You are on page 1of 21

Pengujian Kekerasan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia industri, terutama yang berhubungan dengan


penelitian bahan dan penggunaannya, maka dalam proses produksinya banyak
hal atau criteria yang harus dipenuhi agar material tersebut dapat digunakan
dalam dunia industri.

Untuk penggunaan sebagai bahan, sifat-sifat khas dari material logam


harus diketahui sebab logam tersebut akan digunakan untuk berbagai macam
keperluan dan keadaan. Sifat logam tersebut meliputi sifat mekanik, sifat
thermal, sifat kimia, kemampukerasan, kemampuan dimensi, dan lain
sebagainya. Adapun dalam percobaan ini yang akan diuji adalah sifat mekanik
dari logam terutama sifat kekerasannya.

Dengan mengetahui tingkat kekerasan logam, maka dapat diketahui bahwa


suatu logam yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi atau sebaliknya.

Kekerasan suatu logam erat hubungannya dengan kekuatan bahan.


Hubungan keduanya adalah apabilak semakin keras suatu bahan, maka akan
semakin kuat bahan tersebut, dan demikian pula sebaliknya.
Pengujian Kekerasan

1.2 Tujuan dan Manfaat Pengujian


1.3
 Adapun Tujuan dari Pengujian ini adalah meliputi :

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU) :


1. Mengetahui pengaruh Elastic Recovery terhadap kekerasan
bahan.
2. Mengetahui distribusi kekerasan pada bahan mampu keras.
3. Memberikan contoh aplikasi di lapangan.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :
1. Menjelaskan defenisi, tujuan, dan prosedeur pengujian
kekerasan.
2. Menentukan nilai kekerasan logam dengan cara penekanan.
3. Membuat grafik hubungan gaya terhadap waktu penekanan.
4. Membuat grafik hubungan kedalaman penekanan dengan
waktu.
5. Mengetahui hubungan kekerasan pada setiap proses perlakuan
panas.

 Adapun Manfaat dari Pengujian ini meliputi :

1. Manfaat pengujian bagi praktikan :


o Mengetahui hasil pengerjaan logam yang telah diuji
kekerasannya.
o Mengetahui perbedaan antara pengujian kekerasan Brinnel dan
Vickers.
o Dapat melakukan perhitungan pada suatu bahan yang telah diuji.
2. Manfaat pengujian bagi dunia industri :
o Suatu industri dapat memilih bahan yang sesuai untuk
perancangan konstruksi elemen mesin.
o Industri dapat menentukan ekonomis tidaknya suatu bahan untuk
dijadikan bahan dasar dengan mengetahui kekerasannya.
Pengujian Kekerasan

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar


Kekerasan adalah salah satu sifat mekanik dari bahan logam. Kekerasan
didefinisikan sebagai ketahanan suatu bahan terhadap penetrasi pada
permukaannya. Kekerasan juga berhubungan dengan kekuatannya serta proses
perlakuan panas yang telah dilakukan pada bahan tersebut.

Macam-macam Pengerasan permukaan sbb :

1. Karburasi
Besi dipanakan pada suhu AC dalam lingkungan yang mengandung
karbon baik dalam bentuk padat, cair ataupun gas. Macam-macam
karburasi
• karburasi padat merupakan karburasi dimana bahan dimasukkan ke
dalam kotak tertutup dan ruangan diisi dengan kayu. Prosesnya
memakan waktu yang cukup lama untuk memperoleh lapisan yang
tebal antara 0,75 – 4 mm.
• karburasi cair merupakan karburasi dimana baja dipanaskan di atas
suhu kritisnya dalam lapisan luar (mirip cyaniding) kulit luarnya
memiliki kadar karbon yang lebih tinggi dan Nitrogen rendah. Dapat
membentuk lapisan setebal 0,64 mm.
• karburasi gas merupakan karburasi yang menggunakan gas alam atau
hidrokarbon atau propan (gas karbid). Digunakan untuk bagian-
bagian kecil yang dapat dicelupkan langsung setelah pemanasan
dapur.

