You are on page 1of 11

Proseding Seminar Geoteknologi Kontribusi Ilmu Kebumian Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Bandung 3 Desember 2007 ISBN : 978-979-799-255-5

Studi Potensi Likuifaksi Di Daerah Zona Patahan Opak Patalan - Bantul,


Jogjakarta
Eko Soebowo, Adrin Tohari, Dwi Sarah
Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI

ABSTRAK: Sejumlah data geologi permukaan dan bawah permukaan telah dilakukan untuk mengetahui
gambaran susunan lapisan tanah/batuan bawah permukaan dan hidrogeologi di daerah Patalan, Bantul dan se-
kitarnya kaitannya dengan wilayah yang berpotensi likuifaksi. Hasil kajian menunjukkan bahwa stratifikasi
lapisan tanah bawah permukaan disusun oleh pasir halus, sedang, kasar, lanau dan lempung dan kerikil juga
pasir lepas. Kondisi muka airtanah di daerah ini dicirikan dengan kedalaman - 0.5 hingga – 4 meter bahkan
ada yang lebih – 4 meter. Analisa perhitungan dengan formula metode “simplifed procedure” (Seed, B dan
Idriss, I, 1971 dan Roberson, P.K., and Wride, B.H., 1989) berdasarkan data-data N-SPT, CPT/CPTu dengan
nilai percepatan gempa maksimum (p.g.a) di permukaan sebesar 0,25g, skala gempabumi 6.2 SR (Ms : 6.2),
jarak sumber gempa terhadap daerah studi kurang lebih 5 - 10 km sekitar patahan aktif Opak, dan muka air
tanah setempat, menunjukkan bahwa hampir semua titik telah terjadi likuifaksi dengan kedalaman bervariasi
mulai - 0.4 hingga – 6 meter. Analisis likuifaksi dan penurunan dengan metode Ishihara dan Yoshimine
(1990), dengan nilai Faktor Keamanan diambil hasil evaluasi potensi likuifaksi (metode Seed, 1977 dan
Suzuki, 1997) dan menggunakan Software LIQIT, maka penurunan total lapisan tanah terutama
terkonsentrasi di bagian tengah Patalan, bervariasi antara 2 hingga 10 cm, dengan penurunan terbesar (>
10cm). Pola penyebaran penurunan setidaknya sangat dikontrol oleh segmen dari patahan Opak. Oleh karena
itu potensi likuifaksi yang diikuti penurunan lapisan tanah perlu mendapat perhatian dalam mengkaji
keamanan bangunan tinggi dalam menghadapi bahaya gempa bumi besar di masa mendatang. Peningkatan
kepadatan tanah diperlukan sebelum pelaksanaan kontruksi bangunan tinggi dengan pondasi dalam untuk
mengatasi dan mecegah penurunan saat gempa bumi besar.

Kata kunci : likuifaksi, gempa bumi

PENDAHULUAN pematang pantai yang dibeberapa lokasi rentan


terhadap potensi bahaya likuifaksi. Material untuk
Gempabumi Jogjakarta telah terjadi pada hari Sabtu,
terjadinya zona likuifaksi umumnya di daerah
27 Mei 2006 dengan skala richter 6,2 (Ms = 6,2).
endapan pasir atau soil yang lepas, lanau dan
Peristiwa tersebut di beberapa tempat menimbulkan
memiliki karakter granular jenuh air dengan
kejadian fenomena bencana geologi seperti
kepadatan rendah, non kohesif, tekanan air pori
longsoran, rekahan tanah dan likuifaksi dengan luas
dalam sedimen matrik, muka airtanah dangkal dan di
area kurang lebih berarah timur laut – barat daya
daerah dengan kemungkinan pergerakan permukaan
sejajar dengan patahan Opak. Wilayah Bantul -
ko-seismik melebih nilai batas ambangnya karena
Jogjakarta merupakan zona dengan seismisitas cukup
adanya getaran tanah seketika akibat gempa bumi
tinggi dan aktif yang dikatagorikan dalam zona
(Seed, HB dan Idriss, I, 1971, Kovaks, 1983, Bowles,
seismik 3 (BMG), dimana terletak pada endapan
1988, Kramer, 1993).
kuarter berupa endapan fluviatil, alluvium dan

