You are on page 1of 9

Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010

TATA CARA PENYAJIAN INFORMASI PENDAPATAN DAN BELANJA


SECARA AKRUAL PADA LAPORAN KEUANGAN

A. INFORMASI AKUNTANSI DAN JURNAL PENYESUAIAN


1. DASAR HUKUM
Pengungkapan informasi akrual dalam laporan keuangan dewasa ini dianggap sebagai praktek
terbaik dalam penyajian informasi keuangan untuk menilai kinerja organisasi atau entitas, tak terkecuali
organisasi pemerintah. Beberapa negara yang telah menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis
akrual secara penuh antara lain: Australia, Finlandia, New Zealands, Swedia, serta USA (OECD Journal on
Budgeting Volume 3, No. 1 Tahun 2003). Beberapa Negara berkembang sedang bergerak menuju
penerapan akuntansi akrual tersebut.

Pengungkapan informasi keuangan secara akrual telah diamanatkan oleh Undang-undang Nomor
17 tahun 2003 Pasal 36 yang antara lain menyebutkan:

(1) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja


berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16
undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.
Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010

Yang dimaksud dengan Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 adalah meliputi:

13. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
14. Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
15. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
16. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
Dalam pasal 70 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan disebutkan bahwa:
Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008.

Dengan demikian, pengungkapan informasi keuangan secara akrual pada saat ini telah menjadi
keharusan dalam pengungkapan, mengingat batas waktu yang ditetapkan oleh UU Nomor 17 tahun
2003 telah terlewati.
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah sebagai pedoman yang lebih teknis dari
UU tersebut, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP). PP Nomor 24 Tahun 2005 menggunakan pendekatan cash toward accrual bagi penyusunan
laporan keuangan pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang baru saja diterbitkan oleh pemerintah pada bulan Oktober 2010 merupakan standar
akuntansi pemeritahan berbasis akrual yang dikembangkan dari SAP dalam PP 24/2005 dengan
mengacu pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dengan memperhatikan
peraturan serta kondisi praktek akuntansi pemerintah Indonesia saat ini. Lingkup pengaturan PP 71
Tahun 2010 meliputi SAP Berbasis Akrual (Lampiran I) serta SAP Berbasis Kas Menuju Akrual (lampiran
II). SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang
belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual, karena pada hakekat lampiran II ini adalah lampiran
pada PP 24 Tahun 2005.
Sebagai ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP (baik yang berbasis akrual maupun
yang berbasis kas menuju akrual) di lingkungan Pemerintah Pusat telah diterbitkan Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan
dan Belanja Secara Akrual pada Laporan keuangan. Peraturan ini merupakan upaya pemunculan
informasi akrual dari laporan keuangan pemerintah pusat yang saat ini masih berpedoman pada PP
Nomor 24 Tahun 2005 yang berbasis Cash Toward Accrual (CTA). Informasi pendapatan dan belanja
secara akrual yang dimaksud tersebut merupakan suplemen yang dilampirkan pada Laporan keuangan
tingkat Pemerintah Pusat/UAKPA/UAPPA-W/UAPPA-E1/UAPA Tahunan.

2. PENGERTIAN-PENGERTIAN
a. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada
saat hak dan/atau kewajiban timbul.
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010

b. Belanja Secara Akrual adalah penurunan manfaat secara ekonomis atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban.
c. Belanja yang Masih Harus Dibayar adalah kewajiban yang timbul akibat hak atas barang/jasa
yang telah diterima/dinikmati dan/atau perjanjian/komitmen yang dilakukan oleh Kementerian
Negara/Lembaga/Pemerintah, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan
pembayaran/pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/ komitmen tersebut.
d. Belanja Dibayar di Muka adalah pengeluaran satuan kerja/pemerintah yang telah dibayarkan dari
Rekening Kas Umum Negara dan membebani pagu anggaran, namun barang/jasa/fasilitas dari
pihak ketiga belum diterima/dinikmati satuan kerja/pemerintah.
e. Pendapatan Secara Akrual adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penmabah ekuitas dan
adalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar.
f. Pendapatan yang Masih Harus Diterima adalah pendapatan yang sampai dengan tanggal
pelaporan belum diterima oleh satuan kerja/pemerintah karena adanya tunggakan pungutan
pendapatan dan transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih satuan kerja/pemerintah dalam
rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan.
g. Pendapatan Diterima di Muka adalah pendapatan yang diterima oleh satuan kerja/pemerintah
dan sudah disetor ke Rekening Kas Umum Negara, namun wajib setor belum menikmati
barang/jasa/fasilitas dari satuan kerja/pemerintah, atau pendapatan pajak/bukan pajak yang
telah disetor oleh wajib pajak/bayar ke Rekening Kas Umum Negara yang berdasarkan hasil
pemeriksaan dan/atau penelitian oleh pihak yang berwenang terdapat lebih bayar pajak/bukan
pajak.

