You are on page 1of 45

M.

IRFAN BURHANI
CIRI-CIRI AWAL MASA KANAK-KANAK
ORANG TUA
USIA YANG MENGUNDANG MASALAH ATAU
MASA SULIT (BANDEL, KERAS KEPALA, TIDAK
MENURUT, MELAWAN DAN SUKA MARAH-
MARAH)
USIA MAINAN
PARA PENDIDIK
USIA PRASEKOLAH
PARA AHLI PSIKOLOGI
USIA KELOMPOK
USIA MENJELAJAH
USIA BERTANYA
USIA MENIRU
TUGAS PERKEMBANGAN
MEMPELAJARI KETRAMPILAN FISIK YANG
DIPERLUKAN
BELAJAR BERJALAN
BELAJAR BERBICARA
BELAJAR MENGENDALIKAN PEMBUANGAN
KOTORAN
MEMPELAJARI PERBEDAAN SEKS DAN TATA
CARANYA
MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK MEMBACA
BELAJAR MEMBEDAKAN BENAR DAN SALAH,
SERTA MENGEMBANGKAN HATI NURANI
EMOSIONALITAS PADA MASA KANAK-KANAK
AWAL
1. Pada masa kanak-kanak awal, ada fenomena yg
banyak terjadi pada anak-anak, yaitu TEMPER
TANTRUM.
2. Temper tantrum adalah luapan emosi yang
meledak-ledak dan tidak terkendali.
3. Menurut Martina Rini S.T., temper tantrum sering
terjadi pada anak yang aktif dengan enerji yang
banyak dan juga pada yang dianggap “sulit”.

12/08/21
1. Karakteristik anak yang dianggap “sulit”
adalah:
a. Memiliki kebiasaan makan, tidur, dan
buang air besar tidak teratur.
b. Sulit menyesuaikan diri dengan hal-
hal yang baru.
c. Suasana hatinya sering negatif.
mudah terprovokasi.
d. Sulit dialihkan perhatiannya.

12/08/21
Faktor penyebab temper tantrum
 terhalanginya keinginan;
 lelah, lapar, atau sakit, stres.
 pola asuh orang tua:
1) terlalu menmanjakan anak;
2) terlalu melindungi anak;
3) tidak konsisten

12/08/21
Pandangan para ahli tentang temper
tantrum
a. Temper tantrum merupakan bagian dari proses
perkembangan. Dengan demikian temper
tantrum merupakan hal yang biasa terjadi pada
anak-anak.
b. Sebagai bagian dari proses perkembangan maka
pada saatnya nanti gejala ini akan hilang dari diri
anak.
c. Namun demikian akan lebih baik jika gejala
tersebut tidak terjadi karena berkenaan dengan
perkembangan emosi dan juga menimbulkan
masalah bagi keluarga.

12/08/21
Cara menghadapi temper tantrum
A. Mencegah terjadinya tantrum (preventif )
A. Menganalisis adakah anak memiliki ciri-ciri yang
memudahkan terjadinya temper tantrum
B. Dilakukan dengan menghindari atau mencegah faktor-
faktor yang dapat menjadi penyebab temper tantrum
B. Menangani anak yang temper tantrum (kuratif )
A. Mengendalikan diri agar emosi tidak terpancing oleh ulah
anak yang tantrum;
B. Memastikan bahwa perilaku anak tidak berlebihan dan
mengganggu lingkungan.
C. Jika perilaku anak masih terkendali, peluk dia dengan
penuh kasih sayang tetapi jika perilaku anak sudah
berlebihan, orang tua hendaknya berusaha ada di dekat
anak.
C. Menangani anak pasca temper tantrum
1) Meskipun perilaku yang timbul begitu
merepotkan, orang tua jangan menghukum,
menyindir, atau menasihasti anak karena tak
akan digubris anak.
2) Berikan anak perhatian dan rasa aman.
3) Evaluasi mengapa tantrum tersebut sampai
terjadi
EMOSI
EMOSI PENYEBAB EKSPRESI
Amarah -Pertengkaran -Menangis
-Tidak Tercapai Keinginan -Berteriak
-Menendang
-Memukul
Takut -Pembiasaan -Panik
-Peniruan -Lari
-Ingatan (Sesuatu Yang -Menghindar
Kurang Menyenangkan -Bersembunyi
-Menangis
Cemburu -Perhatian Berkurang -Mengompol
-Pura-pura Sakit
-Nakal
Ingin Tahu -Objek Baru -Melihat
-Objek Aneh -Memegang
-Bertanya
EMOSI
EMOSI PENYEBAB EKSPRESI
IRI HATI -MENGELUH
-INGIN MEMILIKI
-MENGAMBIL
GEMBIRA -SEHAT -TERSENYUM
-BERHASIL -TERTAWA
-BERTEPUK TANGAN
SEDIH -KEHILANGAN -MENANGIS
SESUATU YANG -KEHILANGAN
DICINTAINYA MINAT