55
Peristiwa likuifaksi dapat menimbulkan amblesan, “easily liquefy” , maka dapat diartikan bahwa
keruntuhan, tilting pada bangunan, ground cracking, lapisan tanah/pasir tersebut berpotensi likuifaksi.
kelongsoran, dan merusakkan sarana publik. Sebagai Oleh karena itu karakter lapisan tanah yang terjadi
conto saat gempa bumi Kobe 1995, Turki 2002, peristiwa likuifaksi akan sangat spesifik di setiap
Taiwan 1999, India 2001, Maumere 1 Desember daerah dan juga dipengaruhi oleh kondisi geologi
1992, Aceh dan Nias 26 Desember 2004, Bengkulu, setempat, proses sedimentasi, hidrogeologi dan
2000, Jogjakarta 27 Mei 2006 yang diikuti dengan seismisitasnya.
fenomena peristiwa likuifaksi. Pengetahuan potensi
dan kerawanan likuifaksi sangat penting dalam
HASIL PENELITIAN
rangka melakukan usaha mitigasi yang disesuaikan
dengan derajat kerentanan terhadap bahaya likuifaksi Geologi daerah Bantul dan sekitarnya
di wilayah ini yang diharapkan dapat digunakan Daerah yang mengalami kerusakan gempa bumi
untuk mitigasi bahaya likuifaksi di daerah lainnya di Jogjakarta Sabtu 27 Mei 2006, termasuk dalam
Indonesia. dataran Bantul – Klaten yang memanjang mulai Kali
Tulisan ini menyajikan hasil penelitian kondisi Opak hingga barat Klaten. Sedangkan menurut
geologi dan penampang geologi teknik bawah Rahardjo dkk (1995) batuan tertua yang tersingkap di
permukaan kaitannya dengan potensi bahaya sekitar dataran Bantul – Klaten antara lain Formasi
likuifaksi di daerah Patalan, Bantul, Jogjakarta. Kebo – Butak yang berumur Oligo-Miosen yang
tersusun oleh breksi vulkanik, andesit dan aglomerat.
METODA PENELITIAN Diatasnya diendapkan Formasi Semilir yang terdiri
dari perulangan breksi tufa dan lempung tufaan yang
Dalam studi likuifaksi ini dilakukan pendekatan berumur Oligo _ Miosen. Tidak selaras diatasnya
melalui pengumpulan data lapangan berupa hasil diendapkan Formasi Nglangran berupa breksi
pemboran teknik dengan uji SPT, pengujian gunungapi, tufa yang berumur Miosen Awal –
sondir/CPT, pengujian CPTu, dan pengukuran muka Tengah. Selanjutnya diendapkan Formasi Sambipitu
air tanah di beberapa lokasi yang terpilih baik yang yang terdiri dari tufa, serpih, batulanau. Selanjutnya
mengalami maupun yang tidak mengalami gejala diendapkan Formasi Wonosari yang berupa
likuifaksi di zona patáhan Opak, Bantul, Jogjakarta. batugamping terumbu dan batugamping berlapis
Analisa data lapangan dan hasil perhitungan yang kalkarenit. Diatasnya diendapkan Formasi Kepek
disentesakan dengan formula metode “simplifed pro- yang terdiri dari napal dan batugamping. Selanjutnya
cedure” (Seed, B dan Idriss, I, 1971, dan Roberson, di bagian barat diendapkan Formasi Sentolo yang
P.K., and Wride, B.H., 1989), maka selajutnya terdiri dari batugamping berlapis. Diatasnya
dilakukan analisis potensi likuifaksi di lokasi studi diendapkan Formasi Sentolo terdiri dari
berdasarkan data-data N-SPT, CPT/CPTu, ukuran batugamping, batupasir napalan. Selanjutnya secara
butir dan berat isi. Dalam analisis ini, digunakan nilai tidak selaras diendapan material vulkanik Gunungapi
percepatan gempa maksimum (p.g.a) di permukaan Merapi dan endapan koluvium dan alluvial yang
sebesar 0,25g dengan skenario gempabumi skala 6.2 kesemuanya sebagai endapan kuarter (Gambar 1).
SR (Ms : 6.2), jarak sumber gempa terhadap daerah Struktur geologi yang berkembang di daerah
studi kurang lebih 5 - 10 km sekitar patahan aktif dataran Bantul – Klaten berupa patahan/sesar
Opak dan muka air tanah diasumsikan mencapai mendatar yang dikenal sebagai sesar Opak yang
permukaan tanah akibat gempa, Untuk analisis
berarah timur laut – baratdaya kurang lebih U 235o
likuifaksi dan penurunan akibat gempa, maka nilai T/80o, dimana blok timur relatif bergeser ke utara
FK minimal yang dipakai sebesar 1,2. dan blok barat ke selatan. Lebar zona patahan diduga
Sedangkan analisa potensi likuifaksi dan mencapai kurang lebih 2,5 km. Patahan lainnya yang
penurunan lapisan tanah dengan menggunakan berarah barat laut – tenggara berkedudukan kurang
Software LIQIT, dimana dapat mengetahui besaran lebih U 325o T/70o, yang menuju ke arah
nilai total settlement dan Indeks Liquifaksi, maka Gantiwarno. Pengamatan lapangan zona patahan
diperoleh hasil evaluasi potensi zona likuifaksi yang menunjukkan bahwa pada zona patahan aktif Opak
tercermin dalam bentuk kurva yang memisahkan ini secara semi detail telah memberikan gambaran
lapisan setempat baik yang mengalami likuifaksi dan bahwa zona patahan tersebut dicirikan oleh segmen-
tidak mengalami likuifaksi. Juga dilakukan pengujian segmen yang lebih kecil dengan ukuran bervariasi
laboratorium terhadap beberapa conto lapisan mulai beberapa cm hingga beberapa puluh meter.
sedimen tanah/pasir untuk mengetahui distribuís
ukuran butir dari lapisan sedimen tersebut, apabila
berada pada rentan batas “very easily liquefy” atau

