Professional Documents
Culture Documents
PERTAMBANGAN
I. PENDAHULUAN
253
bagian integral dari, pembangunan nasional dalam rangka
mewujudkan cita-cita bangsa mencapai masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
Sumber daya alam mineral dan energi memiliki ciri-ciri
khusus yang memerlukan pendekatan sesuai dengan
pengembangannya. Ciri khusus sektor pertambangan yang perlu
diperhatikan dalam pembangunan pertambangan, antara lain
sumber daya alam tambang menempati sebaran ruang tertentu di
dalam bumi dan dasar laut, terdapat dalam jumlah terbatas dan
pada umumnya tak terbarukan; pengusahaannya melibatkan
investasi dan kegiatan sarat risiko, yang seringkali harus padat
modal dan teknologi; proses penambangannya memiliki potensi
daya ubah lingkungan yang tinggi; hasil tambang mineral dan
energi mempunyai fungsi ganda, terutama sebagai sumber bahan
baku industri dan energi, baik untuk kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor; dan usaha pertambangan mampu berperan sebagai
penggerak mula dan ujung tombak pembangunan daerah, di
samping perannya dalam memenuhi hajat hidup masyarakat luas.
254
masa. Oleh karena itu, sumber daya alam harus dijaga
agar kemampuannya untuk memperbaharui diri selalu
terpelihara. Sumber daya alam yang tidak terbarukan
harus digunakan sehemat mungkin dan diusahakan
habisnya selama mungkin.
25
5
sebesarbesarnya bagi kesejahteraan rakyat dan mendorong
pertumbuhan
industri dalam rangka memperkukuh struktur ekonomi
yang seimbang dan meningkatkan pendapatan nasional.
257
telah diselesaikan sebanyak 17 lembar atau 4,7 persen,
dan peta geologi kelautan regional dengan skala
1:1.000.000 atau lebih kecil telah selesai 7 lembar atau
25,0 persen dari seluruh wilayah lautan di Indonesia.
258
Madura peta skala 1:100.000 menyelesaikan 5 lembar
atau 8,6 persen dari luas Pulau Jawa dan Madura.
Penyelidikan potensi cekungan air tanah tingkat awal telah
menyelesaikan 105 cekungan atau 49,1 persen, dan
penyelidikan tahap rinci sebanyak 22 cekungan atau 10,3
persen dari seluruh cekungan air tanah di Indonesia.
25
9
api; penyelidikan fisika sebanyak 19 gunung api;
penyelidikan penginderaan jauh sebanyak 19 gunung
api; penyelidikan seismik sebanyak 16 gunung api.
Penyelidikan geologi teknik dilaksanakan sebanyak 241
lokasi, meliputi penyelidikan fondasi, terowongan,
bendungan, waduk, jalan raya dan kereta api,
kemantapan lereng, tanah lunak, dan likuifaksi.
Penyelidikan geologi lingkungan perkotaan, perdesaan,
pantai, wilayah pertambangan, dan geologi lingkungan
buangan limbah di berbagai wilayah telah dilakukan
pada 124 lokasi.
260
terus disebarluaskan guna memperkecil jumlah
korban dan kerugian.
26
1
mineral logam selama PJP I menunjukkan peningkatan dari
tahun ke tahun, terutama pada tahun-tahun terakhir PJP I.
Produksi logam timah meningkat dengan pesat dari 5,8
ribu ton pada awal Repelita I dan diperkirakan menjadi
31,2 ribu ton pada akhir PJP I. Ekspor logam timah
memperlihatkan kenaikan dari 5,1 ribu ton menjadi 29,2
ribu ton pada kurun waktu yang sama. Penemuan
cadangan timah yang cukup besar terjadi selama PJP I.
Cadangan utama timah di Pulau Bangka dan Belitung
tercatat sebesar 782,5 ribu ton.
