Professional Documents
Culture Documents
Posted by crew_cerianet
1. Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD)
Penyebab :
Bakteri Liberobacter asiaticum.
Nama Internasional :
Huang Lung Bin
Daerah penyebaran :
Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.
Gejala Penyakit :
• Gejala luar
O Gejala khas CVPD adalah belang - belang kuning (blotching), mulai berkembang pada bagian
ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun yang ketuaannya sempurna, bukan pada daun
muda atau tunas. Gejala ini sulit dibedakan dengan gejala kekurangan hara Zn. Tulang - tulang
daun dan urat-urat daun tampak lebih menonjol dengan warna hijau gelap (kontras dengan warna
lamina daun). Pengamatan gejala sebaiknya dilakukan pada permukaan atas dan bawah daun.
Gejala belang - belang pada bagian atas sama dengan bagian bawah. Pada gejala lanjut daun
menjadi lebih kaku dan lebih kecil, tulang daun menjadi berwarna kuning. Gejala ini sangat jelas
pada jeruk manis, tetapi kurang jelas pada daun jeruk Mandarin.
O Infeksi pada tanaman muda ditandai dengan kuncup yang berkembang lambat,
pertumbuhannya menjulang ke atas, daun menebal, ukuran menjadi lebih kecil dengan gejala
khas blotching, mottle, belang - belang kuning tidak teratur.
O Pada tanaman dewasa, gejala sering bervariasi.
a. Gejala greening sektoral diawali dengan munculnya gejala blotching pada cabang - cabang
tertentu, diiringi dengan pertumbuhan tunas air lebih banyak dari tanaman normal di luar musim
pertunasan. Daun - daun pada cabang sakit mencuat ke atas seperti sikat.
b. Pada gejala berat, daun bisa menguning seluruhnya (seperti defisiensi unsur N) dan terjadi
pengerasan tulang daun primer dan sekunder yang dikenal dengan Vein Crocking, daun juga
menjadi lebih kaku dan menebal. Gejala ini merupakan indikator adanya kerusakan lebih berat
pada pembuluh angkut / pholem.
c. Pada tanaman yang sudah berproduksi, menyebabkan ukuran buah menjadi lebih kecil - kecil
hingga sebesar kelereng “nilek” dan bentuk tidak simetris (Lop sided). Kadang-kadang
ditemukan buah “red nose” (warna orange pada pangkal buah, terutama di tempat - tempat yang
terlindung dari sinar matahari. Buah jeruk yang terserang bijinya abortus, kehitaman dan rasanya
asam.
• Gejala dalam
O Irisan tipis ibu tulang daun yang bergejala khas CVPD, terlihat jaringan floemnya tampak
lebih tebal, karena adanya pengempisan pembuluh tapis dalam floem berupa jalur - jalur putih.
Bila diberi pewarna KI akan terlihat adanya akumulasi pati yang berlebihan dalam sel - sel
tersebut
O Dalam menetapkan bahwa tanaman jeruk terserang CVPD harus hati - hati. Di lapangan, baik
petugas maupun petani masih mengalami kerancuan, karena gejala serangan penyakit ini mirip
dengan gejala kekurangan unsur makro / mikro (Zn,Fe, Mn, Mg, dan lain - lain).
O Untuk mengetahui lebih lanjut, apakah tanaman jeruk terserang penyakit CVPD dapat
diketahui dengan menggunakan : 1) Mikroskop Elektron, 2) Polymerase Chain Reaction - PCR
(Spesifik primer), 3) Uji Serologi (metoda I – ELISA dan DIBA), 4) Hibridisasi DNA, 5) Uji
penularan dengan penyambungan (okulasi mata tempel) dan serangga vektor, serta 5) Uji dengan
tanaman indikator Madame vinous dan Vinca rosea.
Gejala :
Gejala infeksi pada tanaman adalah kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (floem), lekukan
atau celah - celah pada jaringan kayu pada batang, cabang atau ranting dan gejala daun
menguning. Pada varietas yang tahan seperti jeruk keprok gejalanya bisa tak tampak tetapi tetap
merupakan sumber infeksi bagi varietas yang peka.
Gejala khas penyakit virus ini adalah daun - daun tanaman yang berubah menjadi berwarna
perunggu atau kuning dan gugur sedikit demi sedikit. Biasanya terjadi pemucatan tulang daun
(vein clearing) berupa garis - garis putus atau memanjang pada tulang daun yang tembus cahaya
2 minggu sampai 2 bulan setelah tertular. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat / merana,
kerdil, daun kaku dan berukuran lebih kecil dengan tepinya melengkung keatas. Bunga yang
dihasilkan berlebihan, tetapi tdak dapat berkembang menjadi buah yang masak.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Penggunaan bibit sehat
- Penggunaan mata tempel yang bebas penyakit dan batang bawah tahan terhadap virus Tristeza
- Eradikasi terhadap tanaman sakit dan tanaman inang serangga penular, kemudian dibakar.
b. Kimiawi
Pengendalian serangga penular dengan insektisida efektif.