KASIH SAYANG -MEMELUK


-MENEPUK
-MENCIUM
PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK
1. Anak sudah dapat memahami norma-norma yang
berlaku;
2. Anak mulai belajar mentaati norma-norma yang
berlaku;
3. Anak mulai menyadari hak dan kepentingan pihak
lain;
4. Anak dapat bermain bersama dengan teman-
temannya berdasarkan aturan tertentu.
POLA PERILAKU
SOSIAL VS TIDAK SOSIAL
POLA SOSIAL POLA TIDAK SOSIAL
MENIRU NEGATIVISME
PERSAINGAN AGRESIF
KERJA SAMA PERILAKUBERKUASA
SIMPATI MEMIKIRKAN DIRI SENDIRI
EMPATI MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI
DUKUNGAN SOSIAL MERUSAK
MEMBAGI PRASANGKA SOSIAL
PERILAKU AKRAB
Bermain
Bermain  merupakan kegiatan yang serius dan
pokok bagi anak
Bermain  hak asasi
Bermain  sangat penting dalam perkembangan
kepribadian
Bermain  ekspresi
Usia dini  2-6 tahun
Usia Dini  anak masih tergantung pada Orang Tua
Usia dini  usia pra sekolah (Mönks, dan Haditono)
Anak Usia Dini
Berpikir secara konkrit
Realisme
Egosentris
Berpikir sederhana dan tidak mudah menerima
sesuatu yang majemuk
Animisme
Sentrasi
Imajinasi yang sangat kaya bibit kreativitas pada
anak.
Fungsi Bermain
Menghasilkan pengertian,
Memberikan informasi,
Memberikan kesenangan,
Mengembangkan imajinasi anak
Menjelajahi dunia,
Mengembangkan kompetensi
Mengembangkan kreativitas anak.
Kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah,
tanpa paksaan.
Karakteristik Bermain (Mulyadi,2004)
 Menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
 Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih
bersifat intrinsik
 Bersifat spontan dan sukarela
 Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
 Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan
seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas,
pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan
sosial dan sebagainya
Tahapan Bermain (Hurlock, 1981)
1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba
menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu
mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah
dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan
mengamati setiap benda yang diraihnya.
2) Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai puncknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-
3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya.
Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman
Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan
mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman
bermainnya.
Tahapan Bermain (Hurlock, 1981)
3) Tahap Bermain (Play stage)
Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah
dasar. Pada masa ini jenis permainan anak semakin
bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang
lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan
bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa.
4) Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas,
dimana anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan
bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan
waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya
mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa
kurang dipahami oleh orang lain.
Bermain dan Kreativitas
Solso (1998) aktivitas kognitif yang menghasilkan cara
pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi.
Drevdal (1999) kemampuan seseorang untuk menghasilkan
komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya
baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya.
Munandar (1995) kemampuan untuk membuat kombinasi-
kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi,
data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi
hal-hal yang bermakna dan bermanfaat.
Bermain dan Kreativitas Anak Usia Dini
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan
dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman
secara psikologis pada anak
anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan
eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas
mengekspresikan gagasannya melalui khayalan, drama,
bermain konstruktif, dan sebagainya
Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi
yang penting bagi tumbuhnya kreativitas.
Bermain dan Kreativitas Anak Usia Dini
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk
mengembangkan kreativitasannya.
Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan
pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang
memiliki pengaruh nyata pada perkembangan
pribadinya.
Komputer, Video game dan Alat Permainan
Elektronik
alat permainan elektronik  kemampuan anak untuk
bereaksi cepat, penerapan strategi, dan dengan latihan
yang terus menerus, sehingga anak akan menjadi tangkas.
sering membatasi interaksi anak dengan orang lain.
mengembangkan koordinasi tangan, mata, kemampuan
berpikir cepat, karena anak dirangsang untuk melihat dan
langsung bereaksi dengan menekan tombol-tombol yang
tepat, meningkatkan rentang konsentrasi anak.
KEGIATAN BERMAIN PADA MASA KANAK-KANAK
AWAL
Teori tentang bermain
a. Teori rekreasi : anak bermain untuk mendapatkan
kegembiraan.
b. Teori pelepasan tenaga : anak bermain sebagai upaya
melepaskan tenaga yang lebih, yang jika tidak
dilepaskan menyebabkan beban psikologis.
c. Teori atavistis / teori rekapitulasi : anak bermain
sebagai wujud pengulangan apa yang pernah
dilakukan oleh nenek moyangnya.
d. Teori biologis : kegiatan bermain merupakan
persiapan anak menghadapi kehidupan sebenarnya
di waktu mendatang.
12/08/21
Fungsi permainan
a) PENDIDIKAN SOSIAL : dengan bermain anak belajar hi-dup
bersama dengan orang lain berdasarkan norma-norma yang
berlaku.
b) PENGENALAN KEMAMPUAN SENDIRI : dengan bermain anak
dapat mengenal kemampuan dirinya jika dibanding-kan dengn
anak lain.
c) PENGEMBANGAN KEMAMPUAN : dengan bermain anak
mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemam-puannya.
d) EKSPERIMEN DAN EKSPLORASI : dengan bermain anak dapat
menyalurkan keinginannya untuk melakukan ekspe-rimen dan juga
penjelajahan terhadap lingkungannya.
e) PENGALAMAN AFEKTIF : dengan bermain anak memper-oleh
berbagai pengalaman, baik yang positif maupun yang negatif yang
berguna bagi perkembangan kepribadiannya.

