You are on page 1of 19

Menentukan Massa Jenis Zat Cair

dengan bantuan Bidang Miring

I. TUJUAN
 Memahami hukum hidrostatika sebagai landasan untuk menentukan massa

jenis zat cair dengan alat bejana yang berisi air.`

 Menentukan massa jenis zat cair

II. ALAT DAN BAHAN


1. Bejana

2. Beban 3 buah yang berbeda massanya

3. Katrol 2 buah

4. Busur derajat

5. Zat cair (air)

6. Tali

7. Bidang miring licin

8. Bola 2 buah

9. Jangka sorong

10. Neraca digital

1
III. DASAR TEORI

1. Massa Jenis (Kerapatan)

Massa jenis atau kerapatan (ρ) zat merupakan karakteristik mendasar yang

dimiliki zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dan volume

zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan

volumenya. Namun, nilai kerapatan tidak bergantung pada massa zat maupun

volumenya. Kerapatan zat, kecil perubahannya terhadap perubahan suhu. 

m
ρ= …. (1)
V
kg
ρ = massa jenis zat ( )
m3

m = massa zat (kg)

V = volume benda

2. Penurunan Matematis Hukum Archimedes

Apakah penyebab munculnya gaya apung yang dikerjakan oleh suatu fluida

kepada benda yang tercelup dalam fluida? Ternyata gaya apung ini muncul

karena selisih antara gaya hidrostatis yang dikerjakan fluida terhadap

permukaan bawah dengan permukaan atas benda. Kita akan menurunkan

rumus gaya apung Fa secara teoritis berdasarkan pemahaman tekanan

hidrostatis .

2
h1 F1 A

h2
h2 – h1 = h
F2

Gambar 1

Seperti yang telah kita ketahui bahwa gaya apung terjadi akibat

konsekuensi dari tekanan hidrostatis yang makin meningkat kedalaman. Dengan

kata lain, gaya apung terjadi karena makin dalam zat cair, makin besar tekanan

hidrostatisnya. Ini menyebankan tekanan pada bagian bawah benda lebih besar

dari pada tekanan pada bagian atasnya.

Perhatikan sebuah silinder yang tingginya h , luasnya A, yang tercelup

seluruhnya di dalam zat cair dengan massa jenis ρf (gambar 1) . Fluida

melakukan tekana Hidrostatis P1 = ρf g h1 pada bagian atas silinder. Gaya yang

berhubungan dengan tekanan ini adalah F1 = P1 A = ρf g h1 A berarah kebawah.

Dengan cara yang sama, fluida melakukan tekanan hidrostatis F2 = P2 A = ρf g

h2 A dengan arah ke atas. Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa

3
Jadi, Fa = F2 – F1 karena F2 > F1

= ρf g h2 A - ρf g h1 A

= ρf g A ( h2 – h1)

= ρf g A h sebab h2 – h1 = h

= ρf g Vbf sebab A h = Vbf adalah volum silinder

yang tercelup dalam fluida

perhatikan ρf Vbf = Mf adalah massa fluida yang dipindahkan oleh benda;

ρf g Vbf = Mf g adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Jadi, gaya

fluida yang dipindahkan oleh benda (silinder). Pernyataan ini berlaku untuk

sembarang bentuk benda, dan telah dinyatakan sebelumnya sebagai hukum

Archimedes. Jadi gaya apung dapat dirumuskan sebagai :

Fa = Mf g . . . . (2)

Fa = ρf Vbf g . . . . (3)

Dengan ρf = massa jenis fluida dan Vbf = volume benda yang tercelup dalam

fluida.

4
3. Bidang Miring

Bidang miring adalah suatu permukaan datar yang memiliki suatu sudut,

yang bukan sudut tegak lurus, terhadap permukaan horizontal.