56
Gambar 1. Peta geologi daerah Bantul, Jogjakarta dan sekitarnya.

Berdasarkan interpretasi pengelompokan nilai Tektonik


anomali gayaberat tersebut tampak bahwa dari Wilayah pantai Jawa selatan dan sekitarnya
Bandara Adisucipto Jogyakarta ke arah Barat hingga merupakan wilayah yang memiliki kerentanan
daerah Kenteng dijumpai anomali yang cukup tinggi bahaya gempabumi yang tinggi karena wilayah ini
dari 90 mGal hingga 125 mGal. Hal ini menunjukkan berada + 200 km sebelah selatan zona subduksi Jawa
bahwa kondisi bawah permukaan pada daerah ini Selatan. Daerah perbatasan lempeng ini merupakan
didominasi oleh batuan yang mempunyai nilai massa zona seismisitas yang aktif, sehingga banyak terjadi
jenis yang cukup tinggi dan dari data geologi gempa bumi tektonik yang diakibatkan oleh
permukaan dijumpai singkapan - singkapan batuan tumbukan antar lempeng tersebut. Letak yang
Tersier berumur Oligo - Miosen (Formasi Kebo berdekatan dengan batas antar lempeng ini
Butak) dan batuan berumur Eosen - Oligosen (F. mengakibatkan daerah-daerah tersebut rawan
Nanggulan). Walaupun di permukaan disusun oleh terhadap aktivitas seismik yang ditimbulkan oleh
batuan volkanik muda dari produk Merapi, pergeseran antar lempeng.
kemungkinan batuan pada tinggian Kenteng – Tektonik pada bagian Jawa selatan sangat
Adisucipto dalam sejarahnya merupakan penahan dipengaruhi oleh subduksi yang berada di selatan
dan spill way endapan gunung api muda yang Jawa, Hal ini dapat dicerminkan oleh adanya patahan
berasal dari Gunung Merapi. Hal yang sama di yang berarah hampir barat laut – tenggara (Sesar
jumpai di daerah Bayat (tinggian Bayat) yang Pemanukan – Cilacap) dan barat daya - timur laut
disusun oleh batuan batuan metamorj (Pra- Tersier) (sesar Muria – Kebumen). Kedua patahan tersebut
dan batuan Tersier berumur Eosen (Formasi bertemu dan saling mendekat di sebelah selatan Jawa
Wungkal) dan batuan berumur Oligo-Miosen Tengah. Pergerakan lateral sepanjang patahan-
(Formasi Kebo-Butak). Tinggian lainnya adalah patahan di Pulau Jawa ini telah menyebabkan
tinggian Gunung Kidul yang sebagain besar kegempaan aktif dan menyebabkan terjadinya
tersingkap batugamping Wonosari. Ekspresi nilai ekstensi, salah satunya di sekitar Jogjakarta (Untung
anomali yang tinggi kemungkinan disebabkan oleh M dan Sato, Y, 1978) dan Satyana, A.H (2005, 2007)
nilai densitasnya yang besar dan tersingkap di dan berbagai sumber (Gambar 3).
permukaan. Sedangkan untuk di daerah dataran Bantul –
Diantara tinggian anomali Adisucipto – Kenteng Klaten yang berkembang berupa patahan/sesar
dan tinggian Bayat ditempati oleh anomali menengah mendatar yang dikenal sebagai sesar Opak yang
yang menyebar ke arah Baratdaya hingga pantai berarah timur laut – baratdaya kurang lebih U 235o
Samas - Parangtritis kecenderungan arah anomali T/80o, dimana blok timur relatif bergeser ke utara
menengah dalam arah ini disebut Bantul – Kalasan dan blok barat ke selatan. Lebar zona patahan diduga
trend. Nilai anomali menengah ini juga mempunyai mencapai kurang lebih 2,5 km. Dampak dari gempa
kecenderungan menyebar ke arah Timur yang bumi Jogjakarta 27 Mei 2006 juga menimbulkan
dimulai dari Piyungan menuju ke G. Baturagung gejala pergeseran lapisan tanah dari beberapa mm
sehingga disebut Piyungan – Baturagung trend hingga kurang lebih 10 cm dan rekahan-rekahan
(Gambar 2).