Produksi bijih nikel baru mencapai sekitar 990 ribu ton pada
akhir Repelita I. Dengan beroperasinya pabrik feronikel di
Pomalaa tahun 1976 dan dimulainya ekspor bijih nikel dari Pulau
Gebe, produksi bijih nikel pada akhir PJP I diperkirakan
mencapai 2.547,5 ribu ton. Sementara itu, volume ekspor bijih
nikel memperlihatkan kecenderungan yang terus meningkat dari
830 ribu ton pada akhir Repelita I menjadi sekitar 1.850 ribu ton
pada akhir PJP I.
262
Satu-satunya tambang di Indonesia yang menghasilkan
tembaga dalam bentuk konsentrat terdapat di Irian
Jaya. Produksi
pertama konsentrat tembaga dimulai pada tahun 1972
sebesar 9,8 ribu ton, dan mencapai 1.042 ribu ton
pada tahun terakhir PJP I. Pada tahun 1990 Indonesia
merupakan peringkat 15 produsen tembaga dunia.
Sejalan dengan tingkat produksinya, ekspor konsentrat
tembaga tahun 1972 sebesar 9 ribu ton, dan pada
akhir PJP I mencapai 990 ribu ton. Sampai saat ini
seluruh produksi konsentrat tembaga masih diekspor
karena belum tersedia pabrik peleburan tembaga di
dalam negeri.
Cadangan terukur emas sampai saat ini adalah 1,7 ribu ton.
Dalam PJP I produksi emas telah berhasil ditingkatkan dari 251,6
kilogram pada awal Repelita I menjadi 40.324,0 kilogram pada
akhir PJP I. Jumlah produksi tersebut termasuk emas yang
terkandung dalam konsentrat tembaga. Kegiatan eksplorasi yang
intensif dalam Repelita V telah berhasil menemukan cadangan baru
di daerah Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor, dan diharapkan
mulai berproduksi pada awal tahun 1994. Sementara itu, produksi
perak selama periode PJP I berhasil ditingkatkan dari 10.143,2
kilogram pada awal PJP I dan diperkirakan menjadi 71.094
kilogram pada akhir PJP I.
26
3
semakin meningkat di Indonesia telah memacu pengembangan
pertambangan bahan galian industri, khususnya dalam usaha
memenuhi kebutuhan bahan baku industri tersebut.
Produksi batu kapur selama PJP I meningkat dari 696 ribu ton
pada awal PJP I menjadi 39.236 ribu ton pada akhir PJP I.
Produksi dolomit pada akhir Repelita III adalah sebesar 63,5 ribu ton
dan pada akhir PJP I mencapai 103,7 ribu ton. Sebagian besar
dolomit yang dihasilkan di Indonesia dimanfaatkan oleh sektor
pertanian, dan baru sebagian kecil yang dimanfaatkan untuk industri.
Pada tahun pertama PJP I produksi kaolin sebesar 8,1 ribu ton
dan menjelang akhir PJP I meningkat menjadi 209,6 ribu ton.
Produksi kaolin Indonesia berasal dari Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Belitung, Bangka, Jawa Barat, Jawa Timur,
dan Lampung. Di samping untuk ekspor, produksi tersebut juga
digunakan untuk memenuhi kebutuhan kaolin di dalam negeri
sebagai bahan keramik.
264
dan masih diperlukan lagi peningkatan produksinya,
karena kebutuhan dalam negeri masih dipenuhi
melalui impor. Sampai saat ini bentonit baru
dihasilkan dari Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur.
Selama PJP I minyak bumi, gas bumi, dan panas bumi sangat
besar peranannya dalam pembangunan. Minyak dan gas bumi
merupakan sumber energi dan bahan baku untuk industri dalam
negeri serta menjadi sumber penerimaan dan devisa negara.
265
Produksi gas bumi selama PJP I meningkat 22 kali lipat, yaitu
dari 116 miliar kaki kubik pada awal PJP I menjadi 2.502 miliar
kaki kubik menjelang akhir PJP I. Kenaikan produksi gas tersebut
terutama disebabkan oleh pengembangan pemanfaatan gas untuk
gas alam cair (liquefied natural gas, LNG) sejak 1977, di samping
dimanfaatkan juga untuk pabrik pupuk, pabrik baja, dan
pemanfaatan dalam negeri lainnya.
