You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

EKG
Oleh Hesi Oktamiati, 0906629391

1. Pengertian tentang Tindakan (dan Interpretasi)


Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik
jantung. Pada EKG akan tergambar gelombang yang disebut sebagai gelombang P,
QRS dan T sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem
konduksi dan miokardium. Gelombang-gelombang ini direkam pada kertas grafik
dengan skala waktu horizontal dan skala voltase vertikal.
Aktivitas listrik jantung dapat dilihat dengan alat elektrokardiogram (EKG).
Setiap fase siklus jantung dicerminkan oleh gelombang tertentu yang direkam dan
dicatat pada lembaran kertas EKG. Perjalanan aktivitas listrik jantung juga dapat
diamati pada layar oskiloskop. Aktivitas listrik disadap oleh seperangkat lead atau
elektroda yang diletakkan pada titik-titik tertentu pada tubuh. EKG terdiri dari 12 lead.
Informasi yang berhubungan dengan aktivitas listrik jantung diperoleh dengan
menempatkan electrode pada permukaan kulit pada posisi anatomis standar. Berbagai
posisi elektroda yang dipantau disebut lead.

Gelombang P
Gelombang P ialah defleksi pertama siklus jantung yang menunjukkan aktivasi atrium.
Gelombang P bisa positif, negatif, bifasik atau bentuk lain yang khas.
Bentuk gelombang P pada sandapan konvensional dapat diperoleh dengan I, II dan
aVF dan negatif di aVR. Sedangkan di aVL dan III bisa positif, negatif atau bifasik.
Pada bidang horizontal biasanya bifasik atau negatif di V1 dan V2, positif di V3
hingga V6. Gelombang P dari sinus yang normal tidak lebih lebar dari 0,11 detik dan
tingginya tidak melebihi 2,5 mm.
Gelombang P menggambarkan depolarisasi otot atrium, normalnya setinggi 2,5 atau
kurang dan durasinya 0,11 detik atau kurang.
Gelombang P sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsang normal untuk depolarisasi
atrium berasal dari nodus sinus. Tetapi besarnya arus listrik yang berhubungan dengan
eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat dilihat pada EKG. Gelombang P dalam
keadaan normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan
hantaran. Perbesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P
serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah
konfigurasi gelombang P. Misalnya, irama yang berasal dekat perbatasan AV dapat
menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.

Gelombang Kompleks QRS


Kompleks ini menunjukkan depolarisasi ventrikel. Istilah-istilah tentang bagian-
bagian kompleks QRS adalah: 1) Gelombang Q = defleksi negatif pertama; 2)
Gelombang R = defleksi positif pertama. Defleksi berikutnya disebut gelombang R’,
R’’ dan seterusnya; 3) Gelombang S = defleksi negatif pertama setelah R. Gelombang
S berikutnya disebut S’, S’’ dan seterusnya.
QRS yang monofasik terdiri dari satu defeksi saja yaitu R atau defleksi tunggal negatif
yang disebut QS. Untuk defleksi yang lebih dari 5 mm, dipakai huruf-huruf besar Q, R
dan S. Sedangkan untuk defleksi yang kurang dari 5 mm, dipakai huruf kecil q, r dan
s.
Impuls listrik yang datang dari simpul AV melanjutkan diri melalui Berkas His. Dari
Berkas His ini keluar cabang awal yang mengaktivasi septum dari kiri ke kanan. Ini
mengawali vektor QRS yang menimbulkan gelombang Q di I, II, III, aVL, V5 dan V6
tergantung dari arah vektor awal tersebut.
Selanjutnya impuls berlanjut melalui cabang berkas kiri (CBKi), cabang berkas kanan
(CBKa) dan mengaktivasi ventrikel kiri dan kanan. Karena dinding ventrikel kanan
jauh lebih tipis daripada ventrikel kiri, maka gaya listrik yang ditimbulkan ventrikel
kiri jauh lebih kuat daripada ventrikel kanan.
Gambaran kompleks QRS pada bidang horizontal yang normal mempunyai corak
khas. Sandapan V1 dan V2 terletak paling dekat dengan ventrikel kanan sehingga
disebut kompleks ventrikel kanan. Di sini, gaya listrik dari ventrikel kanan
menimbulkan gelombang R yang selanjutnya diikuti gelombang S yang
menggambarkan gaya listrik dari ventrikel kiri. Sebaliknya, sandapan V5 dan V6
paling dekat dengan ventrikel kiri sehingga sandapan ini disebut kompleks ventrikel
kiri. Di sini, gelombang Q menggambarkan aktivasi ventrikel kanan atau septum
sedangkan gelombang R menggambarkan aktivasi ventrikel kiri. Dengan demikian,
gambaran kompleks QRS pada bidang horizontal ialah gelombang R meningkat dari
V1 ke V6 sedangkan gelombang S mengecil dari V1 ke V6.
Kompleks QRS (dimulai oleh gelombang Q atau gelombang R bila tak ada gelombang
Q dan diakhiri oleh gelombang S) menggambarkan depolarisasi otot ventrikel.
Kompleks QRS normalnya berdurasi 0,04 sampai 0,10 detik.
Kompleks QRS menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini
besar karena banyaknya massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Tetapi
penyebaran impuls cukup cepat; dalam keadaan normal lama kompleks QRS antara
0,06 hingga 0,10 detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas cabang
dikenal sebagai blok berkas cabang (bundle branch block) akan melebarkan kompleks
ventrikular. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia ventrikel juga
akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS. Hipertrofi ventrikel akan
meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung.
Repolarisasi atrium terjadi selama depolarisasi ventrikel. Tetapi besarnya kompleks
QRS tersebut akan menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatat pada
elektrokardiografi.