12/08/21
Jenis-jenis permainan
a. PERMAINAN FANTASI : permainan yg berguna untuk
mengembangkan daya fantasi.
b. PERMAINAN FUNGSI : permainan yg bermanfaat untuk
melatih berbagai fungsi, baik fisik maupun psikis.
c. PERMAINAN PERANAN : permainan yang dilakukan
dengan memerankan peran-peran tertentu.
d. PERMAINAN PRESTASI : permainan yg dilaku-kan
dengan berusaha menjadi pemenang.
e. PERMAINAN KONSTRUKSI : permainan yg di dalamnya
ada akativitas membentuk sesuatu.
f. PERMAINAN DISTRUKSI : permainan yg dilakukan
dengan membongkar atau merusak alat permainan.
Tahap-tahap aktivitas bermain anak
a) Anak bermain sendiri dengan tangan, kaki, dst.
b) Anak bermain sendiri dengan alat-alat
permainan.
c) Anak bermain dengan teman-temannya tanpa
disertai peraturan.
d) Anak bermain dengan teman-temannya
berdasarkan peraturan yang berlaku.

12/08/21
KONSEP UMUM YANG BERKEMBANG
DALAM KEHIDUPAN ANAK
KEHIDUPAN
KEMATIAN
FUNGSI TUBUH
RUANG
BERAT
BILANGAN
WAKTU
DIRI SENDIRI
KESADARAN SOSIAL
KEINDAHAN
KELUCUAN
PENANAMAN DISIPLIN
(POLA ASUH)
OTORITER
LANDASAN FILOSOFIS: ‘MENGHEMAT CAMBUKAN
BERARTI MEMANJAKAN ANAK’
MENETAPKAN PERATURAN YANG KAKU
TIDAK ADA PENJELASAN
ANAK TIDAK DIBERI KESEMPATAN UNTUK
BERPENDAPAT ATAU BERTANYA
MENEKANKAN HUKUMAN (SERINGKALI KEJAM)
TIDAK ADA REWARD TERHADAP PERILAKU POSITIF,
HADIAH DIANGGAP SEBAGAI ‘SOGOKAN’
MEMATUHI ATURAN DIANGGAP SEBAGAI KEWAJIBAN
PENGARUH DISIPLIN PADA ANAK-ANAK
OTORITER
PERILAKU
PATUH BILA DIHADAPAN ORANG TUANYA
AGRESIF DALAM HUBUNGANNYA DENGAN TEMAN
SIKAP
MEMBENCI ORANG YANG BERKUASA
MERASA DIPERLAKUKAN TIDAK ADIL
KEPRIBADIAN
CEMBERUT
KERAS KEPALA
NEGATIVISTIK
PENANAMAN DISIPLIN
PERMISIF (DISIPLIN LEMAH)
LANDASAN FILOSOFIS: ‘MELALUI
PERBUATANNYA SENDIRI ANAK BELAJAR
BAGAIMANA BERPERILAKU YANG BAIK’
ANAK TIDAK DIAJARKAN PERATURAN
TIDAK ADA KONTROL
TIDAK ADA HUKUMAN BILA MELANGGAR
TIDAK ADA REWARD TERHADAP PERILAKU
YANG BAIK
PENGARUH DISIPLIN PADA ANAK-ANAK
PERMISIF
PERILAKU
MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI
TIDAK MENGHIRAUKAN HAK ORANG LAIN
AGRESIF
TIDAK SOSIAL
SIKAP
MEMBENCI ORANG YANG BERKUASA
KEPRIBADIAN
SULIT MELAKUKAN PENYESUAIAN PRIBADI
SULIT MELAKUKAN PENYESUAIAN SOSIAL
PENANAMAN DISIPLIN
AUTORITATIF (DEMOKRATIS)
ANAK DIBERI HAK UNTUK MENGETAHUI MENGAPA
PERATURAN DIBUAT
ANAK DIBERI KESEMPATAN UNTUK MENENTUKAN
ATURAN YANG AKAN DITERAPKAN
ANAK DIAJAR UNTUK MENGERTI APA ARTI
PERATURAN DAN MENGAPA ANAK HARUS
MEMATUHI PERATURAN ITU
MENEKANKAN DIALOG
HUKUMAN SESUAI TINGKAT (KADAR)
PELANGGARAN
HADIAH TERHADAP PERILAKU POSITIF AKAN
DAPAT MENGINGKATKAN PERILAKU POSITIF
TERSEBUT
PENGARUH DISIPLIN PADA ANAK-ANAK
AUTORITATIF
PERILAKU
MAMPU MENGENDALIKAN PERILAKU
