You are on page 1of 9

Tanggal Praktikum : 9 November 2010

Dosen Pembimbing : Drh. Isdoni Bustamam. Mbiomed

Dr. Drh. Razak Achmad Hamzah, MS

Kelompok Praktikum: G1. B3

DARAH (Bag 2)

Anggota kelompok:

Nama NIM Tanda Tangan

M. Nico Irawan D14090012 (...................................)

Dyah Nurul Afiyah D14090013 (...................................)

Nur Fauzia D14090015 (...................................)

Andina Septiani D14090017 (...................................)

Reza Hanifah D14090073 (...................................)

Devin Krissandy D14090074 (...................................)

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI


PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010
1. Kadar Hemoglobin (METODA SAHLI)
Prinsip Kerja

Darah dengan larutan HCL 0.1 N akan membentuk hematin yang


berwarna coklat. Warna disamakan dengan warna standar sahli dengan
menambahkan aquadestilata sebagai pengencer.

Bahan dan alat

 Hemoglobinometer Sahli, terdiri atas :


 Tabung Sahli berskala (% atau gr %)
 Pipet Sahli 0.020 ml.(20 cmm) dan aspirator
 Standar warna Sahli
 Alat pengaduk
 Pengukur waktu (tidak selalu tersedia)
 HCL 0.1 N
 Aquadestilata
 Jarum penusuk pembuluh darah(lanset, franke, atau lainnya)
 Gunting (bila perlu)
 Alkohol 70 % dan kapas

Tata kerja

Tabung Sahli diisi dengan larutan HCL 0.1 N sampai angka 10


(garis paling bawah pada tabung). Tempat pengambilan darah dibersihkan
dengan menggunakan kapas beralkohol dan dibiarkan kering. Bila
daerahnya berbulu, misalnya telinga kelinci atau kaki anjing, digunting
dahulu bulunya. Kemudian, pembuluh darah ditusuk dengan menggunakan
franke/lancet isaplah darah dengan pipet sahli sampai batas 20cmm (0.02
ml) perlahan-lahan. Ujung pipet dibersihkan dan segera darah dimasukkan
ke dalam tabung Sahli, tabung Sahli diletakkan diantara kedua bagian
standar warna dalam alat hemoglobinometer. Selama 3 menit dibiarkan
sampai terbentuk asam hematin yang berwarna coklat. Dengan
menggunakan pipet tetes, aquadestilata ditambahkan ke dalam tabung
setetes demi setetes sambil diaduk, sampai warna sama dengan warna
standar. Tinggi permukaan cairan dibaca pada tabung Sahli, dengan
melihat skala jalur gr %, yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram
per 100 ml darah. Jalur skala lainnya pada tabung Sahli kalau ada yang
menunjukkan % Hemoglobin terhadap nilai hemoglobin normal 15,6 gr %,
atau nilai normal lainnya yang tertera pada alat hemoglobinometer.

2. HEMATOKRIT(% VOLUME BDM)

Tujuan

Menentukan nilai hematokrit (% volume eritrosit di dalam darah)


dengan metoda Mikrohematokrit
Prinsip kerja

Darah yang tercampur dengan antikoagulan dipusing dengan alat


“centrifuge” sehingga terbentuk lapisan-lapisan. Kolom atau lapisan yang
terdiri atas butir-butir darah merah atau eritrosit diukur dan dinyatakan
sebagai % volume sari keseluruhan darah.

3. METODA MIKROHEMATOKRIT

Bahan dan alat

 Pipet mikrokapiler yang dilapisi heparin (heparinized


microcapilary tube)
 Alat pemusing (centrifuge) mikrokapiler
 Alat untuk membaca hematokrit mikrokapiler (micro capilary
reader)
 Crestaseal (penyumbatan pipa kapiler) atau microburner (api)
 Perlengkapan untuk mengambil darah : jarum penusuk pembuluh
darah atau lancet, alcohol 70 %, kapas dan gunting bila perlu.