57
dengan dimensi bervariasi mulai ukuran beberapa hingga meter)) dengan shear strain positif dan
mm hingga lebih 10 cm. Pola rekahan yang terjadi negatif. Tipe patahan Opak ini diduga
mempunyai arah yang bervariasi, namum yang mendatar/geser sinestral menurun. Rekahan-rekahan
dominan mendekati arah hampir utara – timur (U 10 yang tampak menunjukkan arah bervariasi, yaitu U 0
– 20o T). Rekahan tersebut tampak dengan jelas di – 20o T dengan kemiringan relatif hampir tegak 65o –
peladangan sawah, jalan raya, ladang perkebunan. 85o dengan lebar kurang lebih 5 – 30 cm, U 90 -100o
Gempa ini juga menimbulkan rel kereta api di E; dan N 200 - 225o E lebar rekahan bervariasi
Prambanan dan Jl.Bantul Km 5 melengkung dan kurang lebih 5 – 30 cm (pada jalan, tegalan dan
diiukuti gejala rekahan-rekahan baru di sekitarnya. sawah), rekahan tersebut dengan panjang kurang
Sistem rekahan tektonik yang teridentifikasi cukup lebih 50 cm - 5 meter. Pergeseran dari rekahan yang
baik berupa tension fractures/rekahan regang terukur kurang lebih sebesar 3 – 10 cm dengan
(extension fractures, gash fractures, release kedalaman kurang lebih 5 cm – 20 cm (sebagian
fractures) dan patahan-patahan mesoskopis. rekahan telah terisi oleh pelapukan dan runtuhan
Konfigurasi struktur-struktur tersebut di lapangan tanah). Rekahan-rekahan tektonik yang tampak
membentuk pola en echelon relay overstep left merupakan rekahan tension/dilation (bukaan). Pada
stepping, overstep rigth stepping dan horse tail zona rekahan di beberapa lokasi tampak sembulan
splay. Pola-pola tersebut membentuk pull apart basin dan amblesan dengan diameter dari beberapa cm
dan pusth up swell’ local (kecil dari beberapa cm hinggá beberapa meter.

ANOMALI BOUGUER DAERAH YOGYAKARTA ANOMALI BOUGUER DAERAH YOGYAKARTA


INTERPRETASI ANOMALI GAYABERAT
9 155 00 0m U

9 155 00 0m U

U U
91 450 00 m U

91 450 00 m U

Lintasan 1 Lintasan 1

140 140
913 50 00m U

913 50 00m U

135 135
YOGYAKAR TA 130 YOGYAKAR TA 130
125 125
WATES 120 WATES 120
BAN TUL 115 BAN TUL 115
110 110
9 125 00 0m U

9 125 00 0m U

B B
Lintasan 2 105 Lintasan 2 105
100 100
95 95
T 90 T 90
85 85
mGal mGal
91 150 00 m U

