You are on page 1of 4

TEORI DASAR

Pada dasar nya cara menekuk suatu plat yaitu perlu pemahaman lebih
tentang sudut yang nantinya akan kita bentuk,ketebalan dari plat itu sendiri dan
daya tekan yg diberikan pada plat tersebut.

Secara mekanika proses penekukan ini terdiri dari dua komponen gaya
yakni: tarik dan tekan memperlihatkan pelat yang mengalami proses
pembengkokan ini terjadi peregangan, netral, dan pengkerutan. Daerah peregangan
terlihat pada sisi luar pembengkokan, dimana daerah ini terjadi deformasi plastis
atau perobahan bentuk. Peregangan ini menyebabkan pelat mengalami
pertambahan panjang. Daerah netral merupakan daerah yang tidak mengalami
perobahan. Artinya padadaerah netral ini pelat tidak mengalami pertambahan
panjang atau perpendekkan. Daerah sisi bagian dalam pembengkokan merupakan
daerah yang mengalami penekanan, dimana daerah ini mengalami pengkerutan dan
penambahan ketebalan, hal ini disebabkan karena daerah ini mengalami perobahan
panjang yakni perpendekan.atau menjadi pendek akibat gaya tekan yang dialami
oleh pelat. Proses ini dilakukan dengan menjepit pelat diantara landasan dan sepatu
penjepit selanjutnya bilah penekuk diputar ke arah atas menekan bagian pelat yang
akan mengalami penekukan.

Berikut adalah teori dasar dalam penekukan benda kerja :

A. Penekukan
1.1 Dasar Perhitungan Penekukan Plat
Perhitungan penekukan plat diperlukan untuk menentukan luas bentangan plat yang
diperlukan untuk membentuk suatu benda kerja.
Gambar 3.1
Simbol-simbol penekukan

Keterangan:

 = Sudut penekukan x = posisi ekstrim

T = Tebal plat y = Garis penekukan

A = Luas penekukan s = Sumbu penekukan

Penjelasan:

 Penekukan yang diijinkan adalah bagian busur lengkung netral dari luas penekukan
 Sudut penekukan adalah sudut yang terbentuk antara dua posisi ekstrim dari radius
penekukan
 Luas penekukan adalah luas yang tercakup oleh sudut penekukan
 Radius penekukan; radius yang terbentuk dari busur penekukan
 Garis penekukan adalah garis imajiner yang dibentuk oleh tangent radius penekukan dengan
permukaan plat bagian dalam.
 Sumbu penekukan adalah sumbu garis lurus dimana terjadi pembentukan tekukan sesuai
dengan radius yang diinginkan (pusat dari radius penekukan netral)
 Panjang dari sumbu adalah sama dengan leber dari benda kerja pada luas penekukan
Perhitungan Penekukan sebagai berikut:
S = Panjang benda kerja jadi
 = Sudut penekukan

T = Tebal plat

Gambar 3.2 Perhitungan penekukan

 Panjang bentangan total plat (PBT) adalah :


n
PBT = ∑ A+ L=( A1 + A 2 +. .. .+ An )+(L1 + L2 +. .. .. Ln )
n=1

 A adalah luas penekukan yang dapat dihitung dengan:


 Radius penekukan R  0 dan sudut penekukan  = 90°.
π
A=( R+x )
2

 Radius penekukan R  0 dan sudut penekukan  < 90° atau  > 90°
2 πα
A=( R+ x )
360

Dengan nilai x:

- Jika R < 2T………… x = 0,33T


- Jika R = 2T – 4T ….. x = 0,4T
- Jika R > T …………. x = 0,5T
 Untuk radius penekukan R = 0 dan sudut penekukan  < 90° atau  > 90°.
N .α
A=
90

Dengan nilai N:

- Jika T < 1,5………… N = 0,4T


- Jika T = 1,5 – 3…….. N = 0,45T
- Jika T > 3 ………….. N = 0,5T
 Untuk nilai L dapat dihitung:
 Untuk L dengan radius penekukan R  0 dan terletak diantara dua tekukan
1 1
L=S2 −( 2 A 1 + 2 A 2 )

 Untuk L dengan radius penekukan R  0 dan terletak diujung


1
L=S1 − 2 A1

 Untuk radius penekukan R = 0


L=S–T

You might also like