3. FORMAT INFORMASI PENDAPATAN DAN BELANJA SECARA AKRUAL


Format penyajian informasi pendapatan dan belanja secara akrual sebagaimana table di bawah
ini. Pengisian pada Pemerintah Pusat/UAKPA/UAPPA-W/UAPPA-E1 pada hakekatnya merupakan
kompilasi dari unit di bawahnya.
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010

Adapun tata cara pengisian format tersebut adalah sebagai berikut:


(1) Kode BA diisi kode/uraian Bagian Anggaran di mana Satuan Kerja bersangkutan berada.
(2) Kode Eselon I/UAPPA-E1 diisi kode/uraian Eselon 1 bersangkutan.
(3) Kode UAPPA-W diisi kode/uraian UAPPA-W bersangkutan.
(4) Kode Satker diisi kode/uraian Satuan Kerja/UAKPA bersangkutan.
(5) Kode Akun diisi kode 6 digit akun Pendapatan/Belanja sesuai Bagan Akun Standar.
(6) Uraian Kode Akun diisi uraian akun 6 digit Pendapatan/Belanja sesuai Bagan Akun Standar.
(7) Realisasi Menurut Basis Kas diisi berdasarkan data Laporan Realisasi Anggaran yang dihasilkan
Sistem Akuntansi Instansi.
(8) Penyesuaian Akrual diisi penambahan jumlah pendapatan/belanja karena penyesuaian atas
masing-masing akun yang diakrualkan berdasarkan dokumen sumber yang ada.
Setelah informasi pendapatan dan belanja secara akrual disajikan dengan format di atas, perlu dilakukan
penyesuaian pada Neraca secara manual pada SAKPA.

4. IDENTIFIKASI TRANSAKSI PENDAPATAN DAN BELANJA SECARA AKRUAL


Setiap satuan kerja pemerintah menyampaikan informasi pendapatan dan belanja secara akrual
berdasarkan data akrual tanggal pelaporan secara berjenjang mulai dari UAKPA, UAPPA-W, UAPPA-E1
dan UAPA sebagai laporan keuangan UAKPA, UAPPA-W, UAPPA-E1 dan UAPA Tahunan.
a. Informasi Pendapatan Secara Akrual
Informasi pendapatan secara akrual diperoleh dari realisasi pendapatan berbasis kas
disesuaikan dengan transaksi pendapatan akrual. Transaksi pendapatan secara akrual terdiri
dari:
1) Pendapatan yang Masih Harus Diterima
a) Jenis
Pendapatan yang masih harus diterima terdiri dari:
(1) Pendapatan Perpajakan yang Masih Harus Diterima; dan
(2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang Masih Harus Diterima.
Pendapatan yang masih harus diterima dari PNBP di BPPK dapat berupa antara lain:
pendapatan sewa gedung/sarana yang masih harus diterima, Pendapatan Jasa, Pendapatan
Bunga, Pendapatan Pendidikan, Pendapatan Iuran dan Denda, serta Pendapatan Lain-lain.
Dokumen sumber yang dapat digunakan antara lain:
(1) Surat Ketetapan PNBP;
(2) Surat Ketetapan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM);
(3) Surat Ketetapan Pengadilan;
(4) Kontrak/Perjanjian Pinjam Meminjam
(5) Dokumen lain yang dipersamakan

b) Jurnal Penyesuaian Neraca pada SAKPA


Pendapatan yang masih harus diterima disajikan sebagai penambah pada informasi
pendapatan secara akrual dan sebagai piutang pada neraca.
Jurnal yang perlu dilakukan pada SAKPA (manual) adalah sebagai berikut:
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010

Debet : 113211 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak xxxx


Debet : 113212 Piutang Lainnya xxxx
Kredit : 311311 Cadangan Piutang xxxx

c) Contoh:
PNBP BPPK adalah berasal dari penyewaan atap gedung B untuk pemasangan pemancar PT
Indosat. Data penerimaan PNBP atas per 31 Desember 2010 sebesar Rp100.000.000,00,
termasuk di dalamnya adalah hasil penagihan piutang PNBP yang terutang tahun 2009
sebesar Rp12.000.000,00, sedangkan berdasarkan Kontrak antara BPPK dengan PT Indosat,
diketahui jumlah piutang PNBP yang belum dilunasi sampai dengan 31 Desember 2010
adalah sebesar Rp30.000.000,00. Pencatatan pendapatan yang masih harus diterima atas
penyewaan atap gedung B sebagai berikut:

Informasi Pendapatan Secara Akrual


Pendapatan/Belanja Realisasi Penyesuaian Akrual
Dokumen
No Menurut Basis Informasi Akrual
KODE AKUN Uraian Tambah Kurang Sumber
Kas
1 113211 Piutang PNBP 100,000,000 30,000,000 12,000,000 118,000,000 Kontrak Nomor
XX tahun 2010