Jika tidak ada gesekan atau tidak diperhitungkan maka percepatan (a) benda

yang bergerak pada bidang miring :

a=g sin θ

Dimana : θ = sudut yang dibentuk antara bidang miring dengan bidang datar

g = gaya gravitasi (9,8 m/detik2)

gaya yang mendorong adalah :

F = m g sin θ . . . . (4)

Untuk kasus di bawah ini, dimana sebuah bola yang berada pada wadah zat

cair tertarik oleh beban yang berada pada bidang miring. Dari hal tersebut dengan

menggunakan konsep hukum Archimedes (melayang) dapat kita ketahui berapa

besar suatu massa jenis suatu zat cair :

Fa F m=¿ m.g sin θ


Fa V bb

Gambar 2

5
Fa = ρf Vb g . . . . (5)

Keterangan :

Fa : gaya apung benda (N)

ρf : massa jenis zat cair(air ; 1000 kg m-3)

Vb : Volume bola (m3)

g : percepatan grafitasi bumi (9,8 m s-2)

F m=¿ m.g sin θ . . . . (6)

F m : gaya yang sejajar bidang miring (N)

m : massa beban (kg)

g : percepatan gravitasi bumi (9,8 m s-2)

Sehingga diperoleh:

Fa = Fm

ρf Vb g = m.g sin θ

msin θ
ρf= . . . . (7)
Vb

6
IV. PROSEDUR KERJA

1. Mengukur diameter bola 1 dan bola 2 dengan menggunakan jangka sorong.

2. Menimbang massa beban m 1 ,m 2 , dan m3 dengan menggunakan neraca

digital.

3. Memasukkan bola 1 dalam bejana yang berisi air, kemudian memasang

beban m 1 pada bidang miring.

4. Mengusahakan bola 1 pada bejana berada dalam keadaan melayang, dengan

cara mengatur beban dan bidang miring. Kemudian mengukur sudut yang

dibentuk oleh bidang miring.

5. Mengganti beban m1 dengan beban m 2, kemudian melakukan perlakuan

seperti pada langkah 4.

6. Mengganti beban m 2 dengan beban m3, kemudian melakukan perlakuan

seperti pada langkah 4.

7. Mengganti bola 1 dengan bola 2, kemudian melakukan perlakuan seperti

langkah 4, 5, dan 6.

7
V. HASIL PENGAMATAN

NO V. Bola (cm 3 ¿ Massa (g) Sudut/θ (º)

m1 35
1. V bola1 m2 28
m3 25

m1 62
2. V bola2 m2 43
m3 34

Keterangan:

V bola1 = 133,05 cm3

V bola2 = 268,95 cm3

m1 = 260,01 g

m2 = 337,72 g

m3 = 414,60 g

8
VI. ANALISA DATA

1. Perhitungan Umum

A. Menentukan Volume Benda (Bola)

4 3
Rumus: V = π r
3

 Untuk Bola I:

D = 6,335 cm r = 3,167

4
V 1= ( 3,14 )( 3,167 )3 =132,988 cm3
3

 Untuk Bola II:

D = 8,01 cm r = 4,005 cm

4
V 1= ( 3,14 )( 4,005 )3=268,952 cm 3
3

B. Menentukan Massa Jenis (Air)

msin θ
Rumus : ρ f =
Vb

Diketahui:

m1 = 260,01 g

m2 = 337,72 g

m3 = 414,60 g

V bola1 = 132,988 cm3

V bola2 = 268,952 cm3

9
 Untuk Bola I (V1)

 Beban 1 (m1 = 260,01 g)

260,01 g X sin 35
ρf=
132,988 cm3

260,01 g X 0,573 g
¿ 3
=1,120 3
132,988 cm cm

 Beban II (m2 = 337,72 g)


337,72 g X sin 28
ρf=
132,988 cm3
337,72 g X 0,469 g
¿ 3
=1,191 3
132,988 cm cm
 Beban III (m3 = 414,60 g)
414,60 g X sin 25
ρf=
132,988 cm3
414,60 g X 0,422 g
¿ 3
=1,315 3
132,988 cm cm
 Untuk Bola II (V2)
 Beban 1 (m1 = 260,01 g)

260,01 g X sin 62
ρf=
268,952 cm3

260,01 g X 0,88 g
¿ 3
=0,852 3
268,952 cm cm

 Beban II (m2 = 337,72 g)


337,72 g X sin 43
ρf=
268,952 cm3

10
337,72 g X 0,63 g
¿ 3
=0,855 3
268,952 cm cm

 Beban III (m3 = 414,60 g)