Gelombang T
Gelombang ini menunjukkan repolarisasi ventrikel. Gelombang T bisa positif, negatif
atau bifasik.
Pada orang dewasa, biasanya gelombang T adalah tegak di semua sandapan kecuali di
aVR dan V1.
Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot ventrikel.
Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal
gelombang T ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan hantaran.
Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia atau
peningkatan kalium serum akan meninggikan dan mempertajam puncak gelombang T.

Gelombang U
Gelombang U adalah gelombang kecil yang mengikuti gelombang T yang asalnya
tidak jelas.
Gelombang U biasanya tegak dan paling besar terdapat di V2 dan V3. Sering
gelombang U tak jelas karena bersatu dengan gelombang T.
Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi serat Purkinje tetapi kadang-
kadang ditemukan pada pasien dengan hipokalemia (kadar kalium rendah).
Interval QT
Interval ini tergantung dari frekuensi jantung, yang dapat ditentukan dengan suatu
rumus atau tabel. Untuk praktisnya, diberikan 3 nilai sebagai berikut: frekuensi 60
kali/menit: 0,33-0,43 detik, 80 kali/menit: 0,29-0,38 detik dan 100 kali/menit: 0,27-
0,35 detik.
Interval QT yang menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel,
diukur dari awal gelombang Q atau R jika tidak ada gelombang Q, diakhiri dengan
gelombang T. Interval QT bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung, biasanya kurang
dari setengah interval RR (diukur dari permulaan satu gelombang R sampai awal
gelombang R berikutnya) dan biasanya durasinya 0,32 sampai 0,40 detik apabila
frekuensi jantungnya 65 sampai 95 denyut per menit.
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata-rata adalah 0,36 sampai 0,44
detik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada
pemberian obat-obat antiaritmia seperti kinidin.

Interval PR
Interval PR diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang
Q atau R dan menggambarkan waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan
perlambatan impuls di nodus AV sebelum depolarisasi ventrikel. Pada orang dewasa,
interval PR normalnya berdurasi antara 0,12 sampai 0,20 detik.
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam
interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls
pada nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval
PR yang abnormal merupakan tanda adanya gangguan hantaran impuls yang dikenal
dengan nama blok jantung tingkat pertama.

Segmen ST
Segmen ST yang menggambarkan repolarisasi ventrikel awal, berlangsung dari akhir
gelombang S sampai permulaan gelombang T. Normalnya, isoelektrik (tanpa variasi
potensial listrik) dan dianalisa untuk mencari tanda penurunan suplai oksigen ke
jantung (iskemia).
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel.
Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini, tetapi perubahan ini
terlalu lemah sehingga tidak dapat tertangkap pada EKG. Penekanan abnormal
segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan peningkatan segmen ST
dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis akan memperpendek segmen ST.

