You are on page 1of 14

Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.

2 (2007) p: 103-116

PERAN SILIKON SEBAGAI UNSUR BERMANFAAT PADA


TANAMAN TEBU
Edo Yukamgo* dan Nasih Widya Yuwono**

*Mahasiswa dan ** Dosen, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM

ABSTRAK

Unsur bermanfaat merupakan unsur yang berguna bagi pertumbuhan tanaman tetapi tidak
memenuhi kaidah unsur hara esensial karena jika unsur ini tidak ada, pertumbuhan tanaman tidak
akan terganggu. Unsur-unsur yang termasuk menguntungkan bagi tanaman adalah Natrium (Na),
Cobalt (Co), Chlor (Cl), dan Silikon (Si). Silikon (Si) merupakan unsur kedua terbanyak setelah oksigen
(O) dalam kerak bumi dan Si juga berada dalam jumlah yang banyak pada setiap tanah.
Beberapa kajian menjelaskan bahwa Si memiliki beberapa peran penting terhadap tanaman
tertentu seperti padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), dan tebu (Saccharum officinarum). Tebu
merupakan salah satu monokotil akumulator Si yaitu tanaman yang serapan Si-nya melebihi
serapannya terhadap air. Selama pertumbuhan (1 tahun), tebu menyerap Si sekitar 500-700 kg per ha
lebih tinggi dibanding unsur-unsur lainnya.
Si dapat memberikan efek positif bagi tanaman tebu melalui dua hal yaitu pengaruh tak
langsung pada tanah dengan meningkatkan ketersediaan P dan pengaruh langsung pada tanaman,
seperti meningkatkan efisiensi fotosintesa, menginduksi ketahanan terhadap cekaman biotik dan
abiotik seperti hama dan penyakit, keracunan Fe, Al, dan Mn, mengurangi kerobohan dan memperbaiki
erectness (ketegakan) daun dan batang, serta memperbaiki efisiensi penggunaan air. Untuk
kedepannya, diharapkan pengetahuan tentang peranan unsur-unsur bermanfaat lainnya, seperti
Natrium (Na), Cobalt (Co), Selenium (Se), dan Vanadium (Va), perlu dikembangkan dan disebarluaskan
agar dapat meningkatkan produksi tanaman pertanian.

Kata kunci : unsur bermanfaat, silikon, tebu

PENDAHULUAN pengairan, pengendalian hama penyakit, dan


Tebu merupakan tanaman Graminae atau pemupukan. Tanaman tebu termasuk tanaman
rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan yang sangat membutuhkan pupuk untuk dapat
baku pembuatan gula. Gula merupakan salah satu menghasilkan tebu dan gula yang lebih baik.
kebutuhan pokok bagi sebagian besar penduduk Untuk memecahkan masalah ini diperlukan pupuk
dunia. Dari waktu ke waktu, industri gula selalu yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman
menghadapi berbagai masalah, sehingga tebu dan kandungan gula didalamnya.
produksinya belum mampu mengimbangi Dalam arti luas, pemupukan adalah pemberian
besarnya permintaan masyarakat (rumah tangga) bahan kepada tanah dengan maksud memperbaiki
dan industri. Meningkatnya konsumsi gula dari atau meningkatkan kesuburan tanah. Pemberian
tahun ke tahun disebabkan oleh pertambahan bahan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi
penduduk, peningkatan pendapatan penduduk tanah baik fisika, kimia maupun biologi disebut
dan bertambahnya penduduk yang memerlukan amandemen (ameliorasi). Pemupukan menurut
bahan baku berupa gula (Anonim, 1994). pengertian khusus ialah pemberian bahan untuk
Indonesia pernah menjadi eksportir nomor menambah unsur hara tersedia dalam tanah. Jadi
dua terbesar di dunia di tahun 1930-an (Tabel 1), pemupukan bertujuan memberi unsur hara yang
namun sekarang menjadi importir kedua terbesar cukup bagi kebutuhan tanaman dan atau
di dunia dengan biaya produksi yang tinggi (Tabel memperbaiki atau memelihara kondisi tanah
2). Rendahnya produksi ini, bukan hanya dalam hal potensi pengikatan unsur hara.
diakibatkan dari tuanya mesin produksi pada Pemupukan yang tepat dan benar dapat
hampir 90% pabrik-pabrik gula yang ada di mempercepat dan memperkuat pertumbuhan
Indonesia, tetapi juga karena berkurangnya serta perkembangan tanaman, menambah daya
produksi tebu baik dari segi lahan yang tersedia tahan terhadap hama dan penyakit tertentu,
maupun dari produktivitas atau budidaya (Anonim, maupun meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
2004). pertanian (Thompson and Troeh, 1978).
Beberapa negara di luar negeri sudah Dalam pertumbuhannya tanaman
menerapkan banyak hal untuk meningkatkan membutuhkan unsur hara yang cukup banyak,
produksi tebu, seperti perbaikan sistem tanam, baik hara makro maupun hara mikro, yang berasal
104 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007)