Jurnal Penyesuaian Neraca


Debet : 113211 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak 30.000.000
Kredit : 311311 Cadangan Piutang 30.000.000

2) Pendapatan Diterima di Muka


a) Jenis
Pendapatan diterima di muka terdiri dari:
(1) Pendapatan Perpajakan Diterima di Muka dan
(2) PNBP Diterima di Muka.
PNBP diterima di muka merupakan PNBP yang diterima di muka dari wajib bayar, dan
sampai dengan tanggal laporan keuangan barang/pelayanan belum diterima/dinikmati
oleh wajib bayar. PNBP diterima di muka yang kemungkinan muncul di BPPK adalah berasal
dari pendapatan sewa asset pemerintah. Dokumen sumber yang dapat digunakan adalah
dokumen kontrak, SSBP, dan dokumen lain yang dipersamakan.

b) Jurnal Penyesuaian pada SAKPA


Pendapatan diterima di muka disajikan sebagai pengurang pada informasi pendapatan
secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca.
Jurnal yang perlu dilakukan pada SAKPA (manual) adalah sebagai berikut:
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010

Debet : 311611 Dana yang Harus Disediakan untuk


Pembayaran Utang Jangka pendek xxxx
Kredit : 211811 Pendapatan Sewa Diterima Dimuka xxxx
Kredit : 211819 Pendapatan Bukan Pajak Lainnya xxxx
Diterima Dimuka

c) Contoh:
Pada tanggal 1 Juli 2010 Satker BPPK menerima uang hasil sewa penempatan menara
BTS sebesar Rp60.000.000 untuk masa 3 tahun mulai tanggal 1 Juli 2010 sampai dengan 30
Juni 2013. Total realisasi pendapatan (akun 423214) Satker BPPK selama tahun anggaran
2010 adalah sebesar Rp4.000.000.000.
Pada tanggal 31 Desember 2010, bagian dari sewa yang menjadi pendapatan akrual
(pendapatan diterima di muka) tahun anggaran 2010 adalah 30 bulan (1 Januari 2011-
30 Juni 2013) sebesar Rp50.000.000 (30/36 x Rp60.000.000). Berdasarkan data tersebut,
pendapatan secara akrual yang disajikan BPPK adalah sebagai berikut:

Informasi Pendapatan Secara Akrual


Pendapatan/Belanja Realisasi Penyesuaian Akrual
No Menurut Basis
KODE AKUN Uraian Kas Tambah

Jurnal Penyesuaian Neraca


Debet : 311611 Ekuitas Dana Lancar 30.000.000
Kredit : 211811 Pendapatan Sewa Diterima
Dimuka 30.000.000

b. Informasi Belanja Secara Akrual


Informasi belanja secara akrual diperoleh dari realisasi belanja berbasis kas disesuaikan dengan
transaksi belanja akrual. Transaksi belanja secara akrual terdiri dari Belanja yang Masih Harus
Dibayar dan Belanja di Bayar Dimuka.
1) Belanja yang Masih Harus Dibayar
a) Jenis
Dari pengertian di atas, Belanja yang Masih Harus Dibayar dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
(1) Kewajiban yang timbul akibat hak atas barang/jasa yang telah diterima kementerian
negara/lembaga, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan
pembayaran/pelunasan atas hak tersebut kepada pegawai dan/atau pihak ketiga
selaku penyedia barang/jasa. Termasuk dalam hal ini adalah kewajiban kepada
pegawai dan barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya.
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010

(2) Kewajiban yang timbul akibat perjanjian/komitmen yang dilakukan oleh pemerintah
berdasarkan peraturan yang ada, seperti Belanja Subsidi, Belanja Bantuan Sosial,
dan Transfer ke Daerah, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum
dilakukan realisasi atas perjanjian komitmen tersebut kepada pihak ketiga. Dalam hal ini
mengatur kewajiban satu arah dari pemerintah tanpa ada hak atas barang/jasa
yang diterima.
Belanja yang masih harus dibayar terdiri dari:
(1) Belanja Pegawai yang masih harus dibayar,
(2) Belanja Barang yang masih harus dibayar,
(3) Belanja Modal yang masih harus dibayar,
(4) Belanja Bunga yang masih harus dibayar,
(5) Belanja Subsidi yang masih harus dibayar,
(6) Belanja Bantuan Sosial yang masih harus dibayar,
(7) Belanja Lain-Lain yang masih harus dibayar, dan
(8) Transfer ke Daerah yang masih harus dibayar.
Belanja yang masih harus dibayar pada Satuan Kerja di BPPK dapat berupa: belanja
pegawai atas hak pegawai yang belum dibayar, rapel honorer, CPNS dan PNS yang masih
harus dibayar setelah tanggal pelaporan; belanja barang atas belanja barang/jasa yang
masih harus dibayar (listrik, telepon, air dan sebagainya), pemeliharaan yang masih harus
dibayar, dan belanja perjalanan yang masih harus dibayar; belanja modal atas serah terima
aset tetapi belum dibayar.
b) Jurnal Penyesuaian pada SAKPA
Belanja yang masih harus dibayar disajikan sebagai penambah pada informasi belanja secara
akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca.
Jurnal yang perlu dilakukan pada SAKPA (manual) adalah sebagai berikut:
Debet : 311611 Dana yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek xxxx
Kredit : 211212 Belanja Barang yang Masih Harus Dibayar xxxx
Kredit : 211211 Belanja Pegawai yang Masih Harus Dibayar xxxx
Kredit : 211213 Belanja Modal yang Masih Harus Dibayar xxxx