Arus listrik yang dihasilkan dalam jantung selama depolarisasi dan repolarisasi
akan dihantarkan ke seluruh permukaan tubuh di mana muatan listrik itu dapat dicatat
dengan menggunakan elektroda yang ditempelkan pada kulit. Sesuai perjanjian, maka
sembilan elektroda pencatat dipasang pada ekstremitas dan dinding dada, dan sebuah
elektroda yang berhubungan dengan bumi yang dimaksudkan untuk mengurangi
gangguan listrik dipasang pada tungkai kanan. Berbagai kombinasi dari elektroda-
elektroda ini akan menghasilkan 12 hantaran standar.
a. Hantaran standar anggota tubuh (hantaran I, II dan III)
Hantaran ini mengukur perbedaan potensial listrik antara dua titik sehingga
hantaran adalah bipolar dengan satu kutub negatif dan satu kutub positif. Elektroda
ditempatkan pada lengan kanan, lengan kiri dan tungkai kiri. Hantaran I melihat
jantung dari sumbu yang menghubungkan lengan kanan dan lengan kiri, dengan
lengan kiri sebagai kutub positif. Hantaran II dari lengan kanan dan tungkai kiri
dengan tungkai kiri positif sedangkan hantaran III dari lengan kiri dan tungkai kiri
dengan tungkai kiri positif.
b. Hantaran anggota badan yang diperbesar (hantaran aVR, aVL dan aVF)
Hantaran ini disesuaikan secara elektris untuk mengukur potensial listrik absolut
pada satu tempat pencatatan yaitu dari elektroda positif yang ditempatkan pada
ekstremitas, dengan demikian merupakan suatu hantaran unipolar. Keadaan ini
dicapai dengan menghilangkan efek kutub negatif secara elektris dan membentuk
suatu elektroda ‘indiferen’ pada potensial nol. EKG secara otomatis akan
mengadakan penyesuaian untuk menghubungkan elektroda anggota badan lainnya
sehingga membentuk suatu elektroda indiferen yang pada hakekatnya tidak akan
mempengaruhi elektroda positif. Voltase yang tercatat pada elektroda positif lalu
diperkuat atau diperbesar untuk menghasilkan hantaran unipolar. Terdapat tiga
hantaran anggota tubuh yang diperbesar. aVR mencatat dari lengan kanan, aVL
mencatat dari lengan kiri dan aVF mencatat dari tungkai kiri.
c. Hantaran prekordial atau dada (V1 sampai V6)
Merupakan hantaran unipolar yang mencatat potensial listrik absolute pada
tempat-tempat tertentu di dada anterior atau prekordium. Identifikasi petunjuk-
petunjuk berikut mempermudah meletakkan elektroda perikordial dengan tepat: 1)
Sudut Louis yaitu tonjolan tulang dada pada sambungan antara manubrium dan
korpus sterni; 2) ruang sela iga kedua, berdekatan dengan sudut Louis; 3) garis
midklavikularis kiri dan 4) garis aksilaris interior dan midaksilaris. Elektroda-
elektroda dipasang berurutan pada dinding dada pada enam tempat yang berbeda:
V1: pada sela iga keempat sebelah kanan dari sternum
V2: pada sela iga keempat sebelah kiri dari sternum
V3: pada pertengahan antara V2 dan V4
V4: pada sela iga kelima di garis midklavikularis
V5: horizontal terhadap V4 pada garis aksilaris anterior
V6: horizontal terhadap V5 pada garis midaksilaris

2. Tujuan dari Tindakan


EKG memungkinkan:
1) Deteksi kelainan kecepatan dan irama jantung
2) Deteksi pembesaran ruang-ruang jantung
3) Deteksi adanya iskemia atau infark miokardium
4) Deteksi akan pengaruh obat-obatan dan elektrolit
5) Deteksi pergeseran arah aktivitas listrik

3. Indikasi:
- Abnormalitas atrium
- Hipertrofi ventrikel
- Defek konduksi intra ventrikular
- Penyakit jantung koroner: iskemia; injury; nekrosis
- Infark miokard
- Hiperkalemia
- Hipokalemia
- Hiperkalsemia
- Hipokalsemia
- Digitalis
- Perikarditis
- Brakikardi sinus
- Takikardi sinus
- Kontraksi premature atrium
- Takikardi atrium paroksismal
- Fluter atrium
- Fibrilasi atrium
- Kontraksi premature ventrikel
- Bigemini ventrikel
- Takikardi ventrikel
- Fibrilasi ventrikel
- Asistol ventrikel