dari alam atau melalui penambahan pupuk ke dimana sangat efisien dalam menggunakan air
dalam tanah. Selain pupuk makro atau mikro dan serta toleran terhadap lingkungan yang
pupuk organik, dapat juga diterapkan pemberian mengandung garam (Elawad et. al., 1982).
pupuk Si. Beberapa kajian menjelaskan bahwa Si Sebagai tanaman berbiji tunggal tanaman
memiliki beberapa peranan penting pada tebu. tebu memiliki batang yang dalam pertumbuhannya
Pemberian Si dalam tanah dapat meningkatkan hampir tidak bertambah besar, hanya bertambah
ketersediaan P dan mengurangi aktifitas logam- tinggi. Tanaman yang pertumbuhannya baik
logam beracun seperti Al, Fe dan Mn. Selain itu Si mencapai tinggi rata-rata 2,5-4 m, bahkan ada
juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman yang lebih dari 5 m, akan tetapi yang
terhadap serangan hama dan penyakit. Semua pertumbuhannya buruk, tingginya kurang dari 2
peranan ini diharapkan secara langsung dapat m. Bagian luar batang tebu berkulit keras
meningkatkan produksi tanaman tebu sehingga sedangkan bagian dalamnya lunak, bagian inilah
kebutuhan gula nasional terpenuhi. yang mengandung air gula (Adisewojo, 1971).
Air gula pada batang tebu mencapai 20 %
TEBU (Saccharum officinarum) mulai dari pangkal sampai ujungnya. Kadar air
Tebu adalah tanaman yang hanya dapat gula di bagian pangkal lebih tinggi dari pada
tumbuh di daerah beriklim subtropis dan tropis. bagian ujung. Oleh karena itu pada saat
Pada awalnya orang menduga bahwa tanaman pemanenan, batang tebu digali dari tanah
tebu berasal dari India yaitu di wilayah sungai sehingga hampir tidak ada yang tersisa. Lain
Gangga dan Indra. Hal ini diperoleh berdasarkan halnya jika akan mengambil hasil beberapa kali
tulisan-tulisan dalam buku-buku kuno bangsa maka tanaman tebu dipotong batangnya saja
Hindu yang menyebutkan adanya tanaman tebu di sehingga pangkalnya masih ada dalam tanah
daerah-daerah tersebut. Namun ada pula dugaan (Anonim, 2007b).
bahwa tanaman tebu berasal dari kepulauan Tanaman tebu memiliki akar serabut yang
Polynesia termasuk pulau-pulau di Indonesia tumbuh dari lingkaran akar di bagian pangkal
bagian timur, karena di daerah ini lebih banyak batang. Di tanah yang subur dan gembur, akar-
ditemukan jenis tanaman tebu. Belum ada akar tebu dapat tumbuh menjalar hingga
kepastian dari dua dugaan tersebut, yang dapat panjangnya dapat mencapai 0,5-1 m. Akar-akar ini
dipastikan adalah bahwa tanaman tebu sudah tidak tahan terhadap genangan air, bila terlalu
berabad-abad dikenal orang Indonesia. Seorang lama tergenang maka akar akan membusuk
bangsa Tiong Hoa yang singgah di Jawa pada sehingga tanaman layu dan mati. Daun tebu terdiri
tahun 400 menuliskan di buku perjalanannya dari helai dan pelepah daun. Helai daun berbentuk
tentang penduduk Jawa yang sudah menanam garis yang panjangnya sekitar 1-2 m dan lebarnya
tebu (Adisewojo, 1971). 5-7 cm, tepi daun dan permukaan daun kasar.
Tanaman tebu termasuk golongan tanaman Daun-daun yang pertama keluar dari kuncup
yang tumbuh di daerah beriklim sedang sampai mempunyai helai yang kecil dengan pelepah yang
panas, yaitu terletak di antara 40º LU dan 38º LS. membungkus batangnya sampai umur 5-6 bulan
Selama masih dalam fase pertumbuhan, tanaman (Adisewojo, 1971).
tebu membutuhkan banyak air akan tetapi setelah Bunga tanaman tebu berupa bunga majemuk
tua (6-8 bulan) dan pada saat proses yang berbentuk malai. Waktu berbunga tanaman
pemasakan/panen (12-14 bulan) tanaman tebu tebu adalah pada bulan Maret-Mei atau pada
membutuhkan bulan kering dan ini sebaiknya tiba permulaan musim kemarau.Umumnya persarian
pada saat berakhirnya pertumbuhan vegetatif. Bila bunga berlangsung dengan bantuan angin
musim kering tiba sebelum pertumbuhan vegetatif (anemogami) sehingga pembuahan terjadi karena
berakhir, maka tanaman tebu yang tidak diairi penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang.
akan mati sebelum mencapai tingkat masak, Menurut Erwin dan Sastrosasmito (1995),
sebaliknya bila hujan turun terus-menerus maka bahwa tanah yang paling sesuai untuk tebu
pertumbuhan vegetatif tebu tetap giat, sehingga terutama adalah tanah alluvial yang berdrainase
tidak mencapai kadar gula tertinggi. Di tempat- baik, bertekstur geluh atau geluh lempungan.
tempat yang dekat dengan garis khatulistiwa yang Sedang menurut Pawirosemadi (1991),
pada umumnya perbedaan antara musim hujan menyatakan bahwa tebu tidak memerlukan suatu
dan musim kemarau tidak jelas tanaman tebu sulit tipe tanah khusus asalkan secara fisik sesuai. Oleh
dibudidayakan (Soepardiman, 1996). Radjagukguk (1995), dikatakan bahwa, tebu pada
Tebu termasuk kelompok tanaman C¬4 yang tanah-tanah masam mempunyai sifat yang
memiliki sifat antara lain dapat beradaptasi toleran terhadap toksisitas aluminium, akan tetapi
terhadap kondisi lingkungan yang terik (panas) pertumbuhannya sering terhambat oleh
dan bertemperatur tinggi, fotorespirasinya rendah kekurangan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Yukamgo. Peranan Silikon 105

Usaha penanaman tebu memerlukan faktor dengan mendorong proses fisiologi. Hara tersebut
pengelolaan tanah. disebut dengan hara fungsional atau hara
Di Indonesia tanaman tebu ditanam di bermanfaat (pembangun) (Savant et.al., 1999).
berbagai jenis tanah, misalnya tanah pasir, tanah Unsur bermanfaat merupakan unsur yang
lempung, tanah masam, dan tanah garaman (pasir berguna bagi pertumbuhan tanaman tetapi tidak
pantai) (Adisewojo, 1971). Sifat dan keadaan memenuhi kaidah unsur hara esensial karena jika
tanah tentu saja mempunyai pengaruh atas unsur ini tidak ada, pertumbuhan tanaman tidak
tumbuhnya tanaman dan kadar gulanya dalam akan terganggu. Unsur hara pembangun
batang tebu. Hal yang harus diperhatikan adalah (fakultatif) dianggap unsur yang tidak penting,
tanah harus subur, gembur, kemampuan tetapi merangsang pertumbuhan tanaman dan
menahan air, infiltrasi, dan permeabilitasnya baik. juga dapat menjadi unsur penting untuk beberapa
Di dataran yang terlalu tinggi (lebih dari 1300 spesies tanaman tertentu karena dapat
meter di atas permukaan laut) pertumbuhan menyebabkan kenaikan produksi. Unsur-unsur
tanaman tebu sangat lambat dan produksi gulanya yang termasuk menguntungkan bagi tanaman
rendah (Richard, 2005). adalah Natrium (Na), Cobalt (Co), Chlor (Cl), dan
Silikon (Si).
SILIKON (Si) SEBAGAI UNSUR Silikon (Si) merupakan unsur kedua terbanyak
BERMANFAAT setelah oksigen (O) dalam kerak bumi dan Si juga
Dalam terminologi kesuburan tanah, terdapat berada dalam jumlah yang banyak pada setiap
13 unsur hara yang diperlukan tanaman yaitu hara tanah (Tabel 3). Porsi terbesar Si tanah dijumpai
makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan hara mikro (Fe, dalam bentuk kuarsa atau kristal silikon (Buol et.
Mn, Zn, B, Cu, Mo), hara-hara tersebut dapat al., 1980). Pada umumnya tanah mengandung 5-
meningkatkan dan memelihara hasil tanaman. 40 % Si (Kovda, 1973). Dalam setiap kilogram
Hara makro dibutuhkan tanaman dalam jumlah tanah liat terkandung sekitar 200-320 g Si,
yang banyak, sedangkan hara mikro dibutuhkan sementara dalam tanah berpasir terdapat antara
dalam jumlah yang lebih sedikit. 450-480 g Si (Kovda, 1973). Si merupakan unsur
Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang inert (sangat tidak larut) sehingga selama ini
untuk pertumbuhan dan metabolisme disebut Si dianggap tidak memiliki arti penting bagi
unsur hara esensial. Unsur hara dapat mempunyai proses-proses biokimia dan kimia. Juga, karena
fungsi sebagai konstituen dari suatu struktur jumlahnya yang melimpah dalam tanah peran Si
organik tanaman, aktifator reaksi enzim atau seringkali tidak terlalu diperhatikan atau bahkan
pembawa muatan (charge carrier) dan tidak teramati.
osmoregulator. Beberapa senyawa Si sebenarnya bisa larut
Arnoun dan Stout (1939) dalam Roesmarkam dalam air. Si dapat membentuk senyawa-senyawa
dan Yuwono (2002) mengemukakan konsep unsur baru dengan aktivitas kimia dan biokimia relatif
hara esensial, yaitu : tinggi. Dalam Tabel Susunan Berkala Unsur
1. Tanaman tidak mampu menyelesaikan (biasanya dijumpai dalam buku-buku Kimia
daur hidupnya tanpa kehadiran unsur Dasar), lokasi Si diapit oleh empat unsur lain. Di
tersebut sebelah atas dan bawah masing-masing diapit
2. Fungsi dari unsur tersebut tidak mampu unsur Karbon (C) dan Germanium (Ge),
digantikan oleh unsur lainnya sedangkan di sebelah kiri dan kanannya masing-
3. Unsur tersebut harus secara langsung masing diapit Alumunium (Al) dan Phosor (P).
terlibat di dalam metabolisme tanaman. Karakteristik Si agak mirip dengan keempat unsur
Sebagai contoh, sebagai komponen dari yang mengapitnya. Si merupakan satu-satunya
konstituen tanaman yang penting seperti unsur yang bisa membentuk polimer stabil seperti
enzim atau dibutuhkan untuk tahapan C. Si berperilaku seperti Al dalam membentuk
metabolik tertentu seperti reaksi enzim. mineral (Sokolova, 1985). Si dapat menggantikan
Kehadiran dan konsentrasi unsur di dalam posisi P dalam DNA (Voronkov et. al., 1978) dan
tanaman bukan merupakan asas esensialitas suatu Si memiliki sifat-sifat metalik serupa Germanium
unsur. Tanaman tidak dapat secara selektif (Ge) (Iller, 1979).
menyerap unsur hara yang esensial bagi Substansi Si yang aktif dalam tanah berbentuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman asam monosilikat, asam polisilikat dan
juga menyerap unsur yang tidak diperlukan untuk organosilikat (Matichenkov and Ammosova, 1996).
pertumbuhannya dan bahkan bisa jadi unsur yang Asam monosilikat merupakan pusat dari berbagai
meracun. Selain hara esensial, terdapat juga hara interaksi dan transformasi Si dan merupakan
non-esensial yang dalam kondisi agroklimat produk dari pelarutan mineral-mineral kaya Si
tertentu bisa memperkaya pertumbuhan tanaman (Lindsay, 1979). Asam-asam Si yang diadsorpsi
106 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007)