2. KarboNitriding
Cara pengerasan permukaan, dimana baja dipanaskan di atas suhu kritis di
dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan Nitrogen.
Pengujian Kekerasan

3. Cyaniding
Pada proses ini terjadi absorbsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh
permukaan yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan.

4. Nitriding
Disini digunakan bahan dan suhu yang berlainan. Logam dipanaskan
sampai 510°C dalam lingkungan gas amonia selama beberapa menit.

Adapun cara-cara pengerasan secara umum sbb :

a. Quenching (pengerasan baja)


Proses Quenching atau pengerasan baja adalah pemanasan di atas temperatur
kritis (723°C) kemudian temperatur dipertahankan dalam waktu sampai suhu
merata, selamjutnya dengan cepat baja tersebut didinginkan dalam suatu
media pendingin sehingga diperoleh martensit yang halus.

b. Hardening
Merupakan proses pemanasan logam sampai atau lebih diatas temperatur
kritisnya (723°C) kemudian didinginkan dengan cepat dengan media
pendingin yang telah disiapkan.
• Pengerasan Permukaan
1. Karburasi
Besi dipanakan pada suhu AC dalam lingkungan yang mengandung
karbon baik dalam bentuk padat, cair ataupun gas. Macam-macam
karburasi
- karburasi padat
- karburasi cair
- karburasi gas
2. KarboNitriding
Cara pengerasan permukaan, dimana baja dipanaskan di atas suhu kritis di
dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan Nitrogen.
Pengujian Kekerasan

3. Cyenading
Pada proses ini terjadi absorbsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh
permukaan yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan.
4. Nitriding
Disini digunakan bahan dan suhu yang berlainan. Logam dipanaskan
sampai 510°C dalam lingkungan gas amonia selama beberapa menit.
• Pengerasan Induksi
Proses pengerasan ini menggunakan arus induksi bolak balik yang
berfrequensi tinggi yang berasal dari pembangkit konvektor merkury,
osilator spack atau isolator tabung. Frekuensi umumnya tidak melebihi
5.105 Hz. Untuk yang tipis digunakan frekuensi rendah.
• Pengerasan Nyala
1. Pengerasan stationer
Baik nyala atau benda yang akan dikeraskan keduanya berada dalam
keadaan diam.
2. Pengerasan Progresif
Nyala dari benda yang akan dikeraskan bergerak satu sama lain.
• Pengerasan Endapan
Hanya dapat dilakukan pada paduan, dimana daya larut suatu komponen
berkurang dengan menurunnya suhu. Bila paduan didinginkan secara
perlahan, maka Al2Cu akan mengendap pada suhu yang lebih rendah.

Cara menentukan Kekerasan :

1) Cara goresan, dilakukan dengan cara menggoreskan bahan keras pada


bahan yang lunak, atau dikenal dgn cara Mohr. Mohr membuat skala
yang terdiri dari sepuluh standar mineral yang disusun menurut
kekerasannya. Mulai dari bahan yang terlunak dengan skala 1.

2) Cara Dinamik dilakukan dengan menjartuhkan bola baja pada


permukaan logam, dimana tinggi permukaan bola menggunakan energi
pantulan sebagai penentu kekerasan.
Pengujian Kekerasan

3) Cara Penekanan Dilakukan dengan cara menekan suatu bahan seperti


kerucut intan pada benda uji. Bekas dari penekanan inilah yang akan
diukur kedalamannya sebagai penentu kekerasannya. Cara ini terbagi
lagi atas 3 bagian, Yaitu :
a) Cara Brinell
Penentuan kekerasan dengan cara menekankan bola baja ke
permukaan benda uji dengan gaya tertentu. Pada wkatu bola
ditekan, maka pada permukaan logam akan terdapat bekas seperti
pada gambar berikut :

Untuk logam yang memiliki kekerasan tinggi cara ini tidak dapat
digunakan, karena akan mengakibatkan perubahan bentuk pada
logam itu sendiri, hingga bekas penekanan tidak berupa bidang
bola lagi.
Kelebihan :
• Pengerjaan lebih mudah dilakukan
• Biaya relatif ringan.
• Menghasilkan jejak yang relatif kecil
• Tidak dipengaruhi oleh kekerasan permukaan.

