You are on page 1of 4

Protein merupakan salah satu kelompok makanan utama, di samping karbohidrat

dan lemak. Protease atau enzim pemecah protein dibutuhkan agar protein dapat
dicerna tubuh. Enzim adalah molekul protein kompleks yang dihasilkan oleh sel
hidup dan bekerja sebagai katalisator dalam berbagai proses kimia di dalam tubuh
makhluk hidup.

Protease, amilase, dan lipase termasuk ke dalam enzim pencernaan. Enzim


pencernaan berguna dalam proses penguraian protein (enzim protease), karbohidrat
(enzim amilase), dan lemak (enzim lipase).

Fungsi Protein

Hewan dan manusia memerlukan asupan protein yang cukup untuk pertumbuhan
dan memulihkan sel yang rusak. Protein juga diperlukan untuk pertahanan
tubuh. Protein, penghasil asam amino, merupakan unsur struktural dasar setiap sel
tubuh. Jenis-jenis protein tertentu merupakan elemen fungsional pada sel-sel
tertentu, sekresi kelenjar, enzim, dan hormon.

Protein yang merupakan salah satu senyawa organik paling rumit di alam, tersusun
atas nitrogen yang mengandung senyawa asam amino. Saat protein dicerna, asam
hidroklorat dan dan proteolitik memecah molekul protein yang kemudian diserap
tubuh melalui dinding usus.

Pentingnya Protease

Protease merupakan sekelompok enzim yang fungsi katalisnya menghidrolisis atau


memecah protein. Protease disebut juga enzim proteolitik, peptidase, atau
proteinase. Protease terdapat di dalam semua organisme secara alami.

Enzim protease sangat penting dalam proses pencernaan karena enzim tersebut
memecah ikatan peptida pada makanan yang mengandung protein untuk
melepaskan asam-asam amino yang diperlukan tubuh. Dalam dunia medis, enzim
protease digunakan sebagai terapi untuk pengobatan tumor, radang, kelainan darah,
dan pengaturan kekebalan.

Protease mampu menghidrolisis hampir semua jenis protein, sepanjang protein


tersebut bukan komponen sel hidup. Sel hidup yang normal terlindung dari lisis oleh
mekanisme penghalang.

Parasit, jamur, dan bakteri, merupakan protein. Virus merupakan parasit sel yang
tersusun dari asam nukleat yang tertutup lapisan protein. Enzim protease dapat
memecah protein yang tidak tecerna, serpihan sel, dan toksin dalam darah. Dengan
demikian, sistem kekebalan tubuh dapat berkonsentrasi pada serangan bakteri atau
parasit.

Protease atau peptidase dibagi menjadi enam kelompok, yaitu serina-, treonina-,
sisteina-, aspartat-, glutamat-, dan metalo-peptidase. Selain itu, protease dapat
diklasifikasikan berdasarkan pH-nya, yakni  protease asam, protease netral, dan
protease basa.
Pengaruh Kekurangan Protease pada Tubuh

Kekurangan enzim protease atau enzim pemecah protein dapat memengaruhi


kesehatan tubuh. Pencernaan protein menimbulkan keasaman. Oleh karena itu,
kekurangan protease menyebabkan kelebihan alkali pada darah. Kondisi alkalis
dapat menyebabkan kecemasan dan insomnia.

Selain itu, karena protein diperlukan untuk membawa kalsium yang terikat pada
protein dalam darah, kekurangan protease bisa menyebabkan artritis, osteoporosis,
dan penyakit-penyakit lain yang berkaitan dengan kekurangan kalsium.

Karena protein diubah menjadi glukosa, kekurangan protein yang dicerna tubuh
akan menyebabkan kemurungan, ketidakstabilan mood (suasana hati), dan mudah
tersinggung. Protease juga mampu mencerna serpihan-serpihan yang tidak
diinginkan dalam darah, termasuk bakteri dan virus.

Oleh karena itu, orang yang kekurangan protease kekebalannya akan menurun
sehingga ia lebih rentan terhadap infeksi bakteri, virus, dan jamur.

EFEK RADIASI BAGI TUBUH


Kerusakan sel akan mempengaruhi fungsi jaringan atau organ bila jumlah sel yang mati/rusak
dalam jaringan/organ tersebut cukup banyak. Semakin banyak sel yang rusak/mati, semakin
parah gangguan fungsi organ yang dapat berakhir dengan hilangnya kemampuan untuk
menjalankan fungsinya dengan baik. Perubahan fungsi sel atau kematian dari sejumlah sel
menghasilkan suatu efek biologi dari radiasi yang bergantung antara lain pada jenis radiasi
(LET), dosis, jenis sel dan lainnya.

Pada tubuh manusia, secara umum terdapat dua jenis sel yaitu sel genetik dan sel somatik. Sel
genetik adalah sel ogonium (calon sel telur) pada perempuan dan sel spermatogonium (calon
sel sperma) pada laki-laki. Sedangkan sel somatik adalah sel-sel lainnya yang ada dalam
tubuh. Bila dilihat dari jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek
somatik.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga
dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara
klinik sudah dapat teramati pada individu terpapar dalam waktu singkat (harian sampai
mingguan) setelah pemaparan, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya
kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Sedangkan efek tertunda merupakan efek
radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan-tahunan) setelah terkena paparan
radiasi, seperti katarak dan kanker. Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan
proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik.

