You are on page 1of 11

c     

 
c     

( Mendudukan kembali kedudukan Akta Otentik dalam Sistem Hukum Pembuktian)

Alat bukti yang diajukan dalam acara persidangan di Pengadilan dapat dikategorikan sebagai :
- alat bukti yang mencapai batas minimal yang ditentukan hukum dan
- alat bukti yang tidak mencapai batas minimal; dimana yang terakhir dapat dikategorikan menjadi 2
bagian lagi yaitu : - alat bukti yang tidak sah / tidak memenuhi syarat dan - alat bukti permulaan (
begin van bewijs ).

Apakah yang dimaksud sebagai Batas Minimal Alat Bukti ?

Menurut M Yahya Harapan : Secara teknis dan populer dapat diartikan yaitu suatu jumlah alat bukti
yang sah yang paling sedikit harus terpenuhi, agar alat bukti itu mempunyai nilai kekuatan
pembuktian untuk mendukung kebenaran yang didalilkan atau dikemukakan; apabila alat bukti yang
diajukan di persidangan tidak mencapai batas minimal, alat bukti itu tidak mempunyai nilai kekuatan
pembuktian yang cukup untuk membuktikan kebenaran dalil atau peristiwa maupun pernyataan yang
dikemukakan.

Alat bukti yang sah/ memenuhi syarat adalah alat bukti yang memenuhi syarat formil dan materiil,
apabila alat bukti yang diajukan tidak memenuhi ke 2 syarat tersebut, maka alat bukti tersebut tidak
sah sebagai alat bukti dan oleh karena itu tidak memenuhi batas minimal pembuktian.

Alat bukti permulaan adalah alat bukti yang tidak memenuhi batas minimal pembuktian apabila tidak
ditambah paling sedikit satu alat bukti lagi, contohnya sebagaimana tercantum dalam Pasal 1905
KUHPdt juncto pasal 169 HIR asas seorang saksi bukanlah saksi ( unus testis nullus testis ). Agar
dapat memenuhi ketentuan batas minimal, maka perlu ditambah satu alat bukti lagi.

Patokan yang dapat digunakan agar alat bukti yang diajukan di persidangan mencapai batas minimal
pembuktian adalah tidak tergantung pada jumlah alat bukti ( faktor kuantitas ) namun pada faktor
kualitas alat bukti yaitu alat bukti yang memenuhi syarat formil dan materiil.

Setiap alat bukti mempunyai syarat formil dan materiil yang berbeda-beda, misalnya alat bukti saksi :
Syarat formil :
- orang yang tidak dilarang menjadi saksi ( Pasal 1910 KUHPdt, pasal 145 jo pasal 172 HIR );
- mengucapkan sumpah menurut agama atau kepercayaannya sesuai pasal 1911 KUHPdt
Syarat materiil :
- keterangan yang diberikan berisi segala sebab pengetahuan bukan berdasarkan pendapat atau
dugaan yang diperoleh dengan menggunakan pikiran sesuai Pasal 1907 KUHPdt jo pasal 171 HIR;
- keterangan yang diberikan saling bersesuaian dengan yang lain atau alat bukti lain ( Pasal 1906
KUHPdt jo pasal 170 HIR ).

Tidak seperti didalam sistem pembuktian dalam Hukum Pidana ( yang tidak mengenal alat bukti yang
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan menentukan ), maka didalam sistem
pembuktian dalam Hukum Perdata, setiap alat bukti memiliki batas minimal dan nilai kekuatan
pembuktian yang berbeda-beda.

Nilai kekuatan pembuktian (bewijskracht) yang melekat pada Akta Otentik diatur dalam pasal 1870
KUHPdt jo pasal 285 RBG adalah : sempurna (volledig bewijskracht), dan mengikat (bindende
bewijskracht) ; sehingga Akta Otentik dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan bantuan atau dukungan
alat bukti yang lain, dengan kata lain Akta Otentik yang berdiri sendiri menurut hukum telah
memenuhi ketentuan batas minimal pembuktian.

Namun yang perlu diperhatikan dengan seksama adalah nilai pembuktian yang sempurna dan
mengikat tersebut bukannya tidak dapat berubah status kekuatan dan pemenuhan syarat batas
minimalnya.

Akta Otentik dapat saja kekuatan pembuktian dan batas minimalnya dapat berubah menjadi bukti
permulaan tulisan (begin van bewijs bij geschrifte) yaitu apabila terhadapnya diajukan bukti lawan
(tegenbewijs) yang setara dan menentukan.
Jadi yang perlu dipahami disini adalah bahwa bukti Akta Otentik tersebut adalah alat bukti yang
sempurna dan mengikat namun tidak bersifat menentukan (beslissend) atau memaksa (dwingend).
Disinilah kedudukan yang sebenarnya dari Akta Otentik dalam sistem hukum pembuktian.

Sumber : http://notarissby.blogspot.com

Diposkan oleh Tejabuwana di 5:23:00 AM

Bagian Pertama
Bentuk dan Sifat Akta

Pasal 38

(1) Setiap akta Notaris terdiri atas:

a. awal akta atau kepala akta2 penutup akta.

(2) Awal akta atau kepala akta memuat:

a. judul akta;
b. nomor akta;
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.

(3) Badan akta memuat:

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat
tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili;

b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;

c. isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan; dan

d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal
dari tiap-tiap saksi pengenal.