lemah serta larut dalam air dapat diserap langsung tanaman padi tidak kuat dan mudah roboh.
oleh tanaman dan mikroba. Mereka juga dapat Ro¬bohnya tanaman menyebabkan turunnya
mengendalikan sifat fisik dan kimia tanah (seperti produksi, dengan demikian pemu¬pukan Si
mobilitas P, Al, Fe, Mn dan logam berat, aktivitas dianggap dapat menaikkan produksi tanaman
mikroba, stabilitas bahan organik), pembentukan (Roesmarkam dan Yuwono, 2002).
asam polisilikat dan mineral-mineral sekunder SiO2 terdapat hampir pada semua batuan
dalam tanah. Asam polisilikat memiliki efek nyata tanah. Ketersediaan Si tergantung kecepatan
terhadap tekstur tanah, kapasitas menahan air, pelapukan batuan tersebut. Kadar Si dalam tanah
dan erosi (Matichenkov et. al., 1995). Asam sering dipengaruhi oleh reaksi adsorbsi,
polisilikat merupakan mineral yang dapat temperatur, air irigasi dan pH tanah (Gambar 1).
menstabilkan agregat tanah dan memperbaiki Air irigasi untuk pertanian sering kali mengandung
porositas tanah bila berada dalam jumlah yang Si dengan jumlah yang cukup tinggi, sehingga
tinggi sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dapat mempengaruhi ketersediaan Si dalam tanah
(Matichenkov and Bocharnikova, 2000). (Tabel 4). Pada tanah asam, kadar Si dalam tanah
Di wilayah tropika basah seperti di Indonesia, cenderung tinggi dan pada pH tinggi umumnya
dimana rata-rata curah hujan dan suhu relatif kadarnya rendah. Jumlah Si yang terlarut
tinggi, tanah umumnya memiliki kejenuhan basa (dissolved) dari tanah meningkat seiring
dan kandungan Si rendah serta mengalami meningkatnya suhu. Hal ini berkaitan dengan
akumulasi alumunium oksida. Proses ini disebut tingkat pelapukan batuan yang mengandung
desilikasi. Si dilepaskan dari mineral-mineral yang mineral silikat. Semakin tinggi suhu, maka tingkat
terlapuk, kemudian terbawa aliran air drainase pelapukan semakin tinggi. Pengapuran sering
atau tanaman yang dipanen. Potensi kehilangan menyebabkan turunnya kadar SiO2 dalam larutan
Si dari tanah-tanah tropika bisa mencapai 54,2 kg tanah. Ketersediaan Si dipengaruhi oleh
per ha setiap tahun atau 200 kali lebih banyak perbandingan Si tersedia terhadap seskuioksida
dibanding Al yang hilang hanya 0,27 kg per ha tersedia. Makin tinggi ratio Si/Al atau Si/Fe, makin
dalam setahun. tinggi pula Si yang dapat diserap oleh tanaman
Berbeda dengan unsur hara lainnya, padi (Sumida, 2002; Roesmarkam dan Yuwono,
kehilangan Si dari tanah jarang sekali 2002).
dikompensasi melalui pemupukan. Konsentrasi Pasokan Si yang cukup pada serelia
asam monosilikat (bentuk Si yang tersedia bagi diharapkan mampu memperoleh hasil yang baik,
tanaman) cenderung terus berkurang pada lahan- karena dengan penambahan Si dapat
lahan pertanian yang dibudidayakan secara meningkatkan kekuatan dan ketahanan sel.
intensif. Degradasi kesuburan tanah akan terjadi Pasokan Si membantu daun untuk lebih tegak
seiring dengan penurunan kadar asam dalam pengaruh kondisi pemupukan nitrogen yang
monosilikat, terutama karena 2 alasan Pertama, tinggi, sehingga bisa meningkatkan tingkat
berkurangnya asam monosilikat akan diikuti fotosintesis. Penambahan Si yang cukup bisa
dengan dekomposisi mineral Si (fenomena mengurangi tendensi tanaman serelia untuk layu
keseimbangan hara tanah), dimana yang terakhir pada kondisi kekeringan mungkin karena
ini memiliki arti penting dalam mengontrol penurunan permeabilitas atas uap air dari dinding
berbagai sifat tanah. Kedua, penurunan asam sel epidermal daun.
monosilikat akan menurunkan ketahanan tanaman Penyebaran Si dalam tanaman dipengaruhi
terhadap hama dan penyakit. Oleh karena itu, oleh spesies tanaman. Pada tanaman yang kadar
dalam rangka menjaga kesuburan tanah Si-nya rendah, Si terdapat dalam tanaman bagian
pemupukan Si sebenarnya diperlukan. atas dan bagian bawah hampir sama misalnya
Silikon bukan merupakan unsur yang penting pada tanaman tomat dan sawi. Sedangkan pada
(esensial) bagi tanaman. Tetapi hampir semua clover (tanaman makanan ternak, legum) Si lebih
tanaman mengandung Si, dalam kadar yang banyak terdapat akar. Pada tanaman yang
berbeda-beda dan sering sangat tinggi. Walaupun kandungan Si tinggi misalnya padi maka sebagian
tidak termasuk hara tanaman, Si dapat menaikkan besar Si terdapat pada tanaman bagian atas.
produksi karena Si mampu memperbaiki sifat fisik
tanaman dan berpen¬garuh terhadap kelarutan P PERAN SILIKON (Si) PADA TANAMAN TEBU
dalam tanah. Tidak ada unsur hara lain yang (Saccharum officinarum)
dianggap non esensial hadir dalam jumlah yang Tanaman menyerap Si dalam jumlah banyak,
secara konsisten banyak pada tanaman. Pada melebihi unsur-unsur lainnya. Tanaman monokotil
tanaman padi misalnya, kadar Si sangat tinggi dan seperti famili rerumputan (graminae) menyerap Si
melebihi unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan lebih banyak dibanding tanaman kacang-kacangan
S). Apabila kadar SiO2 kurang dari 5% maka tegak dan dikotil. Berdasarkan kemampuan menyerap Si,
Yukamgo. Peranan Silikon 107