Penyebaran :
Penyakit terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Bali.
Gejala :
Penyakit ini umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah atau pada
bagian sambungan antara batang atas dan bawah bibit jeruk okulasi. Gejala awal tampak berupa
bercak basah yang berwarna gelap / hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal
batang. Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan permukaan kulit,
kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut. Kulit batang yang terserang, permukaannya
cekung dan mengeluarkan belendok, dan pada tanaman terserang sering terbentuk kalus.
Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit melingkari
batang.
Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah,
sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Menanam jeruk di atas gundukan - gundukan setingi 20 - 25 cm, tetapi tanaman jangan
dibumbun agar batang atas tidak berhubungan dengan tanah.
- Menggunakan benih dengan mata tempel setinggi 35 - 50 cm dari permukaan tanah, untuk
mengurangi kemungkinan batang atas yang rentan terinfeksi cendawan dari tanah.
- Menghindari air pengairan mengenai / terkena langsung pangkal batang dengan membuat
selokan melingkari batang.
- Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan, dan
sanitasi lingkungan / kebun.
- Menghindarkan terjadinya pelukaan terhadap baik akar maupun pangkal batang pada waktu
pemeliharaan / penyiangan.
- Pemupukan
- Pengamatan pangkal batang jeruk secara teliti dan teratur, terutama pada musim hujan, agar
gejala penyakit dapat diketahui secara dini.
- pH tanah diupayakan lebih dari 6,5, dengan pemberian dolomit (kapur pertanian),
b. Mekanis / fisis
- Membongkar tanaman (termasuk akarnya) yang terserang berat, kemudian membakarnya.
- Memotong / membuang bagian tanaman yang sakit, termasuk 1 - 3 cm bagian kulit sekitarnya
yang sehat, kemudian diolesi fungisida. Untuk mempercepat pemulihan (regenerasi), sebaiknya
bagian atas dan bekas luka potongan membentuk titik.
- Menggunakan multiple foot stock (kaki ganda) dengan teknik aaneting / penyusuan (sambung
samping) dengan batang bawah sehat 1 atau beberapa, tergantung besar tanaman yang akan
ditolong untuk membantu fungsi akar dan pohon yang rusak.
c. Biologi
Mengunakan agens antagonis cendawan Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang dicampur
dengan pupuk kandang / kompos.
e. Kimia
- Melumasi pangkal batang dan akar - akar yang tampak dari luar dengan ter (Carbolineum
plantarum 50 %) sampai setinggi 50 cm. Perlakuan tersebut dimulai tahun ketiga setelah
penanaman dan setiap awal musim hujan (untuk Jawa September atau setiap 6 bulan. Agar
batang yang berwarna hitam tidak banyak menyerap panas sehingga kulitnya rusak (untuk
mencegah infeksi setelah diberi ter), maka bagian yang diberi ter ditutup dengan larutan kapur
yang ditambah dengan garam dapur (25 kg kapur mati, 2 kg garam dapur, dan 25 - 35 liter air.
- Mengoles luka (bekas tanaman yang terinfeksi yang dibuang) dengan bubur California, bubur
Bordo (Lampiran 3), Carbolineum-parafin (8 : 92), Mankozeb, atau tembaga oksiklorida.
Kemudian luka ditutup dengan obat penutup luka, seperti ter, setelah kulit mengalami regenerasi.
- Membersihkan alat - alat pertanian yang akan digunakan, misal dengan pemutih (klorok).
Penyebab :
Cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. (Oomycetes); yang dulu dikenal dengan nama
Diplodia zae Lev.; Diplodia natalensis P.Evans.
Penyebaran :
Di Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi
Selatan. Di luar negeri penyakit terdapat di Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia, dan
Thailand.
Gejala :
Pada jeruk dikenal dua macam Diplodia yaitu Diplodia “basah” dan Diplodia “kering”. Penyakit
ini dapat menyerang akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher
dan mati ranting.
Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang mengeluarkan
“blendok” yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang - cabang tanaman. Kulit tanaman
yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh kembali, kulit yang terserang mengering dan
mengelupas. Sering terjadi penyakit berkembang terus, sehingga pada kulit terjadi luka - luka
yang tidak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit, memanjang dan dapat juga
berkembang melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang atau
tanaman. Cendawan berkembang di antara kulit dan kayu, dan merusak lapisan kambium
tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau sampai hitam.
Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar diketahui.
Kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering, terdapat celah - celah kecil pada
permukaan kulit, dan pada bagian kulit dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam
kehijauan. Pada bagian celah - celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih
atau hitam. Perluasan kulit yang mengering sangat cepat dan bila sampai menggelang tanaman,
menyebabkan daun-daun tanaman menguning dan kematian cabang atau pohon.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Sanitasi tanaman. Potong pohon / cabang / ranting yang terserang berat, buang kulit yang
terinfeksi sedang dan bersihkan kulit yang terinfeksi ringan serta lingkungan dari gulma.
- Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dan melakukan pemangkasan.
- Penjarangan buah, agar keadaan tanaman tidak terlalu berat, sehingga cabang / ranting tidak
luka / retak.
- Menghindari pelukaan terhadap akar maupun batang pada waktu penyiangan.
- Perlakuan pembersihan dengan menggosok batang tanaman, agar batang semakin halus.
- Pemupukan berimbang, terutama setelah panen.
- Drainase. Menjaga agar pengairan tetap baik.
b. Mekanis / fisis
- Memotong / membuang bagian bagian kulit batang tanaman yang sakit, termasuk 1 - 2 cm
bagian kulit sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi dengan bahan penutup luka (karbolineum
parafin, fungisida atau ter.
- Mengumpulkan sisa - sisa tanamn dan memotong cabang - cabang yang terserang penyakit
berat, kemudia dibakar.
- Membongkar tanaman yang terserang berat dan dibakar.
c. Biologi
Mengunakan agens antagonis Trichoderma spp., Gliocladium spp., Pseudomonas fluorescens
dan dilanjutkan dengan Bacillus subtilis yang telah dicampur dengan pupuk kandang/kompos,
setelah kulit dikupas.
e. Kimia
- Mengoleskan bubur California atau fungisida yang efektif berbahan aktif metil tiofanat dan
siprokonazol pada bagian kulit batang / ranting tanaman yang sakit setelah dibersihkan lebih
dulu, dan untuk pencegahan di daerah kronis endemis.
- Membersihkan alat-alat pertanian yang akan digunakan, misal dengan pemutih (klorok).
5. Penyakit Antraknosa
Penyebab :
Cendawan Colletotrichum gloeosporioides Penz., dengan bentuk sempurnanya adalah
Glomerella cingulata. Cendawan penyebab lainnya adalah Gloeosporium limetticolum Clausen.
Penyebaran :
Penyakit ini dikenal di semua negara penanam jeruk. Di Indonesia penyaki ini tersebar di Jawa,
Bali, Kalimantan Barat, dan NTB.
Gejala :
Ujung tunas menjadi coklat, bagian nekrotik hitam berkembang ke pangkal dan menyebabkan
mati ujung. Pada cuaca lembab, timbul bintik - bintik hitam (terdiri dari aservulus) pada ranting.
Pada tanaman besar patogen ini dapat mengakibatkan ranting mati dan bercak pada buah. Gejala
mati ujung ranting dimulai dari daun-daun pada cabang atau ranting berwarna kuning, kemudian
mati dan gugur. Kadang kala pada batas antara bagian jaringan sakit dan sehat keluar blendok.
Gejala antraknosa pada buah adalah adanya bercak / bintik - bintik coklat kemerahan atau coklat
hitam, berbentuk bulat pada permukaan kulit buah, lama - lama menjadi cekung, mengeras dan
kering.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Penggunan bibit yang bukan berasal dari cangkokan.
- Menjaga agar tanaman pada kondisi optimum dengan memperbaiki kondisi tanah (drainase dan
kesuburan tanah yang baik).
- Sanitasi terhadap bagian atau sisa - sisa tanaman yang dapat menjadi sumber infeksi, kemudian
dibakar.
b. Kimiawi
Penggunaan fungisida yang efektif sesuai dengan anjuran.
Penyebab :
Cendawan Oidium tingitanium Carter, yang juga disebut Acrosporium tingitanium (carter) subr.
Penyebaran :
Penyakit ini menyebar di pertanaman jeruk di seluruh Indonesia. Di luar negeri terdapat di
California, Brasilia, Panama, India, Sri Lanka, Filipina, Malaysia.
Gejala :
Cendawan ini dapat menyerang daun dan ranting - ranting muda atau bagian tanaman yang
masih tumbuh aktif. Permukaan daun atau ranting-ranting muda tertutupi oleh lapisan tepung
berwarna putih. Tepung putih ini merupakan massa dari konidia cendawan. Jaringan di bawah
lapisan tepung tersebut berwarna hijau tua kebasah - basahan. Serangan berat menyebabkan daun
- daun menjadi mengeriting atau mengalami penyimpangan bentuk (malformasi), mengering,
tetapi daun - daun tetap melekat pada ranting - ranting tanaman.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
Sanitasi terhadap tunas atau daun-daun terinfeksi yang tidak produktif.
b. Kimiawi
Penyemprotan dengan serbuk belerang atau penggunaan fungisida yang efektif, bila dijumpai
serangan. Bila menggunakan serbuk belerang, untuk tanaman jeruk dibutuhkan 20 - 30 kg tepung
belerang per hektar. Penghembusan tepung belerang hendaknya dilakukan pagi hari, saat bunga
dan daun masih basah oleh embun. Bila penghembusan dilakukan saat hari telah panas dapat
menimbulkan luka bakar pada bunga dan daun.