Bila sel yang mengalami perubahan ini adalah sel genetik maka sifat-sifat sel yang baru
tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau efek
pewarisan. Apabila sel terubah ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka
waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik
lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
1. Efek : Efek radiasi yang dapat dirasakan langsung oleh orang yang menerima
radiasi (contoh: kanker, leukimia, luka bakar, katarak, kemandulan, kelainan
kongenital)
2. Efek Genetik : Efek radiasi yang diterima oleh individu akan diwariskan kepada
keturunannya (contoh: penyakit keturunan, kanker pada masa kanak-kanak)
3. Efek Teragonik: Efek pada embrio (contoh: kemunduran mental)
4. Efek Stokastik: Efek yang kebolehjadian timbulnya merupakan fungsi dosis radiasi
dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang (contoh: leukimia, kanker, efek
genetik)
5. Efek Deterministik: Efek yang kualitas keparahannya bervariasi menurut dosis dan
hanya timbul bila dosis ambang dilampaui (contoh: katarak, anemia, penurunan IQ
janin, pneunomitis, kemandulan, sindrom radiasi akut)

Sifat Efek Stokastik Sifat Efek Deterministik


- Tidak mengenal dosis ambang - Punya dosis ambang
- Timbul beberapa saat setelah
- Timbul setelah melalui masa tenang terkena radiasi
yang lama - Ada penyembuhan spontan
- Keparahan tergantung dosis
- Tidak ada penyembuhan spontan radiasi

- Keparahan tidak tergantung pada dosis


radiasi

EFEK RADIASI PADA BAYI

Sinar-X adalah suatu radiasi berenergi kuat yang tergantung pada dosisnya, dapat mengurangi
pembelahan sel, merusak materi genetik, dan menimbulkan defek pada bayi yang belum
dilahirkan. Sel-sel yang membelah cepat adalah paling sensitif terhadap paparan sinar-x. Bayi
dalam perut ibu sensitif terhadap sinar-x karena sel-selnya masih dalam taraf pembelahan
dengan cepat, dan berkembang menjadi jaringan dan organ yang berbeda-beda. Pada dosis
tertentu, paparan sinar-x pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran atau cacat pada
janin yang dikandungnya, termasuk kemungkinan terjadinya kanker pada usia dewasa.
Memang sebagian besar prosedur pemaparan sinar-x menghasilkan radiasi yang relatif
ringan. Namun sebagai langkah jaga-jaga, penggunaan sinar-x pada wanita hamil kecuali
benar-benar perlu, harus dihindari. Wanita yang melalui pemeriksaan rontgen sebelum
mengetahui status kehamilannya harus berbicara kepada dokternya.

Apa itu Sinar-X ?


Sinar-X adalah sejenis radiasi ion bertenaga besar yang bila terjadi kontak dengan suatu
material akan menyebabkan material tersebut kehilangan elektron dan terionisasi. Paparan
radiasinya diukur dengan satuan rad atau unit radiasi yang diserap. Satuan lain adalah
penghitungan berdasarkan kerusakan biologis akibat paparan radiasinya.

Penting untuk diingat, bahwa sinar-x mempengaruhi hanya jaringan tubuh yang mendapat
kontak langsung dengan sinarnya. Misalnya rontgen pada tangan tidak menimbulkan
pengaruh radiasi ke organ lainnya.
Sinar-X dan Kehamilan
Bayi dalam perut ibu adalah sensitif terhadap sinar X karena bayi tersebut sedang mengalami
pembelahan sel-sel secara cepat untuk menjadi jaringan dan organ yang bermacam-
macam.Tergantung pada tingkat paparannya, sinar X yang dipaparkan kepada wanita hamil
dapat berpotensi menimbulkan keguguran, atau cacat janin, termasuk malformasi,
pertumbuhan terlambat, terbentuk kanker pada usia dewasanya, atau kelainan lainnya.
Komisi pengaturan nuklir memberikan gambaran radiasi 2-6 pada janin akan meningkatkan
resiko terbentuknya sel kanker. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara paparan 5 – 10 rad pada wanita hamil dan cacat
bawaan. Berikut adalah tabel yang merangkum efek sinar-X terhadap janin dalam rahim.

Sebuah penelitian di Inggris memperkirakan jumlah paparan sinar X pada janin setelah
ibunya mengalami pemeriksaan rontgen sebelum menyadari bahwa mereka dalam keadaan
hamil. Hasil pemeriksaannya cukup menggembirakan, bahwa janin hanya terpapar 0.5 – 1.5
rad setelah pemeriksaan rontgen perut atau punggung bawah ibu, sementara bagian tubuh ibu
yang jauh menerima paparan 10-100x lebih rendah. Komisi pengaturan nuklir membatasi
satuan 2 rads sebagai ambang radiasi yang mungkin menyebabkan kerusakan janin.

Usia Kehamilan
Efek
(minggu ke)
0–1 (pre-implantasi) Kematian embryo
2–7 (pembentukan Malformasi, pertumbuhan terhambat,
organ) kanker
Malformasi, pertumbuhan terhambat,
8–40 (fetal stage)
kanker, gangguan pertumbuhan mental
7938

You might also like