tanaman dibagi menjadi tiga golongan yaitu a. Pengaruh tak langsung pada tanah
(Roesmarkam dan Yuwono, 2002): Beberapa kajian menjelaskan bahwa pengaruh
a. Gramineae basah seperti padi sawah, Asam monosilikat pada sifat-sifat tanah terfokus
mendong menyerap SiO2 sekitar 10-15%, dalam interaksinya dengan unsur Fosfat (P).
b. Gramineae kering seperti tebu dan rumput- Menurut Sudibyo (2008) pemberian Si pada tanah
rumputan sekitar 1-3% dan, Andisol secara nyata dapat meningkatkan
c. Tanaman dikotil dan leguminose sekitar ketersediaan P dalam tanah (Tabel 5).
hanya 0,5%. Penambahan Si pada tanah akan melalui dua
Ada tiga model berbeda dalam penyerapan Si proses. Proses pertama yaitu peningkatan
oleh tanaman yang menyebabkan perbedaan konsentrasi Asam monosilikat pada tanah akan
dalam akumulasi Si yaitu (Mitani dan Ma, 2005): menghasilkan pengubahan P tidak larut menjadi P
a. Penyerapan aktif tersedia bagi tanaman. Fosfor yang tidak tersedia
Tanaman dengan model penyerapan aktif bagi tanaman berhenti pada sisi sematan
menyerap Si lebih cepat dari pada menyerap air, menyebabkan P tersemat menjadi tersedia bagi
sehingga menghasilkan penurunan kandungan tanaman. Hal ini karena SiO44- memiliki
Si pada larutan. elektronegatifitas lebih besar dibandingkan PO43-
b. Penyerapan pasif sehingga SiO44- dapat menggantikan PO43- yang
Tanaman dengan model penyerapan pasif tersemat. Proses kedua yaitu Si dapat mengikat P
menyerap Si dengan tingkatan yang sama sehingga pelindian P berkurang sekitar 40-90 %.
dengan menyerap air, tetapi tidak ada Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut
perubahan konsentrasi yang signifikan dalam (Matichenkov and Calvert, 2002) :
larutan yang berhasil diamati.
c. Rejective uptake CaHPO4 + Si(OH)4 Æ CaSiO3 + H2O + H3PO4
Model rejective uptake cenderung untuk 2Al(H2PO4)3 + 2Si(OH)4 + 5H+ Æ Al2Si2O5 +
mengeluarkan Si yang dibuktikan dengan 5H3PO4 + 5H2O
terjadinya peningkatan konsentrasi Si dalam 2FePO4 + Si(OH)4 + 2H+ Æ Fe2SiO4 + 2H3PO4
larutan.
Tebu merupakan salah satu monokotil Pengaruh lainnya adalah Si dapat mengatasi
akumulator Si yaitu tanaman yang serapan Si-nya keracunan tebu akibat kelebihan mangan (Mn)
melebihi serapannya terhadap air. Selama (Tabel 6). Tebu akan tumbuh baik pada rasio
pertumbuhan (1 tahun), tebu menyerap Si sekitar Mn/SiO2 rendah. Bila tersedia Si yang cukup dalam
500-700 kg per ha lebih tinggi dibanding unsur- tanah, tebu akan mengambilnya sehingga kadar Si
unsur lainnya. Sebagai pembanding, dalam kurun dalam jaringan tanaman sama atau di atas 0,7%
waktu yang sama tebu menyerap antara 100-300 (berat kering). Pada kondisi demikian, rasio
kg K, 40-80 kg P, dan 50-500 kg N per ha. Mn/SiO2 dalam jaringan tebu akan turun. Rasio
Tebu menyerap Si dalam bentuk H4SiO4, yaitu yang rendah ini menyebabkan tanaman tumbuh
suatu bentuk Si yang tidak bermuatan sehingga lebih baik (Clements, 1965). Selain itu, keberadaan
relatif tidak mobil dalam tanaman (Fox et. al., Si akan mendorong distribusi Mn yang lebih
1967). Karena itu, konsentrasi Si dalam tanaman merata sehingga bisa terhindar dari akumulasi Mn
tebu sangat tergantung kepada konsentrasi Si seperti di daun yang berakibat pada nekrosis
yang larut dalam air tanah. Pergerakan Si dari akar (Hodson and Sangster, 2002).
ke batang dan bagian tanaman lainnya mengikuti Dilain pihak, pemberian Si dalam bentuk
aliran air. Air diserap akar, masuk ke batang natrium metasilikat pada tanah Andisol
kemudian menguap lewat batang/daun. Si menyebabkan pH tanah meningkat (Tabel 6).
terakumulasi dalam sel epidermis tebu, kemudian Natrium metasilikat (Na2SiO3) akan terhidrolisis
berintegrasi kedalamnya sehingga akan menurut reaksi berikut (Hanum, 1994) :
memberikan kekuatan kepada batang dan daun Na2SiO3 + 3H2O Æ Si(OH)4 + 2H2O
tebu. Distribusi Si dalam batang dan daun
tergantung pada laju evapotranspirasi tanaman Selain itu pemberian Si juga berguna untuk
(Savant et. al., 1999). mengurangi keracunan tebu terhadap Al dan Fe
Si dapat memberikan efek positif bagi pada beberapa jenis tanah masam. Hadirnya
tanaman tebu, dengan mekanisme yang belum Si(OH)4 dalam larutan tanah akan meningkatkan
sepenuhnya dipahami. Si mempengaruhi reaksi hidrolisis Al sehingga aktifitasnya menurun.
pertumbuhan tanaman tebu melalui dua hal, yaitu: Pasokan Si yang cukup meningkatkan efisiensi
transpor oksigen dari bagian atas tanaman ke akar
melalui pembesaran saluran gas. Sebagai hasilnya
akan meningkatkan oksidasi dan kemudian
memposisikan (deposition) Al dan Fe pada
108 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007)

