Professional Documents
Culture Documents
EKG
Oleh Hesi Oktamiati, 0906629391
Gelombang P
Gelombang P ialah defleksi pertama siklus jantung yang menunjukkan aktivasi atrium.
Gelombang P bisa positif, negatif, bifasik atau bentuk lain yang khas.
Bentuk gelombang P pada sandapan konvensional dapat diperoleh dengan I, II dan
aVF dan negatif di aVR. Sedangkan di aVL dan III bisa positif, negatif atau bifasik.
Pada bidang horizontal biasanya bifasik atau negatif di V1 dan V2, positif di V3
hingga V6. Gelombang P dari sinus yang normal tidak lebih lebar dari 0,11 detik dan
tingginya tidak melebihi 2,5 mm.
Gelombang P menggambarkan depolarisasi otot atrium, normalnya setinggi 2,5 atau
kurang dan durasinya 0,11 detik atau kurang.
Gelombang P sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsang normal untuk depolarisasi
atrium berasal dari nodus sinus. Tetapi besarnya arus listrik yang berhubungan dengan
eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat dilihat pada EKG. Gelombang P dalam
keadaan normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan
hantaran. Perbesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P
serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah
konfigurasi gelombang P. Misalnya, irama yang berasal dekat perbatasan AV dapat
menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.
Gelombang T
Gelombang ini menunjukkan repolarisasi ventrikel. Gelombang T bisa positif, negatif
atau bifasik.
Pada orang dewasa, biasanya gelombang T adalah tegak di semua sandapan kecuali di
aVR dan V1.
Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot ventrikel.
Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal
gelombang T ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan hantaran.
Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia atau
peningkatan kalium serum akan meninggikan dan mempertajam puncak gelombang T.
Gelombang U
Gelombang U adalah gelombang kecil yang mengikuti gelombang T yang asalnya
tidak jelas.
Gelombang U biasanya tegak dan paling besar terdapat di V2 dan V3. Sering
gelombang U tak jelas karena bersatu dengan gelombang T.
Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi serat Purkinje tetapi kadang-
kadang ditemukan pada pasien dengan hipokalemia (kadar kalium rendah).
Interval QT
Interval ini tergantung dari frekuensi jantung, yang dapat ditentukan dengan suatu
rumus atau tabel. Untuk praktisnya, diberikan 3 nilai sebagai berikut: frekuensi 60
kali/menit: 0,33-0,43 detik, 80 kali/menit: 0,29-0,38 detik dan 100 kali/menit: 0,27-
0,35 detik.
Interval QT yang menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel,
diukur dari awal gelombang Q atau R jika tidak ada gelombang Q, diakhiri dengan
gelombang T. Interval QT bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung, biasanya kurang
dari setengah interval RR (diukur dari permulaan satu gelombang R sampai awal
gelombang R berikutnya) dan biasanya durasinya 0,32 sampai 0,40 detik apabila
frekuensi jantungnya 65 sampai 95 denyut per menit.
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata-rata adalah 0,36 sampai 0,44
detik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada
pemberian obat-obat antiaritmia seperti kinidin.
Interval PR
Interval PR diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang
Q atau R dan menggambarkan waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan
perlambatan impuls di nodus AV sebelum depolarisasi ventrikel. Pada orang dewasa,
interval PR normalnya berdurasi antara 0,12 sampai 0,20 detik.
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam
interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls
pada nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval
PR yang abnormal merupakan tanda adanya gangguan hantaran impuls yang dikenal
dengan nama blok jantung tingkat pertama.
Segmen ST
Segmen ST yang menggambarkan repolarisasi ventrikel awal, berlangsung dari akhir
gelombang S sampai permulaan gelombang T. Normalnya, isoelektrik (tanpa variasi
potensial listrik) dan dianalisa untuk mencari tanda penurunan suplai oksigen ke
jantung (iskemia).
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel.
Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini, tetapi perubahan ini
terlalu lemah sehingga tidak dapat tertangkap pada EKG. Penekanan abnormal
segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan peningkatan segmen ST
dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis akan memperpendek segmen ST.