Kekurangan :
• Tidak dapat dilakukan pada logam dengan ukuran
permukaan kecil.
• Tidak dapat dilakukan pada logam dengan tingkat
kekerasan yang tinggi.

b) Cara Vickers
Pengujian Kekerasan

Pada car ini digunakan sebuah intan berbentuk limas segi empat
dengan sudut puncak 360 ditekan pada bahan dengan suatu gaya
tertentu, sehingga pada benda tersebut terdapat jejak dari intan ini.
Seperti pada Brinell, kekerasan Vickers dihitung dari perbandingan
gaya dan luas dari pendesakan limas.

Kelebihan :
• Tingkat ketelitian tinggi
• Specimen yang digunakan tidak mengalami kerusakan
yang berarti dibanding dengan metode lain
• Memberikan hasil berupa skala yang kontinu untuk
suatu bahan tertentu.

Kekurangan :
• Waktu operasi relatif lama.
• Proses pengerjaannya sedikit rumit
• Tidak dapat digunakan untuk pengujian fisik, karena
pengujian permukaan lambat memerlukan persiapan permukaan
benda uji yang sangat hati-hati dan terdapat pengaruh kesalahan
manusia terhadap penentuan panjang diagonalnya.

c) Cara Rockwell
Cara ini berbeda dengan cara terdahulu, prinsip pengukuran
didasarkan pada kedalaman masuknya. Makin dangkal penekanan
benda uji, maka makin keras pula material dari bahan tersebut.
Kerucut intan dan bola yang sering dipakai berdiameter 1/16, 1/8,
1/2 inci. Cara ini amat disukai karena amat praktis, namun
ketelitian kurang.
Kelebihan :
• Pengamatan dapat dilakukan dengan mudah
• Waktu operasinya praktis dan cepat.
Pengujian Kekerasan

• Mampu membedakan ukuran tekanan yang kecil sehingga


bagian yang mendapatkan perlakuan panas yang lengkap dapat
diuju kekerasannya.

Kekurangan :
• Dalam menentukan kekerasan bahan, harus memiliki
permukaan yang halus dan rata.
• Efektifitas dalam pengambilan data kurang.
• Ketelitian kurang.

Cara meningkatkan kekerasan :


1) Dengan melakukan proses perlakuan panas ataupun
dengan proses Hardening seperti yang telah dijelaskan pada materi
sebelumnya.
2) Dengan cara penambahan karbon, karena dengan
bertambahnya persentase karbon, maka kegetasan akan bertambah pula.
3) Dengan cara penambahan unsur paduan kedalam
bahan, antara lain : Nikel, Krom, Silikon, Molibden, dan Wolform.

Beberapa macam Unsur Paduan :


1) Chrom (Cr) dapat menambah kkekuatan
tarik dan meningkatkan ketahanan terhadap korosi pada suhu tinggi.
2) Mangan (Mn) menambah kekuatan dan
elastisitas, kekerasan dan keuletan.
3) Silikon (Si) menambah kekuatan, ketahanan
terhadap asam pada suhu tinggi dan ketahanan listrik.
4) Nikel (Ni) meningkatkan sifat mekanis,
keuletan, kemampukerasan dan mengurangi sifat magnet.
5) Molibden dan Wolform menambah
kekuatan dan kekerasan terutama pada suhu tinggi.
6) Phospor (P) berpengaruh dalam kekerasan
sehingga harus dijaga seminimal mungkin dengan batas hingga 40 %.
Pengujian Kekerasan

7) Sulfur (S) bertujuan untuk memperbaiki dan


meningkatkan sifat mekanik.
8) Vanadium (V) digunakan untuk poros dan
bagian mesin yang membutuhkan kekuatan tarikdan regangan.

Hal-hal yang mempengaruhi kekerasan :

1. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dari perlakuan panas, maka bahan akan semakin
lunak, karena suhu tinggi menyebabkan gaya ikat partikel makin kurang,
sehingga mudah berdeformasi apabila dikenai penetrasi.