266
cair (liquefied petroleum gas, LPG) meningkat selama PJP
I, yaitu dari 11,8 ribu ton pada tahun pertama PJP I
menjadi sekitar 2,9 juta ton pada tahun terakhir
PJP I.
26
7
sebesar 199,5 megawatt, yaitu dari lapangan
Kamojang, Gunung Salak, Dieng, dan Lahendong.
1. Tantangan
26
9
adalah bagaimana menciptakan iklim investasi yang lebih
mendukung serta sistem insentif untuk menarik masuknya investor
baru dalam usaha pertambangan. Hal ini penting mengingat sifat
usaha pertambangan adalah penuh risiko, padat modal, dan bersifat
jangka panjang.
Kegiatan perencanaan dan pengembangan pertambangan, baik
oleh swasta maupun Pemerintah, menuntut tersedianya data dan
informasi geologi sumber daya mineral secara lengkap dan rinci.
Dewasa ini upaya pengumpulan, pengolahan, penyimpanan serta
pemanfaatan informasi geologi dan sumber daya mineral belum
sepenuhnya mampu memberikan informasi secara cepat, lengkap
dan efisien. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana
mengembangkan sistem informasi geologi dan sumber daya mineral
yang terpadu dengan memanfaatkan teknologi informasi yang
mutakhir.
270
yang didasarkan kepada hasil inventarisasi geologi dan evaluasi
sumber daya mineral, dan disusun sesuai dengan prinsip
pemanfaatan lahan berganda, termasuk pengembangan wilayah
pascatambang. Oleh karena itu, juga merupakan tantangan untuk
memanfaatkan sumber daya mineral dan energi melalui penerapan
sistem pertambangan yang berwawasan lingkungan, serta untuk
menjamin kesinambungan kegiatan ekonomi setelah kegiatan
pertambangan berakhir.
2. Kendala
27
1
Pembangunan pertambangan dalam Repelita VI juga
dihadapkan pada kurangnya tenaga ahli dan tenaga terampil,
termasuk untuk pengembangan pertambangan rakyat yang efisien
dan pertambangan yang berwawasan lingkungan.
3. Peluang
272
IV. ARAHAN, SASARAN, DAN
KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN
27
3
Pemanfaatan bahan dan hasil tambang terus dikembangkan
melalui peningkatan produksi dan usaha pemasarannya di dalam
negeri dan di luar negeri serta pengolahannya perlu didukung oleh
industri pengolahan yang maju agar mampu meningkatkan nilai
tambah dan pendapatan negara.
274
laut, terus ditingkatkan melalui keterampilan dan keahlian
di sektor pertambangan.
2. Sasaran
a. Sasaran PJP II
275
dimanfaatkan minimal 25 persen atau sekitar 4.000
megawatt.
b. Sasaran Repelita VI
276
Dalam Repelita VI diprogramkan penyelesaian pemetaan dan
penyelidikan geologi dan geofisika sejumlah 104 peta; pemetaan
dan penyelidikan geologi kelautan sejumlah 25 lembar peta dan 30
lokasi; inventarisasi dan pemetaan serta eksplorasi sumber daya
mineral sejumlah 55 lembar peta dan 105 lokasi; inventarisasi dan
pemetaan serta eksplorasi sumber daya energi sejumlah 25 lembar
peta dan 45 lokasi, dan 3 kegiatan pengeboran; pemetaan
hidrogeologi sejumlah 25 lembar peta dan 23 penyelidikan air
tanah. Lihat Tabel 25 - 1.