Arus listrik yang dihasilkan dalam jantung selama depolarisasi dan repolarisasi
akan dihantarkan ke seluruh permukaan tubuh di mana muatan listrik itu dapat dicatat
dengan menggunakan elektroda yang ditempelkan pada kulit. Sesuai perjanjian, maka
sembilan elektroda pencatat dipasang pada ekstremitas dan dinding dada, dan sebuah
elektroda yang berhubungan dengan bumi yang dimaksudkan untuk mengurangi
gangguan listrik dipasang pada tungkai kanan. Berbagai kombinasi dari elektroda-
elektroda ini akan menghasilkan 12 hantaran standar.
a. Hantaran standar anggota tubuh (hantaran I, II dan III)
Hantaran ini mengukur perbedaan potensial listrik antara dua titik sehingga
hantaran adalah bipolar dengan satu kutub negatif dan satu kutub positif. Elektroda
ditempatkan pada lengan kanan, lengan kiri dan tungkai kiri. Hantaran I melihat
jantung dari sumbu yang menghubungkan lengan kanan dan lengan kiri, dengan
lengan kiri sebagai kutub positif. Hantaran II dari lengan kanan dan tungkai kiri
dengan tungkai kiri positif sedangkan hantaran III dari lengan kiri dan tungkai kiri
dengan tungkai kiri positif.
b. Hantaran anggota badan yang diperbesar (hantaran aVR, aVL dan aVF)
Hantaran ini disesuaikan secara elektris untuk mengukur potensial listrik absolut
pada satu tempat pencatatan yaitu dari elektroda positif yang ditempatkan pada
ekstremitas, dengan demikian merupakan suatu hantaran unipolar. Keadaan ini
dicapai dengan menghilangkan efek kutub negatif secara elektris dan membentuk
suatu elektroda ‘indiferen’ pada potensial nol. EKG secara otomatis akan
mengadakan penyesuaian untuk menghubungkan elektroda anggota badan lainnya
sehingga membentuk suatu elektroda indiferen yang pada hakekatnya tidak akan
mempengaruhi elektroda positif. Voltase yang tercatat pada elektroda positif lalu
diperkuat atau diperbesar untuk menghasilkan hantaran unipolar. Terdapat tiga
hantaran anggota tubuh yang diperbesar. aVR mencatat dari lengan kanan, aVL
mencatat dari lengan kiri dan aVF mencatat dari tungkai kiri.
c. Hantaran prekordial atau dada (V1 sampai V6)
Merupakan hantaran unipolar yang mencatat potensial listrik absolute pada
tempat-tempat tertentu di dada anterior atau prekordium. Identifikasi petunjuk-
petunjuk berikut mempermudah meletakkan elektroda perikordial dengan tepat: 1)
Sudut Louis yaitu tonjolan tulang dada pada sambungan antara manubrium dan
korpus sterni; 2) ruang sela iga kedua, berdekatan dengan sudut Louis; 3) garis
midklavikularis kiri dan 4) garis aksilaris interior dan midaksilaris. Elektroda-
elektroda dipasang berurutan pada dinding dada pada enam tempat yang berbeda:
V1: pada sela iga keempat sebelah kanan dari sternum
V2: pada sela iga keempat sebelah kiri dari sternum
V3: pada pertengahan antara V2 dan V4
V4: pada sela iga kelima di garis midklavikularis
V5: horizontal terhadap V4 pada garis aksilaris anterior
V6: horizontal terhadap V5 pada garis midaksilaris
3. Indikasi:
- Abnormalitas atrium
- Hipertrofi ventrikel
- Defek konduksi intra ventrikular
- Penyakit jantung koroner: iskemia; injury; nekrosis
- Infark miokard
- Hiperkalemia
- Hipokalemia
- Hiperkalsemia
- Hipokalsemia
- Digitalis
- Perikarditis
- Brakikardi sinus
- Takikardi sinus
- Kontraksi premature atrium
- Takikardi atrium paroksismal
- Fluter atrium
- Fibrilasi atrium
- Kontraksi premature ventrikel
- Bigemini ventrikel
- Takikardi ventrikel
- Fibrilasi ventrikel
- Asistol ventrikel