Professional Documents
Culture Documents
2002
ABSTRACT
Peptone can be produced from soybean press cake and yeast by enzymatic hydrolysis with papain. The acfivily of papain used in this
experiment against casein is indicaled by Vm (2000 unitj and Km (0.8%). The process condition for soybean press cake was :[S] = 3.72%, [El =
0.4%, 60 OC,pH 6.2-6.3, 5 hours, while for yeast was [Sl = 4.76%! [El= 02%. 60 OC,pH 5.8-5.9, 5 hours. The yield of the hydrolysis process of
soybean press cake peptone was 12.1%, while thal of yeast was 18.9%. The peptone obtained was brownish yellow in color with moisture
content of 3 and 5%, ash content 6 and 7 %, total protein 9 and 1I%, solubility 98%, anino nitrogen 1.9 and 2.82, and AN/TN ratio = 26.47 and
27.62%, respectively. The chromatographic pattern of the peptone using gel filtration column of Superdex-75 appeared to be the same as that
of the commercial soy pepfon. Growth test with E.coli, S. aureus, and 8. subtilis showed that soybean press cake and yeast peptone could be
used as component in media for microbial growth.
PENDAHULUAN METODOLOGI
spektrofotometri (Lowry, 1951). Produk bubuk yang sudah cukup untuk dijadikan dasar dalam produksi pepton
dihasilkan dkarakterisasi meliputi kelarutan, nilai N total selanjutnya, sedangkan untuk substrat khamir dibutuhkan
dan nilai N amino (Silvestre, 1996). Pola kromatografi konsentrasi 4,76% atau setara dengan 2,6% protein
pepton diamati pada kolom filtrasi gel Superdex-75 dengan khamir.
eluen bufer asetat pH 5.6. Efektivitas produk terhadap Untuk masing-masingjumlah substrat maksimum di
pertumbuhan bakteri uji dilakukan dengan mengamati % atas dilakukan hidrolisis dengan menggunakan papain
transmitans medium pertumbuhan ( 1 ml biakan simpanan pada konsentrasi di bawah 1%. Hasil penelitian
pada 50 ml pepton 0.5 %) selama 24 jam (Susetyo, 2000). menunjukkan bahwa laju reaksi optimum pada proses
Hasil pertumbuhan tersebut dilanjutkan dengan angka hidrolisis bungkil kedelai cukup dibutuhkan papain dengan
lempeng total (ALT) pada medium agar nutrien (NA) konsentrasi 0,4% dan menghasilkan protein terlarut
dengan masa inkubasi 24 jam. sebesar 11 mglml, sedangkan untuk khamir cukup
dibutuhkan papain dengan konsentrasi 0,2% dan
menghasilkan protein terlarut sebesar 13,64 mglml. Hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN diduga karena protein khamir lebih sederhana. Hubungan
antara konsentrasi substrat dan enzim pada proses
Aktivitas enzim papain hidrolisis kedua substrat di atas dapat dilihat pada Gambar
Aktivitas proteolitik papain pa& subtrat kasein 1%, 1 dan 2. Rasio konsentrasi enzim papain terhadap substrat
suhu 40 OC dan inkubasi selama 5 menit memberikan nilai bungkil kedelai masih dapat dilakukan pada 1 : 20
1164 unit. Unit dalam ha1 ini didefinisikan sebagai jumlah sedangkan untuk khamir masih dapat dilakukan pada rasio
pg produk (tirosin) yang terkntuk per mg per menit dari 1 : 30. Netto & Galeazzi (1998) melaporkan rasio
substrat kasein pada kondisi di atas. Dari hasil analisis enzimlsubstrat untuk hidrdisis isolat protein kedelai dengan
menggunakan kutva Lineweaver-Burk diperoleh pankreatin adalah 1/35 sementara Henn & Netto (1998)
karakteristik dari papain yang bersangkutan adalah Vm mengamati hidrolisis isolat protein kedelai dengan
sebesar 2000 unit dan Km = 0.8 %. pankreatin pada rasio enzimlsubstrat 1115.
Perlakuan pada beberapa kondisi suhu (40 - 800'2)
Pemilihan kondisi reaksi hidrolisis menunjukkan laju hidrolisis optimum untuk bungkil kedelai
Kondisi hidrolisis umumnya dipengaruhi oleh dapat dicapai pa& suhu 70% sedangkan laju optimum
konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, suhu, pH, dan untuk khamir adalah 60-70%. Dapat disimpulkan bahwa
waktu (Muchtadi et al., 1992). suhu 60% adalah optimum untuk kedua substrat tersebut.