27
72
TABEL 25 - 1
RENCANA KEGIATAN PEMETAAN DAN PENYELIDIKAN GEOLOGI
SEKTOR PERTAMBANGAN
1994/95-1998/99
3. Kebijaksanaan
279
pengusahaan tambang, pemanfaatan panas bumi dan
pemanfaatan air tanah; penyediaan informasi mengenai
geologi bagi penanggulangan bencana alam geologis
sehingga korban jiwa dan kerugian materiil dapat ditekan
secara maksimal; dan penyediaan informasi geologi tata
lingkungan sebagai bahan acuan dalam menyusun tata
ruang nasional. Untuk itu, disusun peta dasar geologi,
berbagai peta sumber daya mineral dan energi di
280 TABEL 25-2
1994/95-1998/99
Akhir Repelita Vi
Janis Sasaran Satua Repelita 1904 1995/ 1998/ 1997/ 1998/ Jumla
1. Minyak bumi juta 500,0 55 55 553 551 547 2.76
dan barel 8,5 6,3 ,0 ,2 ,5 6,5
2. Gas bumi miliar 2.502,0 2.94 3.06 3.02 2.89 2.96 14.8
kaki 5,5 8,0 5,8 0,8 0,0 88,1
3. Batubara ribu ton 29.000,
kubik 35.00 44.00 52.00 60.00 71.00 262.0
4. Panas bumi MW 0
199,5 0,031 0,051 0,066 0,074 0,01.02 00,0
3.2
5. Logam timah ribu 31,2 3 3 3 4 4 1
6. Bijih nikel ribu 2.547,5 2.40 2.68 2.75 2.75 2.75 13.3
- feronikel - ton 5.500,0 5.50 10.00 11.00 11.00 11.00 48.5
- nikel matte - ton 32.000, 50.00 50.00 48.00 50.00 50.00 246.0
7. Bauksit ribu 1.087,0 1.05 1.00 1.00 1.00 1.00 5.05
8. Konsentrat ribu 1.042,0 1.04 1.04 1.68 1.75 1.78 7.28
9. Pasir besi ribu 315,7 340 34 34 34 34 1.70
10. Emas 3) kg 40.324, 42.00 47.30 56.60 84.80 70.60 281.3
11. Perak 4) kg 71.094, 93.50 98.20 120.2 143.30 143.00 598.2
0 0,0 0,0 00,0 0,0 0,0 00,0
Catatan: 1) Angka perkiraan realisasi (tahun terakhir Repelita V)
2) Daya terpasang
3) Termasuk emas dalam konsentrat tembaga
4) Termasuk perak dalam konsentrat tembaga
5)
darat dan di laut, serta peta hidrogeologi, geologi teknik, geologi
tata lingkungan, daerah bahaya gunung api, gerakan tanah dan
gempa bumi. Upaya tersebut didukung oleh kegiatan penelitian
geologi dan geofisika; inventarisasi, eksplorasi dan evaluasi
kekayaan sumber daya mineral, air bawah tanah dan panas bumi;
dan penyelidikan serta pemantauan bencana alam geologis.
281
di sektor rumah tangga, industri, dan transportasi
ditingkatkan. Pengembangan energi alternatif dengan
cadangan besar seperti halnya batu bara, ditetapkan
dalam suatu kebijaksanaan nasional yang menyangkut
berbagai aspek dalam bentuk peraturan perundang-
undangan yang mempunyai jangkauan ke depan.
282
Pengembangan pertambangan dapat mendorong
tumbuhnya kegiatan sosial ekonomi daerah, terutama di
daerah terpencil, dengan mempertimbangkan prinsip
penggunaan lahan berganda dalam tata ruang daerah
yang bersifat dinamis, melalui optimasi manfaat neto
pendayagunaan kekayaan alam.
Kegiatan sosial ekonomi yang tumbuh selama usaha
pertambangan berlangsung diupayakan agar terus berlanjut pada
masa pascatambang. Oleh karena itu, harus dipersiapkan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan transformasi
struktural sesuai dengan potensi sumber daya yang terdapat di
wilayah yang bersangkutan. Transformasi struktural diarahkan
pada proses perubahan kegiatan ekonomi suatu wilayah
pertambangan secara bertahap ke sektor ekonomi lain yang
produktif. Sektor yang tumbuh dan berkembang selama kegiatan
usaha pertambangan berjalan diharapkan mampu menyerap dan
mengembangkan potensi lokal dan memanfaatkan keunggulan
komparatif yang dimiliki daerah seoptimal mungkin, serta
menciptakan keunggulan kompetitif sehingga mampu
menggantikan kegiatan usaha pertambangan yang suatu ketika
akan berakhir. Dengan demikian, pengembangan ekonomi
wilayah setelah kegiatan usaha pertambangan terhenti dapat terus
dijaga kesinambungannya.