91 150 00 m U

80 80
75 75
70 70
65 65
60 60
HA : Anomali Tinggi 55 55
910 500 0m U

910 500 0m U

50 50
MA : Anomali 45 45
S 40 S 40
M h 35 35
405000m T 415000m T 425000m T 435000m T 445000m T 455000m T 405000m T 415000m T 425000m T 435000m T 445000m T 455000m T

meter meter
0 5000 10000 15000 20000 25000 0 5000 10000 15000 20000 25000

Gambar 2. Hasil interpretasi anomali gaya berat daerah Jogjakarta dan sekitarnya.

Gambar 3. Peta tektonik Pulau Jawa dan sekitarnya

58
Gambar 4. Peta muka airtanah di daerah Patalan, Bantul – Imogiri dan sekitarnya.

Pola rekahan yang baru terbentuk pada saat Arah aliran airtanah didalam akifer di daerah
kejadian gempa umumnya berarah hampir utara – sungai Opak beserta anak sungainya sekitarnya
selatan, yang nampaknya merupakan rekahan- umumnya terdiri dari material lapisan lanau, pasir
rekahan tensional. Rekahan-rekahan baru ini tidak halus hingga kasar, pasir – gravel sebagai lapisan
menunjukkan adanya pergerakan vertikal maupun permeble dan yang semipermeable yaitu lanau-
horisontal hanya memperlihatkan gerakan membuka lempung. Endapan sedimen kuarter di daerah ini
secara umumnya, sering kali hanya rekahan yang dengan distribusi muka airtanah yang dangkal dapat
searah dengan ‘main shear’, Rekahan main shear memungkinkan untuk terjadinya fenomena likuifaksi
umumnya berukuran lebih besar dibandingkan di beberapa lokasi tertentu.
rekahan tensional. Di beberapa lokasi apabila
dijumpai rekahan-rekahan baru yang diduga berarah Jejak likuifaksi pasca gempa
barat – timur, kemungkinan merupakan reaktifasi Jejak fenomena likuifaksi di daerah ini ditunjukkan
dari struktur geologi yang lebih tua. Lokasi-lokasi oleh material lapisan pasir halus hngga kasar (fine –
rekahan ini menyebar secara acak dari daerah grained sandy) di dalam sikuen endapan alluvial
Parangtritis, Imogiri, Bantul, Berbah, Kasongan, kuater, akibat gembabumi berlangsung. Tipe struktur
Bambangdipuro, Playen, Piyungan dan Gantiwarno yang nampak selama pengamatan lapangann
(Gambar 5). mencerminkan vein fractures atau fissure dengan
lebar dan panjamg bervariasi dari beberapa
Muka Air Tanah centimeter hingga beberapa meter dan membentuk
Daerah Patalan, Bantul – Imogiri, Jogjakarta dan sand volcanoes atau sandboils dengan mengeluarkan
sekitarnya dilalui oleh sungai besar yaitu sungai seburan air dan muncul di paparan sedimen diarea
Opak, Kuning, Gajahwong, Dengkeng beserta anak tersebut. Semburan air tersebut membentuk
sungainya, kesemua sungai berhulu di bagian selatan sembulan dengan diameter bervariasi kurang lebih 5
lereng G.Merapi yang mengalir kearah selatan - 10 meter persegi. Selama investigasi umumnya
hingga ke daerah pantai selatan Samas – Parangtritis distribusi dari sand boils/semburan pasir dan ground
melalui dataran endapan aluvium dan dataran pantai fissures/celah retakan-retakan di daerah dataran
Holosen. Gambaran sebaran muka air tanah di daerah alluvial pada Bantul graben terkonsentrasi di sisi
Patalan, Bantul – Imogiri umumnya terdapat pada barat Zona Patahan Opak yang berarah timurlaut –
aliran sungai, sumur penduduk, pemboran air dan baratdaya dengan panjang kurang lebih 30 – 35 km
pemboran teknik, dengan kedalaman muka airtanah dan membelok kearah timur di sekitar Gantiwarno,
bervariasi mulai sangat dangkal hingga dangkal (-0.6 Klaten. Arah dari semburan pasir, celah retakan
hingga – 4 meter) dan beberapa tempat cukup dalam semburan dan retakan-retakan umumnya berkisar U
(- 8 meter) (Gambar 4).