Tata Kerja

Daerah pengambilan darah dibersihkan kemudian pembuluh darah


ditusuk dan setelah darah keluar, ujung mikrokapiler yang bertanda
(merah/biru) ditempelkan pada tetesan darah tadi. Darah dibiarkan
mengalir sendiri mengisi 4/5 bagian pipa kapiler. Pipa ujung kapiler yang
bertanda (tidak selalu bertanda) disumbat dengan crestaseal atau bakar
ujung pipa tersebut dengan hati-hati. Pipa kapiler ditempatkan dalam alat
pemusing, Bagian yang tersumbat ditempatkan menjauhi pusat alat
pemusing, lalu dipusing dengan alat pemusing mikrokapiler
(micrcentrifuge) selama 5 menit dengan kecepatan 11.500-15.000 RPM
atau 15 menit dengan kecepatan 2500-4000 RPM. Setelah dipusing,
terbentuk lapisan-lapisan yang terdiri atas lapisan plasma yang jernih
dibagian teratas, kemudian lapisan putih abu-abu (buffy coat) ialah
trombosit dan leukosit dan lapisan merah yang terdiri atas eritrosit. Nilai
hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan
merah) dari darah dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit
( microcapilary hematoksit reader).

3. Menghitung jumlah butir darah merah dan jumlah darah putih

Tujuan

Menghitung jumlah butir darah merah (BDM, eritrosit) per mm3 (cmm)
Menghitung jumlah butir darah putih (BDP,lekosit) per mm3 (cmm)
Prinsip Kerja

Dengan menggunakan pipet eritrosit/lekosit, darah dicampur


dengan larutan pengencer. Kemudian dengan menggunakan
Hemositometer (kamar hitung), banyaknya butir darah per mm3 dihitung di
bawah mikroskop dan setelah dikoreksi terhadap faktor pengenceran,
jumlah BDM/BDP per mm3 darah dapat ditentukan.

Bahan dan Alat

Hemositometer Neubauer atau merk lainnya yang terdiri atas :

 Kamar hitung dan kaca penutupnya.


 Pipet (pengencer) eritrosit, dengan cirri didalamnya terdapat
butiran berwarna merah dan skala pada pipet tersebut : 0.5-1.0-101.
 Pipet (pengencer) leukosit, dengan cirri didalamnya terdapat
butiran berwarna putih, dan skala pada pipet ini : 0.5-1.0-11.
Kedua pipet tersebut dilengkapi dengan aspirator.
 Mikroskop biasa, dengan objektif 10x dan 45x.
 Okuler : 10x
 Larutan pengencer (dapat dipilih) :
 Untuk eritrosit misalnya larutan hayem
 Untuk lekosit pada mamalia misalnya larutan Turk
 Alat pengambil darah : lanset/jarum Franke : alcohol 70% kertas
atau kain penyerap yang halus (kertas tissue) : gunting kalau perlu.
 Cawan/mangkok kecil (2) untuk tempat larutan pengencer.
 Alat untuk menghitung (hand tally)

Tata Kerja

 Kamar hitung dihitung. Dengan hati-hati kamar hitung dibersihkan


dengan kain yang bersih dan lunak, juga disiapkan mikroskop.
 Kamar hitung diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran
100x (objektif 10x dan okuler 10x), maka akan terlihat gambar
kotak-kotak.
 Ukuran-ukuran kamar hitung sebagai berikut.
Panjang seluruh kamar hitung : 3mm
Lebar seluruh kamar hitung : 3mm
 Kamar hitung dibagi dalam 9 butir sangkar besar, yang masing-
masing mempunyai luas 1mm2.
 Empat bujur sangkar yang terletak keempat sudut kamar hitung,
masing-masing terdiri atas 16 buah bujur sangkar yang luasnya
1/16 mm2.
 Satu dari 9 bujur sangkar yang besar, yang terletak di tengah-
tengah, terdiri dari 25 buah bujur sangkar kecil (dibatasi oleh garis
tebal). Setiap bujur sangkar yang kecil ini dibagi dalam 16 bujur
sangkar yang lebih kecil lagi (terkecil), dengan ukuran luas (1/20 x
1/20) mm2 = 1/400mm2
 Kedalaman kamar hitung (tinggi) ialah jarak antar dasar kamar
hitung dan kaca penutupnya = 1/10mm