283
ditingkatkan melalui peningkatan pendidikan dan pelatihan guna
memenuhi kebutuhan tenaga profesional dan tenaga terampil.
Upaya alih teknologi pada tenaga bangsa Indonesia secara
sistematis ditingkatkan dan dipercepat. Penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan dalam
usaha menemukan cadangan sumber daya mineral
dan energi, meningkatkan efisiensi dalam eksplorasi
dan produksi, meningkatkan konservasi dan
penganekaragaman pemanfaatan sumber daya,
mendukung pengembangan industri pengolahan hasil
tambang, dan mendukung pengembangan wilayah
melalui pemanfaatan sumber daya setempat. Kemampuan
penelitian dan pengembangan harus ditingkatkan
sehingga mampu menghasilkan teknologi tepat serta
menyediakan informasi bagi pemantapan kebijaksanaan
ataupun dalam menunjang operasi dan pengelolaan
pertambangan. Untuk itu, kegiatan penelitian dan
pengembangan, baik dalam eksplorasi,
penambangan, pengolahan, ekstraksi, dan pemurnian hasil
tambang, maupun pemanfaatannya diberi perhatian
khusus.
e. Pengembangan Sistem Pendukung Pertambangan
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan dan hasil tambang
dalam upaya memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan ekspor,
terus dilanjutkan usaha standardisasi proses dan produk
pertambangan yang menyangkut teknik eksplorasi, sistem
penambangan, pengolahan dan pendistribusian komoditas hasil
tambang, serta pengujian mutu. Upaya tersebut dikembangkan
agar dapat dicapai kesesuaian tolok ukur kualitas antara
produsen dan konsumen, di samping tercapai efisiensi yang lebih
tinggi.
Usaha menarik penanaman modal, baik asing maupun dalam
negeri, dalam usaha pertambangan terus ditingkatkan melalui
penyediaan informasi, pemberian kemudahan perizinan, dan sistem
insentif, dengan tetap memperhatikan keserasian usaha yang saling
terkait di antara para pelaku ekonomi, baik dari segi pendanaan,
teknologi maupun manajemen.
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
1. Program Pokok
2) Geologi Kelautan
286
pengungkapan potensi sumber daya mineral dan energi di dasar
laut, sebagai upaya mengantisipasi kebutuhan mineral dan energi di
masa yang akan datang. Penyelidikan geologi dan geofisika
kelautan akan dilakukan untuk memperoleh informasi struktur
dan stratigrafi dasar laut. Informasi ini sangat berguna sebagai
petunjuk adanya cebakan hidrokarbon. Pada kawasan yang penting
dan jalur pelayaran internasional yang sibuk, kondisi dasar laut,
jenis sedimen, dan proses sedimentasinya akan diselidiki.
28
7
Penyelidikan potensi air tanah tingkat rinci direncanakan
mencakup tiga cekungan air tanah guna kemungkinan
pengembangannya dalam memenuhi keperluan penyediaan air
bersih di daerah perkotaan dan perdesaan. Prioritas utama akan
diberikan pada daerah yang mempunyai kantung kemiskinan.
Penyelidikan penyediaan air untuk daerah sulit air akan
dilaksanakan di 25 lokasi; penyelidikan geologi teknik di 33
lokasi; penyelidikan geologi lingkungan di 30 lokasi; dan
penyelidikan geologi lingkungan buangan limbah di 15 lokasi.
288
Pemantauan tanah longsor di 5 lokasi daerah rawan
longsor, yaitu Cianjur, Ciloto, Ciamis, Majenang, dan
Banjarnegara; pemeriksaan tanah longsor pada 30 lokasi
setiap tahunnya; pembuatan sumur pantau air tanah 6
buah setiap tahun, sehingga pada akhir Repelita VI akan
dimiliki 92 sumur pantau yang tersebar di Jakarta,
Semarang, Bandung, Denpasar, dan Medan; pembuatan
stasiun pengamat amblasan sebanyak 1 stasiun setiap
tahunnya di Jakarta; konservasi air tanah di 6 daerah yang
penggunaan airnya sangat intensif, yaitu Jakarta,
Semarang, Surabaya, Bandung, Denpasar dan Medan; dan
pemantauan masalah air, limbah, dan kualitas lingkungan
geologi di 6 lokasi.