Kebutuhan banyaknya substrat bungkil kedelai dan Papain termasuk protease yang tahan terhadap suhu
khamir bagi enzim papain ditentukan dengan tinggi. Tsumura et al., (2000) melakukan hidrolisis protein
menggunakan jumlah substrat yang betvariasi antara 1 - kedelai pa& suhu 60 - 80oC dengan behagai protease
10% (blv). Hidrolisis dilakukan pada konsentrasi enzim 1% khususnya papain sementara Liener (1981) menyebutkan
dengan waktu 1 jam dan suhu 600C. Hasil penelitian suhu optimal untuk papain adalah 50 - 600C.
menunjukkan bahwa konsentrasi substrat bungkil kedelai
3,72% atau setara dengan 1,32 % protein bungkil kedelai
Gb. 1. Pengaruh rasio [SY[E] pada hidrolisis bungkil Gb. 2. Pengaruh rasio [S]I[E] pada hidrolisis khamir
oleh papain kedelai oleh papain
Hasil Peneliffan Jutna2.Teknol. clan Industri Pcrngan, Vol. Xm, No. 3 Th. 2002
Dari hasil percobaan pada berbagai kondisi pH awal pemyataan ini dengan menyebutkan bahwa peptida
(5,O; 55; 6,O; 6,5; 7,O; 7,5 dan 8,O) temyata pH optimal dihasilkan dengan protedisis parsial memiliki ukuran
untuk bungkil ke&lai adalah pada pH 6-8 sedangkan untuk molekul yang lebih kecil dan struktur sekunder yang lebih
khamir adalah 5-7. Hal ini diduga karena stnrktur protein sedikit dari protein aslinya.
kedua substrat berbeda. Papain relatif stabil di daerah pH
netral, dan diamati hidrolisis protein kedelai optimum pada Produksi pepton
pH 5-8 (Cowan, 1983; Tsumura et al., 2000) sedangkan Pepton diproduksi pada kondisi hidrolisis yang
Liener (1981) menyebutkan aktivitas papain berada pada diperoleh sebelurnnya. Untuk bungkil kedelai digunakan
selang pH 3 sarnpai 11. substrat 3,72%, enzim 0,4%, suhu 60 OC,waktu 5 jam dan
Hidrolisis protein bungkil kedelai dan khamir dengan pada pH sesuai dengan kondisi campuran awal (6,2-6,3).
papain pada kondisi optimal yang didapatkan di atas Untuk khamir digunakan substrat 4,76%, enzim 0,2%, suhu
diamati masing-masing selama 20 dan 8 jam. Kurva 600C, waktu 5 jam dan pH sesuai dengan kondisi campuran
hidrolisis ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4. Kurva awal (5,8-5,9). Rendernen produk untuk bungkil kedelai
hidrolisis yang dihasilkan menunjukkan kenaikan jumlah sebesar 12,1% (blb) sedangkan untuk khamir sebesar
protein terlarut yang tajam pada awal reaksi sampai 5 jam, 18,8% (blb).
selanjutnya mulai mdambat. Netto & Galeauj (1998) Rendemen pepton kharnir lebih besar bila
mengamati kecepatan hidrolisis isolat protein kedelai dibandingkan dengan pepton dari bungkil kedelai, ha1 ini
&ngan pankreatin, tinggi pada 4 jam pertama, selanjutnya diduga karena bentuk atau struktur protein dari kedua
kecepatan mulai menurun. Hal ini dduga disebabkan oleh bahan tersebut berbeda. Netto & Galeazzi (1998)
beberapa hal, yaitu penurunan ikatan peptida yang spesifik menyebutkan seringkali sulit bagi protein dalarn bentuk
bagi enzim (sesuai untuk aksi enzirn tersebut), inhibisi alami (native) seperti protein kedelai untuk mengalami
produk dan inaktifasi e ~ m kompetisi
, antara substrat asli dekomposisi dengan enzim hidrolitik seperti protease.
atau protein yang tidak terhidrolisis &ngan peptida yang Disebutkan pula bahwa denaturasi protein dengan panas,
terbentuk selama hidrolisis. alkohol, d l umumnya dlakukan leb~hdahulu sebdum
10 1 J
0 5 10 15 20 I
Waktu (jam) I
Waktu (jam)
- --- - pp - .--
. -.