2. Waktu Pemanasan
Semakin lama waktu pemanasan, maka temperatur tentu akan bertambah,
akibatnya material akan melunak.

3. Media pendingin
Media pendingin memiliki densitas dan viskositas yang dapat
mempengaruhi laju penyerapan kalor dari benda yang didinginkannya.
Apabila densitas media pendingin semakin rendah maka laju penyerapan
kalornyapun rendah, akibatnya struktur butir akan menghasilkan sifat
martensit yang lunak.

4. Unsur paduan
Sifat unsur paduan berbeda dengan logam murni, dimana peningkatan
kekerasan dan keuletan disebabkan adanya atom-atom penyusun yang
menghambat terjadinya dislokasi kristal sewaktu deformasi plastis.
Hambatan ini terjadi karena adanya dislokasi yang tidak bergerak bebas
melalui unsur-unsur paduan.
Pengujian Kekerasan

5. Kandungan kadar karbon


Semakin tinggi kandungan karbon yang dimiliki oleh suatu material, maka
tingkat kekerasannya akan semakin tinggi.

Kurva Kekerasan Vs temperatur

Hubungan antara kekerasan dan temperatur adalah apabila temperatur


pemanasan semakin tinggi, maka bahan logam akan semakin lunak. Hal ini
disebabkan karena jarak molekul yang semakin besar antar molekul pengisi
logam, sehingga daya ikatnya semakin kurang sehingga menyebabkan material
mudah terpengaruh pada penetrasi yang diberikan.

Logam dengan pengerasan regangan yang tinggi memiliki lebih banyak


energi dalam bentuk kekosongan dan dislokasi dibanding dengan DD kecil.
Dengan energi yang telah ada, tidak banyak lagi diperlukanenergi termal
tambahan untuk membentuk butiran yang dianil. Jadi rekristalisasi dapat terjadi
pada suhu yang lebih rendah.
Pengujian Kekerasan

PENURUNAN RUMUS BRINELL DAN VICKERS

1. Penurunan Rumus Brinell

D
r=
2
r = x2 + z 2
2

x2 = r 2 − z 2 x
r
D  d 
x 2 =   −  z
 2  2 y t
x=
1
2
(D2 −d 2 )
d
t
=r −x D
y

=
D 1
−
2 2
( D 2 − d 2 ) 

(
= D − ( D2 − d 2 )
1
2
)

Luas permukaan bidang penekanan :

A = 2πry

= 2π
D 1
2  2
(
D− (D 2 
−d2 ))

=
D
2
π D−( (D 2
−d 2 ) )
Pengujian Kekerasan

Harga Kekerasan Brinell :

P
HB =
A
P
=
D
2
(
π D − D2 − d 2 )
2P
=
(
πD D − D 2 − d 2 )
Dari pembuktian rumus di atas, dapat dilihat proses pengambilan rumus
Brinell dari rumus dasarnya.

2. Penurunan Rumus Vickers

Bidang alas ABCD dari intan yang berbentuk bujur sangkar diperoleh dari :

AB = BC = AC cos 45 o
1
= AC 2
2

=d
1
2
D
2
C
O x
B
A t
1
O' x = AB
2

1 1 68O
= × 2d
2 2

1
= d 2 O
4

Ox '
Ox =
sin 68O

1
d 2
= 2
sin 68 O
Pengujian Kekerasan

Luas bidang penekanan :

1 1 1 1 2
1 × d 2× d 2 d
BOC = Ox
2 =2 4 O
2 = 8 O
sin 68 sin 68

Maka :
 1 2 
 d  d2
A = 4 BOC = 4 8 O
=
 sin 68  1,854
 
 

Sehingga nilai kekerasan Vickers menjadi :

P
HV =
A

P
= 2
d
1,854

1,854 P
=
d2
Pengujian Kekerasan

2.2 Rumus-rumus yang digunakan


A. Uji kekerasan Brinell
Penekanan mmenggunakan tipe HRB, maka kedalaman penekanan :

h = (130 − hrb ) ×0,002 [mm ]