289
Eksplorasi terinci batu bara akan dilakukan di sekitar Tanjung
Enim, seperti di Kungkilan Banjarsari, Arahan dan Suban Jeriji;
juga di sekitar Sawahlunto seperti di Sigalut dan Air Keruh; di
Mampun Pandan (Jambi), di sekitar Cerenti (Riau); di
Sangkulirang (Kalimantan Timur) dan di Satui II (Kalimantan
Selatan). Eksplorasi di daerah baru seperti Irian Jaya dan Maluku
akan dilakukan pada lokasi yang potensial.
290
Energi gambut sejauh mungkin dapat membantu
program nasional pengentasan desa tertinggal dan
daerah yang relatif terpencil, mengingat sifat arang
gambut yang secara ekonomis kurang menguntungkan
untuk ditranspor. Penggunaan gambut juga
direncanakan untuk percobaan ekstraksi asam humat
(lignin), sebagai pengencer lumpur pengeboran,
pengatur pengerasan semen, dan media semai. Upaya
pemanfaatan gambut tersebut tetap memperhatikan
kegunaan lahan bagi keperluan pertanian dan usaha
lain, dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
2) Pertambangan Mineral
29
1
nikel. Pengolahan nikel akan ditingkatkan kapasitasnya secara
bertahap, sehingga ekspor utama komoditas nikel pada akhir
Repelita V I a ka n t e r di r i a t a s ni ke l o l a h a n . U s a h a
p e n g o pt i m a l a n
penggunaan energi dalam pembuatan feronikel akan
dilakukan dengan menjajagi penggunaan sumber energi
yang lebih murah seperti PLTA, serta kemungkinan
pembuatan feronikel menggunakan teknik selain proses
Elkem. Untuk dapat lebih memanfaatkan potensi
cadangan nikel, usaha penjajagan proses leaching juga
akan diteruskan dalam Repelita VI. Atas dasar studi ini,
akan dibuat rencana perluasan/pengembangan tahap II.
292
Pantas, dan Munggu Pasir untuk mengevaluasi cadangan dan
perencanaan tambang. Juga akan dilakukan penyelesaian terhadap
masalah tumpang tindih lahan dengan pihak kehutanan
(hutan tanaman industri). Diharapkan dalam Repelita VI
pembukaan tambang baru berikut pengembangan bauksit
di wilayah ini dapat dirumuskan.
29
3
Mengingat banyaknya cadangan emas dalam jumlah kecil yang
dimungkinkan untuk ditambang dengan tambang terbuka, dalam
masa Repelita VI akan dievaluasi kemungkinannya untuk membuka
tambang emas dengan kapasitas produksi ekonomis di bawah 1 ton
per tahun. Usaha ini akan membantu pengembangan daerah dan
penataan serta pemantapan usaha pertambangan rakyat. Dengan
adanya potensi pasar yang baik untuk barang perhiasan, dalam
masa Repelita VI akan dilakukan penelitian dan kemungkinan
investasi untuk mengembangkan industri barang perhiasan,
294
pengeboran sumur pengembangan sebanyak 773 buah
sumur rata-rata per tahun. Sejalan dengan upaya
peningkatan minyak mentah yang diolah di dalam
negeri, pangsa ekspor minyak mentah diperkirakan
akan mulai berkurang.
295
II, dan perbaikan kilang Cilacap, sehingga tambahan
kapasitas kilang mencapai sekitar 165 MBCD.