Gb 3. Penga~hlama waktu hidrolisis bungkil Gb. 4. Pengaruh lama waktu hidrolisis khamir
kedelai terhadap protein terhadap protein terlarut
Waktu hidrolisis rata-rata dari berbagai isolat protein diperlakukan dengan hidrolisis proteolitik. Dilaporkan
kedelai dengan pankreatir~dilaporkan berkisar dari 0,8 protein kedelai terdiri atas 2 komponen utama, glisinin dan
sampai 4,2 jam (Henn & Netto, 1998). Dilaporkan pula P-konglisinin yang merniliki bobot mdekul antara 20
bahwa isolat protein kedelai &ngan indeks dispersi protein sarnpai 90 kDa (Lei et al., 1983; Romagndo et a!., 1990;
lebih tinggi dan mengandung semua sub unit fraksi Fukushima, 1991). Dilaporkan pula ikatan disulfida
polipeptida yang larut air, memiliki protein native. Protein intemolekular yang terdapat pada glisinin akan terbuka
dengan komposisi demikian memerlukan waktu hidrolisis atau putus sdama hidrolisis (Lei et at., 1983). Pembukaan
yang lebih panjang. Enzim mula-mula memecah protein ikatan residu asam amino terjadi selama hidrolisis protein
besar ke dalam bentuk yang lebih kecil, sebagian fragmen kedelai oleh enzim karena pemutusan ikatan peptida
larut, seterusnya temidrolisis menjad peptida yang lebih (Fukushirna, 1991).
kecil. Pada tahap akhir hidrolisis protein menjadi lebih
banyak terlarut. Wu et al., (1998) juga mendukung
Hasil Peneli ti an cliuncll.Tekno1. dcrn Zndustri Pangan, Vol. Km,No. 3 Th. 2002
Khamir pada umumnya memiliki berbagai protease papain dalam ha1 ini cukup efektif memutuskan ikatan
endogenous dengan pH dan ternperatur optimum yang peptida dalam protein bungkil kedelai dan khamir menjadi
berbeda-beda (Kelly, 1983), sehingga papain diduga produk pepton.
berperan membantu meningkatkan hasil akhir (rendemen)
dan laju kelarutan. Pola kromatografi pepton pada kolom filtrasi gel
Pepton bungkil kedelai dan pepton khamir yang
Karakterisasi produk dihasilkan difraksinasi dengan kolom Superdex-75 (tinggi
Produk dikarakterisasi kelarutannya dalam air dan +
paking 30 cm, diameter 1,5 cm) dengan eluen bufer
derajat hidrolisisnya mdalui pehandingan nilai nitrogen asetat pH 5.6. Fraksi-fraksi diamati absorbansinya pada 7.
amino dan nitrogen total (ANITN). Sebagai standar 280 nm pada spektrofotometer. Pola kromatogram terlihat
digunakan Soy peptone dari Scharlau dan Bacto peptone pada Gambar 5 dan 6. Berdasarkan data elusi tersebut
dari Difco. Hasil ditabulasikan pada Tabel 1.
Kelarutan pepton yang dihasilkan sedikit lebih disimpulkan bahwa ada 3 puncak yang muncul pada hasil
rendah dibandingkan dengan pepton standar sedangkan hidrolisis selama 5 jam. Pola ini menguatkan dugaan
rasio ANlTN menunjukkan hasil yang l&h besar dari soy bahwa pepton bungkil kedelai dan pepton khamir yang.
pepton dan bacto pepton. Hal ini diduga dari tahap akhir dihasilkan dari hidrolisis 5 jam memiliki campuran peptida
pembentukan produk yang digunakan behe&. Penelitian berbobot molekul kecil lebih banyak dibandingkan dengan
ini menggunakan membran ultrafiltrasi dengan MWCO proses hidrolisis 1 jam. Dengan demikian dapat disebutkan
10.000 dalton. Untuk menghasilkan tiltrat yang lebih jernih secara teoritis hidrolisis selama 5 jam dapat menghasilkan
lagi dapat digunakan membran yang lebih kecil dari 10.000 pepton yang dapat dimanfaatkan sebagai media
dalton. Dilaporkan ultrafilter 5.000-10.000 dalton efektif pertumbuhan bakteri.
untuk memisahkan semua fraksi peptida yang lebih besar
(Lahl & Braun, 1994). Efektivitas pepton terhadap pertumbuhan bakteri
Nilai ANITN pepton bungkil kedelai dan pepton Gambar 7, 8, dan 9 masing-masing menunjukkan
khamir yang dihasilkan sedikit lebih besar bila kurva pertumbuhan bakteri Escherichia coli,
dibandingkan dengan pepton standard. Rasio ANlTN dapat Staphy/ococcusaureus, dan Bacillus subtilis.