MEMPERTIMBANGKAN HAK ORANG LAIN
SIKAP
DAPAT MENGENDALIKAN EMOSI
DAPAT BERSIKAP POSITIF
KEPRIBADIAN
DAPAT MELAKUKAN PENYESUAIAN PRIBADI DENGAN
BAIK
DAPAT MELAKUKAN PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN
BAIK
HUBUNGAN KELUARGA PADA
AWAL KANAK-KANAK
HUBUNGAN DENGAN ORANG TUA DAN
KAKAK-KAKAKNYA MENGALAMI
PERUBAHAN
KONDISI YANG MENYEBABKAN
PERUBAHAN:
PERUBAHAN PADA ANAK
PERUBAHAN SIKAP ORANG TUA
KONSEP ORANG TUA TENTANG ANAK YANG
BAIK
ORANG TUA KESAYANGAN
MUNCULNYA FIGUR BARU YANG LEBIH DISUKAI
BAHAYA PADA AWAL MASA KANAK-KANAK
BAHAYA FISIK:
 KEMATIAN
 PENYAKIT
 KECELAKAAN
 KEGEMUKAN
 TANGAN KIDAL
BAHAYA PSIKOLOGIS:
 BAHAYA DALAM BERBICARA
 BAHAYA EMOSIONAL
 BAHAYA SOSIAL
 BAHAYA BERMAIN
 BAHAYA DALAM PERKEMBANGAN KONSEP
 BAHAYA MORAL
 BAHAYA DALAM PENGGOLONGAN PERAN SEKS
 BAHAYA DALAM HUBUNGAN KELUARGA
 BAHAYA KEPRIBADIAN
Identitas Gender
Faktor yang mempengaruhi pembentukan stereotip
gender & perilaku peran gender adalah gender identity
suatu persepsi mengenai diri sebagai relatif
maskulin/feminin dalam karakteristiknya.

Ada sebagian kecil individu (khususnya perempuan) yang


mempunyai tipe identitas gender yang disebut
androgyny suatu tipe identitas gender dimana orang
tersebut memiliki skor yang tinggi pada kedua
karakteristik kepribadian, baik maskulin/feminin --- pada
orang ini, komponen maskulinnya lebih dominan dalam
penyesuaian psikologisnya terhadap lingkungan.
Munculnya Identitas Gender
Social learning perilaku muncul sebelum
persepsi diri (self perception), seperti yang terjadi
pada anak pra-sekolah yang menemukan respon
sesuai dengan tipe gendernya melalui modeling &
reinforcement.

Cognitive developmental menekankan


persepsi diri datangnya sebelum perilaku. Selama
usia pra-sekolah anak menemukan suatu apresiasi
kognitif mengenai permanensi jenis kelamin.
Munculnya Identitas Gender
Tahap perkembangan pengertian gender
Lawrence Kohlberg (1966)
Tahap I: Gender labeling anak pra-sekolah
memberikan label pada gendernya dan juga gender
orang lain secara benar.
Tahap II: Gender stability anak pra-sekolah
memiliki pengertian parsial mengenai permanensi jenis
kelamin --- meraih stabilitas ini seturut waktu.
Tahap III: Gender consistency pada masa akhir
pra-sekolah – awal sekolah dasar anak mampu
menguasai kekonstanan gender.
Identitas Gender Selama Middle Childhood
Pada masa ini anak ♂ memperkuat identifikasi
mereka terhadap peran “maskulin”. Sedangkan anak
♀ menjadi lebih androgenus (kelaki-lakian).
Gender Schema Theory

Gender Schema Theory  suatu pendekatan


information-processing terhadap pembentukkan
tipe gender yang mengkombinasikan bentuk
social learning & cognitive develomental.