c) Contoh:
Pada bulan Desember 2010, BPPK sudah membuat Berita Acara Serah Terima (BAST) atas
perolehan suatu gedung kantor, untuk pembayaran termin terakhir telah diajukan SPM
senilai Rp3.000.000.000 ke KPPN. Namun, SPM ini telah melewati tenggat waktu
penyerahan SPM LS ke KPPN, sehingga pembayaran tidak bisa dilakukan pada tahun
2010. Diketahui total realisasi belanja modal pembangunan gedung dan bangunan
tahun anggaran 2010 sebesar Rp12.000.000.000.
Informasi Belanja Secara Akrual
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010

Pendapatan/Belanja Penyesua
Realisasi Menurut
No
KODE AKUN Uraian Basis Kas Tambah
1 533111 Belanja Modal 12,000,000,000 3,000,000,
Gedung dan
Bangunan

Jurnal Penyesuaian Neraca


Debet : 311611 Dana yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek 3.000.000.000
Kredit : 211213 Belanja Modal yang Masih Harus Dibayar 3.000.000.000

2) Belanja Dibayar di Muka


a) Jenis
Belanja dibayar di muka terdiri dari:
(1) Belanja Pegawai dibayar di muka,
(2) Belanja Barang dibayar di muka,
(3) Belanja Modal dibayar di muka,
(4) Belanja Bunga dibayar di muka,
(5) Belanja Lain-Lain dibayar di muka, dan
(6) Transfer ke Daerah dibayar di muka.
Beban Dibayar di Muka diakui ketika pemerintah mempunyai hak klaim untuk
mendapatkan atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih
terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi. Belanja Dibayar di
Muka timbul karena pemerintah telah melakukan pembayaran atas barang/jasa kepada
pihak ketiga yang barangnya/manfaatnya masih akan diterima pada periode berikutnya.
Pada neraca, Belanja Dibayar di Muka disajikan sebagai piutang.
Belanja dibayar dimuka BPPK yang umum terjadi adalah: pembayaran sewa, pembayaran
dalam bentuk uang muka kerja, uang muka atas perolehan asset, serta persekot gaji bagi
pegawai yang mutasi.

b) Jurnal Penyesuaian pada SAKPA


Belanja dibayar di muka disajikan sebagai pengurang pada informasi belanja secara akrual
dan sebagai piutang pada neraca.
Jurnal yang perlu dilakukan pada SAKPA (manual) adalah sebagai berikut:

Debet : 113612 Uang Muka Belanja Barang xxxx


Debet : 113613 Uang Muka Belanja Modal xxxx
Debet : 113631 Belanja Pegawai Dibayar di Muka xxxx
Debet : 113632 Belanja Barang Dibayar di Muka xxxx
Debet : 113634 Belanja Lain-lain Dibayar di Muka xxxx
Kredit : 311311 Cadangan Piutang xxxx
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010

c) Contoh:
Pada pertengahan bulan Desember 2010, 2 (dua) orang PNS BPPK yaitu Rosyid dan Amik
yang telah menerima Surat Keputusan Mutasi mengajukan permintaan persekot gaji
masing-masing sebesar Rp2.000.000. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi tidak
diterimanya gaji bulan Januari 2011 sehubungan dengan Surat Keputusan Pemindahan
Pembayaran (SKPP) yang masih dalam proses. Diketahui realisasi belanja pegawai (akun
511111) tahun anggaran 2010 termasuk persekot gaji bulan Januari 2011 adalah
sebesar Rp450.000.000.

Informasi Belanja Secara Akrual


Pendapatan/Belanja Penyesuaian Ak
Realisasi Menurut
No
KODE AKUN Uraian Basis Kas Tambah
1 511111 Belanja Gaji Pokok 450,000,000 -
PNS

Jurnal Penyesuaian Neraca


Debet : 113631 Belanja Pegawai Dibayar di Muka 4.000.000
Kredit : 311311 Cadangan Piutang 4.000.000

You might also like