7. Jamur Upas
Penyebab :
Cendawan Corticium salmonicolor B. & B.
Penyebaran :
Tersebar luas di daerah penanaman jeruk di Indonesia.
Gejala :
Batang, cabang, dan ranting terlihat dilapisi oleh benang-benang mengkilat seperti sarang laba-
laba(stadium membenang. Cendawan berkembang terus, masuk ke dalam kulit dan menyebabkan
kulit membusuk. Daun - daun menjadi gugur, ranting dan cabang yang terserang dapat
mengalami kematian, terdapat bintil - bintil spora (stadium membintil). Pada stadium lanjut
warna merah jambu berubah menjadi abu-abu dan lapisan miselium membentuk bercak - bercak
tak beraturan atau seperti kerak (stadium nekator).
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Sanitasi dengan membuang bagian tanaman yang sakit. Pemotongan dilakukan pada bagian
tanaman sehat, yaitu + 5 cm dari batas bagian tanaman yang sakit dan sehat. Luka yang terjadi
ditutup dengan bahan penutup luka. Potongan bagian tanaman yang sakit dikumpulkan dan
dibakar.
- Menjaga kebersihan kebun dan mencegah terjadinya kelembaban yang tinggi.
b. Kimiawi
Melabur bagian tanaman sakit dengan fungisida yang efektif bila dijumpai serangan, harus
diiringi dengan pengendalian kutu - kutu daun dengan insektisida yang efektif.
Penyebab :
Cendawan Sphaceloma fawcetti (Mc Alpin & Tyron) Jenkins
Penyebaran :
Penyakit kudis terdapat menyebar di pertanaman jeruk di indonesia. Di luar negeri penyakit ini
dilaporkan terdapat di Jepang, Florida, Teluk Meksiko, Australia, dan Argentina.
Gejala :
Gejala kudis dapat terjadi pada daun, ranting dan buah. Pada tanaman yang rentan gejala kudis
menyerupai bintil - bintil kecil agak menonjol berwarna kuning atau orange. Kemudian bintil -
bintil ini berubah menjadi coklat kelabu, bersatu, keras dan bergabus membentuk kerak. Pada
daun, gejala kudis terdapat pada bagian bawah permukaan daun dan kadang-kadang dapat
dijumpai pada bagian atasnya. Daun yang terserang berkerut dan gugur. Buah - buah yang
terserang terhambat pertumbuhannya dan sering mengalami malformasi.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
- Penanaman varietas tahan
- Mengusahakan agar buah dan tunas tanaman pada awal musim hujan sudah besar dimana pada
kondisi demikian tanaman menjadi lebih tahan.
- Mengatur saat pembuahan dapat dilakukan dengan menentukan saat pengairan tanaman yang
tepat pada jenis jeruk tertentu. Unuk jeruk keprok, usahakan terjadi pembuangan lebih awal
dengan pemberian air pada tanaman (+ 8 bulan sebelum musim hujan), sehingga pada awal
musim hujan buah sudah agak besar dan mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap
penyakit.
b. Mekanis / Fisis
Serangan pada persemaian batang bawah dapat dicegah dengan penghembusan atau pemberian
asap.
c. Kimiawi
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan penyemrpotan bubur Bordo 1,5 - 2 % atau disemprot
dengan campuran Zink Zulfate – Cooper Sulfate dan kapur tohor dengan perbandingan 3 : 2 : 6
dalam 100 bagian air (dua kali penyemprotan awal berbunga dan setelah persarian).
9. Kanker
Penyebab :
Bakteri Xanthomonas compestris pv. Citri (Hasse) Dye. Yang juga dikenal dengan nama
Xanthomonas compestris (Hasse Dowson), Pseudomonas citri Hasse dan Phytomonas citri
(Hasse) Bergex.
Penyebaran :
Penyebaran ini terdapat diseluruh Indonesia. Di luar negeroi dilaporkan terdapat di India,
Amerika Serikat, Australia, Afrika Selatan, Selandia Baru, dan Malaysia. Penyakit ini termasuk
penyakit yang cukup merugikan banyak jenis jeruk.