(4) Akhir atau penutup akta memuat:

a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf I atau Pasal
16 ayat (7);
b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta apabila
ada;

c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari
tiap-tiap saksi akta; dan

d. uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang
adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian.

(5) Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris, selain
memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga memuat nomor
dan tanggal penetapan pengangkatan, serta pejabat yang mengangkatnya.

Contoh Perjanjian Sewa Menyewa :

à  
 

 



  à2 22


 22    2!

" #2  22


$ # !

2#2  2#2 2


  %  2 2 2## # 
 #2  222 2
2

à

#2#   222


2##
"à 22& # 2#  2
2 2##

à"

2### # $2


222## 22#  
2##

"2##22222# 
$# 2##2## 
 2

22$2#22$# 
2222##2#22$
&### 22# 
 2

à

2$# $$ 


2 2    # 

"222 222&$222## 


 # $2 #22
# 

222222 2$&$2
#2

2$# 2 $$2


 $& 22#  2

à

à   #2# $2$à


$à2'
'#  

"22222 $# 


2

à(
  2# $ 22
22$###22

"  2# 22


#

à)

2# ##22$2  2


#2$# 2 2
#2  2

"2222# 2##2$2
#   222 22&
2##2  2

à  2# #  #


#2$22# 2#22$2# 
  #2 

à*

# #2#2 2 &


 2+2$22 22#

2## $&
# 2 2#2

 2 à 

«««««««  

##2    #$ ,

   à'2à22


à
à-2



.  

à /0' 0

 



 !à2 !'#2
2122 2 22 
22  #!

" !#2 !'# 


22122 2 22
 '22  #

2

à#2    $  


1  à21 2###
  #2   2 2 
 ##

%###   


2 22

à

'2   2 2#$#


 22## # #
1 

"/1 2### 22#


1 2#   
à"

,1  ##&# 


 #

"222&$1  #


#$ # 2#
$ 

à

,1  & #2### 


 à1 2 #2##$2
#  

"22&$1  2


## ## 1 #2#
#$2#  #

à

 #      ##2 


#

"/1  #   #2#2$


22$2

2 222$2$2 2 ##1 


#2 #

à(

à 2#1 


#2 2$22#2$222
2##2#

"à#1 22 2&


2222#2

à)

#2# $#22
   
"##222# 2 #
#2&#$2#2 &2##22
###2# 2 

à 2#2##2221
2##22#22#
2   22 2$
 $    $2222##

à*

à# 22 #&


 +2

"22&## & +2$2##


##%#à# 
#22 

2## $
 ##

à2à  à2à

«««««««   

##2   #$ ,

 à'2à22à
à-

2

Contoh :

/3%/

 



   

à2  

  

  2% % 2


2#2#

    $ ,     $ ,

 ',  $ ,   ,$ ,2

 #$ ,

0 $ ,

2 2$à&à,2#% à&104++&5    $ , 6


 -$2'$à'/ ) 22 
#

%,//

/2à%

/22 2 #


  +#2   1à 17  12  $
3  

/222 ##  $


 22$2#2# 
 3

$2à%#2à
' %2à # $2#  
#   #2# #$22 2 
 222  %$
2 2$22#  # #2$#2
2#à%$2$22$#$2
##à%# 
 ## à%

%22#22# 2&
  2$# 22à "
%,/à     #2/ 

««««««« $

à% à%

  

##2   #$ ,

  à'2à22à

à-2


 
   

Yang bertandatangan dibawah ini, kami masing-masing bernama :


1. __________________, Adokat dan Pengacara pada kantor hukum ________, berkedudukan di
_________________________, berdasarkan kuasa khusus tertanggal ________________, bertindak
untuk dan atas nama __________________ yang dalam perkara perdata
No.________________disebut pihak "Penggugat"

dan

2. __________________, Advokat dan Pengacara pada kantor hukum ________, berkedudukan di


_____________________________, berdasarkan kuasa khusus tertanggal ________________,
bertindak untuk dan atas nama __________________ yang dalam perkara perdata
No.________________disebut pihak "Tergugat"

Dengan ini telah mengadakan perjanjian perdamaian untuk menyelesaikan perkara perdata No.
_____________________ dengan klausul sebagai berikut :

1. Bahwa pihak Penggugat dan Tergugat telah bersepakat untuk menyelesaikan perkara perdata
yang terdaftar di Pengadilan Negeri ______________ No.____________ dengan jalan damai;

2. Bahwa Penggugat dan Tergugat telah membagi harta warisan atau harta peninggalan tersebut
dalam surat gugatan dalam perkara perdata no. __________ butir ______, yaitu masing-masing
_________ dan apabila harta warisan atau harat peninggalan tersebut tidak bisa dibagi secara fisik,
maka harta peninggalan tersebut dilelang dan hasilnya dibagi dua, masing-masing setengah bagian;

3. Bahwa dengan telah dibaginya harta warisan tersebut, kedua belah pihak tidak akan mengajukan
gugat menggugat lagi, karena telah selesai secara damai;

4. Bahwa biaya perkara dibebankan kepada kedua belah pihak secara tanggung renteng (Penggugat
dan Tergugat).

Demikianlah surat perjanjian perdamaian (` ```) ini dibuat oleh kedua belah pihak, dan
selanjutnya kedua belah pihak mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara No
____________ agar Akta Perdamaian ini diputuskan berkekuatan hukum.

Jakarta __________________

Penggugat Tergugat

_________________ _______________________

You might also like