HASIL PENGAMATAN

1. Kadar Hemoglobin (Metode Sahli)

Warna lebih pekat dari Standar Warna Sahli = 9,4 gram%

Warna lebih muda dari standar Warna Sahli = 10,2 gram%

Banyak Kadar Hb dalam darah = 9,4 + 10,2 = 9,8


2

2. Hematokrit (% volume BBM)

Putih bening Putih Bening

Merah tua (38%) Merah tua (34%)

kuning Kuning

Tabung 1 Tabung 2

3. Menghitung Jumlah Butir Darah Merah

56 61

56

60 66

Jumlah butir darah merah : 51+61+56+60+66 = 299 x 10000

= 2.990.000
MCV1 = hematokrit1 x 10 = 38% x 10 = 1,27
BDM (dalam juta) 2,99

MCV2 = hematokrit2 x 10 = 34% x 10 = 1,27


BDM (dalam juta) 2,99

MCH =hemoglobin x 10 = 9,8 x 10 = 32,78


BDM (dalam juta) 2,99

MCHC1 = hemoglobin1 x 100 = 9,8 x 100 = 2578,95


Hemotokrit 38%

MCHC2 = hemoglobin1 x 100 = 9,8 x 100 = 2882,35


Hemotokrit 34%

PEMBAHASAN

Percobaan pertama adalah mengukur kadar hemoglobin dalam


darah. Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah
atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah.Hemoglobin terdiri
atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat
ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli,oksihemoglobin
atau sianmethhemoglobin. Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas
pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl
0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual
dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas
standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak
dapat untuk menghitung indeks eritrosit.
Berdasarkan hasil pengamatan, warna darah yang sedikit lebih
pekat dari Standar Warna Sahli memiliki kadar Hb 9,4 gram%. Sedangkan
warna darah yang sedikit lebih cerah dari Standar Warna Sahli memilki
kadar Hb 10,2 gram%. Kadar Hb akhir dapat diperoleh dengan cara merata-
rata kedua data tersebut. Sehingga kadar Hb dalam darah adalah sebesar 9,8
gram%. Ada dua skala pada tabung sahli. Skala yang pertama, yaitu gr%,
menunjukkan banyaknya hemoglobin dalam gram per 100ml darah.
Sedangkan, skala lainnya menunjukkan persentase hemoglobin terhadap
nilai hemoglobin normal yaitu 15,6 gr%. Tentu saja hasil yang diperoleh
dari kedua pembacaan skala ini berbeda. Karena hasil pertama menunjukkan
persentase hemoglobin dalam 100 ml darah, sedangkan hasil kedua
menunjukkan persentase hemoglobin terhadap kadar normal hemoglobin
dalam darah. Pipet sahli tidak bisa digantikan oleh pipet lain, karena pipet
sahli merupakan pipet kapiler dan skalanya sangat kecil, yaitu 0,020 ml.
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada
dalam darah yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah
diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan
dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk
pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal
sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan /
sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan
mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat
dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya.
Menghitung nilai hematokrit dapat dilakukan dengan metode
mikrohematokrit. Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100
ml darah dan disebut dengan % dari volume darah itu. Biasanya nilai itu
ditentukan dengan darah vena / kapiler. Percobaan kedua ini dilakukan
sebanyak dua kali (duplo). Berdasarkan hasil percobaan, pada kadar eritrosit
dalam darah sebanyak 38%, sedangkan pada tabung kedua eritrositnya
memiliki kadar 34%.
Pada orang sehat, butir-butir darah merah mengandung
hemoglobin, yaitu sel darah merah bertugas membawa oksigen serta zat gizi
lain seperti vitamin dan mineral ke otak dan ke jaringan dan organ tubuh