59
10º – 30º T (arah dominan), juga ada yang U 60º – geologi bawah permukaan di daerah ini dicirikan
70º T (Gambar 5). oleh perulangan satuan pasir yang cukup dominan
dengan ukuran butiran mulai halus hingga kasar,
lanau, lempung dan beberapa tempat tersebar
PEMBAHASAN
campuran pasir - kerikil dan setempat breksi.
Geologi dan hidrogeologi bawah permukaan Perulangan lapisan di daerah ini, menunjukkan
Geologi daerah Patalan, Bantul, Jogjakarta dan bahwa daerah ini setidaknya telah terjadi proses
sekitarnya merupakan paparan endapan fluviatil dan geologi yang berulang-ulang akibat pengangkatan
alluvium yang terletak pada Bantul graben yang di dan penurunan baik oleh tektonik ataupun oleh
bagian tmur dibatasi oleh patahan aktif Opak yang proses sedimentasi pada saat pengendapan masa lalu
berarah hampir timur laut – barat daya. Gambaran pada cekungan Bantul (Bantul graben).

Semburan pasir pada sumur Semburan Pasir yang mudah ter-

Gambar 5. Peta lokasi kejadian likuifaksi di daerah Jogjakarta – Klaten pada saat gempa Jogjakarta.

Kondisi hidrogeologi dataran endapan aluvium dan ditunjukkan pada Gambar 7a, dimana material tanah
dataran Holosen ini memperlihatkan . sebaran muka cenderung mengandung material pasir yang berada
air tanah dengan kedalaman muka airtanah bervariasi pada rentan batas “very easily liquefy” atau easily
mulai mulai – 1 hingga - 4 m di beberapa tempat liquefy” yang diartikan bahwa lapisan tanah/pasir
lebih 4 meter, dengan arah aliran airtanah didalam tersebut berpotensi likuifaksi, hal ini
akifer di daerah sungai Opak beserta anak sungainya mengindikasikan tanah di Patalan, Bantul tergolong
sekitarnya umumnya terdiri dari material lapisan mudah mengalami liquifaksi. Sedangkan dengan
lanau, pasir halus hingga kasar, pasir – gravel menggunakan korelasi tahanan ujung dengan friction
sebagai lapisan permeble sedangkan yang ration (Robertson et. Al, 1985), lapisan tanah/pasir di
semipermeable yaitu lanau-lempung. Penyebaran daerah ini cenderung juga mengalami likuifaksi.
pasir lepas dan distribusi muka airtanah yang Tanah yang berpotensi liquifaksi adalah tanah yang
dangkal akan dapat menimbulkan fenomena berada di daerah yang diarsir (Zona A) seperti
likuifaksi dibeberapa lokasi tertentu (Gambar 6). terlihat pada Gambar 7b.
Evaluasi Potensi Likuifaksi
Identifikasi Potensi Likuifaksi
Berdasarkan gambaran seismotektonik di daerah
Hasil pengujian terhadap beberapa conto lapisan ini dengan skenario gempabumi skala 6.2 SR (Ms :
tanah/pasir, maka distribusi butiran seperti 6.2), nilai percepatan gempa (p.g.a: 0.25 g), jarak

60
sumber gempa terhadap daerah studi kurang lebih 5 - potensi likuifaksi yang tercermin dalam bentuk kurva
10 km dari patahan Opak dan muka air tanah yang memisahkan lapisan setempat baik yang
diasumsikan mencapai permukaan tanah akibat mengalami likuifaksi dan tidak mengalami likuifaksi.
gempa, maka akan diperoleh hasil evaluasi terhadap

Gambar 6. Peta penampang bawah permukaan dan potensi likuifaksi di daerah Patalan dan sekitarnya.