Gejala :
Pada daun dan buah terjadi luka yang timbul dari bercak berwarna hijau gelap, kebasah - basahan
yang lalu mengering dengan bagian tengah terjadi pembentukan gabus berwarna coklat / kuning.
Pada bagian tengah kulit tersebut terdapat celah - celah yang menyebabkan terjadinya lubang -
lubang seperti kepundan.
Daun dan buah yang sakit kadang - kadang mengalami salah bentuk (malformasi) dan ukuran
buah menjadi kecil - kecil.
Pengendalian :
a. Menggunakan kultivar yang tahan terhadap penyakit kanker.
b. Membersihkan alat - alat yang dipergunakan di pembibitan misalnya dengan alkohol 70%
c. Pengendalian secara mekanis dengan memotong bagian tanaman yang terinfeksi penyakit.
d. Bila infeksi berat, tanaman diearadikasi, kemudian dibakar.
e. Pada intensitas serangan hebat, dapat dilakukan pengendalian dengan menyemprot daun - daun
muda dan buah dengan fungisida Copper (misalnya bubur Bordo, Copper oxychloride).
Penyemprotan dilakukan tepat sebelum pohon membentuk tunas - tunas baru, pada musim hujan.
Sebelum terdapat serangan berat.
Penyebaran :
Terdapat pada setiap pertanaman jeruk, terutama bila dijumpai adanya kutu - kutu tanaman yang
mengeluarkan embun madu yang mengandung zat gula.
Gejala :
Daun, ranting dan buah yang terserang dilapisi oleh lapisan tipis berwarna hitam. Pada musim
kering lapisan ini dapat dikelupas memakai tangan atau terkelupas sendiri, dan mudah tersebar
oleh angin. Buah yang tertutup oleh lapisan hitam ini, biasanya ukurannya lebih kecil dan
mengalami kelambatan dalam pematangan. Gejala ini banyak terjadi pada pohon jeruk yang
dijumpai kutu - kutu tanaman yang dapat mengeluarkan embun madu.
Pengendalian :
a. Mengendalikan kutu-kutu tanaman antara lain dengan pertisida yang efektif
b. Mengendalikan cendawan dengan fungisida yang efektif
Penyebab :
Ganggang Cephaleuros virescens Kunse.
Penyebaran :
Semua pertanaman jeruk teruitama di daerah tropis
Gejala :
Bercak - bercak berbentuk bundar atau tidak beraturan pada daun - daun terserang. Bercak -
bercak mempunyai tepi yng tidak jelas, permukaan bercak tertutup oleh sporangiofor. Bercak -
bercak dapat berubah warnanya menjadi coklat kehijau - hijauan. Bila ranting terserang
terlingkari, maka kulit ranting membengkak, membesar dan pecah - pecah. Pada serangan berat
daun - daun berguguran. Pada buah akan tampak lapisan yang berwarna hijau gelap atau hitam
yang agak tebal yang mengurangi kualitas buah. Namun lapisan ini biasanya terdapat pada buah
- buah yang terlalu matang untuk dipasarkan.
Pengendalian :
a. Pemeliharaan tanaman yang baik, sehingga tanaman dapat tumbuh kuat (perbaikan drainase,
penyiraman, pemupukan berimbang).
b. Penggunaan pestisida yang efektif bila dijumpai serangan.
Penyebab :
Penyebab penyakit belum diketahui. Namun kemungkinan disebabkan oleh kondisi pertanaman
yang kurang baik.
Penyebaran :
Kalimantan Barat
Gejala :
Busa berwarna putih seperti buih terlihat keluar dari batang atau pada bidang pertemuan antara
percabangan. Busa ini biasanya berbau tidak enak atau seperti bau alkohol. Kulit pada bagian
yang mengeluarkan busa busuk dan apabila dikelupas sering terlihat kumbang - kumbang kecil
baik dewasa maupun larvanya. Biasanya luka pada kulit tidak menyebar tetapi sembuh secara
alami dengan meninggalkan bekas luka diameter 1 – 3 cm.
Penyebab :
Virus atau Citrus Psorosis Virus (CPsV)
Penyebaran :
Jawa Timur, jawa Tengah, bali, Riau, kalimantan Barat. Penyebaran di negara lain adalah
Florida, Laut Tengah, Afrika Selatan dimana banyak pohon yang tidak produktif akibat serangan
penyakit ini.
Gejala :
Gejala awal adalah kematian pucuk atau ranting yang cepat yaitu 1 - 2 bulan setelah penularan.
Pucuk dan ranting yang terbentuk setelah penularan mula - mula menguning daun-daunnya
rontok, selanjutnya mengering. Gejala selanjutnya adalah garis - garis klorosis pada jaringan di
sekitar tulang daun dan bercak - bercak klorosis yang tepinya bergerigi atau zigzag yang simetris
di sekitar tulang daun tengah, 2 - 4 bulan setelah penularan gejala dan terlihat jelas pada daun -
daun muda dan pada daun yang sudah menjadi tua gejalanya menghilang.