Untuk nilai kekerasan Brinell :

F  N 
HB =
(π × D × t )  mm 2 

Jumlah dari kedalaman bekas penekanan (t) :

t =C +h

h = (130 − HRB ) × 0,002

Dimana : HB = Kekerasan Brinell (Kg/mm2)

h = Kedalaman bekas penekanan (mm)


D = Diameter indentor (diukur langsung ) (mm)
P = Beban (Kg)
C = Kedalaman gaya preliminary

B. Untuk nilai kekerasan Vickers (HV) dicari dengan menggunakan interpolasi


nilai pada table konversi kekerasan dan nilai kekerasan Rockwell (HRC)
pembacaan langsung pada alat.
Pengujian Kekerasan

C. Rockwell
HRC= …………….

h = (100 − HRC ) × 0,002

t =C +h

C = 0,002 ×3 = 0,006

BAB III
PENGUJIAN

3.1 Bahan dan alat yang digunakan

A. Bahan : St 37
Panjang : 12,5 mm
Diameter : 9 mm

Bahan telah mengalami perlakuan panas yang kemudian didinginkan di


dalam media pendingin berupa air, air garam, oli, dan udara.

O = 18 mm

12 ,5mm

B. Alat yang digunakan :

1. Unit alat uji kekerasan jenis Rockwell


2. Kikir : Untuk meratakan ujung benda kerja
3. Alat pencekam : Untuk mencekam benda kerja saat pengujian
Pengujian Kekerasan

4. Data teknis : Produk dari Franc GMBH, Whenhein B TRK TYPE


38503 power 110-150 Hz.

3.2 Prosedur pengujian

1. Menyiapkan specimen yang telah menjalani uji mHeat Threatment.


2. Permukaan specimen yang belum rata diratakan dengan kikir.
3. Mencekam specimen dengan alat pencekam dengan menggunakan kerucut
intan.
4. Jarum penunjuk dibawa ke skala 0
5. Tuas beban ditarik untuk memberi tekanan pada alat penekan.
6. Membawa skala penunjuk pada alat satu persatu sesuai dengan media
pendingin yang digunakan.
7. Mencatat hasil pengujian pada table pengamatan.
8. Specimen dilepaskan dari pencekamnya.
Pengujian Kekerasan

BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa hasil pengujian

“Analisa Pengaruh Temperatur Terhadap Kekerasan material”

Seperti yang telah kita ketahui bahwa kekerasan merupakan kemampuan


dari permukaan suatu material dalam menahan penetrasi gaya dari luar sehingga
dapat membuatnya berdeformasi plastis, sedangkan temperature merupakan
ukuran kalor yang terkandung pada udara sekitar ataupoun pada material itu
sendiri.

Temperatur amat berpengaruh penting dalam penentuan kekerasan dari suatu


material, karena dengan terjadinya perubahan temperature, maka terjadi pula
perubahan struktur butiran di dalam material itu sendiri. Perubahan struktur ini
tentu saja dapat mengakibatkan perubahan sifat mekanis dari suatu material, salah
satunya adalah perubahan sifat kekerasannya.

Semakin tinggi temperature yang diberikan pada saat perlakuan panas


terhadap suatu material, maka kekerasan yang dimilikinya akan semakin
berkurang, dan demikian pun sebaliknya, apabila temperatu dari suatu material
semakin rendah, maka kekerasan yang dimilikinyapun akan semakin bertambah.
Hal ini kdisebabkan karena adanya perubahan struktur yang dialami ketika terjadi
perubahan temperature.
Pengujian Kekerasan

Apabila temperature semakin tinggi, maka struktur butir yang dimiliki oeleh
material akan merenggang dan cenderung untruk terlepas dari ikatannya, sehingga
akan menyebabkan semakin lunak dan mudah dibentuk, sedangkan apabila suatu
material berada pada kondisi temperature yang lebih rendah, maka struktur
butirnya akan cenderung merapat, sehingga tidak ada ruang kosong yang terjadi,
sehingga molekul sulit bergerak dan berdeformsi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila semakin tinggi temperature dari suatu
material, maka sifatnya akan semakin lunak, dan apabila semakin rendah, temperature
dari suatu material, maka semakin keras sifatnya.