4. Alat dan Bahan yang Digunakan


1) Mesin EKG yang dilengkapi:
- Kabel untuk sumber listrik
- Kabel untuk bumi (ground)
- Kabel elektroda:
a. Ekstremitas
b. Dada
- Plat elektroda ekstremitas/karet pengikat
- Balon penghisap elektroda dada
2) Jelly
3) Kertas tissue
4) Kapas alkohol
5) Spidol (untuk perekaman EKG serial)
6) Kertas EKG

5. Anatomi Daerah yang Akan Menjadi Target Tindakan


6. Protokol atau Prosedur dari Tindakan
EKG terdiri dari 12 lead. Informasi yang berhubungan dengan aktivitas listrik
jantung diperoleh dengan menempatkan elektrode pada permukaan kulit pada posisi
anatomis standar. Berbagai posisi elektroda yang dipantau disebut lead. Agar
perlekatan antara kulit dan elektroda sempurna, maka elektroda ekstremitas diletakkan
pada permukaan kulit yang datar tepat di atas pergelangan tangan atau tumit.
Elektroda dapat dihubungkan ke mesin EKG melalui berbagai cara, biasanya melalui
klip yang dilekatkan pada elektroda yang berperekat.
Apabila keempat elektroda ekstremitas telah terpasang, maka keenam lead
yang pertama dapat dicatat: lead I, II dan III serta aVR, aVL dan aVF. Keenam lead
prekordial atau lead V dilekatkan dengan cara yang sama. Kebanyakan mesin EKG
merekam ke 12 lead secara bersamaan dengan memasang seluruh elektroda.
Sesuai perjanjian, maka sembilan elektroda pencatat dipasang pada ekstremitas
dan dinding dada, dan sebuah elektroda yang berhubungan dengan bumi yang
dimaksudkan untuk mengurangi gangguan listrik dipasang pada tungkai kanan.
Prosedur tindakan:
1) Jelaskan pada klien mengenai tujuan pemeriksaan serta hal-hal yang harus
diperhatikan saat perekaman
2) Pastikan bahwa dinding dada klien harus terbuka
3) Nyalakan mesin EKG
4) Baringkan klien dengan tenang di tempat tidur yang cukup luas, tangan dan kaki
tidak saling bersentuhan
5) Bersihkan dada, kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas alkohol (kalau
perlu dada dan pergelangan kaki dicukur)
6) Keempat elektroda ekstremitas diberi jelly
7) Pasang keempat elektroda ekstremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan
kaki
8) Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi untuk elektroda V1 s/d V6
9) Pasang elektroda dada dengan menekan karet penghisapnya
10) Buat kalibrasi sebanyak 3 buah
11) Rekam setiap lead 3-4 beat
12) Setelah selesai perekaman semua lead, buat kalibrasi ulang
13) Semua elektroda dilepas
14) Jelly dibersihkan dari tubuh klien
15) Beritahu klien bahwa perekaman sudah selesai
16) Matikan mesin EKG
17) Catat: nama klien; usia klien; jam, tanggal, bulan dan tahun pemeriksaan; nama
masing-masing lead; serta nama pemeriksa
18) Bersihkan dan rapikan alat-alat

7. Hal-Hal Penting yang Harus Diperhatikan bagi Perawat dalam Melakukan


Tindakan
- Sebelum bekerja pastikan kecepatan mesin adalah 25 mm/s dengan voltase 1
mVolt. Bila perlu, kalibrasi diperkecil menjadi ½ mVolt atau diperbesar menjadi 2
mVolt.
- Hindari gangguan listrik dan mekanik saat perekaman.
- Saat merekam, perawat harus menghadap pasien.

8. Hal-Hal Penting yang Harus Dicatat Setelah Tindakan (Dokumentasi)


- Nama klien
- Usia klien
- Jam, tanggal, bulan dan tahun pemeriksaan
- Nama masing-masing lead
- Nama pemeriksa
Referensi:

Price, S. A. and Wilson, L. M. (1995). Fisiologi: Proses-Proses Penyakit. Ed 4. Jakarta: EGC.


Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8. Jakarta: EGC.
Sudoyo, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4. Jakarta: PPIPD FKUI.

You might also like