Professional Documents
Culture Documents
Pengungkapan informasi keuangan secara akrual telah diamanatkan oleh Undang-undang Nomor
17 tahun 2003 Pasal 36 yang antara lain menyebutkan:
Yang dimaksud dengan Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 adalah meliputi:
13. Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
14. Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
15. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
16. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
Dalam pasal 70 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan disebutkan bahwa:
Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008.
Dengan demikian, pengungkapan informasi keuangan secara akrual pada saat ini telah menjadi
keharusan dalam pengungkapan, mengingat batas waktu yang ditetapkan oleh UU Nomor 17 tahun
2003 telah terlewati.
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah sebagai pedoman yang lebih teknis dari
UU tersebut, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP). PP Nomor 24 Tahun 2005 menggunakan pendekatan cash toward accrual bagi penyusunan
laporan keuangan pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang baru saja diterbitkan oleh pemerintah pada bulan Oktober 2010 merupakan standar
akuntansi pemeritahan berbasis akrual yang dikembangkan dari SAP dalam PP 24/2005 dengan
mengacu pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dengan memperhatikan
peraturan serta kondisi praktek akuntansi pemerintah Indonesia saat ini. Lingkup pengaturan PP 71
Tahun 2010 meliputi SAP Berbasis Akrual (Lampiran I) serta SAP Berbasis Kas Menuju Akrual (lampiran
II). SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang
belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual, karena pada hakekat lampiran II ini adalah lampiran
pada PP 24 Tahun 2005.
Sebagai ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP (baik yang berbasis akrual maupun
yang berbasis kas menuju akrual) di lingkungan Pemerintah Pusat telah diterbitkan Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan
dan Belanja Secara Akrual pada Laporan keuangan. Peraturan ini merupakan upaya pemunculan
informasi akrual dari laporan keuangan pemerintah pusat yang saat ini masih berpedoman pada PP
Nomor 24 Tahun 2005 yang berbasis Cash Toward Accrual (CTA). Informasi pendapatan dan belanja
secara akrual yang dimaksud tersebut merupakan suplemen yang dilampirkan pada Laporan keuangan
tingkat Pemerintah Pusat/UAKPA/UAPPA-W/UAPPA-E1/UAPA Tahunan.
2. PENGERTIAN-PENGERTIAN
a. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada
saat hak dan/atau kewajiban timbul.
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010
b. Belanja Secara Akrual adalah penurunan manfaat secara ekonomis atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban.
c. Belanja yang Masih Harus Dibayar adalah kewajiban yang timbul akibat hak atas barang/jasa
yang telah diterima/dinikmati dan/atau perjanjian/komitmen yang dilakukan oleh Kementerian
Negara/Lembaga/Pemerintah, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan
pembayaran/pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/ komitmen tersebut.
d. Belanja Dibayar di Muka adalah pengeluaran satuan kerja/pemerintah yang telah dibayarkan dari
Rekening Kas Umum Negara dan membebani pagu anggaran, namun barang/jasa/fasilitas dari
pihak ketiga belum diterima/dinikmati satuan kerja/pemerintah.
e. Pendapatan Secara Akrual adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penmabah ekuitas dan
adalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar.
f. Pendapatan yang Masih Harus Diterima adalah pendapatan yang sampai dengan tanggal
pelaporan belum diterima oleh satuan kerja/pemerintah karena adanya tunggakan pungutan
pendapatan dan transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih satuan kerja/pemerintah dalam
rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan.
g. Pendapatan Diterima di Muka adalah pendapatan yang diterima oleh satuan kerja/pemerintah
dan sudah disetor ke Rekening Kas Umum Negara, namun wajib setor belum menikmati
barang/jasa/fasilitas dari satuan kerja/pemerintah, atau pendapatan pajak/bukan pajak yang
telah disetor oleh wajib pajak/bayar ke Rekening Kas Umum Negara yang berdasarkan hasil
pemeriksaan dan/atau penelitian oleh pihak yang berwenang terdapat lebih bayar pajak/bukan
pajak.
c) Contoh:
PNBP BPPK adalah berasal dari penyewaan atap gedung B untuk pemasangan pemancar PT
Indosat. Data penerimaan PNBP atas per 31 Desember 2010 sebesar Rp100.000.000,00,
termasuk di dalamnya adalah hasil penagihan piutang PNBP yang terutang tahun 2009
sebesar Rp12.000.000,00, sedangkan berdasarkan Kontrak antara BPPK dengan PT Indosat,
diketahui jumlah piutang PNBP yang belum dilunasi sampai dengan 31 Desember 2010
adalah sebesar Rp30.000.000,00. Pencatatan pendapatan yang masih harus diterima atas
penyewaan atap gedung B sebagai berikut:
c) Contoh:
Pada tanggal 1 Juli 2010 Satker BPPK menerima uang hasil sewa penempatan menara
BTS sebesar Rp60.000.000 untuk masa 3 tahun mulai tanggal 1 Juli 2010 sampai dengan 30
Juni 2013. Total realisasi pendapatan (akun 423214) Satker BPPK selama tahun anggaran
2010 adalah sebesar Rp4.000.000.000.
