN
semakin kecil. Pada putaran 727,3 rpm; Ucapan terima kasih kepada Sdr.
871,8 rpm; 1058 rpm dan 1184 rpm secara Karnadi atas kontribusinya dalam
berurutan COP yang dihasilkan sebesar membantu berlangsungnya penelitian.
9,21; 8,53; 7,44 dan 6,92. Namun waktu
yang diperlukan dalam proses pendinginan
ruangan sampai temperatur tertentu
semakin bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W. dan Saito, H., 2002, Penyegaran Udara, Cetakan ke-6, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.

Kusnanto, S. 2004. Optimasi Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin pada AC Mobil. Tugas
Akhir S-1 Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Stoecker, W.F. dan Jerold, W.J., 1996, Refrigerasi dan Penyegaran Udara. Terjemahan
Supratman Hara. Penerbit Erlangga. Jakarta

Wertenbach, Jurgen. 2003. Energy Analysis of Refrigerant Cycles. SAE Cooperative


Research, Scottsdale, AZ.

Yawara, Eka., Purnomo, Prajitno., 2002, Koefisien Perpindahan Kalor Kondensasi Petrozon
Rossy-12 di Dalam Pipa Vertikal, Prosiding Simposium Nasional I RAPI UMS Surakarta,
21 Desember 2002, hal:24-28.

Yawara, Eka 2003, Koefisien Perpindahan Kalor Kondensasi Petrozon di dalam Pipa
Vertikal, Tesis S-2 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.

62 Pengaruh Kecepatan Putar Poros Kompressor terhadap Prestasi


Kerja Mesin Pendingi AC oleh Marwan Effendy ~ hal 55-62

You might also like