4.2. Analisa khusus media pendingin Air

Media pendingin air merupakan media pendingin yang memiliki densitas


(tingkat kerapatan molekul) yang tinggi apabial dibandingkan dengan oli, dan
udara, namun lebih rendah dari air garam. Densitas ini memiliki pengaruh yang
besar terhadap laju pendinginan dari material yang telah mengalami perlakuan
panas.

Untuk proses pendinginan dengan media pendingin air, laju pendinginan


berlangsung agak cepat, sehingga sifat yang dihasilkannya yaitu keras, namun
lebih lunak daripada air garam. Hal ini diakibatkan karena dengan pendinginan
yang cepat, proses rekristalisasi akan berlangsung secara cep[at pula.
Rekristalisasi yang cepat ini akan mengakibatkan sejumlah atom tidak sempat
mengatur dirinya kembali dalam ikatan-ikatannya selayaknya sebelum
dipanaskan. Struktur yang tidak teratur ini akan menghasilkan martensit yang
sifatnya keras.
Pengujian Kekerasan

Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk densitas media pendingin yang tinggi,
tingkat kekerasan material akan bertambah, karena laju pendinginannya cepat.

4.3. Analisa tambahan

“Elastic Recovery Vs Kekerasan Material”

Elastic Recovery merupakan kemampuan dari suatu permukaan material


dalam mengembalikan keadaan strukturnya pada posisi semula setelah dilakukan
penekanan kepadanya, dimana telah terjadi deformasi pada material tersebut.

Kekerasan merupakan kemampuan dari suatu permukaan material dalam


menahan penetrasi gaya yang akan mengakibatkan terjadinya deformasi pada
material tersebut.

Dari grafik hasil pengujian dan pengolahan data, dapat kita lihat, bahwa nilai
elastic recovery yang terbesar dimiliki oleh material yang paling lunak. Hal ini
disebabkan karena adanya deformasi elastis yang dialami oleh material tersebut,
sehinmgga apabila senakin dalam penekanan, maka deformasi elastis yang
dialaminya semakin besar, sehingga nilai elastic recoverynyapun semakibn besar
pula.Demikianpun pada material yang memiliki tingkat kekerasan yang tinggi,
apabila diberikan penekanan, dia tidak mengalami deformasi elastis yang besar,
karena sifat yang dimilikinya, sehingga nilai elastic recoverynyapun kecil.

Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila nilai elastic recoverynya semakin


besar, maka hal ini menunjukkan tingkat kekerasan dari material tersebut semakin
kecil.
Pengujian Kekerasan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1) Kekerasan merupakan kemampuan dari suatu material dalam menahan


penetrasi
2) Dengan mengetahui tingkat kekerasan bahan, maka suatu perusahaan konstrusi
mampu merancang suatu komponen mesin sesuai dengan penggunaannya,
dengan tingkat kualitas dan keamanan yang tinggi serta biaya produksi yang
seminimal mungkin.
3) Hal-hal yang mempengaruhi kekerasan suatu material adalah temperature,
waktu pemanasan, laju pendinginan, kadar karbon, dan unsure paduan.
4) Cara menentukan kekerasan pada pengujian yaitu dengan cara penekanan yang
terdiri dari tiga bagian, yaitu cara Rockwell, Brinell, dan Vickers.
5) Nilai elastic recovery berbanding terbalik dengan tingkat kekerasan dari suatu
bahan.

5.2 Saran
Harap alat yang kurang baik diperbaiki, sehingga dapat menunjang dalam
pengambilan data yang akurat.
Pengujian Kekerasan

DAFTAR PUSTAKA

Pengetahuan Bahan Teknik, Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met., E dan
Prof. Dr. Shiroku Saito. Pradya Pratama.
Ilmu Teknologi Bahan, Lawrence H. Van Vlack, dan Sriati Djaprie
Erlangga, Jakarta.

You might also like