: SD-01
: SD-02
: SD-03
1000
100.00 : SD-04
: SD-05
90.00
: SD-06
80.00 : SD 7 (Hidrolik)
: SD 8 (Hidrolik)
70.00
: SD 9 (Hidrolik)
100
60.00 : SD 10 (Hidrolik)
50.00
: SD 11 (Hidrolik)
: SD 12 (Hidrolik)
40.00
: SD 13 (Hidrolik)
30.00 : SD 14 (Hidrolik)
: SD 15 (Hidrolik)
20.00 10
: SD 16 (Hidrolik)
10.00 : SD 17(Hidrolik)
: SD 18 (Hidrolik)
0.00
0.01 0.1 1 10 : SD 19 (Hidrolik)
: SD-01(mekanik)
: SD-02(mekanik)
1
0 1 2 3 4 5 6
: SD-03 (mekanik)
DH-02, 9.0-9.45 cm DH-02(10.5-10.95) DH-02(16.5-16.65) DH-02(16.5-16.65 : SD-04 (mekanik)
: SD-05 (mekanik)
: SD-06 (mekanik)
: SD-07 (mekanik)
7.a : SD-08 (mekanik)
0.1
7.b : SD 09 (mekanik)

Gambar 7. Tipikal lapisan tanah yang mudah mengalami likuifaksi di daerah Patalan, Jogjakarta

Ketebalan dari masing-masing lapisan yang Penurunan


terlikuifaksi berkisar antara 0.2 – 3.5 meter, tetapi Analisis penurunan lapisan tanah di setiap lokasi
apabila bagian atas hingga bawah batasnya masih pemboran teknik dan uji CPT/CPTU dilakukan
mencerminkan kejadian likuifaksi, maka zona dengan menggunakan metode Ishihara dan
likuifaksi akan memperluas baik ke arah vertikal Yoshimine (1990). Data faktor keamanan diambil
maupun horisontal. Zona likuifaksi mengidikasikan dari hasil perhitungan evaluasi potensi likuifaksi
lapisan lanau – pasir dan campuran pasir – gravel berdasarkan metode Seed (1971) dan Suzuki (1997).
dengan kondisi loose/lepas hingga agak padat. Dari hasil perhitungan disajikan pada Gambar 9,
Analisa potensi likuifaksi dan faktor keamanan di penurunan lapisan tanah bervariasi antara 2 hingga
beberapa titik uji SPT, CPT, CPTu seluruh titik 10 cm, dengan penurunan terbesar (> 10cm) terjadi
menunjukkan < 1, dengan demikian lapisan tanah pada daerah bagian tengah Patalan.
dibawah permukaan ini merupakan jalur/zona untuk
mudah terjadinya likuifaksi (Gambar 8).

61
Gambar 8. Penampang potensi likuifaksi dan kerentanan likuifaksi dengan magnitute gempa 6.2.

Gambar 9. Peta penurunan akibat likuifaksi di daerah Patalan, Bantul, Jogjakarta dan sekitarnya.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA


- Kemunculan muka airtanah dangkal, kondisi Seed, H.B. and Idriss, I.M., 1971, Simplified Proce-
lapisan pasir lepas dan gambaran kegempaan di dure for Evaluation Soil Liquifaction Potential,
daerah lapisan sedimen bawah permukaan ini Journal of soil mechanics and foundation, Di-
mudah mengalami terjadi likuifaksi. vision, ASCE, vol.97. No.9, pp. 1249 – 1273.
- Zona likuifaksi dan penurunan di wilayah Patalan Roberson, P.K., and Wride, B.H., 1989, Cyclic
ini mengikuti pola tegasan arah struktur patahan Liquifaction and the Evalution Based on the
Opak yang berarah hampir timurlaut – baratdaya. SPT and CPT, in Proceedings edited by Youd
- Daerah-daerah berpotensi likuifaksi sebaiknya and Idriss, 1988, p. 41 – 88.
dilakukan tindakan prefentif, apabila hendak Soebowo, E, dkk., 2006, Studi geologi, geofisika dan
dibangun bangunan tinggi, seperti melakukan kebencanaan pasca gempabumi Jogjakarta, La-
grouting atau tindakan-tindakan prefentif lainnya. poran Teknis, Pusat Penelitian Geoteknologi –
LIPI, 2006.
Suzuki, Y., Koyamada, K., and Tokimatsu, K.
(1997). “Predi

62
tion of liquefaction resistance based on CPT tip
resistance and sleeve friction,” Proc. XIV Intl.
Conf. on Soil Mech. and Foundation Engrg.,
Hamburg, Germany, pp. 603-606.
Wartono, R., Sukandarrumidi., Rosidi, H.M.D.,
1977, Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa,
Direktorat Geologi, Departemen Pertambangan,
Bandung.

63
Gambar 9. Peta penurunan akibat likuifaksi di da

64
65

You might also like