Pada tanggal 31 Desember 2010, bagian dari sewa yang menjadi pendapatan akrual
(pendapatan diterima di muka) tahun anggaran 2010 adalah 30 bulan (1 Januari 2011-
30 Juni 2013) sebesar Rp50.000.000 (30/36 x Rp60.000.000). Berdasarkan data tersebut,
pendapatan secara akrual yang disajikan BPPK adalah sebagai berikut:
(2) Kewajiban yang timbul akibat perjanjian/komitmen yang dilakukan oleh pemerintah
berdasarkan peraturan yang ada, seperti Belanja Subsidi, Belanja Bantuan Sosial,
dan Transfer ke Daerah, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum
dilakukan realisasi atas perjanjian komitmen tersebut kepada pihak ketiga. Dalam hal ini
mengatur kewajiban satu arah dari pemerintah tanpa ada hak atas barang/jasa
yang diterima.
Belanja yang masih harus dibayar terdiri dari:
(1) Belanja Pegawai yang masih harus dibayar,
(2) Belanja Barang yang masih harus dibayar,
(3) Belanja Modal yang masih harus dibayar,
(4) Belanja Bunga yang masih harus dibayar,
(5) Belanja Subsidi yang masih harus dibayar,
(6) Belanja Bantuan Sosial yang masih harus dibayar,
(7) Belanja Lain-Lain yang masih harus dibayar, dan
(8) Transfer ke Daerah yang masih harus dibayar.
Belanja yang masih harus dibayar pada Satuan Kerja di BPPK dapat berupa: belanja
pegawai atas hak pegawai yang belum dibayar, rapel honorer, CPNS dan PNS yang masih
harus dibayar setelah tanggal pelaporan; belanja barang atas belanja barang/jasa yang
masih harus dibayar (listrik, telepon, air dan sebagainya), pemeliharaan yang masih harus
dibayar, dan belanja perjalanan yang masih harus dibayar; belanja modal atas serah terima
aset tetapi belum dibayar.
b) Jurnal Penyesuaian pada SAKPA
Belanja yang masih harus dibayar disajikan sebagai penambah pada informasi belanja secara
akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca.
Jurnal yang perlu dilakukan pada SAKPA (manual) adalah sebagai berikut:
Debet : 311611 Dana yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek xxxx
Kredit : 211212 Belanja Barang yang Masih Harus Dibayar xxxx
Kredit : 211211 Belanja Pegawai yang Masih Harus Dibayar xxxx
Kredit : 211213 Belanja Modal yang Masih Harus Dibayar xxxx
c) Contoh:
Pada bulan Desember 2010, BPPK sudah membuat Berita Acara Serah Terima (BAST) atas
perolehan suatu gedung kantor, untuk pembayaran termin terakhir telah diajukan SPM
senilai Rp3.000.000.000 ke KPPN. Namun, SPM ini telah melewati tenggat waktu
penyerahan SPM LS ke KPPN, sehingga pembayaran tidak bisa dilakukan pada tahun
2010. Diketahui total realisasi belanja modal pembangunan gedung dan bangunan
tahun anggaran 2010 sebesar Rp12.000.000.000.
Informasi Belanja Secara Akrual
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2010
Pendapatan/Belanja Penyesua
Realisasi Menurut
No
KODE AKUN Uraian Basis Kas Tambah
1 533111 Belanja Modal 12,000,000,000 3,000,000,
Gedung dan
Bangunan
c) Contoh:
Pada pertengahan bulan Desember 2010, 2 (dua) orang PNS BPPK yaitu Rosyid dan Amik
yang telah menerima Surat Keputusan Mutasi mengajukan permintaan persekot gaji
masing-masing sebesar Rp2.000.000. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi tidak
diterimanya gaji bulan Januari 2011 sehubungan dengan Surat Keputusan Pemindahan
Pembayaran (SKPP) yang masih dalam proses. Diketahui realisasi belanja pegawai (akun
511111) tahun anggaran 2010 termasuk persekot gaji bulan Januari 2011 adalah
sebesar Rp450.000.000.