lain. Anemia terjadi bila jumlah sel darah merah secara keseluruhan atau
jumlah hemoglobin dalam darah merah berkurang. Dengan berkurangnya
hemoglobin ataupun darah merah tadi, tentunya kemampuan sel darah
merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh berkurang. Akibatnya
tubuh kita juga kurang mendapat pasokan oksigen, yang menyebabkan
tubuh lemas dan cepat lelah.
Jenis anemia yang paling sering ditemui adalah kekurangan zat
besi, yang terjadi bila kita kehilangan banyak darah dari tubuh, (baik karena
pendarahan luka maupun karena menstruasi) ataupun karena makanan yang
kita konsumsi kurang mengandung zat besi. Infeksi cacing tambang, malaria
ataupun disentri juga bisa menyebabkan kekurangan darah yang parah. Ada
beberapa tahap sampai tubuh kita kekurangan zat besi. Mula-mula,
simpanan zat besi dalam tubuh menurun. Dengan menurunnya zat besi,
produksi hemoglobin dan sel darah merah pun berkurang.
MCH adalah adalah massa rata-rata hemoglobin per sel darah
merah dalam sampel darah. Hemoglobin konsentrasi MCV, atau MCHC,
adalah ukuran konsentrasi hemoglobin dalam volume tertentu dikemas sel
darah merah. MCV, atau Mean Volume Corpuscular, adalah ukuran rata-
rata sel darah merah volume yang dilaporkan sebagai bagian dari standar
hitung darah lengkap . Penurunan nilai MCV dapat menyebabkan penyakit
anemia mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis
reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C),
keracunan timbal, radiasi. Sedangkan, peningkatan nilai MCV, anemia
makrositik, aplastik, hemolitik, pernisiosa; penyakit hati kronis;
hipotiroidisme (miksedema); pengaruh obat (defisiensi vit B12,
antikonvulsan, antimetabolik). MCH dijumpai meningkat pada anemia
makrositik-normokromik atau sferositosis, dan menurun pada anemia
mikrositik-normokromik atau anemia mikrositik-hipokromik.
Kelancaran proses pertukaran sisa makanan di dalam tubuh,
tergantung pada kadar natrium di dalam sel. Natrium beredar ke seluruh
tubuh mengikuti aliran darah dan menumpang pada butir-butir darah merah.
Kekurangan natrium akan menyebabkan butir darah merah mengempis,
sedangkan jika kelebihan natrium, butir darah merah akan mengembang dan
merobek pembuluh darah.
Berdasarkan percobaan ketiga, didapatkan jumlah butir darah
merah sebanyak 2.990.000 butir. Menurut sumber, jumlah butir darah merah
pada kelinci jantan berjumlah sekitar 5.000.000. Perbedaan yang cukup
signifikan ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya kesalahan-
kesalahan yang tidak sengaja dilakukan. Di antaranya adalah, ketidaktelitian
praktikan dalam mengamati dan ketidaktepatan rasio antara darah dan
larutan pengencer (hayem) dalam pengenceran.

KESIMPULAN

Kadar Hemoglobin dapat diperiksa dengan menggunakan metode


Sahli. Hematokrit adalah persentase volume eritrosit dalam darah. Nilai
hematokrit dapat dihitung dengan metode mikrohematokrit. Jumlah butir
darah merah dapat dihitung dengan hemositometer (kamar hitung) dan
diamati di bawah mikroskop.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Hemoglobin [terhubung berkala]


http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/penetapan-kadar-
hemoglobin.html [13 November 2010]

Anonim. 2009. Hematokrit [terhubung berkala]


http://iccagagah.blogspot.com/2009/05/hematokrit.html [13 November
2010]

Anonim. 2009. Hematokrit [terhubung berkala]


http://dnaberita.com/Health-detail.php?id=63 [13 November 2010]

Anonim. 2009. Hematokrit [terhubung berkala]


http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/indeks-eritrosit.html [13
November 2010]

You might also like