Menjelaskan bagaimana tekanan sosial & kognisi


bekerja bersama-sama untuk mempengaruhi
pembentukan stereotip, identitas peran gender,
dan adopsi gender.
Dalam Hal Apa Anak Laki-laki & Perempuan Benar-
benar Berbeda dalam Atribut Stereotip Gendernya?
 Perbedaan jenis kelamin dalam kemampuan mental & personality
traits

KARAKTERISTIK PERBEDAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN


JENIS KELAMIN

Kemampuan Anak ♀ lebih beruntung dalam perkembagan bahasa


Verbal awal & prestasi membaca di usia sekolah.

Kemampuan Anak ♂ memiliki kemampuan yang lebih baik


Spasial dibanding anak ♀ dalam kemampuan spasial tertentu
--- bertahan sepanjang rentang kehidupan.
KARAKTERISTIK PERBEDAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN JENIS
KELAMIN
Kemampuan Mulai masa remaja, anak ♂ lebih baik dibanding anak ♀
Matematika dalam tes mathamatical reasoning. Perbedaan paling
besar terjadi pada murid-murid dengan prestasi tinggi –
lebih banyak jumlah anak ♂ yang nilainya baik dalam
matematika.

Prestasi Sekolah Anak ♀ memiliki prestasi yang lebih baik dalam semua
subjek akademik di sekolah dasar. Setelah itu barulah
perbedaan tersebut menurun, pada tingkat SMP anak ♂
mulai berprestasi dalam matematika.

Motivasi Perbedaan yang terkait dengan jenis kelamin dalam


Berprestasi motiovasi berprestasi berkaitan dengan tipe tugas. Anak
♂ mersa diri lebih kompeten & memiliki harapan yang
lebih untuk sukses dalam area “maskulin”. Sedangkan
anak ♀ memiliki harapan & standart yang lebih bagi
dirinya dalam area “feminin”.
KARAKTERISTIK PERBEDAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN
JENIS KELAMIN
Sensitivitas Anak ♀ lebih efektif dalam memberikan & menerima
Emosional informasi emosional, serta memiliki skor lebih tinggi
pada self reaport measures mengenai empati & simpati.
Keberuntungan anak ♀ dalam perilaku prososial adalah
paling besar dalam hal kebaikan, perhatian & sedikit
perilaku membantu.
Ketakutan, Anak ♀ lebih takut & malu-malu dibanding anak ♂.
Malu-malu & Perbedaan ini telah muncul pada tahun pertama
Kecemasan kehidupan. Di sekolah, anak ♀ lebih cemas akan
kegagalan & berusaha keras menghindarinya. Secara
kontras, anak ♂ menjadi anak yang suka mengambil
resiko besar.
Pemenuhan Anak ♀ lebih siap dalam pemenuhan (keinginan)
(keinginan) & secara langsung dari orang dewasa & teman
Ketergantungan sepergaulan. Mereka juga lebih sering mencari bantuan
dari orang dewasa & memiliki skor yang lebih tinggi
untuk dependency (ketergantungan) pada tes
kepribadian.
KARAKTERISTIK PERBEDAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN
JENIS KELAMIN
Level Aktivitas Anak ♂ lebih aktif dibanding anak ♀.
Depresi Remaja ♀ menampilkan sindrom depresi yang lebih
banyak dibanding remaja ♂.

Agresi Anak ♂ lebih menampilkan agresinya secara nyata,


sedangkan anak ♀ lebih kearah agresi dalam
hubungan antar individu. Remaja ♂ lebih mudah untuk
terjerumus dalam tindakan antisosial & kriminal
dibanding remaja ♀ .

Masalah Masalah lebih banyak terjadi pada anak ♂, termasuk


Perkembangan masalah kelainan berbicara & bahasa,
ketidakmampuan dalam membaca, dan masalah
perilaku hiperaktivitas, perilaku bermusuhan dan cari
perhatian, serta ketidak matangan emosional & sosial.
Lebih banyak anak ♂ yang dilahirkan dengan kelainan
genetis, ketidakmampuan fisik & keterbelakangan
mental.

You might also like