menunjukkan derajat hidrolisis (Lahl & Braun, 1994). Dari kurva tersebut terlihat bahwa . pola
Pepton dari kasein dan konsentrat protein whey dilaporkan perturnbuhan bakteri pada media pepton bungkil kedelai
memiliki ANlTN sebesar 24% sedangkan peptidanya mirip dengan mecfia pepton kedelai komersial (Scharlau)
masing-masing 48% dan 43% (Lahl & Braun, 1994). Quest sedangkan pola pertumbuhan pada media pepton khamir
International memproduksi HY-Soy dan HY-Yest. HY-Soy lebih mirip dengan bacto pepton dari Difco. Dengan
dikfinisikan sebagai sumber peptida kualitas tinggi yang &mikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan semua
dihasilkan melalui hidrolisis enzimatis protein kedelai. HY- bakteri uji pada media pepton yang dihasilkan dari
Soy memiliki nilai AN sebesar 1.9, TN 9.5, dan ANlTN penelitian minp &ngan media pepton komersial.
sebesar 20.0%. HY-Yest didefinisikan sebagai ekstrak Untuk melihat kualitas perturnbuhan bakteri tersebut
alami dari pertumbuhan primer khamir yang diperoleh dilakukan penanaman (0.1 ml setiap pengenceran tertentu
dengan pengeringan beku. HY-Yest memiliki nilai TN 20.8 dari suspensi bakteri yang tumbuh 24 jam pada pepton uji)
- 11.5%. Cowan (1983) melaporkan beberapa jenis pepton pada medium NA, kemudian diinkubasi selama 24 jam.
untuk mikrobidogis, diantaranya hidrolisis protein daging Hasil uji pertumbuhan koloni terlihat pa& Gambar 10. Hasil
dan protein kedelai &ngan papain. Nilai AN dan TN pepton penelitianmenunjukkan bahwa pertumbuhan semua bakteri
daging sebesar 1.7 dan 14.5, sedangkan untuk pepton identik satu sama lain.
kedelai adalah 1.0 dan 10.1. Bila dibandingkan dengan
beberapa hasil yang sudah dilaporkan, dapat dikatakan
Hadl I%n.li#an rliunrrl.Tekno2. dan ZndusM Pcmgan, Vot. Xm, No. 3 Th. 2003
Fukushima, D. 1991. Recent progress of soybean protein Muchtadi, D., Palupi ,N.S. dan Astawan, M. 1992. Enzim
foods: chemistry, technology, and nutrition. Food Dalam lndustri Pangan. PAU IPB.
Reviews International. 7(3):323-351. Netto, F.M. and Galeazzi, M.AM. 1998. Production and
Henn, R.L. and Netto, F.M. 1998. Biochemical characterization of enzymatic hydrolysates from soy
characterization and enzymatic hydrolysis of protein isdat. Iwt. 3:624-631.
different commercial soybean protein isolat. J. Agric.
Romagnolo, D., Polan, C.E., and Barbeau, W.E. 1990.
Food Chem.46:3009-3015.
Degradasi of soybean meal protein fractions as
Kelly, M. 1983. Yeast Extract. Di dalam: Godfrey T, determined by sodium dodecyl sulfate-
Reichelt J, &tor, Industrial Enzymology. USA: polyacrylamide gel electrophoresis. J. Dairy Sci
Macmillan, hlm 457-465. 7(9):2379-2385.
Lahl, W. and Braun, S.D. 1994. Enzymatic production of Silvestre, M.P.C. 1997. Review of methods for the analysis
protein hydrolysates for food use. Food Tech.:68- of protein hydrolysates. Food Chem. 60(2):263-271.
71.
Susetyo, A.R. 2000. lsolasi Pepton Secara Ekstraksi
Lei, M.G., Tyrdl, 0. , Bassette, R. and Reeck, G.R. 1983. Enzimatis Menggunakan Limbah Perikanan. Skripsi.
Two dimensional electrophoretic of soybean Fateta. Bogor.
proteins. J. Agric. Food Chem.(31): 963-968
Tsumura, penemu: 3 Oktober 2000. US Patent
Liener, I.E. 1981. The Sulfhidril Protese. Di dalam: 6,126,973.
Schimmer S.editor. Source Book of Enzymology.
Wu WU, Hettiarachchy, N.S. and Qi M. 1998.
USA. AVI and Handbook Series. Hydrophobicity, solubility, and emulsifying
Lowry, O.H., Rosebrough, N.J., Farr, A.L. and properties of soy protein peptides prepared by
Randall, R.J. 1951. Protein measurement with the papain modification and ultrafiltration. JAOCS
Folin fenol reagent. J. Biol. Chem. 193:65-270. 75(7):845-850.