Pada varietas tertentu seperti jeruk manis menyebabkan pengelupasan kulit pada batang dan
cabang (Bark scalling) pada 6 - 12 tahun setelah tertulari.
Pengendalian :
a. Menggunakan mata tempel yang sehat.
b. Mengeradikasi / pemusnahan bibit yang terserang penyakit dan mencegah penyebaran dan
pemasarannya.
c. Sterilisasi alat - alat perbanyakan dengan alkohol 70 % atau klorok.
14. Exocortis (Scally Butt, Rangpur Lime Disease)
Penyebab :
Viroid atau Citrus Exocorris Virus(CEV).
Penyebaran :
Penyebaran Citrus Exocortis Viroid (CEV) di Indonesia belum banyak diketahui, tetapi telah
ditemukan pada beberapa pertanaman jeruk di Kabupaten Malang (Jawa Timur) dan Bali. Di luar
negeri penyakit ini dilaporkan terdapat di Australia.
Gejala :
Tanaman kerdil, meranggas, layu, produksi menurun dan akhirnya mati. Kulit mengelupas di
sekeliling batang bawah yang peka terhadap penyakit ini. Viroid Exocortis dapat hadir dalam
keadaan tanpa gejala di tanaman pembawa (carrier). Exorcotis tidak menunjukkan gejala pada
jenis - jenis jeruk Sweet Orange, Grapefruit, Mandarin, Rough Lemon dan Sour Orange. Bila
mata tempel yang terinfeksi dari tanaman yang tidak bergejala ditempelkan pada batang bawah
yang peka maka, akan timbul tanaman yang berpenyakit Exocortis.
Pengendalian:
a. Gunakan mata tempel yang bebas exocortis.
b. Hindarkan penggunaan peralatan yang terkontaminasi penyakit dalam perbanyakan atau
penanaman. Peralatan dapat dibersihkan dengan natrium hipoklorit 1 - 2 % atau campuran
formaldehid dan sodium hidroksida
c. Penyebaran CEV di pembibitan dapat dihindari dengan memisahkan tanaman yang terinfeksi
dengan tanaman yang sehat.
Penyebab:
Viroid Cachexia Jeruk atau Citrus Cachexia Viroid (CCaV)
Gejala:
Sebagian besar jenis dan varietas jeruk dapat terinfeksi oleh CCaV, tetapi umumnya tidak
menunjukkan gejala. Varietas jeruk yang sangat rentan terhadap infeksi viroid ini adalah Tangelo
Orlando dan Mandarin Parso’s Special. Kedua varietas ini meruapkan tanaman indikator terbaik
untuk pengujian CCaV.
Gejala infeksi CCaV pada tanaman - tanaman indikator ini adalah terbentuknya bercak-bercak
yang mengandung blendok (lendir kental berwarna coklat) pada jaringan kulit batang, minimum
1 tahun sejak terinfeksi. Pada permukaan dalam jaringan kulit terjadi tonjolan - tonjolan tumpul
yang menyebabkan bagian kayu melekuk ke dalam. Gejala akan tampak lebih nyata pada kondisi
suhu yang hangat (20-350C). tanaman jeruk yang terserang berat akan kerdil, daun - daun
menguning, layu, mengering dan akhirnya mati.
Pengendalian :
a. Menggunakan bahan perbanyakan tanaman yang sehat.
b. Bibit yang diketahui terkena penyakit harus segera dibongkar dan dimusnahkan.
c. Menjaga kebersihan peralatan dengan natrium hipoklorit 1 - 2 % (bahan aktif dalam larutan
pencuci seperti “clorox”) dengan cara disemprotkan atau dicelupkan selama 10 detik. Bahan
kimia ini sangat efektif dalam mematikan partikel - partikel viroid yang menempel pada alat -
alat tersebut.
Penyebab :
Virus puru berkayu jeruk atau Citrus Vein Enation – Woody Gall Virus (CVEV)
Penyebaran :
Di Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa Tengah dan jawa Barat. Di luar negeri tersebar di
Amerika, Australia, Afrika Selatan, Fiji, Peru dan India.
Gejala :
Pada tanaman jeruk nipis, infeksi CVEV menyebabkan munculnya tonjolan - tonjolan (enation)
yang tersebar tidak beraturan pada tulang daun di permukaan bawah daun. Gejala ini mula - mula
berukuran kecil dan mulai tampak pada daun - daun muda yang biasanya terjadi 2 - 3 bulan sejak
penularan. Gejala tersebut semakin jelas bila daun menjadi tua. Pada tanaman terinfeksi, gejala
tonjolan - tonjolan ini bisa terjadi pada sebagian atau seluruh daun.