permukaan akar, sehingga mengeluarkan unsur- untuk mengangkutnya, selain itu air diperlukan
unsur tersebut dari serapan berlebih oleh juga sebagai substrat atau reaktan untuk berbagai
tanaman. Hasil dari beberapa penelitian reaksi biokimia misalnya proses fotosintesis dan air
menunjukkan bahwa Si memperbaiki keracunan Al dapat menyebabkan terbentuknya enzim dalam
terhadap tanaman, tidak hanya dengan tiga dimensi sehingga dapat digunakan untuk
menurunkan aktivitas Al3+ dalam larutan tanah, aktivitas katalisnya. Tanaman yang kekurangan air
tetapi juga mengurangi keracunan Al pada bagian akan menjadi layu, dan apabila tidak diberikan air
dalam tubuh tanaman (Savant et. al., 1999). secepatnya akan terjadi layu permanen yang
dapat menyebabkan kematian.
b. Pengaruh langsung pada tanaman Selama siklus hidup tanaman, mulai dari
Samuel (1969) menyatakan bahwa hara Si perkecambahan sampai panen selalu
memiliki banyak peranan pada tanaman tebu, membutuhkan air. Tidak satupun proses
terutama pada tanah-tanah tropis seperti Oxisol, kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air.
Ultisol, Entisol, dan Histosol (tanah organik). Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan
Beberapa kajian menjelaskan bahwa Si dapat selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini
meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi berhubungan langsung dengan proses fisiologis,
fotosintesis dan menginduksi ketahanan terhadap morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas
hama dan penyakit (Matichenkov and Calvert, dengan faktor-faktor lingkungan. Air seringkali
2002). membatasi pertumbuhan dan perkembangan
1. Peningkatan efisiensi fotosintesis tanaman budidaya. Respon tanaman terhadap
Fotosintesis merupakan kegiatan kekurangan air itu relatif terhadap aktifitas
pembentukan makanan oleh tumbuhan yang metaboliknya, morfologinya, tingkat
dalam prosesnya memerlukan beberapa pertumbuhannya, dan potensial hasil panennya
komponen seperti CO2, air, dan cahaya. (Gardner et. al., 1991).
Fotosintesis akan terhambat bila tumbuhan Kekurangan air bisa berakibat fatal pada
kekurangan salah satu atau lebih komponen ini. tanaman tebu. Penambahan Si dapat menurunkan
Peningkatan efisiensi fotosintesis setelah laju transpirasi air dari daun tebu. Lewin dan
pemberian Si dipengaruhi oleh beberapa hal Reimann (1969) menyatakan bahwa laju
meliputi penurunan cekaman kekurangan air dan transpirasi pada tebu yang kekurangan Si 30 %,
peningkatan ketegakan tanaman (daun) serta lebih tinggi dibanding yang berkecukupan Si.
pencegahan kerobohan. Okuda dan Takahashi (1964) juga menyatakan hal
a. Peningkatan ketegakan tanaman (daun) dan yang sama, yaitu bahwa laju transpirasi pada
pencegah kerobohan tanaman tebu yang kekurangan Si 10 %, lebih
Peningkatan kadar Si dalam tebu dapat tinggi dibanding yang berkecukupan Si.
meningkatkan kekuatan mekanis jaringan Transpirasi pada tanaman terjadi melalui
sehingga bisa mencegah terjadinya kerobohan stomata. Stomata merupakan celah yang dibatasi
tanaman. Pada kondisi lapang dimana tebu oleh dua sel penjaga. Sel penjaga mempunyai
tumbuh lebat biasanya daun dari satu tanaman penebalan dinding khusus (bagian tertentu
dengan tanaman lainnya akan saling tumpang menebal sedangkan bagian lainnya tidak menebal)
tindih bersaing memperebutkan cahaya. dan di dalam selnya terdapat kloroplas. Ketika
Pemberian Si menyebabkan daun tumbuh lebih celah stomata terbuka maka molekul air akan
kuat dan bisa merentang dengan baik, sehingga bergerak dari konsentrasi tinggi (di dalam daun)
bisa mengurangi dampak negatif saling ke konsentrasi rendah (lingkungan luar).
menaungi. Dampaknya lebih jauh menyebabkan Pemberian Si dapat diasosiasikan dengan
proses fotosintesis relatif berjalan lancar. peningkatan kadar silika gel (SiO2.nH2O) yang
Dilaporkan pula, Si dalam daun membantu berasosiasi dengan selulosa pada sel epidermis
translokasi karbon hasil fotosintesis. Roesmarkam dari dinding sel daun (Gambar 2). Akibatnya,
dan Yuwono, 2002 menyatakan bahwa hasil atau lapisan silika gel yang tebal membantu menahan
produksi tanaman akan meningkat dengan atau memperlambat kehilangan air akibat
menguatnya batang dan akar serta lebih efektifnya penguapan. Sedangkan pada dinding sel epidermis
fotosintesis karena posisi daun (kanopi) menjadi yang tidak terdapat lapisan silika gel yang tebal
tegak sehingga daun dapat menyerap cahaya akan terjadi pelolosan air yang sangat cepat.
matahari lebih banyak. Selain itu Si juga memperkuat dinding sel
b. Menurunkan cekaman kekurangan air epidermis sehingga dapat menekan kegiatan
Air merupakan penyusun 85 – 95 % berat transpirasi dan cekaman air dapat berkurang.
tumbuhan. Dalam sel, air diperlukan sebagai Sintesis klorofil dibatasi pada kekurangan air yang
pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan lebih besar. Defisit air pada saat proses
Yukamgo. Peranan Silikon 109