414,60 g X sin 34
ρf=
268,952 cm 3
414,60 g X 0,55 g
¿ 3
=0,861 3
268,952 cm cm

2. Perhitungan Ralat

∆ ρ= |∂∂mρ ||∆ m|+| ∂∂ ρθ ||∆ θ|+|∂V∂ ρ ||∆V |


¿|sinV θ||∆ m|+|m.Vcosθ||∆ θ|+|−mV. sinθ||∆ V| 2

1 1
Dimana: ∆ m = NST Neracas Digital = . 0,01 g = 5. 10−3 g
2 2

1 1
∆θ = NST Busur Derajat = . 1 ° = 0,5 ° = 8,7. 10−3 rad
2 2

1 1
∆V= NST Jangka Sorong = .0,005 cm = 2,5. 10-3 cm3
2 2

KTPm = ∆ ρ

∆ρ
KTPr = x 100%
ρ

∆ρ
AB = 1 – log
ρ

Pelaporan: (ρ ± ∆ ρ ¿g/cm3

11
 Untuk Bola I (V1 = 132,988 cm3)

 Beban 1 (m1 = 260,01 g)

sin 35
∆ ρ= |132,988 ||5. 10 |+|260,01
−3 xcos 35
132,988 |
−3
|8,7. 10 |

−260,01 xsin35
+
| ( 132,988 ) 2 |
|2,5.10−3|

¿ 2,154.10−5 +0,013+2,106. 10−5=0,013 g/cm3

KTPm = 0,013 g/cm3

0,013
KTPr = x 100% = 1,16%
1,120

0,013
AB = 1 – log = 1 + 1,93 = 2,9 ≈ 3AB
1,120

Pelaporan: (1,120 ± 0,013) g/cm3

 Beban 1I (m2 = 337,72 g)

sin 28
∆ ρ= |132,988 ||5. 10 |+|337,72
−3 xcos 28
132,988 |
−3
|8,7. 10 |

−337,72 xsin28
+
| ( 132,988 ) 2 |
|2,5.10−3|

¿ 1,763.10−5 +0,019+2,238.10−5=0,019 g/cm3

12
KTPm = 0,019 g/cm3

0,019
KTPr = x 100% = 1,59%
1,191

0,019
AB = 1 – log = 1 + 1,79 = 2,7 ≈ 3AB
1,191

Pelaporan: (1,191 ± 0,019) g/cm3

 Beban 1II (m3 = 414,60 g)

sin 25
∆ ρ= |132,988 ||5. 10 |+| 414,60
−3 xcos 25
132,988 |
−3
|8,7.10 |

−414,60 xsin 25
+
| ( 132,988 ) 2 |
|2,5.10−3|

¿ 1,586.10−5 +0,024+2,473. 10−5 =0,024 g/cm3

KTPm = 0,024 g/cm3

0,024
KTPr = x 100% = 2,11%
1,315

0,024
AB = 1 – log = 1 + 1,67 = 2,67 ≈ 3AB
1,315

Pelaporan: (1,315 ± 0,024) g/cm3

 Untuk Bola II (V2 = 268,952 cm3)

 Beban 1 (m1 = 260,01 g)

sin 62
∆ ρ= |268,952 ||5. 10 |+|260,01
−3 xcos 62
268,952 |
|8,7.10 | −3

13
−260,01 xsin25
+
| ( 268,952 ) 2 |
|2,5. 10−3|

¿ 4,833. 10−3 +3,948. 10−3 +7,925.10−6=8,788. 10−3 g/cm3

KTPm = 8,788. 10−3 g/cm3

8,788.10−3
KTPr = x 100% = 1,03%
0,852

8,788.10−3
AB = 1 – log = 1 + 1,98 = 2,98 ≈ 3AB
0,852

Pelaporan: (0,852 ± 0,008) g/cm3

 Beban II (m2 = 337,72 g)