Selain pada jeruk nipis, gejala tersebut kadang-kadang dijumpai pada jeruk manis, Siem, Rough
lemon (RL) dan Sour Orange, tetapi biasanya lebih ringan dibandingkan pada jeruk nipis.
Pada tanaman jeruk yang disambung pada batang bawah RL, CVEV menyebabkan pembentukan
puru - puru atau benjolan - benjolan (gall) pada daerah sambungan, sekitar 6 bulan sejak
tertulari. Gejala ini mula-mula berukuran kecil berwarna hijau pucat, kemudian berkembang
melebar dan membesar tak beraturan.
Pengendalian :
a. Pengendalian serangga vektor dengan insektisida.
b. Pemilihan pohon induk yang bebas virus, yang menghasilkan barang atas yang sehat.
c. Alat - alat yang dipakai dalam penempelan didisinfeksi dengan teratur.
Beberapa Penyakit Pada Tanaman Jeruk
I. Penyakit yang disebabkan oleh Cendawan
1. Di pembibitan/pesemaian
Gejala:
Pada kulit leher akar bibit, seperti disiram air panas dan menjadi busuk.
Hal ini banyak dijumpai pada daerah yang mempunyai pH 6,0 dengan permukaan tanah yang
sering basah terlalu lama
Pemberantasan:
Pencegahan dilakukan dengan melapisi permukaan bedengan pembibitan /pesemaian dengan
pasir atau rumput/tanaman yang kering (mulch) setebal 2 cm sebelum ditanami.
Bila telah terjadi serangan, untuk mengurangi perluasan serangan, tindakan yang perlu diambil:
- bibit yang diserang dicabut atau dibuang
- gemburkan permukaan tanah bedengan pembibitan / pesemaian serta hentikan untuk sementara
penyiraman sampai permukaan tanah cukup kering
- atur penyiraman agar permukaan bedengan pernbibitan/pesemaian tidak terlalu lama basah.
- selokan antara bedengan diperdalam agar air siraman/buangan dapat berjalan lancar tidak
merendarn bedengan.
- jika perlu kurangi peneduh untuk mempercepat penguapan setelah penyiraman.
b. Kudis (Scab)
Penyebab:
cendawan Sphaceloma fawcetti
Gejala:
Nampak,benjolan-benjolan bergabus seperti
kudis berwarna coklat abu-abu pada daun.
Penyakit ini tidak terdapat pada jeruk keprok
Pemberantasan:
Hanya tindakan pencegahan dengan menyemprotkan bubur bordo 1 % mulai pada saat daun
masih muda dan diulangi setiap 10 hari sekali sampai daun tua.
c. Kanker:
Penyebab : cendawan Phytornonas c/tn.
Gejala:
Seperti pada penyakit kudis (Scab) tetapi di tengah-tengah benjolan itu cekung kedalam dan tepi
benjolan berwarna kuning.
Pemberantasan:
sama seperti penyakit kudis (scab)
d. Jamur tepung (Mildew)
Penyebab : cendawan Oidium tingitanium
Gejala:
cendawan yang berwarna putih seperti tepung ini menyerang tunas dan pucuk daun. Bila
dibiarkan lama-kelamaan daun akan gugur, dan daun yang tidak gugur setelah sembuh
meninggalkan bercak-bercak berwarna coklat.
Pemberantasan:
untuk mengurangi/menekan serangan penyakit ini, ialah dengan menghembuskan tepung
belerang pada hari sampai jam 10 dan diulangi setiap minggu sampai cendawan hilang. Selain itu
dapat juga dengan menyemprotkan bubur california.
2. PadaTanaman
a. Phytophtora
Penyebab: Phytophtora parasitica.
Gejala:
Mula-mula kulit batang, diatas leher akar, menghitam dan basah. Bila kulit dilepas bagian
dalamnya lepas, lama kelamaan mengering dan pecah-pecah memanjang. Pohon yang sudah
terserang daunnya menguning terutama pada tulang daun dan bila daunnya digoyang akan
rontok.
Pemberantasan:
hanya dapat dilakukan dengan pencegahan sebagai berikut:
- pada tempat yang terserang penyakit ini batangnya dipoles dengan pasta bordo 5%
- perbaiki drainase dan hindarkan luka-luka pada batang.
b. Busuk kering (Fusarium)
Penyebab : cendawan Fusarium sp.
Gejala:
Kulit akar basah dan busuk, kemudian tanaman menjadi layu dan akhirnya mati. Cendawan ini
banyak menyerang tanaman yang hidup di dataran rendah, terutama jenis jeruk Siam. Untuk
daerah dataran rendah ini jangan menanam jeruk tumpang sari dengan pepaya, sebab ternyata
pepaya penyebab berjangkitnya penyakit Fusarium.