fotosintesis berlangsung, berakibat pada Karat daun yang membentuk bintik warna
kecepatan fotosintesis. Defisit air akan coklat dapat menyebabkan daun mati lebih awal
menurunkan kecepatan fotosintesis. Dari suatu dan menurunkan hasil tebu. Daun yang terserang
penelitian disimpulkan bahwa perluasan daun karat memiliki efisiensi fotosintesa rendah (Ricard
dibatasi oleh ketersediaan air sehingga et. al., 1989). Berbagai penelitian melaporkan
menurunkan efisiensi fotosintesis. Dengan bahwa penyakit karat berkurang atau hilang
tercukupinya kebutuhan air maka kegiatan setelah pemberian Si (Tabel 8). Mekanisme
fotosintesis dapat berjalan dengan lancar (Gardner fenomena tersebut tidak diketahui secara pasti.
et. al., 1991). Deposit Si pada sel epidermis daun secara
Penggunaan terak silikat sebagai sumber Si mekanis menghalangi serangan hifa jamur
bagi tebu telah banyak dilakukan di Hawai, penyebab karat. Si juga mendorong asimilasi
Mauritius dan Florida. Secara umum respon tebu ammonium dan menjaga peningkatan kadar
terhadap pemupukan Si akan terlihat terutama nitrogen larut seperti asam-asam amino dan
pada tanah-tanah yang kekurangan Si. amino yang dibutuhkan untuk propagasi hifa
Pemupukan Si secara rutin pada tanah-tanah (Clements, 1965). Si dihipotesakan bergabung
berkadar Si rendah di Hawai dapat meningkatkan dengan selulosa di daun membentuk membran Si-
hasil tebu dan gula antara 10-50% (Tabel 7). selulosa, yang dapat melindungi daun dari
Hasil serupa juga diperoleh di Mauritius dan serangan penyakit (Bollich and Matichenkov,
Puerto Rico (Birowo et. al., 1992). 2002).
Efek positif pemupukan Si biasanya akan Tanaman tebu dapat diserang bermacam-
terbawa hingga tanaman keprasan. Pemberian 6,2 macam hama, baik dari golongan serangga
ton per ha terak Si di Hawai memberikan hasil maupun non serangga. Hama-hama dari golongan
tebu dan gula 20% lebih banyak hingga serangga tidak kurang dari 131 jenis, tetapi yang
keprasan keempat (Ayres, 1966). Pemberian kerap merugikan adalah penggerek pucuk (top
bahan serupa di Mauritius bahkan bisa borer) yang disebabkan oleh Scirpophaga nivella
meningkatkan hasil tebu hingga keprasan keenam, F. (Gambar 4) dan penggerek batang (stalk borer)
sementara di Florida hingga keprasan ketiga yang disebabkan oleh Chillo sacchariphagus
(Alvarez dan Gascho, 1979). Pemberian terak baja (Gambar 5) (Williams et. al., 1989). Couhault
sebanyak 1-3 ton per ha dapat meningkatkan (2008) melaporkan serangan penggerek pucuk
hasil tebu dan gula baik pada tanaman pertama pada tanaman tebu berumur 2 bulan dapat
(PC) maupun keprasan (Allorerung, 1989). Di menurunkan hasil gula hingga 97 %.
Malaysia, pemberian abu ketel Pabrik Gula sebagai Serangan hama penggerek batang dan pucuk
sumber Si antara 12-48 ton per ha dapat dapat berkurang dengan pemberian Si (Tabel 9).
meningkatkan hasil tebu dan gula masing-masing Larva penggerek sebelum memulai serangan ke
hingga 20% dan 15% di atas kontrol (Birowo et. batang, terlebih dulu memakan jaringan epidermis
al., 1992). penutup daun atau batang. Adanya kristal Si
Peningkatan hasil tebu dan gula di atas dalam jaringan tersebut menghindari terjadinya
sebagian besar terjadi karena kenaikan bobot tebu serangan, karena pada saat itu serangga
dan bukan oleh kenaikan rendemen. Hal ini penyebab penggerek masih memiliki rahang yang
mengindikasikan bahwa Si memperbaiki efisiensi rapuh. Rahang serangga akan rusak bila menggigit
fotosintesa tanaman tebu. kristal Si. Mekanisme ini terjadi juga pada hama
2. Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit penggerek pucuk (Anonim, 2006).
Beberapa tanaman Graminae membutuhkan Sebaliknya, jaringan epidermis akan menjadi
Silikon (Si) untuk mencapai kondisi kesehatan lunak apabila kebanyakan pupuk N sehingga
maksimum dan ketahanan terhadap hama dan mendorong kerentanan tebu terhadap serangan
penyakit (Zeyen, 2002). Pemberian Si dapat penggerek. Karena itu, kombinasi N dan Si
meningkatkan ketahanan tebu pada beberapa tampaknya cukup baik dalam mendorong
serangan penyakit seperti karat pada daun tebu pertumbuhan tebu dan sekaligus meningkatkan
(sugarcane rust), bintik-bintik hitam/coklat (leaf ketahanan tebu terhadap penggerek (Elawad et.
freckle), dan noda cincin (sugarcane ringspot) al., 1982).
(Matichenkov and Calvert, 2002). Penyakit karat
disebabkan oleh jamur Puccinia kuehnii, bintik 3. Inversi Sukrosa
hitam oleh Dimeriella sacchari, sedangkan Alexander et. al. (1971) menemukan peran Si
penyakit noda cincin disebabkan oleh jamur dalam inversi sukrosa Inversi sukrosa pada contoh
Helminthosporium sacchari (Gambar 3) (Handoyo, nira tebu dapat dicegah hingga beberapa hari
1982). setelah penambahan natrium metasilikat. Bukti
secara kromatografi menunjukkan metasilikat
110 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007)

secara fisik membentuk komplek dengan sukrosa officinarum L.). Bull. Pusat Penelitan
yang dapat mencegah menempelnya enzim Perkebunan Gula. Indonesia. 136:14 -42.
invertase ke sukrosa. Invertase adalah enzim yang Alvarez, J. and Gascho, G.J. 1979. Calcium
mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. silicate slag for sugar cane in Florida.
Selain itu, dikemukakan pula bahwa Si bergabung Part II-Economic response. Sugar y
dengan gugus fruktosa dari sukrosa sehingga Azucar. 74:32-35.
mencegahnya dari metabolisme mikroba.
Anonim. 1994. Pembudidayaan Tebu di Lahan
PENUTUP Sawah dan Tegalan. Penebar Swadaya.
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa unsur Jakarta.
bermanfaat memiliki peranan yang tak kalah Anonim. 2004. Deklarasi oleh Serikat-Serikat
pentingnya dari unsur hara makro lainnya yang Buruh Gula: Menuju Satu.
memenuhi kaidah esensialitas. Seperti halnya (http://www.kompas.com). Diakses
Silikon (Si) bagi tebu yang memiliki banyak tanggal 25 Desember 2007.
peranan dalam pertumbuhan dan metabolisme _______. 2006. Fighting a sugarcane pest with
tanaman. Hal yang menguntungkan dari segi silicon applications.
ekonomi adalah pemupukan Si dapat menghemat (http://www.innovations-report.de).
pemupukan P karena pemberian Si dapat Diakses tanggal 25 Desember 2007.
meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman.
Pemupukan Si pada tanaman tebu di _______. 2007a. Tebu (Sacharum officinarum,
Indonesia masih sangat jarang dilakukan. Namun Linn.). (http://www.portaliptek.net).
demikian, studi yang lebih komprehensif Diakses tanggal 25 Desember 2007.
penggunaan Si pada tebu masih perlu dilakukan. _______. 2007b. Tebu.
Penentuan dosis aplikasi yang tepat dengan (http://www.id.wikipedia.org). Diakses
didahului oleh analisis tanah dapat mengurangi tangal 25 Desember 2007.
dampak negatif pupuk Si. Bagaimanapun, di Ayres, A.S. 1966. Calcium silicate slag as a
negara-negara penghasil gula utama dunia growth stimulant for sugarcane on low-
pemupukan Si sudah menjadi rutinitas dan tentu silicon soils. Soil Science. 101(3): 216-
saja hal ini didasarkan pada argumen-argumen 227.
logis dan pertimbangan ekonomis.
Pengetahuan tentang peranan unsur-unsur Birowo, A. T., Prabowo, D., Djojonegoro, P.
bermanfaat lainnya, seperti Sodium (Na), Cobalt 1992. Perkebunan Gula. Lembaga
(Co), Selenium (Se), dan Vanadium (Va), perlu Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.
dikembangkan dan disebarluaskan agar dapat Bollich, P. K. and V. V. Matichenkov. 2002.
meningkatkan produksi tanaman pertanian. Silicon Status of Selected Lousiana Rice
Produksi yang tinggi diharapkan dapat and Sugarcane Soils. Rice Reseach
meningkatkan ketahanan pangan nasional dan Station, Lousiana Agricultural Experiment
mendukung pertanian yang berkelanjutan Station and Indian River Research and
(sustainable agriculture). Education Center. Second Silicon in
Agriculture Conference. Tsuruoka,
DAFTAR PUSTAKA Yamagata. Japan. 22: 50-53.
Buol, S. W., F. D. Hole, and R. J. Mc Cracken.
Adisewojo, R. S. 1971. Bercocok Tanam Tebu. 1980. Soil Genesis and Classification.
Sumur Bandung. Bandung. The IOWA State University Press. Ames.
Alexander, A.G, Acin-Diaz, N., and Montalvo- Clements, H. F. 1965. Effects of silicate on the
Zapata, R. 1971. Inversion control in growth and freckle of sugarcane in
sugarcane juice with sodium Hawai. Puerto Rico. Proceedings
metasilicate. Proceedings International International Society Sugar Cane
Society Sugar Cane Technologiest. Technologiest. 12:197-215.
14:794-804. Couhault, L. P. 2008. Penerapan Kebijakan
Allorerung, D. 1989. Influence of steel slag Pengelolaan Hama Terpadu di Sugar
application to red/yellow podzolic soils Group Companies (SGC) Lampung.
on soil chemical characteristics, nutrient Seminar Perolehan Gelar Doktor di
content and uptake, and yield of Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
sugarcane plantations (Saccharum
Yukamgo. Peranan Silikon 111