Sasaran yang akan dicapai melalui PSK ini ialah membina dan
menyalurkan potensi rakyat dalam suatu konsep kegiatan
296
pertambangan yang tertata dan mendukung sistem perekonomian
nasional;
memberikan wahana ekonomi yang sesuai dengan aspirasi,
kebutuhan, dan kemampuan rakyat setempat untuk ikut berperan
aktif dalam usaha pertambangan yang berskala ekonomis sehingga
mampu meningkatkan kesempatan berusaha dan perluasan
lapangan kerja serta peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;
menyediakan wadah pembinaan bagi peningkatan peran serta
rakyat dalam pertambangan oleh Pemerintah dan para pelaku
ekonomi yang kuat, melalui pengembangan sistem pertambangan
yang terpadu dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
masyarakat penambang setempat; mendorong terselenggaranya
pemanfaatan kekayaan sumber daya alam oleh rakyat dengan daya
guna dan hasil guna yang lebih besar, perlindungan terhadap
kerusakan lingkungan, kemitraan usaha yang saling
menguntungkan dengan pertambangan besar, keterkaitan dengan
industri pengolahan, pemasaran hasil dan jasa pelayanan lainnya,
serta mendukung pengembangan wilayah; melaksanakan upaya
pencadangan usaha pertambangan rakyat secara proaktif pada
lokasi yang cocok dengan konsep PSK.
29
7
2. Program Penunjang
298
Peningkatan efisiensi dalam perusahaan minyak dan gas bumi
akan diusahakan melalui penerapan manajemen reservoir dalam
pengoptimalan pengembangan lapangan, penurunan biaya
eksplorasi, produksi, pemurnian dan pengolahan;
pemakaian gas bumi sebagai bahan bakar di lapangan
minyak, penggunaan gas untuk menggantikan
pemakaian minyak mentah dalam pengurasan tahap
lanjut; dan pemanfaatan gas bumi buangan untuk
kilang LPG kecil.
29
9
kepada pemerintah daerah, calon atau pemegang
kuasa pertambangan, dan kepada masyarakat luas.
Penyerapan tenaga kerja pertambangan akan ditingkatkan
melalui koordinasi antarsektor serta dukungan terhadap bursa
tenaga kerja; pemanfaatan dana iuran wajib pendidikan dan
pelatihan; dan intensifikasi pendidikan dan pelatihan dalam upaya
menggantikan tenaga kerja asing.
300
Dalam Repelita VI direncanakan akreditasi laboratorium
penguji; penyempurnaan peraturan pelaksanaan pengawasan
mengenai pengelolaan lingkungan pertambangan; pelaksanaan
inspeksi tambang; pedoman teknis reklamasi lahan pascatambang;
dan pengalokasian lahan usaha pertambangan serta penertiban
usaha pertambangan tanpa izin.
30
1
Untuk meningkatkan peran serta swasta dan koperasi di bidang
minyak bumi, gas bumi, dan panas bumi, iklim investasi akan
dibuat lebih menarik sehingga pihak swasta dan koperasi dapat
didorong dalam meningkatkan kemampuannya. Upaya tersebut
dilaksanakan, antara lain, melalui pendidikan dan pelatihan;
pengikutsertaan dalam pembangunan kilang dan industri
petrokimia; pemanfaatan gas skala kecil; pembangunan dan
pengelolaan pipa transmisi gas; pengangkutan dan penyaluran
BBM dan non-BBM; serta berbagai kegiatan jasa lainnya. Industri
minyak dan gas bumi Indonesia yang telah berpengalaman lebih
dari seabad dan kemampuan nasional yang telah berkembang
dalam teknologi, keahlian, dan pendanaan juga akan
dikembangkan untuk mulai beroperasi di luar negeri.
302
Kerja sama internasional di bidang minyak bumi, gas bumi,
dan panas bumi, akan tetap dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan nasional. Kerja sama bilateral dengan berbagai
negara akan dilaksanakan untuk kelancaran perdagangan dan
ekspor, penyelesaian masalah landas kontinen, serta pengusahaan
bersama sumber daya minyak dan gas bumi. Demikian pula, kerja
sama antarnegara berkembang akan terus digalakkan dengan
semangat saling membantu dan saling menguntungkan.
30
3
Tabel 25 – 3
RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN
No.
Sektor/Sub Sektor/Program 1994/95 1994/95 — 1998/99
07
SEKTOR
07.1 Sub Sektor Pertambangan
07.1.01 Program Pengembangan Geologi dan Sumber Daya Mineral 43.870,0 287.350,0
304
~.ullmll