sin 43
∆ ρ=|268,952 ||5. 10 |+|337,72
−3 xcos 43
268,952 |
−3
|8,7. 10 |

−337,72 xsin 43
+
| ( 268,952 ) 2 |
|2,5. 10−3|

¿ 1,266.10−5 +7,989.10−3+7,942. 10−6 =8,009.10−3 g/cm3

KTPm = 8,009. 10−3 g/cm3

8,009.10−3
KTPr = x 100% = 0,93%
0,855

8,009.10−3
AB = 1 – log = 1 + 2,02 = 3,02 ≈ 3AB
0,855

Pelaporan: (0,855 ± 0,008) g/cm3

14
 Beban III (m3 = 414,60 g)

sin 34
∆ ρ=|268,952 ||5. 10 |+| 414,60
−3 xcos 34
268,952 |
|8,7.10−3
|

−414,60 xsin 34
+
| ( 268,952 ) 2 |
|2,5.10−3|

¿ 1,039.10−5 +0,011+8,009. 10−6 =0,011 g/cm3

KTPm = 0,011 g/cm3

0,011
KTPr = x 100% = 1,27%
0,861

0,011
AB = 1 – log = 1 + 1,89 = 2,89 ≈ 3AB
0,861

Pelaporan: (0,861 ± 0,011) g/cm3

15
VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini untuk menentukan massa jenis zat cair, digunakan

konsep hukum Archimedes dengan bantuan bidang miring. Hukum Archimedes

berbunyi “sebuah benda diletakkan di dalam fluida, maka fluida tersebut akan

memberikan gaya ke atas (FA) pada benda tersebut yang besarnya = berat fluida

yang dipindahkan oleh benda tersebut”. Dengan menggunakan konsep hukum

Archimedes, kedudukan benda dalam zat cair ada 3 macam keadaan, yaitu

mengapung, melayang, dan tenggelam. Di antara 3 macam keadaan ini

digunakan keadaan melayang. Benda melayang di dalam zat cair berarti dalam

keadaan setimbang (Fa=W) atau besar gaya ke atas sama dengan gaya berat

benda tersebut.

Dalam percobaan ini, bola yang digunakan jika dimasukkan ke dalam

wadah akan mengalami keadaan mengapung. Hal ini karena gaya ke atas (Fa)

lebih kecil dari gaya berat (W) benda. Untuk mendapatkan keadaan melayang

bola yang digunakan dihubungkan beban yang berada pada bidang miring.

Dengan demikian gaya berat bola (W) akan diganti dengan gaya yang dimiliki

beban yang berada pada bidang miring (m g sin θ).

Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai massa jenis air (ρ)

untuk bola pertama dengan tiga kali perlakuan yaitu 1,120 g/cm 3, 1,191 g/cm3,

16
dan 1,315 g/cm3. Sedangkan bola kedua dengan tiga kali perlakuan yaitu 0,852

g/cm3, 0,855 g/cm3, dan 0,861 g/cm3. Nilai ini sedikit berbeda dengan nilai

massa jenis air pada literatur yaitu sebesar 1 g/cm 3. Perbedaan nilai ini

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: adanya gaya gesek antara beban dengan

bidang miring, gaya gesek pada katrol, masuknya air dalam bola.

Dari hasil tersebut, setelah dilakukan perhitungan ralat persentase

kesalahan berkisar antara 0,93% - 2,11%. Kemudian ketelitiannya sebesar

97,89% - 99,07.

Dari pengamatan yang dilakukan pada percobaan, untuk bola pertama

yang mempunyai diameter lebih kecil dari bola kedua besar sudut yang

dibentuk olerh bidang miring berubah-ubah sesuai massa beban yang diletakkan

pada bidang miring. Jika massa beban kecil sudut yang dibentuk akan besar,

sebaliknya jika massa beban besar sudut yang dibentuk akan kecil. Hal ini

dikarenakan untuk menyeimbangkan antara besar gaya ke atas (Fa) dengan gaya

gaya beban pada bidang miring (Fm).

17
VIII. KESIMPULAN

Dari konsep hukum Archimedes dan dengan bantuan bidang miring


yang dipadukan dalam percobaan ini untuk menentukan massa jenis zat cair,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Akibat besar gaya ke atas (Fa) lebih kecil dari gaya pada bidang

miring (Fm), besar sudut yang dibentuk olerh bidang miring berubah-ubah

sesuai massa beban yang diletakkan pada bidang miring. Jika massa beban

kecil sudut yang dibentuk akan besar, sebaliknya jika massa beban besar

sudut yang dibentuk akan kecil.

2. Untuk menentukan massa jenis dengan bantuan bidang miring dapat

digunakan persamaan:

msin θ
ρf=
Vb

Dimana : m = massa beban (g)

θ = sudut yang dibentu bidang miring (º)

Vb = Volume benda yang tercelup (cm3)

18
19

You might also like