Pemberantasan:
Hanya dapat dilakukan dengan pencegahan, yaitu:
- tanah yang akan ditanami harus dibersihkan dan sisa-sisa tanaman (batang, cabang akar, dll)
- menggali parit sedalam 1k. 1 m dan lebar 0,5 m disekeliling pohon atau tanaman yang sudah
terserang
- bongkar pohon yang sakit lalu bakar agar tidak menular,bekas lobang pembakaran dibiarkan
terbuka dan taburi dengan tepung belerang.
c. Armilaria
Penyebab: cendawan Armilaria
Gejala:
Tanarnan yang terserang daunnya menjadi kecil, menguning dan kemudian kering. Pada tanaman
yang terserang hebat, daunnya rontok, ranting-ranting menjadi gundul seperti sapu lidi. Bila
dibongkar kulit akan membusuk dan mudah lepas dan kayu.
Pemberantasan:
Dengan pencegahan yang sama dengan penyakit Fusarium
d. Jamur Upas
Penyebab : cendawan catiurn salmonicolor
Gejala:
Terdapat cendawan berwarna putih dan merah orange pada batang atau cabang. Kulit
batang/cabang menjadi kening dan mati. Penyakit ini timbul pada daerah yang banyak hujan,
kelembaban rendah karena banyak pohon pelindung atau menanam dengan jarak tanam yang
terlalu dekat sehingga kurang sinar matahari yang masuk.
Pemberantasan:
- disemprot dengan Darbolineum plantarium 8% bila serangan-serangan ringan, pada serangan
yang sudah lanjut dan menyebabkan kematian pada batang/cabang, bagian ini dipotong lalu
dibakar.
- pencegahan dengan mengatur jarak tanam sesuai dengan lebar tajuk pohon yang sudah besar.
- penjarangan bila tanaman terlalu rapat.
- pemangkasan cabang yang berlebihan.
e. Penyakit busa atau kurap Penyebab : bakteri yang belum diketahui Penyakit mi biasanya
menyerang tanaman jeruk keprok didaerah kering.
Gejala:
Infeksi pada kulit batang, mengeluarkan busa yang berbau busuk dan asam. Lama kelamaan
membusuk, ada beberapa jenis kumbang yang menyerang bagian-bagian yang busuk ini.
Penyakit ini akan menjalar ke bawah dengan mengikuti aliran busa tadi.
Pemberantasan:
Dapat dilakukan dengan mengupas kulit bagian batang atau cabang yang sakit. Pencegahan
dengan jalan:
- lapisi batang atau cabang tanaman dengan ter.
- memelihara tanaman dengan baik terutama pernupukan.
Penyakit tanaman jeruk oleh virus yang saat ini sangat terkenal adalah CVPD (Citrus Vein
Phloem Degeneration).
Sifat-sifat:
- Penyebabnya adalah sejenis virus.
- Penyerangan CVPD tidak hanya pada tanaman-tanaman yang berupa okulasi, tetapi juga
cangkokan dan yang disemai.
- Semua tanaman jeruk dapat terserang penyakit ini
- Perpindahan ke tanaman lain oleh serangga Diaphorna citri bersama Aphis citricidus
- Mampu menularkan dalam jangkauan 1k. 5km
Gejala:
- Gejala yang khas, yakni kerusakan phloem (jaringan pembuluh tapis) pada ranting dan tulang
daun yang menguning, dimana sel-sel phloem mengernpis. dan tertekan sehingga terjadi
penebalan pada phloem tersebut.
- Gejala lain adalah daun menjadi kuning dan ada bercak-bercak hijau atau bila tidak ada warna
hijau, tulang-tulang daun yang halus warnanya menjadi lebih gelap dan daun-daun biasa. Daun-
daun yang memperlihatkan gejala ini menjadi lebih kaku dan tidak mudah rontok.
- Pertumbuhan tanaman terhambat/kerdil dan lama kelamaan akan mati.
- Bentuk buah kecil-kecil dan cepat masak tetapi rasa tidak manis.
Penanggulangan:
- Memusnahkan/eradikasi semua tanaman yang terserang
- Penyemprotan pestisida pada tanaman-tanaman yang masih bebas atau sehat
- menggunakan bibit yang bebas CVPD
- Menteri Pertanian dengan SK. No.129/Kpts/ Um/3/1982 telah melarang pengangkutan tanaman
atau bibit tanaman jeruk yang terkena penyakit jeruk CVPD yang berasal dan Pulau Jawa dan
Sumatra. Disamping itu pengangkutan tanaman atau bibit tanaman jeruk antar daerah atau antar
pulau harus berlabel “bebas CVPD”.