Davidson, M. W. 2005. Leaf Tissue Organization. /bulletins). Diakses tanggal 25 Desember


(http://www.micro.magnet.fsu.edu). 2007.
Diakses tanggal 25 Desember 2007. Lewin, J. and B.E.F. Reimann. 1969. Silicon and
Elawad, S. H., L. H. Allen Jr., G. J. Gascho. 1985. plant growth. Annual Rev. Plant
Influence of UV-B radiation and soluble Physiology. 20 : 289-304.
silicates on the growth and nutrient Lindsay, W. L. 1979. Chemical Equilibra in Soil.
concentration of sugarcane. Soil Crop John Wiley and Sons. New York.
Science Society. 44:134-141.
Matichenkov, V.V., D. L. Pinsky, and E. A.
Elawad, S. H., L. H. Allen Jr., G. J. Gascho. 1982. Bocharnikova. 1995. Influnce of
Response of Sugarcane to Silicate Mechanical Compaction of Soils on the
Source and Rate: I. Growth and Yield. II. State and Form of Available Silicon.
Leaf Freckling and Nutrition. Agronomy Eurasian Soil Science. 27 (12) : 58-67.
Journal. 74(3) : 481-484.
Matichenkov, V.V., and E. A. Bocharnikova.
Erwin dan M. Sastromito. 1995. Evaluasi 1995. The Relationship of Silicon to Soil
Kesuburan Tanah dan Pemupukan di Physical and Chemical Properties.
areal Kebun Konversi PG Kuala Madu PT Proceeding International Conference
Perkebunan IX Medan. Dalam : Risalah Silicon in Agriculture, in press.
hasil penelitian Areal kebun konversi PG
Kuala Madu PT Perkebunan IX Medan. Matichenkov, V. V and D. V. Calvert. 2002.
Medan. Silicon as a Beneficial Element for
Sugarcane. Journal American Society of
Fox, R. L., J. A. Silva, O. R. Younge, D. L. Sugarcane Technologiest. 22 : 21-30.
Flucknett and G. D. Sherman. 1967. Soil
and Plant Silicon and Silicate Response Mitani, N. and J. F. Ma. 2005. Uptake System of
by Sugar Cane. Soil Science Society Silicon in Different Plant Species. Journal
American Proceedings. 31: 775-779. of Experimental Botany. 56 (414) : 1255-
1261.
Gardner, F. P. , R. Brent pearce, and Goger L.
Mitchell. 1991. The Physiologi of Nizuma, S., Shoko Kubo and H. Morikuni. 2002.
Cultivated Plants (Fisiologi Tanamanan Effect of Silica Gel Application on Growth
Budidaya). Universitas Indonesia Press. and Silicon Contents of Rice Seedling in
Nursery Bed With Different Available
Handoyo, H. 1982. Penyakit Tebu di Indonesia. Silicon Contents. Proceedings of Silicon
Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan in Agriculture. Yamagata Japan (II). 66 :
Gula. Pasuruan. (198-109).
Hanum, H. 1994. Pengaruh Pemberian Silikon Pawirosemadi, M. 1991. Himpunan Diktat Khusus
(Si) terhadap Sifat Kimia Tanah Andisol. Tanaman Tebu. P3GI. Pasuruan.
Buletin Perkebunan. 7(1) : 35-47.
Preez, P. 1970. The effect of silica on cane
Hodson, M. J. and A. G. Sangster. 2002. Silicon growth. The South African Sugarcane
and Abiotic Stress. Second Silicon in Technologiest Association Proceedings.
Agriculture Conference. Tsuruoka, 44:183-188.
Yamagata. Japan. 41: 99-104.
Radjagukguk, B. 1985. Ketenggangan Tanaman
Iller, R. K. 1979. The Chemistry of Silica. Wiley, Budidaya Terhadap Kemasaman Tanah
New York. Dengan Penekanan Khusus Pada Tebu.
Kumagai, K., F. Nakagawa, M. Morioka, and Seminar Hasil Mingguan P3GI (Balai
Kazuhiro N. 2002. The concentration of Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula).
Silica in rice plant with reference to the Pasuruan.
Silica status in paddy field and river Raid, R.N, Anderson, D.L., and Ulloa, M.F. 1992.
water in Yamagata Perfecture. Second Influence of cultivar and amendment of
Silicon in Agriculture Conference. soil with calcium silicate slag on foliar
Tsuruoka, Yamagata. Japan. 30 : 72-75. disease development and yield of
Legaspi, J. C., Robert R. S and N. Rozef. 1997. sugarcane. Crop Protection. 11(1):84-88.
Identyfing and Managing Stalkborers on Ricard, C., B. T. Egan, A. G. Gillaspie Jr., and C.
Sugarcane. Texas Agricultural Extension G. Hughes. Disease of Sugarcane : Major
Service, The Texas A and M University Diseases. Elsevier Publishing Company.
System. New York.
(http://www.insects.tamu.edu/extension
112 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007)

Richard, M. J. 2005. Sugarcane Yield, Sugarcane Sudibyo, B. S. B. 2008. Pengaruh Pemberian Si


Quality and Soil Variability in Lousiana. terhadap Serapan Si dan hasil Jagung
Agronomy Journal. 97(3) :760-771. (Zea mays,. L) pada Andisol. Skripsi
Roesmarkam, N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Sarjana S1 Fakultas Pertanian UGM.
Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Yogyakarta.

Samuels, G. 1969. Silicon and sugar. Sugar y Thompson, L.M., and F.R. Troeh. 1978. Soil and
Azucar. 66(4): 25-29. Soil Fertility. Mc graw-Hill Book.Co. New
York.
Savant, N. K, Korndorfer, G. H., Datnoff, L. E.
and Snyder, G. H. 1999. Silicon nutrition Voronkov, M. G., G. I. Zelchan, and A. Y.
and sugarcane production: a review. Lykevic. 1978. Silicon and Life. Riga,
Journal Plant and Nutrition. 22 Zinatne.
(12):1853-1903 Williams, J. R., J. R. Metcalfe, R. W. Mongomery,
Soepardiman. 1996. Bercocok Tanam Tebu. LPP. and R. Mathes. 1989. Pest of Sugarcane,
Yogyakarta. Chapter 9 : The Top Borer and Stalk
Borer of Sugarcane. Elsevier Publishing
Company. New York.
Sokolova, T. A. 1985. The Clay Mineral in the Zeyen, R. J. 2002. Silicon in Plant Cell Defense
Humid Regions of USSR. Novosibirk, Against Cereal Powdery Mildew Disease.
Nayka. Departement of Plant Pathology
Sumida, H. 2002. Plant Available Silicon in Paddy University of Minnesota. Second Silicon
Soil. National Agricultural Research in Agriculture Conference. Tsuruoka,
Center for Tohoku Region Omagari. Yamagata. Japan. 11: 15-21
Second Silicon in Agriculture Conference.
Tsuruoka, Yamagata. Japan. 21: 43-49.

ф
Yukamgo. Peranan Silikon 113

Tabel 1. Sugar production, consumption, imports and exports indonesia


Year Production Consumption Imports Exports
1931 2.845.641 395.428 0 2.004.184
1932 2.611.451 357.311 0 1.490.570
Sumber : Indonesian Sugar Research Institute, 1984

Tabel 2. Proyeksi impor gula tebu di dunia


Negara Impor Impor Pertumbuhan Impor
2001/02 2002/03 2002-2003 2003/2004
Volume Volume (%) Volume
(Juta ton) (Juta ton) (Juta ton)
Eropa Timur 8,161 8,223 0.76 7,610
Uni Eropa 2,087 2,100 0.62 2,150
Indonesia 1,600 1,600 0 1,600
China 1,375 540 -60.73 580
Jepang 1,407 1,466 4.19 1,402
Amerika Serikat 1,385 1,510 9.03 1,457
Canada 1,239 1,190 -3.95 1,175
Timur Tengah 6,704 7,086 5.7 6,907
Afrika 4,932 5,421 9.91 5,675
Total Dunia 37,817 38,048 0.61 37,436
Sumber : USDA: Sugar Market and Trade (2002)

Tabel 3. Kadar 8 unsur dalam kerak bumi


No Unsur % berat atom % jumlah atom
1 O (Oksigen) 46.60 62.55
2 Si (Silikon) 27.72 21.22
3 Al (Alumunium) 8.13 6.47
4 Fe (Besi) 5.00 1.92
5 Mg (Magnesium) 2.09 1.84
6 Ca (Calcium) 3.63 1.94
7 Na (Natrium) 2.83 2.64
8 K (Kalium) 2.59 1.42
Jumlah 98.59 100.00
Sumber : Buol et. al., 1980

Tabel 4. Konsentrasi Si pada air irigasi di Yamagata, Jepang


Distrik SiO2 (mg L-1)
1956 1996
Murayama 30,4 ± 4,2 10,6 ± 2,6
Saihoku 22,6 ± 5,5 11,7 ± 4,5
Okitama 19,4 ± 11,9 8,9 ± 1,7
Shonai 19,7 ± 4,2 9,8 ± 3,0
Rata-rata 23,9 ± 9,7 10,2 ± 3,2

Sumber : Kumagai, 2002


114 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007)

Tabel 5. Pengaruh pemberian Si terhadap P tersedia pada tanah Andisol


No. Dosis Si P tersedia
2
(gram Si/m ) (mg/kg)

1. 0 1,174

2. 50 2,029

3. 100 2,348

4. 200 2,031

Sumber : Sudibyo, 2008

Tabel 6. Pengaruh pemberian Si terhadap peningkatan pH dan penurunan logam berat Mn


Tanah yang CaSiO3 (ton/ha) pH tanah Kandungan Mn Rasio Mn/SiO2
digunakan (g/kg)
Lempung 71 % 0 4,67 360 79
4,5 4,7 278 47
9,0 4,8 263 41
18,0 5,0 223 25
Lempung 63 % 0 4,5 338 61
4,5 5,0 230 24
9,0 5,1 128 13
18,0 5,4 57 4
Sumber : Preez, 1970

Tabel 7. Pengaruh penambahan Si pada pertumbuhan tanaman tebu (Saccharum


officinarum) dan gula yang dihasilkan

Jenis tanah Sumber Si Dosis Si Produksi tebu Hasil gula


(ton/ha) ton/ha % ton/ha %
Latosol, Mauritius Terak baja 0 256,8 96,3 26,7 97,4
6,177 313,7 117,6 33,8 123,4
Latosol, Hawai Terak baja 0 253 100 23,4 100
4,5 338 133,5 32,7 139,7
Histosol, Florida CaSiO3 0 126 100 12,5 100
6,7 194 153,9 23,8 190,4
Sumber : Matichenkov and Calvert, 2002
Yukamgo. Peranan Silikon 115

Tabel 8. Pengaruh pemberian Si pada beberapa varietas tanaman tebu terhadap serangan
penyakit karat (Puccinia kuehnii)

Varietas Si Si pada jaringan Daun yang terserang


(ton/ha) (%) penyakit karat (%)
CP72-1210 0 0,28 45,8
6,7 0,67 17,8
CP74-2005 0 0,29 23,0
6,7 0,59 7,6
CP72-2086 0 0,25 11,5
6,7 0,73 2,0

Sumber : Raid et. al., 1992

Tabel 9. Pengaruh pemberian Si pada tanaman tebu berumur 2 bulan terhadap hama penggerek
pucuk (Scirpophaga nivella F.) dan penggerek batang (Chillo sacchariphagus)

No. Na2SiO3 Tanaman yang terserang Berat kering Si pada


(g Si/pot) Penggerek pucuk Penggerek (g/tanaman) jaringan
(%) batang (%) (%)
1. Control (0) 95 73 450 0,29
2. 68 42 20 482 1,39
3. 136 12 7 505 2,39

Sumber : Elawad et. al., 1982

Pupuk Silikat
dekomposisi Air irigasi

serapan

Tanah

polimerisasi
Polimeric Ketersediaan Si desorbsi
Oksida Al
Si(OH)4 di tanah dan Fe
disosiasi adsorbsi
pelindian

pH tanah

Gambar 1. Faktor-faktor yang mengontrol ketersediaan Si di tanah (Modifikasi Sumida,


2002)
116 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.2 (2007)

Gambar 2. Lapisan silika gel pada dinding sel epidermis (Davidson, 2005)

a. karat b. bintik hitam c. noda cincin


Gambar 3. Tanaman tebu yang terserang penyakit (Handoyo, 1982)

a. telur b. larva c. dewasa


Gambar 4. Hama penggerek pucuk (Scirpophaga nivella F.) (Legaspi et. al., 1997)

Gambar 5. Hama penggerek batang (Chillo sacchariphagus) (Legaspi et. al., 1997)

You might also like